Yuk, Bikin Handy Craft dari Limbah Sachet
Bungkus Kopi!
“Modal saya beli kopi Rp 1.000 per
saset neng. Saya jual Rp 2.500 per gelas,”
Obrolan dengan perempuan penjaja
kopi yang mangkal di Jalan Pajajaran Bandung, terjadi pagi hari, saat dia belum
terlalu sibuk melayani pembeli. Kebanyakan pembeli adalah sopir angkot yang
melewati trayek cukup padat tersebut.
Menarik ya? Ternyata penjual kopi
sasetan bisa mendapat keuntungan 100 %. Padahal prosesnya mudah lho. Dia hanya
perlu membeli berbagai merk kopi sasetan yang harganya sekitar Rp 10.000 – Rp
11.000/renteng. 1 renteng terdiri dari 10 saset kopi. Setiap saset kopi sudah
berisi campuran kopi dan gula. Juga ada campuran lengkap: kopi instan, gula dan
krimer. Banyak merk. Banyak rasa. Sesuai selera.
Pastinya gak lupa, dia harus beli gelas
plastik sekali pakai untuk wadah kopi. Saya lihat di online store Rp 6.000/50 pcs,
atau Rp 150/pcs. Untuk air panas, sang penjual kopi membelinya dari warung nasi
dengan harga Rp 3.500/ termos.
Ajib banget dah. Cukup berbekal
kemauan, sedikit modal uang, maka siapapun bisa meraup cuan. Jika dia menggunakan
modal Rp 100.000, maka di siang hari sudah membengkak
menjadi Rp 200.000. Apabila dilanjutkan hingga malam hari menggelembung jadi Rp
400.000. Dipotong makan minum sederhana, sang penjual kopi mengantongi net
profit Rp 100.000 dan tambahan modal untuk esok hari.
Bumi Menangis Akibat Kemasan Sachet
Sayangnya senyum di wajah penjual
kopi sasetan, menjadi tangisan bagi bumi.
Karena balatentara mikroba yang bermukim di bumi dan bertugas mengurai
sampah, ngga bisa/ nggak mampu makan hasil tambang. Alumunium yang melapisi
kemasan kopi sachetan merupakan hasil tambang, demikian juga plastik.
Akibatnya sampah sachet kopi akan selamanya
berada di bumi. Lha wong ngga bisa masuk ekosistem alam.
Gimana kalo dibakar?
Bisa sih. Namun jangan lupa, hukum
kekekalan massa berlaku. Dengan dibakar maka kemasan sachet tidak hilang, hanya
berubah menjadi residu dan gas yang meracuni mahluk hidup. Apabila dihirup
manusia berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan, seperti kanker.
Jadi gimana dong?
Berbeda dengan kantong plastik
(keresek), plastik kemasan sachet termasuk Extended
Producer Responsibility (ERP) atau keberadaannya menjadi tanggung jawab
produsen. Jadi sampah sachet kopi dari brand Kapal Api, Excelso, ABC dan lain-lain, menjadi tanggung
jawab PT Santos Abadi Jaya. Sedangkan PT Java Prima Abadi bertanggung jawab
pada sampah kemasan kopi Luwak White Koffie. Dan seterusnya.
Sekilas Mengenai Extended Producer Responsibility (ERP)
Dikutip dari dikemas.com terdapat
2 macam lapisan pada kemasan produk, yaitu: alumunium foil dan metalize.
Sebetulnya hanya bahasa dagang untuk membedakan persentase kandungan alumunium
pada lapisan kemasan.
Tujuannya sih sama, agar produk
seperti kopi dan camilan bisa sampai ke tangan konsumen tetap terjaga mutunya. Lapisan
alumunium membantu produk terhindar dari proses fisika dan kimia, serta human
error.
Undang-undang nomor 18 tahun 2008
mengamanatkan produsen untuk bertanggung jawab terhadap produknya. Dikuatkan PP
nomor 81 tahun 2012. Produsen tidak boleh leha-leha, lepas tangan, paska produk
sampai di tangan konsumen, harus mau ngurusin sampah yang dihasilkan produknya.
Dikutip dari waste4change.com, Badan
Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Environmental Protection Agency/EPA) merilis
data bahwa dari tahun 1960 sampai 2015
terjadi kenaikan 185 % sampah kemasan.
Penyebabnya umur produk di tangan konsumen yang relatif singkat; dalam kurun
waktu 6 bulan sudah menjadi sampah.
Dari kenaikan sampah kemasan
tersebut hanya 14 persen yang berhasil didaur ulang. Sisanya menumpuk di Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA), aliran sungai, tanah kosong dan lautan.
Karena itu sudah saatnya
mengimplementasikan program Extended Producer Responsibility (EPR), suatu
mekanisme atau kebijakan yang mewajibkan produser bertanggung jawab terhadap
produk yang mereka buat atau jual (termasuk kemasannya) saat produk atau material
tersebut menjadi sampah.
Produsen harus ikut menanggung
biaya untuk mengumpulkan, memindahkan, mendaur ulang, dan membuang produk atau
material di penghujung siklus hidup barang tersebut. Caranya bisa dilakukan
sendiri atau mendelegasikan pada pihak ketiga.
Paling tidak ada 5 manfaat dengan
diberlakukannya EPR, yaitu:
- Pemerintah bisa menerapkan circular economy yang berhubungan erat dengan SDGs
- Produsen turut serta meminimalisir dampak lingkungan dari sampah yang dihasilkan produk mereka.
- Produsen terdorong untuk menekan biaya produk dengan mendesain produk agar tahan lama, atau mengganti kemasan dengan bahan yang lebih mudah didaur ulang atau digunakan kembali.
- Dengan adanya EPR, konsumen bisa berperan/bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkannya. Yaitu dengan memilah sampah dan mengembalikan wadah kosong pada tempat yang ditentukan.
- EPR mendorong produsen memiliki peran besar dalam skema daur ulang. Sehingga bisa mendapat jaminan akses pada bahan-bahan material sekunder terkait rantai pasok mereka.
Pertanyaannya, kapan
langkah-langkah yang nampak mudah tersebut akan dilaksanakan?
Entahlah, undang-undang hanya
sekedar macan ompong yang sudah kerap menjadi topik bahasan, lama-lama basi dan terlupakan. Daripada ikutan
bau basi, yuk kita olah sampah kemasan menjadi handy craft yang unyu-unyu.😊😊
Handy Craft dari Sampah Kemasan Kopi
Dalam 2 postingan terdahulu saya
menulis bahwa membuat handy craft dari limbah hanyalah cara memadamkan kebakaran
sebelum datang armada pemadam kebakaran. Atau sebelum regulasi ditegakkan.
Sebab, walau regulasi sudah dibuat
bertahun lalu namun sama aja boong jika ngga dilaksanakan. Sampah terus aja
menumpuk. Jadi sambil menunggu kesadaran pemerintah, komunitas pengelola sampah
mengolah limbah sachet kopi menjadi handy craft.
Baca juga:
Katanya
Handy Craft Daur Ulang, Kok Bahan Bakunya Masih Baru?
Punya
Limbah Bungkus Kopi? Yuk Sulap Jadi Handy Craft!
Aktivitas menyulap limbah sachet
kopi menjadi handy craft sangat ditentang pakar lingkungan, karena:
- Handy craft hanya memperpanjang usia kemasan, akhirnya nyampah juga.
- Banyak sampah ditimbulkan saat melakukan aktivitas membuat handy craft dari limbah sachet kopi.
- Handy craft sachet kopi membutuhkan bahan baku yang baru, atau penggunaan sumber daya alam yang baru, seperti kain, retsleting dan lainnya. Yang berarti berlawanan dengan hukum keberlanjutan dari Herman Daly:
Jangan menghabiskan sumber daya lebih cepat dari kemampuannya untuk tumbuh kembali
Namun, tentunya usaha sekecil
apapun harus dilakukan. Paling tidak ada 5 manfaat kegiatan membuat handy craft
sachet kopi bagi anggota komunitas pengelola sampah:
- Membantu memilah sampah
- Memicu kreativitas anggota komunitas
- Meningkatkan silaturahmi antar anggota
- Meningkatkan kesehatan psikis karena dibutuhkan konsentrasi dan daya ingat.
- Menambah penghasilan
Jadi yuk mulai membuat handy craft
dari limbah sachet yang berhasil dikumpulkan. Nggak harus sama motifnya ya,
karena motif sachet yang berbeda bisa menghasilkan tampilan motif yang berbeda juga.
Alat dan bahan yang dibutuhkan:
- Limbah sachet kopi
- Gunting
- Benang dan jarum
- Kain pelapis, bisa kain bekas, atau kain spunbond yang kerap digunakan sebagai bahan baku tas souvenir
Cara membuat
- Gunting bagian atas sachet, kemudian buat 4 lipatan sama besar, agar menghasilkan handy craft yang rapi.(Gambar 1)
- Lipat ujung atas sachet ke bagian dalam, demikian juga ujung bagian bawah.(Gambar 2)
- Terakhir buat lipatan bagian atas ke dalam. Bisa juga bagian bawah yang dilipat ke dalam. Tergantung motif yang dituju. (Gambar 3)
- Ukur hasil sachet lipat, agar memudahkan saat menganyam. (Gambar 6)
- Mulai menganyam sachet lipat dengan menyatukan motif yang sama hingga mirip salib.(Gambar 4 dan 5)
- Teruskan menganyam dengan menyatukan motif yang sama lainnya. Demikian terus ke arah kanan dan kiri, tentukan panjang dan lebarnya, karena anyaman akan berbentuk tikar.(Gambar 7)
- Jika ingin membuat tempat tisu, atau wadah serba guna, satukan ujung A dan B hingga membentuk sudut segitiga. Sudut ini merupakan “dudukan” tempat tisu, wadah dan tas. (Gambar 8 dan 9)
- Kerjakan sesuai bentuk yang diharapkan serta panjang x lebar yang dikehendaki. Lapisi dengan kain apabila anyaman telah selesai dibuat.
Hasilnya lumayan bukan? Selama
#dirumahsaja saya menghasilkan cukup banyak handycraft. Karena aktivitas ini
bisa dikerjakan sambil nonton televisi atau mantengin drama Korea.😀😀
Teh, cukup rapi hasil kerjaan handycraft-nya. Saya sendiri kalau bikin karya dari limbah kemasan begini, bagian paling susahnya adalah mencuci bahannya sampai bersih :-D
ReplyDeleteIh si ibu bisaan pisan. Saya sempat punya banyak dan udah dianyam Bu. Tapi ga bisa bikin bentuk termasuk sudut gitunya tuh
ReplyDeleteSaya pernah ke desa yg para ibu2 nya punya sidejob daur ulang sampah jadi kerajinan, macam gambar diatas. Keren juga sebenarnya, cuma kurang laku.
ReplyDeleteOiya, saya baru tau ternyata sampahnya jd tanggungjwb produsennya ya.. 😊🙏
Betul juga ya, Ambu. Sampah dari kemasan sachetan ini menumpuk di bumi kita. Sudah lama banget kenal kerajinan tangan berbahan dasar plastik kemasan. Tapi belum tahu dibuat apa dan caranya bagaimana. Di rumah sih jarang banget ada sampah kemasan sachetan, tapi saya suka khawatir nih sama kemasan produk lain di rumah seperti minyak goreng, deterjen, sabun pencuci piring, daaan masih banyak lagi.
ReplyDeleteSemestinya sih bisa dicuci dan dibuat kerajinan tangan juga ya, Ambu.
Warnanya cakep euy..saya sampai menebaknebak tuh pas lihat fotonya, itu dari sachet kopi mereka apa yaa. hahahaha. Bank Sampah di sini juga membuat kerajinan begini mbak..biasanya produknya dibeli oleh para wisatawan.
ReplyDeleteNah, iya, aku suka lihat handycraft dari bungkus kopi jadi tas, dompet, kreatif, ya. Biar mengurangi sampah juga. Nah, ada tutorialnya juga ternyata.
ReplyDeleteIya, bikin kerajinan daur ulang lebih pada reuse dan recylce ya. Kain pun bisa pakai kain perca, nggak perlu beli yang baru dan lebih hemat.
ReplyDeleteBtw, sebenarnya bisa nggak sih menihilkan sampah? Atau hanya bisa meminimalkan produksi sampah?
Sebenarnya kalau semua menerapkan circular ekonomi gini Aman Indonesia dr smph plastik ya mba...make -use-return prisipnya
ReplyDeleteCantik ya hasilnya, Ambu.
ReplyDeleteDuh aku mah kurang rapi dan telaten bikin handy craft begini, jadi selalu luar biasa rasanya kalau lihat hasil karya yang begini cantiknya.
Solusi terbaik menurut saya adalah merubah kemasan. Yg tadinya plastik diubah menjadi kertas. Apalagi kalau itu kertas daur ulang. Untuk kedisiplinan, alangkah baiknya hal seperti ini ada UU nya. Agar setiap produsen lebih aware dan akan terkena sangsi jika tidak menjalankan aturan2 tersebut.
ReplyDeleteIroni juga ga sih kak? Plastik yang awalnya hadir untuk menyelamatkan lingkungan berubah menjadi senjata yang merusak lingkungan. Kertas bahan bakunya dari pohon. Sementara hadirnya plastik harusnya dapat mengurangi pohon yg tadinya ditebang untuk kertas (walau sebetulnya bahan baku kertas pun bukan hanya dari pohon). Menurutku, itu lebih ke sistem daur ulang dan regulasi pemerintah, pihak swasta (produsen sachet ini), dan masyarakat. Semoga Indonesia bisa mendaur ulang platik menjadi bahan yang berguna dan masyarakat tidak membuang sampah plastik sembarangan. Oh ya, menurutku daripada dialihkan ke kertas, juga ada alternatif untuk ke sistem curah.
DeleteKreatif banget ya membuat kerajinan tangan begini. Memanfaatkan bahan yang bekas daripada terbuang ya mbak. Saya pengen buat begini,pernah sih mencoba tapi hasilnya kurang rapi dan malah gak menarik gitu pun.
ReplyDeleteMantep banget nih kemasan sachet bisa dibikin handycraft. Cantik2 pula handycrftnya
ReplyDeleteMasyaAllah, kereen banget Mbak.
ReplyDeleteiyaah, tanpa kita sadari kopi sachet ini paling banyak menyumbang sampah dan tangisan bagi bumi.
saya lagi ngumpulin sampah plastik, pengen belajar buat eco brick ceritanya.
tapi buat handy craft ini juga kece, pengen coba deh kapan-kapan. makasih tutorialnya ya Mbak :)
sekarang di dekat rumahku marak warung kopi mba, dan tentu saja sampah yang dihasilkan banyak banget dan berakhir ke tong sampah aja hiks. Padahal kalo dipilah dan dibikin handy craft gini kece ya. Tapi setelah dibuat kerajinan tangan jangan dibuang lagi, dipakai yang lebih lama lagi agar tak berakhir juga di tempat sampah :)
ReplyDeleteDulu saya ada temen juga yang bikin handycraft seperti ini. Hasilnya dia jualin. Memang sekarang banyak jalan ya untuk mengurangi sampah.
ReplyDeleteItu juga cakep banget Mbak hasilnya. Aku aja naksir 😍
Jadi kabita pengen belajar bikin tempat tissue dari sampah plastik kemasan. Walopun tidak betul2 solutif untuk mengatasi masalah sampah setidaknya saya bisa belajar kreatif..merecycle sampah menjadi barang yg memiliki fungsi baru
ReplyDeleteya ampun kreatif sekali, ini lucu banget hasilnya deh hihihi, dulu sempet bantuin mama mertua bikin karpet juga dari bungkus kopi bekas hihihh,
ReplyDeleteHasil kreasinya rapi banget ya, Ambu? Salut dengan ketelatenannya!
ReplyDeleteBtw, jadi ingat dengan kunjungan kita ke sebuah acara dari PUPR dulu, yamg memanfaatkan sampah plastik sbg bahan aditif aspal, masih berlanjut enggak ya? Sebenarnya ini solusi jitu juga padahal ya? Memanfaatkam sampah plastik untuk bahan aditif aspal.
Alhamdulillah ada usaha dna ide luarbiasa ini salut deh, apalagi bikinannya rapi dan cantik-cantik.. jadi barang dengan nilai jual lebih meski itu limbah
ReplyDeleteefek negatif "menyulap limbah sachet kopi menjadi handy craft" ini yg masih bingung cari solusinya ya! aku kepikiran sih ngajak anak bikin. tapi bener, malah nambah sampah baru. misahin jenis2 sampah aja masih susah, udah kita pisah ada aja yg gabungin jdnya kebuang semua
ReplyDeleteRasanya gak percaya banget, Ambu...kalau hasil karya yang cantik-cantik itu berasal dari bungkus kopi yang gak ada nilainya.
ReplyDeleteBisa yaa..bikin kerajinan cantik-cantik begitu...mashaAllah~
Jadi bernilai dan berdaya jual.