Katanya Handy Craft Daur Ulang, Kok Bahan Bakunya Masih Baru?



Dunia dibikin bingung dengan limbah kantong plastik aka keresek.

Saking bingungnya, para pakar menyepakati bahwa setiap tanggal 3 Juli merupakan “No Plastic Bag Day” atau hari anti kantong plastik sedunia.

Yeee... kok cuma kantong plastik sih?

Ntar ember plastik, piring plastik serta produk plastik lainnya, bakal cemburu dong?

Ternyata berbeda dengan produk plastik lain yang digunakan berulang kali, kantong plastik umumnya sekali pakai. Menurut riset Greeneration Indonesia pada 2010, rata-rata orang yang tinggal di perkotaan memakai 700 kantong plastik setahun. Sementara ember plastik berusia belasan tahun, bahkan  puluhan tahun.

Nah si kantong plastik ini berulah.

Dikutip dari tirto.id, hasil riset  UH Manoa School of Ocean dan Earth Science and Technology menyatakan polyethylene yang yang terkandung dalam kantong kresek menjadi penyumbang gas rumah kaca terbesar.

Penemuan ini disambut para pengusaha dengan klaim, bahwa mereka punya produk baru  yang bisa hancur dalam rentang waktu bulanan. Apa itu? Ternyata mereka memasukkan bahan yang bisa membuat kantong plastik hancur menjadi mikroplastik.

Hancur ya? Tidak terurai di alam. Karena tidak ada bakteri yang mau makan mikroplastik. Jadilah si mikroplastik melayang-layang di udara, mencemari air dan  tanah.

Yang dilakukan pengusaha plastik sangat masuk akal. Omzet penjualan kantong plastik sangat besar. Mana ada pengusaha mau rugi. Mereka nggak peduli keberlangsungan bumi yang tercemar  mikroplastik.

Ngga cukup sampai disitu. Pengusaha lainnya  memperkenalkan kantong plastik dari singkong. Lha lebih parah atuh. Akhir abad ini akan terjadi ledakan penduduk. Diperkirakan bumi akan dihuni 11, 2 milyar orang. Singkong bakal diperebutkan, antara untuk makanan, bahan bakar dan kantong plastik.

Dari ketiganya kamu pilih mana?

Beberapa peneliti telah menemukan plastik yang biodegradable sesungguhnya, tapi harga keekononomiannya masih sangat  tinggi. Jadi, sambil menunggu,mari kita gunakan kantong plastik yang beredar selama mungkin.


Kebersamaan Saya dengan BILiC

Sekitar tahun 2008, awal saya terjun di pengelolaan sampah, banyak banget yang minta diajarin ketrampilan handy craft dari sampah plastik. Bingung dong saya. Saya tuh paling lemah di bidang ketrampilan, nggak hanya handy craft, juga menjahit baju, menyulam dan sebagainya.

Mending cuci baju atau cuci piring seabrek-abrek deh daripada harus bikin handy craft. :D   :D

Namun ada yang tak kalah penting. Untuk saya, recycle merupakan nomor sekian. Pintu darurat ketika reduce dan reuse menemui jalan buntu.

Tapi dipihak lain,  saya juga menyadari harus melakukan penyesuaian dengan perilaku masyarakat. Jangan-jangan omongan saya malah diketawain. Hidup nol sampah (zerowaste lifestyle)? Bagaimana mungkin?

Teman-teman di Walhi Bandung lah yang mencarikan jalan keluar. Mereka mengusulkan agar saya menggandeng Bandung Independent Living Center (BILiC). ). BILiC merupakan organisasi penyandang disabilitas yang berkiprah di Kota Bandung dan sekitarnya. Mereka mengadvokasi dan mendampingi anggotanya agar nggak hanya berdiam diri di rumah. Harus gaul agar pikiran mereka terbuka.

Setelah melalui kesepakatan dengan pimpinan BILiC, beberapa anggotanya saya ajak mencari ilmu /ketrampilan handy craft limbah plastik dengan menitipkan ke pakarnya. Serta saya ikutkan workshop. salah satunya bersama Tengku Firmansyah.

Baca juga: Punya Limbah Bungkus Kopi? Yuk, Sulap Jadi Handy Craft!

Sayang diakhir periode hanya 2 orang yang bertahan, Erna dan Yani.

Banyak penyebabnya, selain faktor manusiawi seperti malas dan mudah menyerah, faktor mobilitas menjadi kendala.Mereka sering mendapat penolakan dari supir angkutan umum. Gerakan motorik mereka juga nggak seluwes non disabilitas.

Akhirnya bersama kedua perempuan hebat ini, saya keluar masuk komunitas, sekolah, penjara perempuan dan kampung binaan perguruan tinggi serta perusahaan untuk mengajarkan pengelolaan sampah. Mereka berdua/atau salah satu memberi ketrampilan handy craft, sedangkan saya menjelaskan pentingnya mengelola sampah.


Awas “Kecelakaan”!

Bahaya besar jika masyarakat hanya mendapat penjelasan bahwa limbah plastik bisa didaur ulang. Perilaku membuang sampah tidak berubah karena mereka berpikir “ toh bisa didaur ulang”.

Mereka tidak memahami bahwa recycle hanyalah:

  • Memperpanjang usia limbah, limbahnya tetap ada. Usia handy craft tak lama, hanya sekitar 1 – 5 tahun. Pemiliknya bosan atau jahitannya rusak.
  • Proses recycle menciptakan limbah. Berupa sisa  guntingan limbah plastik dan bahan penolong.
  • Proses recycle membutuhkan sumber daya alam yang baru. Bahan penolong yang  digunakan menghabiskan sumber daya alam, tidak sim salabim muncul di bumi.
  • Biaya proses recycle sangat tinggi. Tidak hanya bahan penolong seperti kain untuk lapisan dalam handy craft, tapi juga upah tenaga kerja serta listrik dan air yang digunakan untuk mencuci limbah plastik.

Karena itu jangan menilai proses daur ulang plastik sebagai ajang bisnis, melainkan ladang hibah, khususnya CSR perusahaan yang memproduksi limbah plastik.

Jika keukeuh mengharuskan pelaku recyccle mendapat keuntungan sebesar mungkin. Maka siap-siaplah terjadi “kecelakaan”.

Seperti yang terjadi di suatu desa di Jawa Tengah, tempat suatu bank sampah berdiri. Sebetulmnya desa ini mendapat kucuran dana CSR dari suatu perusahaan asing. Besar pastinya ya?

Sayang, ketika bank sampah didirikan  tidak ada seorang yang memahami bahwa bank sampah cuma “tools” untuk memilah sampah, agar sampah anorganik tidak menumpuk di hilir.

Nggak heran ketika saya tanyakan  berapa jumlah omzet, berapa jumlah anggotanya, mana buku laporannya, zonk dong. Ngga ada aktivitas bank sampah disini.

“Nggak ada yang mau nabung sampah, “kata ketua bank sampah. “Disini orang-orangnya bandel, nggak mau setor sampah”.

“Wah, jadi?”

“Ya kegiatannya cuma jahit plastik bekas menjadi tas, dompet, tempat pinsil dan semacamnya.”

“Tapi kok warna plastiknya bisa sama gini?”

“Iya bu, saya beli kantong plastik baru terus dijahit jadi tas. Stok kantong plastik bekas tidak mencukupi”.

Masyaallah. Ini sih mengkomersilkan sampah namanya. Tas plastik biasa diberi embel-embel daur ulang kemudian dijual dengan harga tinggi. Parah!

Komunitas ini akan selalu kekurangan sampah plastik, karena ngga ada pengumpulan sampah! SOP bank sampah tidak dijalankan.

Kasus yang mirip,  terulang belum lama ini.

Dengan bangganya seseorang menulis dalam blognya,  dia membuat daur ulang kantong plastik berbentuk tas rajut.  Berhubung tidak punya keresek berwarna sama, diapun membeli yang baru.

Ohmaygat, bumi gonjang ganjing.

Harusnya mengurangi sampah, eh malah nambah sampah.


Handy Craft Dari Limbah Keresek/Kantong Plastik

Pelajaran membuat handycraft dari limbah kantong kresek merupakan salah satu ketrampilan yang diajarkan almarhum Ibu Iyom kepada member BILiC, Erna dan Yani. Dan kemudian berhasil saya kuasai karena kepepet.😢😢

Ala bisa karena biasa ternyata terbukti. Ada beberapa kasus yang membuat saya tidak bisa mengajak mereka, sehingga saya terpaksa mempelajari ketrampilan ini,  dan ... berhasil! Walau sampai berdarah-darah, hihihi yang terakhir ini #lebaysangat

Selain itu, semangat sulung saya menjadi penyemangat. Dia berhasil menaklukan tantangan dengan ketekunan. Sayapun menirunya. Jadi, keteladanan anak bisa kita tiru ya? Ngga usah malu J

Baca juga: Keranjang Takakura, Solusi Mudah Sampah Perkotaan

Sebetulnya saya berencana membuat tutorial dan video handy craft limbah kantong plastik dengan komunitas bank sampah resik jelinger di Cilegon. Berhubung pandemi Covid-19, saya tidak bisa kesana, ya udah saya menulis seadanya ya?

Sayang, gambar tutorial yang saya buat juga kurang jelas karena memakai kantong plastik hitam. Syukurlah, ketika sedang browsing, saya menemukan tutorial yang dibuat merajutindonesia.com. Jadi foto merekalah yang saya tampilkan disini.

Kok bikin handy craft kantong plastik? Kan diet kantong plastik?

Pengalaman saya sih, kantong plastik selalu ada di rumah. Ada yang berasal dari oleh-oleh, saudara yang membawa bungkusan dan menaruh kereseknya begitu saja, hingga keresek bekas layanan antar makanan online yang tak bisa kita tolak kereseknya. Daripada bingung mau diapain, yuk disulap jadi handy craft.

Milik kerabat yang biasanya digundukkan begitu saja, juga bisa dikaryakan.  Pilih yang tanpa tulisan biodegradable, oxium atau sejenisnya, ya? Karena kantong plastik seperti ini mudah rusak dan mengotori rumah. Sayangnya hanya rusak, bukan terurai di bumi.


Contoh di atas menunjukkan perbedaan plastik biasa (belakang), dan plastik yang katanya biodegradable (depan). Kedua handycraft berusia hampir 10 tahun (dibuat tahun 2010). Bedanya dompet hitam berbahan kantong plastik biasa tetap utuh, walau digunakan setiap hari. (saya gunakan untuk dompet kamera saku).

Sedangkan dompet putih yang berbahan plastik campur oxium berubah murudul, mengotori sekitarnya.

Selanjutnya peralatan yang dibutuhkan hanya sederhana kok, yaitu gunting dan  jarum rajut/hakpen.

Langsung aja kita buat “benang kantong plastik”  ya.


Cara membuat:

  1. Ratakan selembar kantong plastik pada permukaan yang rata.
  2. Gunting bagian handle dan alas kantong keresek. (gambar 1)
  3. Lipat horisontal  dari ujung k e ujung , sisakan ujung lainnya. Bagian ini yang berperan membuat  “benang kantong plastik” tanpa ikatan. (gambar 2)
  4. Buat guntingan dengan lebar 2-3 cm, tergantung tebal dan besar keresek.(gambar 3)
  5. Gunting serong dari arah luar menuju bagian dalam guntingan di seberangnya. Demikian seterusnya hingga semua tergunting dan jadilah “benang kantong plastik” (gambar 4 dan 5)
  6. Ambil gulungan kertas bekas untuk menggulung “benang kantong plastik”.(gambar 6)

“Benang kantong plastik” siap digunakan. Buat rajutan sederhana dengan hakpen/jarum rajut,  sebelum membuat handy craft  yang njlimet.

Oh ya, titip pesan boleh?

Andai tertarik pada produk rajutan plastik, tolong tanyakan dulu apakah terbuat dari limbah kantong plastik atau kantong plastik baru?

Jika penjual menjawab, ya terbuat dari kantong plastik baru, karena ... bla ... bla ..

Tetap akan membelinya? Maka congratulation, kamu telah membeli produk daur ulang berbahan kantong plastik baru.

Dan jangan bilang, “Lho ini kan duit gue, suka suka gue dong”.

Yups, sangat benar. Tapi buminya milik milyaran orang J

 


16 comments

  1. Keren nih Kak ada handicraft terbuat dari kantong plastik bekas. Saya baru tahu loh (entah kemana aja saya selama ini) Mana hasilnya cantik-cantik lagi Wah jadi mupeng banget pengen punya.

    Btw Iya sekarang banyak banget beredar. Kantong plastik yang mudah hancur jadinya ya kayak gitu baru sekali pakai aja udah putus. Kadang baru di jalan aja belum sampai rumah sudah rusak talinya. Jadi sebenernya masih mending kantong plastik yang biasa dapat kita pakai berulang kali.

    ReplyDelete
  2. Kadang suka miris padahal ada bank sampah tapi masih belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Kuy kita sama-sama menyadarinya

    ReplyDelete
  3. Sangat disayangkan ya jika judulnya aja handy craft daur ulang, eh ternyata bahannya beli baru. Makin menumpuk deh sampah barunya.
    Btw saya belum pernah nih bikin rajutan plastik daur ulang gitu, Ambu. Pengen juga kapan-kapan bikin bareng anak-anak. Browsing dulu :)

    ReplyDelete
  4. Btw bagus juga ya idenya Mbak menyulap limbah plastik jadi handy craft gitu daripada sampah plastiknya eh tapi ternyata ada juga yah yang malah mengolah plastik baru untuk membuat rajutan. Justru nambah masalah baru saja yang kayak gitu.

    ReplyDelete
  5. Tertarik buat praktek saya nih.
    Teknik rajutnya sama dengan rajut pakai benang ya, hanya bahan bakunya terbuat dari plastik bekas yang dijadikan benang? Berarti limbah tali rafia juga bisa ya?

    Kalau saya nih, banyak sekali limbah perca. Kadang saya buat dompet, tempat pensil, bross, trus sekarang lagi sering bikin masker kain.

    Salah satu hobi selain menulis yang ngga pernah bosan ya craft ini, terutama jika nilai plusnya untuk mengurangi sampah alias daur ulang.

    ReplyDelete
  6. Nah aku pun lebih memilih berusaha mengurangi penambahan plastik baru.. jadi sebisa mungkin menolak dikasi plastik sewaktu belanja.. meskipun ketika aku lupa gak bawa tas sendiri dr rumah. Karena utk recycle masih butuh effort lagi.. hehe

    ReplyDelete
  7. Wuah, baru tahu itu dari plastik. Sekilas sih terlihat benang rajutan dari jauh. Mau dong kreatifnya ditularin. Saya dulu juga sempat kepikiran untuk ngolah plastik itu. Sudah saya kumpulin capek-capek. Eh pas pulang kuliah ternyata sudah dibakar sama orang rumah. Duduh.

    ReplyDelete
  8. Wow, salut deh sama mbak Maria..sejak tahun 2008 ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Iya dong, handycraft yg riil dr sampah yang didaur ulang biasanya kan dari bahan2 lama gituh hehehe... 😍

    ReplyDelete
  9. Aku envy sama Ambu... jiwa produktifnya luarbiasa. Aku yang muda agak kesentil. Banyakan magernya kayanya.hehe.. Selama ini aku taunya Ambu food blogger dan pengusaha kuliner aja. Taunya aktif banget memberdayakan perempuan disekitarnya barengan bilic seperti ini. Apalagi kegiatannya bermanfaat dengan mendaur ulang bahan limbah jadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Duhhh Ambu aku padamu 💕 keren pisannn 👏👏👏

    ReplyDelete
  10. Lucu sekali mirip tas rajut dari benang itu sekilas. jadi pengen belajar juga nih. Selama ini saya belum pernah mencoba memanfaatkan limbah plastik disulap jadi tas. Dulu-dulu banget rajin manfaatin koran bekas aja untuk bunga, pot, dll. Lumayan banget untuk ngisi waktu. Next harus coba bikin dari kantong plastik karena di rumah ada lumayan juga jumlahnya, tapi harus ingat jangan beli baru yaa...haha.

    ReplyDelete
  11. Kalau saya pernah iseng-iseng bikin tas dan tiker dari bungkus kopi mba tapi ngejaitnya itu yang mahal pertas bisa seratus ribu

    ReplyDelete
  12. Kalau saya pernah bikin tas dan tikar dari bungkus kopi sayangnya ngejaitnya resleting sama tali bisa seratus ribu pertas

    ReplyDelete
  13. Kalo menurut aku sih, produk daur ulang itu justru unik kalau motifnya nggak ada yang sama persis. Jadi serasa eksklusif gitu.

    ReplyDelete
  14. Btw kreatif banget ya Mbak bisa buat benang dari limbah kantong plastik. Udah gitu caranya juga kelihatannya nggak terlalu sulit ya. Boleh nih dicoba.

    ReplyDelete
  15. Kereeenn Mbak, MasyaAllah inspiring banget.
    Perjuangannya, semoga banyak yg mengikuti ya Mbak.
    Sedih banget ya itu, ada bank sampah tapi bukannya nabung sampah tapi rela beli sampah baru malah :(

    ReplyDelete
  16. Seriusan baru tahu kalau ada yang bikin dari plastik baru..lah namanya bukan daur ulang dong ituuh
    Tapi bedanya ternyata ada ya setelah pemakaian 10 tahun pada kedua tas...plastik biasa dan biodegradable.
    Dan artikel ini makin mengingatkan saya akan pentingnya bijak dalam menggunakan plastik

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat