Pandemi Covid-19
datang, jumlah KDRT bertambah
Di tengah situasi
pandemi Covid-19 dan keterpurukan ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA) memaparkan, ada 643 kasus kekerasan terhadap perempuan
dan anak yang dilaporkan melalui Sistem Informasi Online (Simfoni PPA) sejak 2
Maret-25 April 2020.
Kok bisa sih?
Tentu saja bisa.
Saat tiba-tiba kepala keluarga mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), atau
hanya mendapat 50 % gaji/upah, maka anak dan istri menjadi sasaran kemarahan,
hingga samsak tinju. Anak-anak bak pelanduk yang mati di tengah pertikaian para
gajah.
Hasil SPHPN 2016
mengungkapkan 18,3% perempuan yang sudah menikah dengan jenjang usia 15-64
tahun telah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual. Kekerasan fisik
mendominasi kasus KDRT pada perempuan yaitu sebesar 12,3% dibandingkan
kekerasan seksual sebesar 10,6%.
Kekerasan
emosional atau psikologis, bentuknya meliputi tindakan mengancam, memanggil
dengan sebutan yang tidak pantas dan mempermalukan pasangan, menjelek-jelekan
dan lainnya. Sebanyak 1 dari 5 perempuan yang sudah menikah pernah mengalami
kekerasan emosional yaitu sebesar 20,5%.
Sedangkan untuk kekerasan
ekonomi, sebanyak 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan ekonomi atau sebesar
24.5%. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat maka tingkat kekerasan
yg dialami perempuan semakin rendah.
source: kemenpppa.go.id |
KDRT vs Bisnis Kuliner
Mengapa bisnis kuliner?
Karena merupakan
bisnis yang paling mudah dilakukan. 42,3% kekerasan
yang dialami perempuan adalah pembatasan pasangan. Suami bersikap posesif,
menuduh istri selingkuh dan hanya boleh beraktivitas seputar sumur dapur kasur.
Kuliner, paling
memungkinkan seseorang belajar ketrampilan baru sambil berancang- ancang
menggunakannya sebagai income untuk menambah penghasilan kepala keluarga, atau
bahkan satu-satunya sumber income keluarga.
Dalam: KemriyiknyaRempeyek, Si Peanut Cracker yang Dipuji di Australia saya menulis keberhasilan
bude yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang sarjana dan renovasi
rumah.
Seorang tetangga di
Cigadung juga melakukan aktivitas yang sama, yaitu berjualan rempeyek. Saat
suaminya mengalami PHK masal di tempatnya bekerja, dengan sigap dia membantu
sang suami. Kini, sepanjang waktu dihabiskannya di dapur untuk menggoreng
rempeyek, sementara suaminya bertugas berbelanja bahan baku, mengemas rempeyek
dan mengantar rempeyek pada pemesan.
Fatmah Bahalwan, perempuan cantik pendiri Natural Cooking Club pasti akan menangis, apabila membaca pandemi Covid-19 menyebabkan meningkatnya KDRT pada perempuan.
Dia mendirikan
Natural Cooking Club untuk membantu para perempuan yang terkena dampak krisis
moneter 1998. Situasi sekarang kurang lebih sama ya? Perekonomian Indonesia
memburuk. Banyak karyawan dirumahkan, baik sementara maupun seterusnya. Kisah
mengenai Fatmah Bahalwan bisa dibaca dalam tulisan berikut: Curry Puff danKisah Pengajar Sejuta Umat
source: freepik.com |
Bisnis Kuliner ala Fatmah Bahalwan
“Ibu, ibu jangan
putus asa. Jika hanya punya loyang seharga Rp 50.000 ya ngga papa, terus aja
berusaha menabung sampai punya uang untuk membeli loyang kualitas bagus”.
Demikian penjelasan
Fatmah Bahalwan dalam salah satu videonya yang diunggah di akun YouTube Fatmah
Bahalwan. Sangat menginspirasi siapapun, sekaligus memicu penonton untuk mulai
bisnis semampunya.
Belajar kuliner
ala Fatmah Bahalwan yang punya tagline “Awas Centong Melayang” ini menyenangkan
dan lengkap. Semula anggota hanya berinteraksi melalui milis, kini semakin
mudah seiring kemajuan teknologi.
Apa saja:
- Situs ncc-indonesia.com yang memuat semua resep yang bisa digunakan untuk berjualan, pilihlah yang termudah dan paling gampang dipasarkan.
- Akun YouTube, setelah sebelumnya mengisi akun Sajian Sedap, sekitar setahun yang lalu Fatmah Bahalwan memiliki channel sendiri yang memuat banyak ketrampilan yang dibutuhkan seorang pegiat kuliner. Step by step membuat berbagai masakan, mulai dari snack, cookies, roti, hingga kuliner “berat” seperti nasi kabuli, pastel tutup dan soto. Serta tips agar sukses berbisnis kuliner.
- Kelas online dan offline, selain kelas off line yang jadwalnya bisa dilihat di situs ncc-indonesia.com, Fatmah juga membuka kelas online. Mengikuti kelas memang selalu lebih baik karena peserta bisa berinteraksi langsung dengan Fatmah Bahalwan.
- NCC Grup Facebook. Ingin berinteraksi dangan anggota NCC lain? Bisa banget dengan gabung di grup NCC Facebook. Hebatnya selain NCC pusat, setiap kota membentuk grup sendiri, misalnya NCC Bandung. Sangat berguna untuk berbagi informasi seputar toko bahan kue, membuat event dan seterusnya. Setiap resep yang baru “ditemukan” Fatmah biasanya akan dishare di grup. Senang pake banget pokoknya.
Secara
periodik NCC menyelenggarakan lomba dan membuat masakan dengan topik tertentu.
Hasilnya difoto dan dikirim by email yang akan ditayangkan admin dalam satu
blog khusus. Peserta yang berhasil akan mendapat penghargaan berupa Badge
NCC. Saya pernah ikut dan wow bahagia
banget rasanya.
Baca juga: Bala Bala Mentimun. Why Not?
source: freepik.com |
Memilih Jenis Bisnis Kuliner
“Bingung mau pilih
kuliner yang mana? Bikin aja lemper. Jenis snack yang ngga ada matinya. Harganya beragam, mulai dari Rp 1.000 hingga Rp
5.000. Mulai yang isinya abon sampai daging cincang,” kata Fatmah Bahalwan
dalam salah satu artikel ncc-indonesia.com.
Yang dikatakan
Fatmah bener banget. Sekitar 2 tahun lalu, sebelum lengan atas saya cedera
lumayan berat, saya membuat kue untuk disetor ke toko kue yang acap menerima
pesanan snack kotak.
Nah, semua juga
tahu bahwa isi kotak snack selain minuman dalam kemasan gelas pasti ada tisu
dan lemper. Terkadang ada lontong sih, tapi jarang banget. Lontong biasanya
dipilih jika stok lemper habis.
Jadi bisa banget
mulai belajar membuat lemper dan memasarkannya. Ngga mau? Ingin yang lain? Ada beberapa yang bisa dipilih dan tersedia
resep serta cara membuatnya di akun YouTube Fatmah Bahalwan:
- Cake potong. Kudapan biasa jadi luar biasa, itulah cake potong. Bermodal cake/bolu standar, Fatmah Bahalwan memberi pelajaran cake decorating sehingga cake seharga Rp 1.000 bisa dijual Rp 5.000/potong.
- Roti. Modal minim hasil maksimal, demikian kurang lebih penjelasan Fatmah mengenai bisnis roti, dan saya setuju banget. Modal cuma tepung terigu, ragi dan sedikit telur, eh bisa membuat berbagai macam jenis roti. Karena itu jangan heran jika di pasaran ada roti tawar harganya hanya Rp 5.000, pasti nggak pakai mentega dan telur tuh.
- Frozen Food. Adakah anak yang nggak suka nugget? Nampaknya nggak ada ya? Ternyata gampang banget membuat nugget. Setelah berhasil membuat nugget ayam, bisa berkreasi membuat nugget ayam sayur, nugget ayam keju, nugget seafood. Dikemas secara kedap udara, tawarkan ke tetangga, sesama orang tua murid dan rekan pengajian. Mudah bukan?
- Klitikan (cheese stick, kue bawang), kelebihan klitikan bisa awet selama beberapa bulan, namun membutuhkan tambahan modal berupa alat menipiskan adonan.
- Aneka puding. Anak-anak sering ikut orang tua ke toko kue, dan pilihan mereka pastilah puding. Puding juga menjadi salah satu pilihan takjil, pesta ulang tahun dan snack pengajian karena menyegarkan.
Dan masih banyak lagi, silakan buka link yang
saya tulis di atas. Bisnis kuliner sangat bergantung pada keuletan, konsistensi
dan kreativitas pembuatnya. Saya pernah terkaget-kaget sewaktu mendapat pesanan
600 potong snack. Armada bantuanpun datang: kakak saya, tante dan om saya dari Jakarta serta siapapun
yang kebetulan “menganggur”.
Sekarang, saya bisa
melakukan sendiri. Mungkin karena terbiasa serta mengetahui kuncinya, yaitu time
management!
Baca juga: Ganyong Naik Kelas, Makanan Masa Paceklik yang Jadi Healthy Food
source: freepik.com |
Penutup
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (al-Anbiyâ’/21:35)
Sebagai mantan
korban KDRT, saya sangat memahami masalah yang seperti lingkaran setan, tak ada
habisnya. Semua serba salah. Pandemi Covid-19 hanya pemicu, masalahnya telah ada.
Jangan mengharapkan
pertolongan orang lain, terlebih pemerintah. Saya pernah melaporkan kasus saya
ke Komnas Perempuan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) dan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Kota Bandung.
Hasilnya? Nol
besar!
Yang terjadi
adalah luka batin yang bertambah parah karena harus mengulang- ulang kisah.
Percayalah hanya Allah SWT yang bisa membantu. Pilihan ada di tanganmu.
Untuk teman-teman yang memiliki suami baik hati, yang memperbolehkan istrinya mendapatkan penghasilan sampingan sesuai passion, dekaplah dia dan katakan terimakasih telah memilihmu sebagai istri, serta menjadi nakhoda yang hebat untuk keluarga kecilmu.
Ya Allah merinding membaca tulisan ini. Memang, berat ya KDRT tapi kalau tidk berusaha bangkit dan berjuang sekuat tenaga, mau sampai kapan berkubang dalam masalah.
ReplyDeleteooo jadi roti itu modal minim untung besar ya. Pantesan di kampung saya, orang-orang yang terima pesanan roti untuk hajatan, rata-rata bisa merenovasi rumahnya jadi bagus, bahkan bertingkat. Padahal sekotak roti harganya cuma 10-20 ribu.
ReplyDeleteBaca penutupnya, jadi pengen mendekap suamiku, tapi orangnya lagi nggak di rumah
Setuju.
ReplyDeleteFakta membuktikan, pendapatan istri yang dianggap 'sampingan' justru bisa jadi penyelamat ekonomi keluarga saat pendapatan suami berkurang, hilang, atau bahkan minus.
Bisnis kuliner sepertinya memang penolong di saat sulit seperti ini ya teh.. disaat semua mengencangkan ikat pinggang, tapi kebutuhan pangan tetap harus dipenuhi.
ReplyDeleteTerima kasih infonya teh
Banyak banget ya Ambu pilihan produk kuliner yang bisa dijadikan bisnis. Keuletan memang ya kuncinya..
ReplyDeleteBtw alhamdulillah suami saya baik, gak menuntut istrinya ini menghasilkan uang karena 4 anak kecil sedang membutuhkan perhatian penuh saya. Hehehe.
Super sekalii mbaak, semogaa Allah sembuhkan luka yg membekas di hati. Bener juga kalau pandemic covid19 ini bsa memicu KDRT karena kondisi keuangan pasti serba sulit. belum lg kalau mengalami potong gaji atau bahkan PHK. Usaha kuliner bsa jd solusinya ditengah krisis begini ya mbak karena semuanya masih dan akan selalu butuh makan. Yg gak bisa masak kaya saya jd bisa dengan rutin lihat tutorial masak di cookpad, ig ataupun youtube 😅
ReplyDeleteIya susah situasi saat ini bisa jadi boom waktu bagi banyak pihak yang sudah bermasalah. Makanya harus semakin hati-hati menyikapinya
ReplyDeleteKprban lain akibat pandemi corona ya, Ambu. Dari kemarin2 aku kepikiran gini. Korban tak langsung dari corona ini nggak bisa dibilang sedikit. Yang meninggal karena kelaparan, yang sakit lain tapi tak tertangani pandemi, lalu KDRT. Entahlah apa ada yang bunuh diri karena stres kehilangan pekerjaan/penghasilan akibat pandemi ini :'(
ReplyDeleteBtw, aku speechless baca paragraf-paragraf terakhir. Emang malesin banget kalo mesti berulang menjelaskan hal yang menyakitkan.
Sy juga gabung NCC.. seneng bgt bangak belajar.. emang perempuan hatus fleksibel dan tahan banting dlm sutuasi apapun. Semangat
ReplyDeletePandemik corona ini benar2 berdampak besar ya Mba.. Bahkan bisa ke masalah KDRT.. Jangan sampai deh para wanita byk yg mengalami KDRT.. Btw, wanita harus mandiri secara finansial dgn berbisnis kuliner sbg pilihan ya Mba..
ReplyDeleteMbak, aku bacanya jadi merinding, ya Allah dampak Korona gak cuma hal remeh temeh kayak gak boleh keluar rumah, tapi KDRT, hiks :'( Setuju banget, bahwa kita yang harus bergerak dulu, gak usah nunggu bantuan apalagi bantuan pemerintah. Jujur aku gak bs masak, tapi baca tulisan mbak, dalam hati mikir semua pasti bisa tinggal masak jenis apa, asal belajar. Makasih banyak ya mbak, atas tulisannya ini :)) Salam kenal, emak tangguh :))
ReplyDelete