Serius!
Begitu
banyak drama Korea berkisah tentang balas dendam, pembunuhan berantai dan berdarah-darah lainnya, tapi “Tell Me
What You Saw” termasuk yang brutal. Tidak sekedar menampilkan cipratan darah,
juga cekikan pada korban dengan tali pancing yang membuat korban
tergelepar-gelepar, mata memerah, mengeluarkan suara kelojotan, dan darah
muncrat disana sini.
Ada yang cuma setengah dicekik kemudian
dibiarkan hidup. Ada yang hingga meregang nyawa kemudian dijatuhkan dari
ketinggian. Bikin mual!
Jika kamu ngga kuat nonton, lebih baik jangan
memulainya deh. Daripada nanggung seperti saya, terpaksa menyelesaikan karena
pingin tahu endingnya.
Lha
kenapa nonton?
Karena
Jang Hyuk yang main sebagai lead actor. Si Jang Hyuk ini ganteng-ganteng nyebelin. Hihihi ada beberapa
serial Jang Hyuk yang saya tonton, dan selalu suka dengan gayanya yang tengil.
Hahahaha
....lihat deh aktingnya sebagai pimpinan gangster di “Wok of Love”, atau agen
polisi yang frustasi akibat kematian istrinya di “Voice”. Namun yang paling
epik, sebagai Lee Gun di “Fated to Love You”, yang tanpa sengaja bikin anak
orang jadi hamil. :D :D
Baca
juga:
Fated To Love You, Akibat One Night Stand
“Tell
Me What You Saw” mirip dengan “Voice” kata sebuah media. Memang sih sama-sama
berkisah mengenai pembunuhan berantai dan menggunakan latar yang gelap. Namun penggarapan “Voice” lebih apik, nggak
sebrutal “Tell Me What Tou Saw”. Sayang asianwiki.com tidak memuat rating “Voice”,
sehingga tidak bisa membandingkan animo penonton Korea pada kedua drama ini.
Yang
pasti keduanya, “Voice (1)” dan “Tell Me
What You Saw”, sama-sama diperankan Jang Hyuk yang nyebelin, arogan namun
ganteng dan disukai banyak penonton (pria maupun perempuan).
Nggak
percaya? Tonton sendiri deh aktingnya. Bahkan di “Wok of Love” banyak penonton
pria ngga terima Jang Hyuk sebagai second lead, kalah oleh lead actor. Ya atuda
gimana atuh :D
Jang Hyuk
sebagai Oh Hyun-Jae sebagai top criminal profiler. Sewaktu menjadi
narasumber di suatu sekolah, tanpa disadari Hyun Jae memberi penjelasan yang
ditafsirkan berbeda oleh seorang anak. Dikemudian hari anak tersebut menjadi pembunuh
berantai dengan julukan “The Guy”.
“The
Guy” memiliki sebutan lain, yakni “Peppermint Candy”, karena selalu ada permen
pedas di setiap korbannya. Sebagai penanda, dialah pelakunya.
Kekasih
Hyun Jae tewas akibat kelakuan “The Guy”.
Merasa tak terima, Hyun Jae mengundurkan
diri dari kepolisian, dan menyusun
rencana balas dendam. Salah satunya dengan menyadap arus komunikasi kepolisian
dan memanfaatkan kelebihan Cha Soo-Young.
Sooyoung
sebagai Cha Soo-Young
, seorang opsir polisi di pedesaan Hongwoon yang selalu bermimpi untuk bisa
berkarir di kepolisian Mucheon, lokasi penabrak lari ibu kandungnya.
Semasa
kecil Soo Young melihat ibunya ditabrak dan tewas, namun polisi tidak bertindak
apa-apa. Malah memarahi ayah Soo Young yang kebetulan tuna rungu.
Soo Young memiliki kemampuan istimewa “ yang
pertama kulihat, pertama kuingat”. Dia bisa mengingat apapun yang pernah lihat
secara detail. Kelebihan yang membuatnya
terpilih sebagai anggota team UPR di
Mucheon. Sebuah team reaksi cepat kepolisian yang dipimpin Hwang Hwa-Young.
Jin Seo-Yeon
sebagai Hwang Hwa-Young.
Ketua team UPR kepolisian Mucheon yang punya agenda terselubung dalam usahanya
memburu The Guy.
Ketiga
orang ini, Oh Hyun-Jae , Hwang Hwa-Young dan Cha Soo-Young akhirnya terhubung
untuk sama – sama mengungkap siapa sebenarnya The Guy dan menjebloskannnya ke
dalam penjara.
Sinopsis
Tell
Me What You Saw
Diawali
dengan penemuan potongan mayat di suatu distrik terpencil, Hongwoon membuat
opsir Cha Soo-Young dipromosikan di kantor kepolisian idamannya, Mucheon.
Kedua
orang tua Cha Soo-Young tuna rungu.
Sewaktu masih usia sekolah dasar, ibunya tertabrak mobil hingga tewas ketika
sedang mengejar Cha Soo-Young untuk memberi payung.
Cha
Soo-Young melihat dan mengingat plat mobil dari wilayah Mucheon yang menabrak
ibunya. Dia juga menyimpan memory mengenai seorang anak lelaki yang sedang memegang
boneka dan duduk di jok belakang mobil.
Keistimewaan
mengingat secara detail lah yang membuat Cha Soo-Young direkrut ke Mucheon, tempat kemampuannya
dimanfaatkan ketua UPR, Hwang Hwa-Young dan mantan profiler yang balik lagi ke kesatuan, Oh Hyun-Jae .
Tiga sosok yang memiliki agenda tersendiri pada The Guy ini menyelesaikan banyak kasus: peniru pembunuhan berantai, pelaku pedofilia, seorang pengacara terhormat yang mengalami kelainan jiwa, hingga akhirnya bertemu dengan The Guy. Sosok tak terduga yang selama ini wara wiri di dekat mereka.
Review Tell Me What You Saw
Mereka bilang, manusia diarahkan oleh naluri, tapi aku tidak setuju
Seorang yang berhati baik bisa tenggelam dalam kejahatan
Sementara seseorang yang berhati jahat bisa mengatasi kejahatannya sendiri
Akan kuberitahu apa yang kulihat
Aku melihat tekad
Tekad untuk melawan tenggelam ke dalam kejahatan
Entah orang itu baik atau tidak
Tergantung pada pilihan seseorang
Negara
Korea mempunyai beberapa kisah pembunuhan berantai. yang diolah menjadi
beberapa serial drama dan film. Menarik untuk dicermati adalah ramuan yang
dilakukan penulis skenario. Ada yang menyelesaikan dengan ukuran standar, yaitu
si pembunuh ditangkap, masuk penjara, dan selesai.
Sedangkan
“Tell Me What You Saw” memberi pesan yang saya kutip di atas. Yang mengingatkan bahwa setiap manusia
memiliki kemampuan mengubah diri.
Ketika
dia mengklaim dirinya adalah pembunuh. Maka dia akan menjadi pembunuh, demikian
pula sebaliknya. Sebelumnya saya mengulas hal tersebut sesuai buku “The Power of Habit” by Charles Duhigg, yang juga
saya kutip di:
Baca
juga: Shopping King Louie, Bukan Salah Nenek Mendidik
Ada
3 komponen kebiasaan, yaitu tanda, rutinitas, dan imbalan.
Tanda adalah situasi yang memberi
orang isyarat untuk melakukan sebuah tindakan.
Setelah tindakan itu dilakukan,
orang akan mendapatkan suatu kenikmatan.
Kenikmatan ini adalah imbalan atas
tindakannya tadi. Ia akan otomatis teringat pada kenikmatan itu ketika
menemukan tanda tadi. Tanda itu membuatnya melakukan tindakan. Tindakan
berulang itu adalah sebuah rutinitas.
Setiap
kali melihat (mendapat) tanda, orang
akan teringat pada kenikmatan imbalan.
Ingatan itu mendorongnya untuk melakukan rutinitas.
Hal itu akan terjadi berulang-ulang. Imbalan tadi membuat orang ketagihan. Ketagihan itu mendorong ia melakukan
tindakan rutin. Siklus inilah yang menjadikan sebuah kebiasaan.
Dalam
skala kecil, kenikmatan yang menimbulkan ketagihan dan bisa dikendalikan adalah
“merokok”. Ditengah serbuan artikel yang memberi tahu bahwa seseorang yang mengisap
rokok berarti mengisap racun, jika keukeuh merokok berarti sulit mengendalikan diri.
Seorang
psikopat mendapat kenikmatan saat membunuh korbannya. Jadi tujuannya tidak
sekedar membunuh, melainkan kenikmatan saat melihat korban tak berdaya, dan dia bak Tuhan yang
memiliki kuasa atas hidup mati seseorang.
Mungkin
itu pula penyebab “Tell Me What You Saw” menampilkan adegan pencekikan dengan
vulgar. Situasi yang disukai seorang
psikopat.
Terdapat
banyak lubang pada skenario “Tell Me What You Saw”, seperti The Guy yang menyasar dan mempermainkan Hwang Hwa-Young, ketua team UPR, menjadi tanda
tanya yang tak terjawab. Juga para pemain yang alih-alih berakting untuk
menunjukkan isi pikirannya, eh malah ngomong sendiri bahwa dia akan melakukan
bla ...bla...bla. Mirip adegan sinetron
Indonesia yang #lebaysangat.
Hihihi .... penggemar sinetron
Indonesia jangan marah. Diambil alihnya dunia hiburan Indonesia oleh Korea
Selatan, harusnya membuat para sineas
film/drama Indonesia melakukan instropeksi. Kok negara miskin sumber daya alam
seperti Korsel bisa menjajah Indonesia di sektor hiburan?
Karena aktor dan aktris
Korsel ganteng dan cantik? Big no! banyak seleb Indonesia yang jauh lebih kasep
jeung geulis.
Kreativitaslah yang mereka
jual. Kreativitas yang semakin handal di tengah persaingan ketat. Mereka juga
memegang beberapa pakem norma yang tak boleh dilanggar.
Di Korea, aktor/aktris papan
atas yang pernah tersenggol kasus, akan
masuk kotak. Sedangkan di Indonesia? Negara yang konon menjunjung tinggi
kesusilaan, ternyata mengizinkan seleb
yang melakukan adegan ranjang dengan suami orang, wara-wiri di layar perak.
Konsumen adalah pelaku yang
jujur, mereka hanya membeli yang disukai. Salah satu hukum dasar ekonomi yang
harus dipahami. Bukan karena kami tidak cinta Indonesia. J
Profile
Drama: Tell Me What You Saw
(English title) / Say What You Saw (literal title)
Revised romanization:
Bondaero Malhara
Hangul: 본대로
말하라
Director: Lee Joon-Hyeong
Writer: Ko Young-Jae, Han
Ki-Hyun
Network: OCN
Episodes: 16
Release Date: February 1 -
March 22, 2020
Runtime: Sat. & Sun.
22:30
Language: Korean
Country: South Korea
Menurutku film korea itu total, lucu : lucu banget, horror : horror banget. Sex : vulgar bangey. Aku sih penggemar film/serial korea yang ada hantunya, misterinya, horrornya, ceritanya kadang dibubuhi adegan tertentu kalau ga ada lakon anak-anaknya.
ReplyDeleteIya betul ambu, klo sinetron Indonesia gak jauh dari azab hidayah atau orkay tapi kadang gak jelas endingnya😀
ReplyDeleteDpaat ilmu baru lagi Bu. Seharusnya kita memikirkan ya, kenapa drakor sampai digandrungi umat Manusi, sementara bukankah negara kita juga bisa bikin drama sejenis?
ReplyDeleteKarena kualitas. Itu pembedanya ya
Dalam menonton serial drama ataupun film daku Ndak takut darah, Ambu. Malah jadi film yang menegangkan dan penasaran
ReplyDeleteNoted. Kalau genre horor atau brutal2 gini aku rada suka hahaha
ReplyDeleteYeayy Ambu sukses banget bikin yg baca review Tell Me What You Saw ini bergidik, hiyy... Sadisss... Kl saya mah tim drakor dg genre rom-com ✌️
ReplyDeleteDuuh, kalau film/drama yang ada sadis2nya saya biasanya malas nonton Mbak, hikss gak tega aja lihatnya, huhuuhuhh.
ReplyDeleteBtw, jangan2 Korsel tuh dulunya belajar dari negara kita ya soal sinetron, yg bergumam dalam hati gitu?heheheh
Aseli ternyata seru juga nonton drama korea hihi.. selama pandemi ini kerjaannya kebanyakan nonton wkwk. jadi penasaran dengan drama yang ini kak hihi
ReplyDeleteMeski bukan penggila drakor, saya sering ikuti berita-berita artis korea. Bener banget, di sana artis tetep pegang norma-norma, di kita sudah melanggar norma malah makin dipuja-puja.
ReplyDeleteAku gak tahu kehidupan politik di Korea yang sebenarnya. Tapi aku rasa juga sama seperti di Indonesia. Hanya ini film, maka dibuat seolah tidak begitu.
ReplyDeletekarena aku inget banget dengan kasus Burning Sun yang melibatkan petinggi Polisi VS petinggi kejaksaan.
Akhirnya apa?
Sampai saat ini, kasusnya gak ada ujungnya, kaya ditutup aja...sama kasus-kasus kecil. kaya narkobanya Park Yoo Chun dan pacarnya.
Eh, kok jadi nge-ghibah yaak...
Tapi aku tertarik nonton niih...bukan karena Jang Hyuk oppa..tapi karena Soo Young.
Pen liat aktingnya dance line-SNSD niih..meski aku bukan SONE.
Duh saya paling takut deg lihat drama model psikopat gini makanya nggak nonton. Kecuali kalau yang genrenya kayak signal bisa aja nonton
ReplyDeleteNonton Drakor itu semacam candu, tapi aku menghindari nonton yg thiler, pembunuhana sejenisnya karena takut terbayang-bayang. Secara kualitas pengambilan gambar dan aktingnya bagus jadi kayak beneran
ReplyDeleteTertarik dengan karakternya Cha Soo-Young yang punya kelebihan istimewa “ yang pertama kulihat, pertama kuingat”. Sedikit sama
ReplyDeleteBelum nonton ini! Aaak! Udah masuk watchlist. banyak juga yang rekomendasiin drama ini. Kayaknya mulai bisa binge watching nih.
ReplyDeleteBaru selesai nonton n masih agak ga percaya sama kesadisan yg diperlihatkan.. total banget.. sampe mikir, bagaimana kalo calon psikopat nonton drama ini n jadi terinspirasi..
ReplyDeleteTp seperti biasa, akting janghyuk ga bisa dianggap sebelah mata.
Aku mau nonton drama ini gak jadi2 terus selalu kelupaan wkkw😂
ReplyDelete