5 Aplikasi/Web Ini Bikin Yang Jauh Jadi Dekat


“Bu, nanti sore ikutan ya?” tanya Elsa, salah satu admin Kompasiana.

Yang dimaksud ikutan adalah turut serta dalam obrolan Kompasiana TV.

Kompasiana punya TV?

Hihihi iya, tapi gak lama.  Cuma beberapa bulan, paling lama setahun deh, dan hanya tayang Senin – Jumat pukul 20.00 dengan motto “Esensi bukan Sensasi”

Isinya bincang-bincang dengan topik tertentu yang dipandu Cindiy Sistriyarani,  narasumber dan Kompasianer, sebutan untuk kontributor Kompasiana.com.

Acara yang berlangsung di tahun 2014 tersebut menggunakan Google Hangout. Beberapa orang admin yang terlibat selain Elsa adalah Nindy dan Yacob. Kevin Kevinalegion merupakan admin yang lebih banyak membantu teknis lapangan.

Karena banyak Kompasianer,termasuk saya, yang gaptek. Udah jelas judulnya Google Hangout, harusnya masuk dengan Google Chrome kan ya? Lha saya malah pakai Mozilla. Mungkin diseberang sana Kevin udah keluar tanduknya. :D

Bincang-bincang biasanya seputar kejadian yang sedang trend. Nah, berhubung saya banyak mengulas tentang sampah, saya sering diundang ikut mengomentari mengenai lingkungan hidup.

Dimulai Cindy yang melempar beberapa pertanyaan pada narasumber, ditutup komentar dari Kompasianer. Komentar atau pertanyaan inilah yang biasanya menjadi diskusi lanjutan antara Cindy dengan narasumber.

Mengapa Kompasiana TV tutup?

Nampaknya karena nggak berjalan mulus. Mungkin penggagasnya ingin membuat acara semenarik Indonesian Lawyers Club (ILC) yang sanggup menyedot banyak iklan.

Yup iklan berkorelasi dengan rating, dan rating tinggi terjadi akibat animo penonton terhadap tontonan tersebut. ILC dengan Karni Ilyas dan “narasumber” yang penuh kontroversial, jelas tak mudah ditiru, apalagi dikejar ratingnya.

Terlebih tampilan Kompasianer yang diharapkan “garang” seperti tulisannya, ternyata tidak bisa seperti itu. Kelemahan lainnya, lampu di lokasi Kompasianer jelas sangat jauh dibandingkan lighting studio.

Tik tok yang dilakukan Cindy juga kerap membingungkan. Pernah Mas Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet), COO Kompasiana.com (dulu),  yang berperan sebagai Kompasianer, meninggalkan lokasi karena jengkel. :D

Ah gara-gara work from home,  jadi bernostalgia deh dengan Kompasiana TV dan pengalaman menggunakan Google Hangout.

Beruntung dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, banyak aplikasi bermunculan untuk membantu mereka yang memutuskan bekerja dari rumah atau terpaksa #diamdirumah gara-gara pandemi Covid-19.

Nah Google kini punya Google Hangout Meet yang pastinya semakin canggih dan kerap diadu dengan zoom, aplikasi meeting yang mudah namun konon kerap “bocor” dan data penggunanya dibajak.


Google Hangout Meet

Apa itu Google Meet?

Merupakan platform yang cocok untuk bisnis, yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan nomor telepon untuk mengakses rapat, sehingga memudahkan pengguna dengan koneksi internet yang lam

Berbeda dibandingkan aplikasi pesan hangout pada umumnya, Google Hangout Meet bisa dimanfaatkan untuk menampung hingga 250 orang dan bisa juga menyiarkan live stream hingga 100 ribu penonton.

source:stackshare.io

Baca juga: AtasiStress Dengan 5 Hobi Penghasil Uang Ini, Yuk Coba!


Zoom                            

Apa itu Zoom?

Salah satu aplikasi video conference yang menyediakan sejumlah fitur yang memungkinkan yang pengguna  menggelar rapat secara online.

Salah salah satunya adalah fitur share screen. Dengan fitur ini, pengguna Zoom dapat membagikan tampilan desktop atau ponsel pribadi mereka kepada pengguna lainnya.

Dengan jumlah user maksimal bisa mencapai 1,000 partisipan, fitur ini sangat berguna untuk melakukan presentasi di hadapan pengguna Zoom lainnya secara online.

Ada pengalaman menarik menggunakan Zoom. Seorang teman bersikeras mengajak saya untuk melihat presentasi yang katanya punya “prospek bagus”. Naga-naganya sih saya udah bisa menebak, pasti skema piramida yang berujung money game.

Sebab, jika yang ditawarkan adalah MLM seperti Oriflame atau Amway, pasti jelas nama produknya. Ini sih cuma bilang bahwa produknya aplikasi digital payment, yang berpotensi membesar seperti Ovo, Gopay, dan seterusnya.

Wow, tambah curiga deh saya. ^_^

Sang teman wanti-wanti saya harus menggunakan baju rapi. Jangan bolong-bolong dan rebahan. Juga nggak boleh makan minum selama acara berlangsung.

Namun ditengah presentasi saya udah merasa bosan, terlebih setelah saat pembawa materi mengatakan beli starter kit sekian juta rupiah akan menghasilkan sekian juta rupiah per minggu, disusul banyak peserta yang bilang “top”, “hebat”, duh serasa lihat tukang obat di pinggir jalan.

Hari gini masih ada tukang obat nggak ya?

Ya kurang lebih begitulah, teknologi komunikasi dipakai banyak pihak. Baik untuk keperluan positif maupun merayu mangsa.

Baca juga: Vampire Money Game, Memangsa Korban Dengan Rayuan Maut

Kembali kei Zoom, konon aplikasi ini nggak aman. Akun pengguna rentan diretas, dan pernah terjadi dalam suatu conference tiba-tiba muncul gambar yang tak senonoh.

Tapi tentu saja Zoom tidak tinggal diam, pengembang terus melakukan pembaruan agar semakin unggul dibanding aplikasi lain.

Pengalaman mengikuti beberapa pengembang, pembuatan aplikasi memang tidak mudah, butuh waktu beberapa tahun.

Baca juga: Covid-19 Bikin Kangen Pake Lipstick

source: dailymail

Whatsapp

WhatsApp merupakan contoh yang saya sebut di atas. Didirikan oleh dua mantan karyawan Yahoo!, Brian Acton dan Jan Koum, WhatsApp diluncurkan pertama kali pada November 2009.

Harus bersabar melalui beberapa tahun bukan?

Kini WhatsApp digunakan oleh 1,5 miliar pengguna diseluruh dunia. Bahkan menurut lSensor Tower, WhatsApp menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Play Store dan App Store selama 2019.

Iyalah, sekarang aplikasi yang dibuka pertama kali di pagi hari, pastinya WhatsApp. Sayang kini pemiliknya bukan lagi Brian Acton dan Jan Koum. Mereka sudah menjual ke WhatsApp pada  19 Februari 2014, Facebook, Inc. senilai  USD19 miliar. Konon merupakan salah satu akuisisi terbesar saat ini.

Aplikasi WhatsApp cukup lengkap untuk work from home, seperti berkirim gambar, file,video, suara, video call, serta panggilan grup.

Untuk memenuhi kebutuhan meeting, WhatsApp memiliki WhatsApp Meeting atau group call serta group video call. Sayangnya baru bisa melibatkan 4 orang, walau sedang dirancang agar bisa digunakan oleh 8 orang.

Mau mencoba? Coba step berikut

Mulailah panggilan dengan salah satu pengguna,  kemudian tambahkan pengguna lainnya. Caranya dengan menekan ikon khusus bergambar telepon  bertanda plus (+).

Tombol terletak di pojok kanan atas di ruang group chat (obrolan grup). Pengguna cukup mengetuk tombol tersebut untuk memulai panggilan, kemudian pilih maksimal tiga anggota grup.

Ngobrol deh. ^_^

Baca juga: CampingDalam Rumah? Mengapa Tidak? Yuk Lakukan 5 Kegiatan Seru Ini Bareng Keluarga

source: pando.com

Skype for Business

Apa beda Skype for Business dengan Skype edisi standar?

Skype telah lama dikenal sebagai layanan pesan instan yang dibekali fitur video dan phone call. Sedangkan Skype for Business diciptakan dengan fitur business video conference, cloud PABX, remote desktop control, hingga penggunanya bisa berbagi file ketika conference call sedang berlangsung.

Demikian kurang lebih penjelasan Lucky Gani, Office Business Group Head Microsoft Indonesia, seperti dilansir liputan6.com. Skype for Business dikembangkan untuk kalangan perusahaan, mulai dari perusahaan rintisan (startup), Usaha Kecil Menengah (UKM), hingga perusahaan besar.

Hadir sejak April 2015, Skype for Business mampu menampung hingga 250 peserta dalam satu sesi meeting conference. Sedangkan untuk meeting broadcast bisa disampaikan ke 10.000 pengguna.


Baca juga: TiadaSehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah


Slack

Merupakan aplikasi chat yang dikembangkan oleh Stewart Butterfield, Eric Costello, Cal Henderson, dan Serguei Mourachov pada Bulan Agustus 2013. Nama Slack merupakan akronim dari “Searchable Log of All Conversation and Knowledge”.

Slack menjadi media yang tidak hanya mendukung komunikasi namun juga diskusi jarak jauh secara real time. Fitur lain yang dimiliki Slack adalah pengguna bisa melihat proses kinerja dalam mengelola proyek, berbagi data/berkas serta fitur-fitur lain yang dibutuhkan untuk produktivitas tim.

Pengguna Slack bisa berbagi data dalam berbagai format file, baik gambar maupun dokumen seperti pdf, word dan excel. Data yang dibagikan akan tersimpan baik di cloud milik Slack. Layanan ini juga terintegrasi dengan berbagai layanan cloud, seperti OneDrive, DropBox hingga Google Drive. Untuk memudahkan pencarian,  data yang dibagikan bisa ditandai dengan tanda bintang atau disematkan (pin).

Selain itu, pengguna Slack juga bisa mengirim link, video, gambar, file, code sehingga mengoptimalkan komunikasi tim dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Selain pin dan star, Slack juga menyediakan fitur hashtag dan mention layaknya Twitter, sehingga memudahkan untuk meminta respon seseorang dalam channel.

Yang dimaksud Channel, adalah pembagian ruang percakapan berdasarkan tim. Tiap tim dapat membuat percakapan grup sesuai dengan kebutuhan dan topiknya, ruang inilah yang mendapat istilah #channel.

Channel membuat diskusi tetap sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggota di dalamnya, sehingga bisa jadi channel merupakan nama tim, nama proyek, atau nama topik.

Seperti WhatsApp, Slack memiliki  fitur pencarian yang memudahkan untuk menemukan kembali hasil diskusi atau dokumen tertentu. Penyebabnya karena chat sudah terlalu lama hingga tertimbun chat baru. Untuk searching pengguna dapat memanfaatkan filter berdasarkan tanggal,  mention, dan star.

Masih banyak aplikasi/web yang dapat digunakan work from home. Tidak hanya sewaktu pandemi Covid-19, juga kelak, bekerja dari rumah bisa menjadi pilihan. Khususnya bagi para pekerja kreatif.

Sementara pekerjaan yang bersifat berulang-ulang akan diganti mesin. Beberapa perusahaan telah melakukannya.Termasuk bank. Mesin setor tarik uang dengan mudah ditemui. Dilanjutkan mesin penggantian kartu baru, print out dan pelayanan rekening baru secara online.

Jadi, pandemi covid-19 hanya mengingatkan, revolusi jenis pekerjaan sudah di depan mata. Bersiap-siaplah.

Baca juga: Kala Zakat Berbuah Zakat, Allahpun Tersenyum


19 comments

  1. Dulu pas masih pacaran dan nikah LDR 2013 pakai Skype. Lanjut Whatsapp Video Call dan yang terbaru kemarin coba Zoom. Baru 3 itu saja yang pernah saya coba ambu. Sp far so good, nyaman-nyaman aja pakai semuanya.

    ReplyDelete
  2. Slack saya baru tahu baca di artikel ini. Yg lain udah pakai lama. Kecuali zoom, deh,blm instal juga. Skype sudah saya pakai sejak tahun 2011 sekarang malah ga dipakai sama sekali

    ReplyDelete
  3. Dulu banget aku akrab sekali dengan Skype. Untuk urusan pribadi dan pekerjaan. Tapi di masa sekarang, sepertinya kok orang-orang sekitar jarang sekali yang mengajak conference call menggunakan aplikasi yang satu ini? Dulu sih lancar banget. Sekarang mau pakai tapi bingung ngobrol sama siapa, hahaha ...

    ReplyDelete
  4. Saya gaptek, Ambu. Hihi ... Tahunya Skype aja, pas di sekolahan anak, guru ngehubungin pakai Google Duo. Tahunya ini aja. Zoom yang lagi ngehits pun belum cobain, aplikasi di saya terbatas. Tanda minta ganti gawai baru deh kayaknya

    ReplyDelete
  5. Berkat perkembangan teknologi hasil kreativitas dan pemikiran manusia, beberapa pekerjaan manusia juga bisa dialihkan ke hasil ciptaan itu ya. Dan work from home ke depan semakin banyak perusahaan yg melakukannya.
    Aku belum instal zoom hingga saat ini *emak2 ga ada yg ngajak meeting hahaha*.

    ReplyDelete
  6. Untuk saat ini, saya masih menggunakan whatsapp, buat anak sekolah untuk setor tugas berupa foto, video, atau voice. Pernah suatu kali dia sama temen-temennya video call-an, karena bisa dengan beberapa anak sekaligus, jadinya mereka happy seperti melepas kangen setelah sekian lama nggak masuk sekolah...Alhamdulillah dimudahkan sekali asal kita paham batasannya :)

    ReplyDelete
  7. Biasanya sih pake zoom. Dan aku baru tahu WA juga ada fasilitas video call ampe 4 orang. Ya ampuuun kemana,aja aku selama ini coba. 🤣🤣🤣 Siap nunggu deh buat ketemuan lewat WA dengan banyak orang.. Asyik nih. Secara yg lain boros kuota. Maklum aku masih generasi yg kudu nabung kk 😁

    ReplyDelete
  8. Loh jadi penasaran kenapa mas isjet wo haha? So far cukup puas dengan aplikasi zoom meeting, suaranya jelas banget dan mayan meski gratisan hehe

    ReplyDelete
  9. sampe skrg aku masih parno pake zoom, pdhal ada kegiatan sekolah anak yg hrs temu sm gurunya pake zoom, aku takut data2 yg ada di laptop bocor.. seperti foto, atau data lainnya.

    ReplyDelete
  10. sampe skrg aku masih parno pake zoom, pdhal ada kegiatan sekolah anak yg hrs temu sm gurunya pake zoom, aku takut data2 yg ada di laptop bocor.. seperti foto, atau data lainnya.

    ReplyDelete
  11. Daku tetep nggak berani menggunakan Zoom, Ambu. Lebih asik tetep menggunakan Whatsapp, meski nggak bisa banyak orang di dalam conference nya

    ReplyDelete
  12. ternyata banyak jga ya mbak, aku cuma familiar sama zoom dan whatsapp aja tapi zoom hati hati ya karena data penggunanya katanya dijual. tapi entah hoax atau beneran

    ReplyDelete
  13. whatsapp yang paling lama saya kenal, tapi saya malah belum pernah mencoba memanfaatkan untuk melakukan panggilan ke lebih dari 1 orang. Jadi pengen cobain nih

    ReplyDelete
  14. Benar ambu, sekarang dgn teknologi yg jauh bisa jadi dekat...

    Btw aq cuma pernah pkai zoom da wq

    ReplyDelete
  15. Jadi banyak tahu deh soal macem2 aplikasi untuk video conference. Terima kasih, ya

    ReplyDelete
  16. Di hapeku sekarang ada banyak banget aplikasi video meeting. Ahahaaa, efek pandemi ga bisa kemana-mana

    ReplyDelete
  17. Semua aplikasi ini sudah saya gunakan kecuali slak.

    Sejak pendemi beberapa orang khususnya yg wfh and sfh melakukan byk hal dg internet. Aplikasi seperti ini menjadi tempat dia mengaplikasikan kegiatannya. lumayan membantu sih. Pendemi mau tak mau membuat org menggunakan akses layanan aplikasi ini. mungkin ke depan bisa aja org berkantor dan sekolah dirumah aja dimasa nantinya.

    ReplyDelete
  18. Di antara lima aplikasi di atas saya cuma familiar dengan WA dan Zoom saja. Yang lainnya belum pernah coba sih tapi pastinya membantu sekali ya mbak di masa pandemi ini.

    ReplyDelete