Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us
source: Efi Fitriyyah


Vlog?

Yup, Vlog merupakan singkatan dari  video blog. Kiat membuat vlog dan editingnya, menjadi materi arisan ilmu yang digelar Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan sisternet. KEB sendiri merupakan komunitas perempuan berprofesi blogger. Eksis sejak tahun 2012, KEB memiliki tagline: “Kami Ada Untuk Berbagi”. Keren banget, ya?

Nggak heran secara periodik KEB menyelenggarakan arisan ilmu. Iya, bukan arisan uang, seperti yang biasa menjadi kegiatan kaum emak, melainkan arisan ilmu. Agar para emak blogger selalu meningkatkan kemampuannya. Lebih profesional, nggak asal tulis, dan tambah keren pastinya. ^_^

Baca juga: Rona Pink dan Perut Kenyang di Crowne Plaza Bandung

Sebetulnya Vlog bukan aktivitas baru. Menurut Akang Wikipedia ^_^ ,  Adrian Miles memposting vlog pertamanya tahun 2000.  Tahun sekian pastinya Indonesia masih ketinggalan di bidang internet dan teknologi kamera, ya?

Baru meledak pada tahun 2009 , sewaktu aktris dan penyanyi Marshanda, membuat video berisi curhatnya, mirip para blogger yang menulis dalam blognya. Setelah itu tak terelakkan, situs YouTube dipenuhi vlog dengan berbagai macam kreasinya.

Jika ingin menjadi blogger profesional, seorang blogger diharapkan  mampu membuat vlog. Karena seperti yang dikatakan Yasinta Astuti, manfaat membuat vlog adalah:
  • Pelengkap artikel/tulisan blog
  • Promosi produk/jasa
  • Konten independent yang berdiri sendiri
  • Dekorasi/Estetika
Jadi proses ngevlog menjadi kesatuan dari blogging ya? Jangan ngaku blogger jika ngga bisa membuat vlog. ^_^ 


Tentang Yasinta
Yasinta Astuti, pemateri di arisan ilmu KEB pada tanggal 18 Agustus 2019 lalu, sungguh bikin bangga. Usianya baru 28 tahun tapi sudah malang melintang di dunia fotografi dan videografi. Bareng suaminya, Parmadi Budiprasetyo, Yasinta mengerjakan fotografi coorporate bagi perusahaan besar seperti Traveloka.

Nggak heran materinya sangat bergizi, bikin saya terkagum-kagum. Terlebih workshop di Crowne Plaza Bandung ini,  KEB bergandengan tangan dengan sisternet, salah satu layanan XL yang bertujuan memangkas kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam hal teknologi.

Sehingga sudah tidak ada alasan bagi seorang blogger perempuan untuk berlindung dibalik kata “gaptek”. Karena ekosistemnya sudah berkembang pesat. Mulai dari pemateri, komunitas, akses internet, kamera yang selain bertambah canggih, juga murah. Serta peralatan pendukung.

Beberapa peralatan pendukung kamera yang dianjurkan Yasinta untuk dimiliki adalah:


Harganya variatif. Mulai dari yang murah (Rp 50.000 an)  hingga mahal pisan (jutaan rupiah). Bagi pemula, ya yang murah dulu deh. Setelah banyak order bisa dipertimbangkan untuk memiliki peralatan berharga selangit. Toh, ada uang ada barang. Hasil akhir menggunakan peralatan lengkap (beberapa diantaranya berharga mahal) pasti tak mengecewakan.

Yuk mulai ngevlog!
Yup, yang penting adalah memulainya. Percuma punya kamera dan peralatan mahal tapi ragu-ragu bahkan malas menggunakannya.

Menurut Yasinta, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat footage, atau clip rekaman.
Secara sederhana footage dibagi 2:
  1. Main Footage, berisi informasi utama video seperti cara menggunakan makeup ke wajah. Sifatnya wajib serta biasanya berdurasi panjang.
  2. B-Roll atau disebut juga Insert, merupakan video tambahan yang bertujuan mempercantik video. Misal: Video close up saat tutup wadah makeup dibuka, video close up saat menyapukan kuas, video menampilkan kondisi lingkungan di sekitar objek atau detail lainnya. Sifatnya optional tapi jika ada bisa menjadikan video menjadi lebih keren dan cinematic. Biasanya durasi pendek-pendek tapi banyak.
Nampaknya saya baru sampai tahap membuat main footage, belum terpikirkan untuk membuat b-roll, karena belum memiliki peralatan yang disarankan Yasinta. Padahal penting banget jika pingin punya vlog seperti buatan @IniVindy atau @AttaHalilintar #ups :D

Peralatan yang dimaksud untuk menunjang:
  • Peralatan Audio. Sering banget ngerekam adegan di lokasi yang berisiknya minta ampun. Festival makanan, misalnya. Eventnya kan langka. Nggak setiap waktu bisa dikunjungi. Nah keberadaan peralatan pendukung audio sangat membantu, agar suara perekam yang mendominasi, bukan suara musik/MC di lokasi acara.
  • Peralatan Lighting. Kerasa banget nih ketika memotret makanan. Nggak tau kenapa, penerangan resto kalo nggak remang-remang, suka aneh. Seperti sinar kuning di bakmi GM. Mau memindah makanan ke lokasi yang terkena sinar matahari, kok sungkan. Terlebih jika pengunjung resto sedang banyak. Bisa dipelototi pengunjung lain deh.
  • Stand. Urgent banget pastinya. Hasil rekaman saya sering goyang-goyang, walau sudah diakali agar shoot sehalus mungkin. Tapi namanya mahluk hidup kan bergerak ya? Jadi goyangan bakal tak terelakkan. Apalagi jika merekam sambil jalan dan melewati medan jalan yang gronjalan. Grupyak. Wah kacau deh hasilnya. :D
  • Background. Nampaknya modal green screen harus dimiliki jika pingin hasil akhirnya bagus. Saya pernah upload penggunaan back ground sederhana untuk pengambilan gambar produk.


Untuk pengambilan footage dan b-roll, Yasinta memberi tips berikut:
  • Untuk main footage, usahakan mengambil dengan pencahayaan yang cukup, serta tanpa menggunakan efek aneh-aneh, serta senatural mungkin
  • Untuk insert atau b-roll, di sini kita lebih bisa memainkan kreatifitas dengan pengambilan sudut yang tidak biasa, penggunaan fitur ekstra yang disediakan kamera atau smartphone (Misal: slow motion, timelapse).
Oh ya, sebelum terlupa Yasinta mengingatkan agar sebelum pengambilan footage dan b-roll, pastikan menggunakan kualitas serta resolusi tertinggi pada setting kamera yang digunakan. Jadi jangan asal jepret dan shoot adegan.

Mulai ngedit deh ...

Aplikasi apa yang sebaiknya digunakan?

Yasinta bilang, silakan aja sih yang mana juga boleh. Aplikasi kan sekarang banyak banget, lengkap dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Yasinta sendiri menggunakan software editing video sesuai gadgetnya:

  • Smartphone: Kinemaster, Power director. Viva video, dan aplikasi lainnya
  • PC: Adobe premiere, FinalCut, Windows movie maker, Filmora, dan software lainnya.
Sedangkan langkah-langkah proses pengolahan video meliputi:
  1. Import file video ke aplikasi editing video
  2. Penyusunan video mentah dalam timeline
  3. Proses pemotongan video mentah
  4. Penambahan Efek dan transisi
  5. Penambahan judul & tulisan
  6. Audio mixing
  7. Penambahan Backsound
  8. Rendering & tayang
Ada kiat yang diberikan Yasinta agar hasil video maksimal, yaitu penambahan efek-efek seperti efek warna, transisi, text, emoji, dll akan jauh lebih baik dilakukan saat proses editing. Jika pada saat perekaman kita menggunakan efek tertentu hasilnya akan permanen tersimpan di footage tersebut.

Berabe kan? Makanya jangan semuanya diborong sewaktu rekaman, kecuali beberapa efek khusus seperti slow motion, timelapse.

Awal mula editing, saya menggunakan aplikasi Quick. Super mudah nih. Kirim aja semua hasil rekaman video dan foto, kemudian ..... taraaaa.....hasilnya langsung jadi. Umumnya cuma 1-2 menit aja, lumayanlah.

Tapiii..., ya itu dia, namanya instan kan suka-suka si Quick deh jadinya. Dia sering motong/cutting adegan yang penting. Yah maklum aja si Quick ini kan nggak punya perasaan ya?  :D  :D

Jadi jangan berharap lebih dari robot, mesin atau apapun. Otak manusia diatas segalanya.

Beruntung, hasil tanya sana, tanya sini saat pelatihan Danone Blogger Academy (DBA), saya dapat info aplikasi bagus. Yaitu Vlogit dari narsum, dan InShot dari teman akademia DBA 2018.

Baca juga: Tantangan Zero Waste Lifestyle di Danone Blogger Academy 2018

Khusus InShot lebih mudah digunakan, ini hasilnya:

Sedangkan  Vlogit, ya ampun seharian ngoprek sampai kepala kleyengan. Terjadi karena belum terbiasa. Sehingga sudah setengah jalan, eh ada yang terhapus. Atau bahkan ngga tau cara menghapus, kepaksa deh mulai lagi dari awal. Ini hasil Vlogit. Omaygat!!


Sedangkan hasil Quick, ini dia:

Kelihatan banget beda hasilnya ya? Hihihi yang penting bikin dulu deh, jangan kebanyakan mikir yang berakhir cuma mikir doang. :D


Kiat khusus Yasinta
Ada beberapa kiat khusus yang diberikan Yasinta  agar bisa menghasilkan vlog yang oke, yaitu:

1. Pencahayaan.
Kunci dari kualitas video yang baik adalah pencahayaan yang baik. Pencahayaan ini terbagi menjadi 2 kategori dasar, pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
  1. Pencahayaan alami. Sumber cahaya yang paling baik adalah matahari, jadi pastikan melakukan perekaman video pada tempat yang cukup cahaya. Tidak harus dibawah terik matahari, tetapi lebih baik rekaman dekat jendela yang besar dibandingkan jika rekaman di ruang tengah yang biasanya jauh lebih gelap.
  2. Pencahayaan buatan. Apabila masih kurang terang, dapat ditambahkan cahaya tambahan, paling mudah menggunakan lampu belajar atau lampu led yang disambungkan ke powerbank
Ciri video kurang cahaya diantaranya (bisa satu atau lebih terjadi)
  • Gambar bintik-bintik, khususnya di area gelap akan terlihat bintik kecil-kecil
  • Gambar menjadi kurang tajam
  • Gambar berbayang (Gerakan jadi tidak halus) karena kamera berusaha melakukan kompensasi atas kurangnya cahaya dengan memperlambat kecepatan shutternya –
  • Sulit Fokus (Objek blur, tapi malah backgroundnya yang tajam)
2. Kualitas Audio
Seringkali, kualitas audio yang baik lebih penting dibandingkan kualitas video. Iya lah, kesel banget ketika lihat video bagus, tapi audionya buruk, nggak jelas apa yang mau disampaikan.

Masalah utama yang dihadapi pada pembuatan video, khususnya menggunakan smartphone adalah banyaknya suara lingkungan sekitar yang ikut terekam dan seringkali membuat suara pembicara menjadi tidak terdengar, khususnya di lingkungan yang berisik.



Untuk menyiasatinya, Yasinta menyarankan penggunaan lavalier.
Fungsi dari lavalier di atas adalah untuk melakukan perekaman suara sedekat mungkin dengan pembicara (biasa diletakkan di kerah baju) sehingga suara yang tidak diinginkan dari lingkungan sekitar tidak ikut terekam telalu besar.

Sip, lengkap banget penjelasan Yasinta untuk pemula seperti saya ya?
Saya sih bersyukur banget dengan kehadiran banyak aplikasi dan tumbuh suburnya kiat-kiat membuat vlog serta editingnya. Karena saya pernah bikin video yang bikin kepala nyut-nyutan selama beberapa hari. Dimulai dengan menyusun foto di Power Point, kemudian hasil clipnya diedit sebagai berikut:


Hihihi horor banget deh jika inget masa-masa itu :D :D
Jadi, jangan sia-siakan kemajuan teknologi dan gadget yang kamu miliki, ya?

Yuk move on, bikin vlog yang bermanfaat untuk negeri kita.

Minimal untuk teman-teman kita.

Setuju?
 
Peserta arisan ilmu dan Yasinta Astuti (source: Nchie Hanie)




source: clipartpanda.com


“Itu gara-gara kamu. Saya bisa begini gara-gara kamu. Kok bisa? Coba sabar. Ada penghasilan apa, baru, pokoknya bisa nungguin. Ini minta hari ini, penginnya hari ini. Jadi saya tertekan,”  sesal Samin pada istrinya, Juleha.
Samin seorang buruh serabutan, rata-rata penghasilan per hari hanya Rp 50.000. Sedangkan istrinya murni ibu rumah tangga yang mengandalkan pemberian suami.

Salahkah?

Tidak. Selama nrimo berapapun yang diberi suami,  ikhlas dan tidak merengek-rengek, maka ngga akan timbul masalah. Rumah tangga akan adem. Suami tidak depresi, tidak mabuk, tidak merampok dan berujung membunuh seperti yang dilakukan Samin.

Kesal akibat istrinya terus merengek minta uang, Samin mabuk-mabukan. Orang mabuk temannya setan. Setan yang membujuk Samin merampok agar bisa mendapat uang bagi istrinya.


Melihat rumah Rustiadi yang sedang direnovasi, sehingga pintunya tidak bisa ditutup rapat, Samin masuk. Apes, kaki Samin menyandung kabel charger HP. Menyebabkan Rustiadi terbangun.  Bukannya lari ketakutan, Samin malah gelap mata, menerjang, memukuli Rustiadi, istri serta anaknya, dengan sebilah patok kayu. Darah berceceran.

Usai membunuh dan menyabet HP milik Rustiadi, Samin pulang ke rumahnya di Kampung Maruga, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringin Kurung, Kota Serang, Banten. Sempat mandi dan tidur, emosi Samin kembali meninggi, ketika bangun istrinya kembali merengek minta uang.

Kronologis lengkapnya di sini

Bikin gemes ya?
Khususnya kaum perempuan yang terlatih mandiri sejak kecil akan gregetan melihat sikap Juleha. Beda halnya mereka yang berprinsip bahwa pencari uang haruslah suami, istri di rumah merawat keluarga.

Sebelum mempertentangkan prinsip tersebut, saya mengutip status facebook Hasanudin Abdurakhman yang pas banget dengan kasus ini:

Istri yang Menyalip Suaminya
Seorang perempuan mengeluh pada saya. Ia frustrasi pada suaminya. Kenapa? Suaminya tak pandai cari uang. Dia ingin hidup yang lebih dari sekadar cukup makan. Suaminya tak bisa memberikan hal itu.

Saya tanya, kenapa kamu pikir harus suami yang memberi? Bagi saya, urusan nafkah itu urusan berdua, tanggung jawab berdua. Kalau suami bisa mencari nafkah lebih dari cukup, tak masalah kalau istri tidak bekerja. Kalau tidak, istri jangan mengeluh, bekerjalah bersama suami. Cari solusi berdua.

Banyak perempuan yang berani menyalip suaminya. Kalau lambat, jangan buntuti, salip saja. Jangan ikuti mitos bahwa laki-laki itu harus jadi pemimpin. Masa iya orang harus jadi pemimpin hanya karena ia punya zakar. Yang jadi pemimpin itu yang mampu. Yang tidak, harus jadi pengikut. Salip saja.

Emak saya dulu begitu. Boleh dibilang dalam soal kreativitas, Emak adalah pemimpin di rumah kami. Kalau mengandalkan Ayah, kami akan tumbuh jadi anak buruh kebun kelapa. Emaklah yang mengajak Ayah untuk membuka lahan, membuat kebun. Itu pun belum lengkap. Kalau berhenti di situ, kami hanya jadi anak petani kelapa. Uang yang didapat dari kebun, tak akan bisa membiayai sekolah kami.

Ketika diajak membangun kebun, Ayah sanggup. Ia bekerja keras membangun kebun. Tapi ia tak sanggup lebih dari itu. Ayah tak mungkin bisa berdagang. Pada titik itu Emak menyalip. Ia berdagang. Ayah hanya membantu seperlunya. Ia tak pernah menghalangi.

Jadi, kalau suamimu malas, tak kreatif, jangan mengeluh. Kamu yang harus bergerak. Jangan mengeluh, tapi tak mau bergerak juga. Jangan berharap suamimu tiba-tiba berubah jadi ksatria. Sadarlah, itu tak akan terjadi.

Kalau suamimu malas atau tidak kreatif, kamu juga tidak mau bergerak, maka terimalah nasibmu hidup melarat. Kamu boleh mengeluh dan menyalahkan suamimu, tapi sadarilah bahwa itu tidak mengubah apapun. 

Yang mengubah hidupmu adalah kemauanmu untuk berjuang.
Kalau suami menghalangi, bagaimana? Itulah saatnya kamu meninggalkan dia. Bahkan kalau dia tidak menghalangi, namun tak juga mendukung, sudah cukup alasan untuk meninggalkan dia. Jangan mau hidup seranjang dengan bangkai bernyawa.

Takut? Semua juga takut. Tapi sudah ada ribuan perempuan yang membuktikan bahwa meninggalkan laki-laki semacam itu membuat mereka lepas dari neraka dunia.

Perempuan punya pilihan. Pilihan itu tidak ditentukan oleh keadaanmu sekarang, tapi oleh kemauanmu untuk memilih dan menjalani risiko pilihan itu. Jangan takut karena tak sekolah tinggi, perempuan buta huruf pun bisa mandiri. Jangan takut tak punya modal, perempuan yang mulai hidup dari tukang pikul pun banyak. Sadari bahwa kau bukan tuan putri. Tegaklah berdiri, berjuang untuk hidup sendiri.

Bagi yang belum menikah, pilih calon suami dengan jeli. Jangan sampai dapat suami yang cuma pandai merayu, tapi cari uang tak mampu. Ingat, rayuan tak membuatmu kenyang, juga tak bisa dipakai untuk membayar uang sekolah anakmu.

source: yourstory.com

Jelas ya?
Tidak semua pria memiliki kemampuan sebagai leader, ulet, kreatif dan kemampuan lain yang dibutuhkan untuk bergerak maju. Seperti kasus Samin, sekuat apapun dia bekerja, dia akan tetap menjadi buruh. Penghasilannya tak akan lebih dari Rp 50.000 – Rp 100.000 per hari. 

Kecuali dia mau banting stir menjadi pemilik usaha, misalnya.
Saya mengenal seorang anggota komunitas bank sampah yang bersuamikan tukang ojek pangkalan. Merasa penghasilannya tidak mencukupi, sang suami banting stir berjualan aneka frozen food.

Asep, nama sang suami, hanya menggelar lapak di pasar tradisional. Namun perlahan tapi pasti usahanya berkembang. Sepeda motor bekas mengojek dia jual untuk membeli mobil minibus. Second hand tentu. Bayarnya menyicil pula.

Perjuangan untuk berhasil,  bukan main beratnya. Ketika dulu, masih jadi tukang ojek, Asep bisa pulang sore hari dan menjalani hidup normal seperti yang lainnya. Tidak demikian halnya sesudah menjadi PKL di pasar.

Pukul 2-3 dini hari dia harus sudah berjualan di pasar. Sekitar 8 jam lamanya. Pulang ke rumah menjelang waktu salat Dhuhur. Dia mandi, tidur, kemudian menjelang sore harus bangun untuk berbelanja bahan dagangan. Begitu seterusnya. Jadwalnya berubah. Siang digunakan untuk tidur, malam hari mencari sesuap nasi. Harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan.

Kini, Asep dan keluarganya memiliki rumah baru.

Tentu saja tidak semua pria bisa seperti Asep. Seperti yang ditulis Hasanudin Abdurakhman, jika suami tak mampu, istri yang harus berinisiatif, memutar otak untuk menambah pundi-pundi keluarga.
Apa saja yang bisa dilakukan? Banyak.  

saya dan ibu Erat

Ibu Erat bisa menjadi contoh bagaimana seorang perempuan tanpa skill bisa hidup mandiri. Suami Ibu Erat seorang penjual mie bakso. Sayang, sebelum dia mentransfer keahliannya pada sang istri,  Allah SWT memanggilnya. Allah SWT terlalu menyayangi suami Ibu Erat, sehingga tidak berlama-lama memberi rasa sakit.

Tinggallah Ibu Erat sendirian harus menghidupi 3 anaknya yang masih kecil-kecil. Walau masih berusia muda belia, Ibu Erat tidak berusaha mencari suami baru yang dapat menjamin kehidupannya. Di lain pihak, dia bertekad tak mau anaknya hanya lulusan SD seperti dirinya.

Ibu Erat memutuskan berjualan mie bakso meneruskan usaha sang suami. Untuk itu dia harus berbelanja bahan baku pada dini hari, tatkala mayoritas penduduk Kota Bandung masih terlelap. Sendiri, setiap hari, tanpa pernah libur, Ibu Erat menapaki gang-gang sempit nan lengang, menuju pasar tradisional.

Ibu Erat bersikukuh bahan baku mie baksonya harus baru dan segar. Tidak seperti yang dilakukan pedagang lain yang menimbun bahan baku. Perjuangan harus dilakukan demi menyajikan yang terbaik.

Perjuangan Ibu Erat tidak sia-sia. Warung baksonya ramai dikunjungi pembeli. Ke-3 anaknyapun kini telah menyelesaikan sekolah tinggi.

Tidak punya modal untuk buka warung?
Bagaimana jika membuat camilan dan menitipkannya pada warung di sekitar rumah, di lokasi sekolah, dan menawarkan dari rumah ke rumah. Camilan seperti ini umumnya tidak membutuhkan modal besar. Hanya perlu niat dan semangat menjalani.

Anggota komunitas bank sampah mencoba resep kaki naga

Beberapa anggota komunitas bank sampah yang saya dampingi, melakoninya. Semula mereka pembantu rumah tangga. Kemudian saya membawa resep makanan untuk dicoba. Tentu saja resep yang mudah dan tidak membutuhkan peralatan baru. Brownies kukus misalnya. Semua bahan bisa dibeli di warung. Tidak perlu mixer. Cukup mengukus adonan dalam kukusan/langseng nasi.

Awalnya bentuk brownies masih berantakan, lama-lama ketika sudah terbiasa, bentuk brownies menjadi cantik. Pemesanpun berdatangan. Tidak hanya brownies, mereka juga berjualan cake pelangi, cake caramel, pastel, lumpia pisang, bola-bola coklat oreo, tahu crispy, kaki naga, dan masih banyak lagi.

Kreativitas mereka membuat saya terbengong-bengong. Subhanallah, ternyata hanya butuh sedikit usaha untuk membuka pintu, agar keahlian terpendam mereka  bisa terbuka dan digunakan.

Berapa modal awal mereka? Ternyata tak banyak. Hanya berkisar Rp 100.000 – Rp 500.000. Peralatan awalpun hanya seadanya. Kemudian berkembang, peralatan baru dibeli, jenis-jenis camilan yang dijual semakin banyak. Profitpun pastinya semakin banyak pula.

Jika sudah begini, keluarga akan tentram. Suami tak akan mabuk-mabukan. Anak-anak bisa bersekolah dengan nyaman. Bahagia melihat orangtuanya rukun.

Anak-anak ingin sekolah setinggi mungkin? Hanya soal waktu. Allah SWT tak akan meninggalkan hambanya yang giat berusaha. Yakin deh.




Pernah nge-brunch di hotel berbintang?

Jika belum, pengalaman saya bareng teman-teman blogger di Crowne Plaza Bandung, hotel bintang 5 di pusat kota Bandung ini bisa jadi referensi. Karena membekas banget, nggak hanya dipenuhi ingatan gelak tawa, juga makanan laziz serta pelayanan ramah yang bikin tamu merasa nyaman.

Berawal dari undangan komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang menggelar workshop bareng sisternet, maka kami, kaum emak blogger bergegas kesana. Pastinya untuk empowering, agar sebagai blogger nggak asal ngeblog, tapi juga memberikan inspirasi bagi pembacanya.

Topiknyapun kekinian banget, yaitu kiat ngevlog dan editingnya. Pastinya sobat tau dong tentang vlog atau vlogging, singkatan dari video blogging, ngevlog merupakan kegiatan blogging dengan menggunakan medium video. Video yang zaman baheula susah banget bikinnya, sekarang dipermudah dengan beragam aplikasi.

Materi ngevlog dengan narasumber Yasinta Astuti sangat ditunggu. Maklum walau masih muda banget, emak blogger cantik  yang udah punya buntut 2 anak yang lucu dan ngemesin ini, expert/pakar dibidangnya. Jadi, isi materinya saya bikin khusus di tulisan berikutnya ya?


Lanjut aja kita ke tempat event yaitu Theatre Style at Mountain View Poolside Bar Crowne Plaza, Bandung. Ruangan yang cozy karena berada disamping swimming pool dengan view nan keren.

Disana-sini nampak rona pink mendominasi.

Lho kok?

Iya, peserta work shop kali ini memakai dress code pink, atau nuansa pink. Sehingga terasa hangat dan semarak. Karena warna pink memiliki energi feminin, memberikan rasa relaks/menenangkan, meredam amarah, meningkatan rasa belas kasih dan kelembutan.

Nggak heran warna pink identik dengan kaum perempuan ya?

Nah, disela-sela rona pink yang sedang selfie-selfie, staff Crowne Plaza Bandung nampak sibuk menyediakan brunch. Ada kue potong berlapis puding yang menggoda, croissant, lapis legit, prol tape, juga tersedia aneka keripik.

Sajian pengguncang lidah ini menemani acara yang dibuka founder KEB, Mira Sahid. KEB udah lama eksis lho. Didirikan tahun 2012, KEB mewadahi emak, sebutan perempuan bersuami yang memiliki anak, yang punya hobby ngeblog. Seiring berjalannya waktu, member KEB ngga harus emak, bisa juga para gadis yang suka ngeblog. Jadi, jika kelak mereka menikah (amin yra), nggak repot lagi ya? ^_^

Usai kata sambutan dari makpon (singkatan dari emak founder), dilanjut perwakilan sisternet, kemudian materi ngevlog oleh Yasinta Astuti, dan ditutup lunch. Hihihi ini nih yang ditunggu, penasaran banget dengan buffet nya Crowne Plaza Bandung. Sebelumnya pernah lunch bareng nasi liwet dan pizza yang langsung dimasak oleh Chef Crowne Plaza. Dan itu enak bangettt ... #suer

Ternyata prasmanannyapun raos pisan, berlimpah dan banyak jenis. Belum-belum udah bingung dengan makanan pembuka, pilih salad atau ketoprak atau mie Aceh ya? Kenapa bingung? Saus saladnya banyak pilihan! Hihihi,  bikin galau.

Lebih penasaran lagi dengan ketoprak. Sebelumnya saya tuh ngga pernah tertarik nyobain ketoprak, karena palingan mirip kupat tahu. Tapi disini beda, nampak menggoda!


Ketoprak memang banyak ragamnya, tergantung asal kota pembuatnya. Penjual ketoprak dari Betawi, eh Jakarta berkreasi dengan isian yang tentu saja berbeda dengan pedagang ketoprak dari Cirebon.

Seperti asal usul ketoprak yang berbeda dan menimbulkan kontroversi. Ada yang bilang nama ketoprak merupakan singkatan dari ketupat toge dan digepak. Yang lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut dinamai ketoprak ketika penemunya menyenggol piring di meja, dan terjatuh, sehingga berbunyi “ketuprak”. Gara-gara bunyi ketuprak itulah, makanannyapun ditahbiskan dengan nama  Ketoprak. Ada-ada aja ya?

Disajikan oleh chef hotel bintang 5, ketoprak yang disajikan Crowne Plaza memberi sensasi tersendiri. Mungkin karena yakin higienis, ditambah bumbunya lekoh alias kental, ketoprak terasa meleleh di lidah. Enak banget.

Mie Acehnya juga bikin pingin nambah. Apa sih bedanya mie Aceh dengan mie dari tatar Sunda? Penambahan bumbu seperti kapulaga, kunyit, dan jinten yang menjadi pembeda. Membuat rasa Mie Aceh lebih berat. Akulturasi dengan pedagang Arab dan India rupanya membuat penduduk Aceh terbiasa dengan bermacam bumbu.

Tentunya ngga bisa berlama-lama di bagian appetizer, ntar ngga bisa menikmati main course.  Makanan utama dengan keberagaman yang nggak kalah banyak. Ada bebek panggang, ayam/sapi BBQ,  schotel, mie goreng hingga tumisan labu. Lengkap banget ya?


Saya berlama-lama menikmati schotel. Biasanya bahan baku schotel adalah makaroni. Atau sekedar kebiasaan? Berasal dari bahasa Belanda, schotel artinya hidangan. Mungkin menjadi kebiasaan orang Belanda tempo doeloe menyantap makaroni schotel sebagai hidangan lengkap. Ada susu, keju dan daging.

Karena tak ada keharusan menggunakan makaroni, dengan cerdiknya Chef Crowne Plaza berkreasi dengan kentang. Ternyata lebih nendang! Rasa kentang yang gurih manis berpadu dengan susu, keju, potongan daging asap dan mushroom,  hmmm lezat.

Aneka BBQ nya juga menggoyang lidah, bumbunya nampol. Dipanggang langsung oleh chef dan teamnya, bingung deh memilih antara bebek panggang, ayam panggang atau daging sapi panggang.  

Perut kenyang, saatnya pilih dessert. Wah ada ice cream!Kayanya asyik nih dipadu dengan pancake. Jadilah walau perut kenyang, 2 scoop ice cream mixed dengan pancake, lenyap dalam sekejap. Masuk perut.

Padahal masih banyak jenis hidangan lain yang belum sempat saya coba. Tapi nyerah deh, perut udah kekenyangan. Walau masih sanggup melahap bergelas-gelas pineapple juice yang enak banget. Nyegerin sih!


Terletak strategis di pusat kota Bandung, rupanya Crowne Plaza Bandung berkomitmen untuk memanjakan tamunya. Baik mereka yang menginap atau tamu yang mengunjungi event di ballroom atau ruangan lain seperti saya.

Makanan lezat dan berlimpah, staff yang ramah, serta ruangan yang cozy ternyata belum cukup. Para tamu juga akan merasa sejuk ketika memasuki area Crowne Plaza Bandung. Pastinya karena penghijauan berlangsung sukses. Bikin tamu pingin datang lagi dan lagi.



Struktur tulang tampak kuat
Proporsional tulang dan daging
Artinya dia lebih dekat dengan pedang daripada buku
Dengan hidung panjang berbentuk segitiga dan kerutan di sekitar mulutnya
Tak ada waktu untuk mengeringkan darah dari pedangnya
Tulang alis menonjol penanda dia memiliki kepemimpinan yang kuat serta ketekunan
Ini adalah wajah pejabat militer yang akan dicatat sejarah
(Hasil membaca wajah Toyotomi Hideyoshi)

Diakui atau tidak, Bangsa Tiongkok Kuno banyak menciptakan ilmu yang luar biasa dan masih digunakan hingga kini. Salah satunya adalah ilmu membaca wajah atau fisiognomi.

Ilmu yang sangat dibutuhkan dalam relasi antar manusia, terlebih jika baru berkenalan. Karena itu seorang pebisnis sedikit banyak harus menguasai fisiognomi. Agar transaksi dagangnya berhasil. Juga untuk mereka yang harus merekrut pegawai baru, hingga memilih menantu.😀😀😀

Untuk itu ada pepatah Tiongkok Kuno:
“Jika Anda ingin tahu apakah seseorang adalah bijaksana, hanya melihat dahi mereka; jika Anda ingin tahu tentang reputasi seseorang, keluhuran, kekayaan, berkat, dan umur panjang, lihat alis , mata, hidung, mulut, telinga, dan rahang mereka”.
Seberapa akurat hasilnya? Hanya mereka yang sudah mempraktekkan yang bisa menjawab. Yang pasti, dengan semakin lajunya perkembangan ilmu, semakin banyak pula alternatif cara menilai seseorang. Seperti test sidik jari, test IQ serta masih banyak lagi.

Tujuan penilaian sebetulnya adalah mencari kelebihan untuk memaksimalkan kerja. Serta menemukan kelemahan, agar bisa menentukan langkah meminimalkan dampak. Jadi jangan menjadi ajang penghakiman.

Tidak demikian yang terjadi dengan King Seonjo, Raja ke -14 Dinasti Joseon. Sang raja merasa galau karena menurut buku “Rahasia Wajah Raja”, yang bersangkutan tidak memiliki “wajah raja”. Apabila keukeuh menjadi raja,  negara akan gonjang ganjing, musuh selalu mengintai untuk menginvasi, panen gagal, wabah penyakit menyerang, rakyat kelaparan dan bencana lainnya.

Kegalauan King Seonjo dalam drama Korea “The King’s Face”, menjadi salah satu silang sengkarut yang harus dilalui Pangeran Gwanghae, sosok utama drama ini. Menjadikan “The King’s Face” sebagai drama saeguk (drama kolosal ala Korea) yang recommended. Karena keseluruhan kisah berdasar catatan sejarah, bukan sekedar setting drama seperti “ 100 Days My Prince”, “Scarlet Heart Ryeo” dan lainnya yang hanya menitik beratkan pada kisah romance fiksi.

Baca juga: “100 Days My Prince, Janji Setia Seorang Pangeran Cilik”




Lee Sung Jae sebagai King Seonjo, raja yang harus naik tahta walau menurut  buku “Rahasia Wajah Raja”, wajahnya tidak cocok menjadi raja.

Akibat ramalan tersebut, King Seonjo selalu depresi dan dihantui ketakutan dirinya akan membawa bencana bagi rakyat. Buntutnya konflik selalu terjadi antara dirinya dengan Pangeran Gwanghae yang ditakdirkan memiliki wajah raja.



Seo In Guk sebagai Pangeran Gwanghae, pangeran yang memiliki takdir berwajah raja namun  justru membuatnya bernasib apes. Dibenci ayahnya, berulangkali mengalami percobaan pembunuhan, merupakan serangkaian cobaan hidup yang harus dilaluinya.

Termasuk kisah cintanya dengan Kim Ga Hee.  Sewaktu masih kecil, mereka bertemu dan berjanji menikah. Sayang,  Pangeran Gwanghae harus gigit jari ketika nasib tidak memihak pada cinta mereka.


Jo Yoon Hee sebagai Kim Ga Hee, anak Kim Doo Seo yang dituduh dan dihukum mati sebagai penghianat negara. Membuat kisah asmaranya dengan Pangeran Gwanghae bak pungguk merindukan bulan.

 Akhirnya Ga Hee memutuskan menyamar menjadi pria yang jago memanah dan turut berjuang membela kemerdekaan negaranya. Kisah Ga Hee berakhir demi pria yang dicintainya.


Shin Sung Rok sebagai Kim Do Chi, ketua Gerakan Daedong yang berkhianat. Lahir dari keluarga miskin, Kim Do Chi menjadi tangan kanan Jung Yeo Rib yang mempercayai prinsip tahta untuk semua golongan.

Ketika akhirnya menggantikan kedudukan Jung Yeo Rib, Kim Do Chi menggunakan gerakan Daedong untuk kepentingan pribadi. Kim Do Chi juga jatuh cinta pada Kim Ga Hee. Cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©
Berkisah mengenai kehidupan Pangeran Gwanghae. Dia menjadi putra mahkota meskipun hanya anak seorang selir.  Selama 16 tahun berikutnya, sampai menjadi Raja, Pangeran Gwanghae menderita melalui ancaman pencopotan jabatan dan kematian.

Pangeran Gwanghae akhirnya menjadi raja setelah terjadi suatu tragedi.


Review The King's Face


Malang nian nasib Pangeran Gwanghae, gara-gara  memiliki “wajah raja”, ayahandanya, Raja Seonjo membencinya. Sang raja selalu mengira Pangeran Gwanghae berkhianat dan menginginkan tahtanya.

Padahal untuk menjadi putra mahkota dan mendapat tampuk kepemimpinan seorang raja, ada beberapa rintangan yang harus dilalui Pangeran Gwanghae. Dia bukan anak permaisuri. Sebagai anak selir, dia juga hanya anak kedua. Apabila pemilihan berdasarkan “rasa” sang raja, Pangeran Gwanghae juga bakal tereliminasi. Suaranya yang vokal kerap membuat ayahandanya sebal.

Namun tak ada yang bisa menghalangi takdir. Gara-gara serangan tentara Jepang, Raja Seonjong serta para pejabat tinggi harus meninggalkan istana dan ibukota. Agar rakyat tetap tenang, Pangeran Gwanghae diangkat sebagai Putra Mahkota sekaligus pejabat sementara pemegang kekuasaan tertinggi.

Berkat bakatnya sebagai pemimpin, kecerdasan, serta kepribadiannya yang hangat, Pangeran Gwanghae mampu menyelesaikan berbagai masalah. Dia merangkul kelompok Daedong, kelompok yang dituduh raja sebagai penghianat. Bersama relawan lain, mereka menyelamatkan rakyat dan bertempur melawan musuh.

Tidak hanya berhasil menjaga kedaulatan negaranya, Pangeran Gwanghae akhirnya berhasil membunuh Jendral Kinoshita, pemimpin tentara Jepang.

Penghalang kesuksesan Pangeran Gwanghae justru berasal dari dalam. Selain ayahanda yang tidak menyukainya, kakak kandung yang sakit hati karena merasa jabatan putra mahkota terampas, juga selir Gwiin Kim yang gemar berulah.


Selir Gwiin Kim memiliki 4 anak laki-laki yang membuatnya ngebet ingin menjadi ibu suri. Dibantu kakak kandungnya, dan Kim Do Chi, berulangkali Selir Gwiin Kim membuat jebakan, bahkan mengirim lukisan mengandung arsenik, racun mematikan, pada Pangeran Gwanghae.

Selir Gwiin Kim tidak menyadari bahwa merekrut Kim Do Chi yang memiliki keahlian membaca wajah, sebetulnya merekrut musuh. Kim Do Chi, ketua gerakan Daedong yang berkhianat karena menginginkan tahta raja untuk dirinya.

“The King’s Face”, drama saeguk yang dipenuhi tokoh dan konflik, membuat penonton harus berkonsentrasi agar bisa memahami alur kisah sejak awal hingga akhir.

Penulis skenarionya mengambil tokoh yang sepenuhnya nyata, sehingga jangan berharap happy ending pada akhir cerita. Namun justru menambah point plus bagi keseluruhan kisah. Membuat penonton gregetan, ikut deg-degan, ikut menangis dan tersenyum. Terlebih kedua pemeran utama, Seo In Guk dan  Jo Yoon Hee, sebagai Pangeran Gwanghae dan Kim Ga Hee, tampil cemerlang. Chemistrynya kuat banget. Bahkan jika adegan kisseu dihilangkan.

Baca juga: Hundred Million Stars From the Sky, Tragedi Sepasang Kekasih Korban Aliran Sesat

Nilai plus lain dari para tokoh, pastinya berasal dari Lee Sung Jae, pemeran King Seonjo. Akting dari aktor gaek yang telah malang melintang di dunia film dan drama ini, selalu total dan terasa mendominasi keseluruhan kisah yang dilakoninya. Salah satunya Abyss, drama Korea yang menampilkan Lee Sung Jae sebagai tokoh antagonis, menjadi nyawa dari drama tersebut.

Baca juga: Abyss, Bangkitnya Anak Monster

Lee Sung Jae yang banyak dipuji sebagai natural figure, honestly dan disukai crew film/drama karena pandai bergaul dan tak pernah terlambat ketika syuting,  bermain ciamik dalam “The King’s Face”. Wajah aktingnya yang sedang kesengsem pada selirnya, wajah marah, dan wajah ketakutan, bersaing ketat dengan akting  Seo In Guk dan  Jo Yoon Hee.

Sosok ke-4 yang membuat “The King’s Face” semakin bernyawa adalah Shin Sung Rok, berperan sebagai tokoh antagonis yang bikin hati penonton remuk redam.

Keempat sosok ini membuat keseluruhan drama menjadi excellent, menutupi beberapa kekurangan dan kejanggalan. Terlebih penulis skenario berpegang pada alur sejarah, yang sering membuat penonton bete dengan banyaknya tokoh dan konflik.

Profile
Drama: The King's Face (English & literal title)
Revised romanization: Wangui Eolgool
Hangul: 왕의 얼굴
Director: Yun Seong-Sik
Writer: Lee Hyang-Hee
Network: KBS2
Episodes: 23
Release Date: November 19, 2014 - February 5, 2015
Runtime: Weds. & Thurs. 21:55
Language: Korean
Country: South Korea

Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
  • 5 Cara Cerdas Bekali Anak Agar Siap Menghadapi New Normal
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun

Featured Post

Hyena, Tentang Kisah Cinta Tom and Jerry

Hyena (Drama Korea) Tentang Cinta Tom & Jerry  Tom & Jerry, pasti familier dengan kisah mereka bukan? Tom, si kucing selalu berantem...

Categories

  • lifestyle 194
  • review 114
  • drama korea 81
  • kuliner 75
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 36
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (13)
    • ►  January (13)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ▼  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ▼  August (6)
      • Belajar Vlog Bareng Yasinta Astuti
      • Gara-gara Rengekan Istri, Suami Gelap Mata
      • Rona Pink dan Perut Kenyang di Crowne Plaza Bandung
      • The King's Face, Ramalan Wajah Yang Bikin Galau
      • Marriage Not Dating; Ribetnya Pernikahan
      • 5 Keunggulan Menstrual Pad, Perempuan Wajib Tahu
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates