Keranjang Takakura, Solusi Mudah Atasi Sampah Perkotaan
“Sampah
kan bau ...”
Keluhan
Soilah, warga desa Margasari ini sungguh khas banget. Nggak hanya masyarakat
kota, mereka yang tinggal di pelosok Indonesia pun rupanya kewalahan menangani
sampah.
Padahal
150 tahun silam, sampah nggak jadi masalah lho. Sampah dikunyah oleh mikroba
menjadi bentuk lain yang masuk dalam ekosistem. Menjadi pupuk bagi tanaman.
Tanamannya subur, dikonsumsi hewan/manusia dst. Ada di buku anak - anak SD nih.
Yang
nggak ada di buku adalah fakta bahwa mikroba tersebut ngga mau makan plastik dan bahan
tambang. Plastik hanya bisa hancur (bukan terurai) oleh proses fisika hingga
menjadi pecahan-pecahan kecil, tak kasat mata, yang disebut mikroplastik.
Jadi
si plastik yang jadi biang kerusuhan nih?
Plastik
harus ditolak?
Eits,
nggak gitu juga kaliii...
Coba bayangin dunia tanpa plastik. Mungkin ponselmu nggak seringan
sekarang. Lap top juga. Termasuk rice cooker,
lemari es, tas, ember, body kendaraan, bahkan pintu rumah sekarang sudah
pakai plastik.
Karena
plastik memiliki keunggulan yang tidak dimiliki bahan lain yaitu ringan dan
mudah dibentuk. Sehingga paska penemuan plastik, banyak produk berevolusi
menjadi lebih ringan dan lebih banyak fungsinya.
Agar
mikroba mau menjalankan tugasnya sebagai pemamah biak sampah organik. Yang
harus kita lakukan adalah memilah sampah. Mulai sejak awal diproduksi. Bukan
memisah sampah di dalam keranjang sampah.
Sampah
anorganik seperti plastik, kaleng, dan lainnya, jangan dibuang bareng sampah
organik, tapi masukkan ke dalam wadah khusus. Jika sudah banyak bisa diberikan
ke pemulung atau setor ke bank sampah.
![]() |
sumber: nepagogreen.blogspot.com |
Sedangkan
sampah organik bisa diolah menjadi kompos dengan menggunakan “Takakura Home
Method”. Ditemukan dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 2004 oleh Koji
Takakura, metode pengomposan diplesetkan menjadi keranjang takakura.
Penyebabnya kotak tempat komposting digunakan, dikenal masyarakat awam sebagai keranjang cucian.
Koji Takakura
memang mencari cara agar bahan komposting mudah didapat. Proses pengomposan
juga harus mudah dilakukan dan tidak berbau. Karena selama bekerja sama dengan
Pusdakota Surabaya, Koji Takakura menemukan fakta bahwa gara-gara bau, masyarakat enggan mengelola sampahnya.
Penyebab
sampah berbau busuk dan mengeluarkan air lindi yang menjijikkan adalah tidak
adanya mikroba pengurai sampah. Banyak faktor yang menjadi penyebab, misalnya
sampah terkurung dalam plastik pembungkus.
Atau mikroba mati oleh cairan kimia.
Kasus terakhir kerap terjadi di selokan/saluran
pembuangan air. Sering banget kita menemukan selokan yang bau bukan?
Penyebabnya warga membuang air deterjen bekas mencuci
baju/piring, sehingga mikroba yang
seharusnya mengurai sampah organik menjadi mati.
Sederhana
banget ya sebetulnya?
Nah
untuk mempersingkat tulisan, cuz aja yuk kita bikin keranjang takakura.
Cara Membuat Keranjang Takakura
Bahan
yang dibutuhkan:
- 1 buah keranjang cucian yang berpori/ lubang kecil-kercil, di bagian atas dan dinding 4 perseginya.
- 200 gram gula pasir/gula merah yang dicairkan dalam 3 liter air
- 1 wadah/ember tanah
- 1 wadah/ember dedak
- 4 wadah/ember sekam padi
- 1 buah kardus bekas
- 2 buah bantalan yang terbuat dari kain kasa/kain kelambu, diisi sekam dan dijahit sekelilingnya.
- Kain bekas untuk sarung penutup keranjang takakura.
- 1 buah sekop bergagang.
Keterangan:
- Dalam pembuatan media starter, yang penting perbandingannya. Wadah pengukur sangat fleksibel, disesuaikan dengan wadah yang dimiliki. Bisa dikonversi menjadi 1 kg tanah : 1 kg dedak : 4 kg tanah, misalnya.
- Di Jabar, kain kasa bisa dibeli di pasar di kios rampe/peralatan dapur tradisional. Biasanya pembeli menggunakan kain nilon berlubang ini untuk memasak nasi.
Cara
Membuat:
- Buat media starter dengan mencampur tanah, dedak, sekam dan air gula hingga rata. Tempat mencampur bisa didalam ember, lahan yang dilapisi terpal, tikar bekas atau apapun. Media starter harus lembab namun tidak berair. Tambahkan air jika dirasa kurang lembab. Aduk hingga rata betul kemudian tutup. Biarkan 1 – 3 malam. Media starter akan mengeluarkan bau asam mirip peuyeum singkong/ketan. Pertanda fermentasi berhasil dilakukan.
- Ukur kardus bekas hingga pas melingkari bagian dalam keranjang. Fungsinya selain agar media tidak berhamburan keluar, juga untuk meredam panas ketika bakteri aerob bereaksi terhadap sampah.
- Buat 2 bantalan takakura. Pertama, jahit sebagian sisi kain kasa/kain nilon persegi empat yang ukurannya sama dengan bagian alas keranjang serta bagian penutup. Kemudian isi dengan sekam hingga penuh. Terakhir jahit rapat.
- Buat sarung penutup takakura dengan menjahit kain bekas. Gunakan karet di bagian dalam, agar kain mudah dilepas dan dicuci ketika sarung kotor.
Cara
Menggunakan:
- Masukkan 1 buah bantalan sekam yang telah dijahit.
- Pasang kardus bekas di sekeliling bagian dalam takakura. Rapikan.
- Isi keranjang takakura dengan media starter hingga mencapai ketinggian kurang lebih 70 %.
- Masukkan sampah organik yang telah dicacah. Jika mau membuang sisa sayur, pisahkan kuahnya, hanya sayuran sisa yang boleh masuk keranjang takakura. Aduk hingga sampah organik tercampur rata dengan media.
- Tutup dengan bantalan sekam kedua. Kemudian tutup bagian atas keranjang takakura yang bersarung.
- Beberapa waktu kemudian kain sarung keranjang akan basah, pertanda bakteri aerob berhasil mengurai sampah organik. Jika bagian luar keranjang takakura dipegang, akan terasa hangat/panas.
- Kurang lebih 3 – 6 bulan kemudian isi takakura biasanya sudah penuh. Keluarkan sebagian, sisanya bisa digunakan terus sebagai media komposting.
- Jemur isi keranjang takakura yang telah dikeluarkan (hasil komposting) selama beberapa hari. Tunggu hingga mengering. Baru kemudian boleh disebar di atas tanaman.
Pertanyaan Tentang Takakura Yang Kerap Muncul
T: Mengapa keranjang takakura saya tidak panas, sarungnya tidak basah.
J: Kemungkinan besar mikrobanya mati. Keranjang
takakura harus diisi sampah organik secara rutin. Anggap memiliki binatang
peliharaan. Karena bakteri aerob dalam keranjang takakura juga mahluk hidup.
Solusi
termudah adalah mencampur air gula atau sisa minuman manis lain kedalam media
takakura. Campur rata. Jika tak juga bereaksi berarti isi keranjang takakura
harus dikeluarkan. Isi media starter yang baru.
T: Keranjang takakura saya panas sekali, sampai
keluar asapnya.
J: Ada beberapa kemungkinan. Yang pertama, kamu
memasukkan sampah organik berat seperti santan dan minyak goreng, terlebih
minyak goreng yang sudah puluhan kali pakai. 😀😀
Ketika memasukkan sampah kare
kentang (contoh), hanya kentang yang masuk, ngga usah dicuci sih, cukup pisah dan buang kuah
karenya.
Kemungkinan
lain, keranjang takakura diisi melebihi
kapasitas. Tak ada patokan yang pasti, berapa keranjang takakura dibutuhkan
untuk 1 keluarga. Sangat tergantung kebiasaan keluarga tersebut. Ada keluarga
yang punya banyak anggota tapi jarang masak, lebih sering jajan di luar.
Keluarga lainnya hanya memiliki 2 anggota keluarga, namun tiap hari masak ‘berat’
dan kue-kue. Jika
sudah demikian, pertimbangkan memiliki 2 keranjang takakura dalam 1 rumah
tangga.
T: Ada kecoak dalam keranjang takakura saya.
J: Sama problemnya dengan kasus pertama yaitu
mikroba pengurai sampah sudah mati. Karena ketika bakteri aerob bekerja, media
menjadi panas, kecoak enggan singgah. Telur kecoak juga tidak bisa menetas,
dilahap bakteri aerob.
Keberadaan
bakteri aerob juga yang menjadi alasan mengapa isi takakura yang dikeluarkan
untuk kompos tanaman, harus dijemur dulu (Cara Menggunakan, nomor 8). Bakteri
aerob tidak bisa memilih, mana sampah organik, mana tanaman yang sangat kamu
sayangi. Begitu bertemu bahan organik, langsung saja hajar bleh, dilahap habis.
Mati deh tanamannnya. ^_^
![]() |
sumber: nepagogreen.blogspot.com |
Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya jangan menyimpan keranjang
takakura di luar rumah, hingga basah terkena hujan, bahkan dicuri pemulung. Keranjang
takakura yang tak terawat umumnya tidak bisa berfungsi maksimal.
Takakura
didesain untuk memudahkan komposting di dalam rumah. Anggap memiliki binatang
kesayangan yang harus diperhatikan kebersihan dan makanannya.
Nggak
usah parno keranjang takakura akan mengeluarkan gas beracun, tugas bakteri
aerob mengurus keamanan warga. Gas metan keluar karena nggak ada bakteri
pengurai.
Kabar
gembira, mereka yang berdomisili di kota Bandung bisa banget membeli keranjang
takakura di Toko Organis, jalan Batik Uwit nomor 1, Bandung.
Instagram:
@tokoorganisypbb
Nomor
kontak: +62 853 -2118-4929 (WA)
Toko
Organis merupakan sarana YPBB untuk mengedukasi warga yang ingin hidup organis,
selaras dengan alam.
Karena
jika kita menjaga alam, alampun akan mencintai kita.
Percaya
deh. 😊😊💗💗
Ho ternyata ada yg jual..n alhamdulillah lokasinya deket banget dr rmh..nuhun ambuu..thanks for sharing. Tadinya sih pengen belajar bikin sendiri..tp trnyata stepnya lmyn panjang jg yah hehe
ReplyDeleteBaru denger nih, keranjang takakura. Wah, lumayan untuk pupuk tanaman ya. Tapi lumayan repot buat memilah-milah sisa makanan ya. Apalagi kalau sayurnya tercampur daging.
ReplyDeleteBerharap banget ada yang sudah jual di Bangkalan. Memang soal sampah ini bikin hati miris ya Teh. Apalagi saat saya lewat depan tempat pembuangan sampah, Masya Allah sampahnya. Sementara masih lebih memilih bakar sampah dekat rumah.
ReplyDeleteTanahnya itu tanah biasa mbak? Yg buat bangun rumah, diayak dulu gak?
ReplyDeleteLengkap mbak penjelasan metode ini. Pengen jyga bisa Menerapkannnya di rumah
ReplyDeletesaya bintangin postingan ini terima kasih ya bu sharingnya
ReplyDeletebener banget karena bau biasanya masyarakat malas olah sampah
padahal sekarang sudah saatnya bergerak melakukannya
Terima kasih, kak. Aku baru tahu ada ini. Dulu biasanya kalau buat kompos tinggal masukin ke lubang tanah lalu ditutup pakai daun. Nah kalau yang di dalam rumah belum tau caranya
ReplyDeleteWaaaah aku baru tahu tentang keranjang seperti ini. Dan ada cara membuatnya juga. Bolehlah kapan-kapan dicoba demi bumi tercinta. 😂
ReplyDeleteAku lagi belajar nih dari artikel teman-teman. Tapi emmang belum praktek langsung, nah ini termasuk keranjang Takakura yang caranya juga gampang. Makasih ya, aku jadikan rekomendasi kalo nanti jadi bikin kompos
ReplyDeleteWaah....impian banget bisa punya keranjang takakura, Ambu..
ReplyDeleteAku kepoin yaa...Ambu.
Nanti kalau cucok, mau beli.
Suka baget tulisan Ambu yang mengedukasi dalam memilah dan mengolah sampah.
Saya baru tau tentang metode takakura ini, Bu. Saya siapkan dulu bahan-bahannya baru saya coba kelola sampah organik dengan metode ini. Makasih sudah sharing,bu :)
ReplyDeleteWah keren banget ini. Saya sontek ya caranya. Semoga deh langkah kecil yang dilakukan bisa mengurangi beban sampah bumi kita tercinta ya. :)
ReplyDeletesaya juga dulu bikin sendiri kok neng @Gita
ReplyDeletesebetulnya ngga sulit,
tapi karena jalan batik uwit kan dekiat rumah,
jadi bisa lebih mudah ^^
dagingnya masukin aja kok @Dyah
ReplyDeleteYang dibuang hanya kuah santan
Ini penemuan Takakura yang sedang kerja sama dengan pusdakota surabaya lho Riska
ReplyDeleteHarusnya berkembang di surabaya ya?
Tanah biasa kok Sari, ngga usah disaring
ReplyDeletekan entar diurai oleh mikroorganisme
Iya Dewi, awalnya aja kok yang ribet
ReplyDeletesesudah terbiasa malah ngga nyaman kalo membuang sampah tanpa memilah
Silakan Ikrom
ReplyDeleteiya, setuju banget, mulai dari diri sendiri dulu
kalo punya halaman dan bisa buang sampah organik di lubang, juga bagus kok Mini
ReplyDeleteMalah tanahnya jadi subur dan ngga ribet ^^
Silakan Bimo
ReplyDeleteSetuju banget, siapa lagi yang merawat bumi jika bukan kita
wah LSM apa mbak Ayu, banyak kok disekitar Sukaluyu
ReplyDeleteSip @Hidayah, ditunggu postingannya tentang kompos ya
ReplyDeleteAku mau lho bikinin, hayuk para emak muda kalo mau belajar kesini
ReplyDeleteSip mbak Sugi, mau bareng Lendy dan emak muda lain?
ReplyDeleteKita bikin bareng keranjang takakura
Mangga teh Nia, kalo punya lahan, bisa langsung masuk aja ke lubang lho
ReplyDeleteIni mah untuk mereka yang ngga punya lahan pekarangan