![]() |
source: 123rf.com |
“We don’t Inherit The Earth from our Ancestor, We Borrow it from our Children”
Akrab dengan adagium di
atas? Iya banget ya? Bumi ini kan nggak hanya dihuni kita sekarang, anak cucu
kita nanti juga akan menginjaknya. Jadi sudah seharusnya kita pelihara.
ظَهَرَ
الْفَسَادُ
فِي
الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ
بِمَا
كَسَبَتْ
أَيْدِي
النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ
بَعْضَ
الَّذِي
عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allâh
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). [ar-Rûm/30:41]
Sebagai muslim, bangga
banget ya punya kitab suci yang lengkap
dan sempurna. Nggak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Juga manusia dengan
alam.
Begitu besarnya limpahan
karunia Allah SWT.
Sayang. mentang-mentang
diberi gratis. Mentang-mentang Allah selalu bermurah hati. Kita lalai. Tanah
sepetak di halaman rumah disemen habis, lupa bahwa dirinya butuh oksigen.
Saluran air dan tanah
kosong dipenuhi sampah, lupa bahwa sampah yang berumur ratusan tahun tersebut
akan menetap hingga anak cucu kelak. Mencemari air, tanah dan udara.
Hingga anak cucu kita
harus menghirup udara penuh polutan. Harus minum air bercampur limbah. Dan harus makan dari tumbuhan yang mengambil
sari makanan dari cemaran sampah.
Apa saja? Banyak!
Berikut ini diantaranya:
![]() |
source: mumbai77.com |
1.
Hindari
kantong plastik
Duh ya menggoda banget pakai kantong plastik atau acap disebut keresek.
Walau diserukan kantong plastik berbayar, masih banyak supermarket yang ngasih
gratis. Terlebih penjual di warung dan
pasar, mereka show off bilang keresek
mereka gratis.
Supermarketpun
menetapkan harga teramat murah untuk kantong plastik berbayar. Cuma Rp 200,
harga semangkok mie bakso 100 kali lipat
harganya.
Sementaraaaa...
Biaya lingkungannya
teramat tinggi. Kantong plastik yang sekali pakai tersebut, akan terus berada
di bumi, berubah jadi cemaran. Penyebabnya, nggak ada bakteri yang mau makan
plastik.
Plastik hanya akan
berubah menjadi mikroplastik dengan bantuan proses fisika (panas dan lainnya),
serta kimia (plastik mendapat campuran bahan tertentu agar hancur. Hanya
hancur, tidak masuk menjadi bagian
ekosistem agar kehidupan di bumi berkelanjutan).
Jadi, yuk “berkorban”
dengan membawa sendiri tas belanja. Jika kepepet, lupa atau semacamnya,
pakailah kardus yang disediakan gratis.
Atau masukkan aja ke tote bag.
2. Mulai menggunakan tumbler
Ustaz Aam Amirudin dalam
tausiahnya berulang kali bilang, berbuat baik itu sulit banget. Terlebih jika
diganggu perasaan malas.
Hal ini berlaku untuk
tumbler, duh malas banget bawa tumbler. Berat. Lebih gampang beli aja air minum
dalam kemasan (AMDK). Toh katanya, sampah
gelas plastik dan botol plastiknya bisa didaur ulang.
Padahal kenyataannya ...
Menurut penelitian University
of Georgia dan University of California, Santa Barbara (UCSB), serta organisasi
nirlaba Sea Education Association, hanya 9 % yang didaur ulang. Selebihnya
berakhir di lautan dan daratan, menjadi timbulan sampah yang balapan banyaknya
dengan populasi manusia.
Jika tak mau hidup,
kelak, berdampingan dengan sampah plastik
yang sekali pakai tersebut yuk mulai
menggunakan tumbler untuk tempat minum.
![]() |
source: flipboard.com |
3.
Mulai
menggunakan misting
Budaya mengganti
misting/rantang/reusable food box, dengan kantong plastik, sebetulnya belum lama. Bahkan produksi
plastik besar-besaran baru dimulai tahun 1950. Tapi sungguh melenakan.
Dengan
alasan praktis, orang mulai menyimpan
misting/rantangnya dan mengganti dengan bungkusan plastik serta kertas nasi.
Sementara ...
Menurut penelitan,
kertas nasi berlapis plastik tipis yang berwarna coklat itu nggak higienis lho.
LIPI sudah mengeluarkan hasil penelitiannya dan menyarankan agar tidak lagi
menggunakan kertas nasi. Karena sampah kertas, bahan baku pembuatan kertas
nasi, tidak dapat dipertanggung jawabkan higienitasnya. Bisa berasal dari
tumpukan sampah. Bercampur dengan bahan kimia
berbahaya. Serta banyak potensi cemaran lain.
Bagaimana dengan kertas
pembungkus gorengan? Waduh, kertas
yang umum menggunakan lembaran bekas
anak sekolah/kantoran ini penuh tinta yang berpotensi meracuni tubuh. Harganya
murah, namun jika sudah menumpuk dan berubah menjadi penyakit, ongkos
penyembuhannya mahal nian.
4.
Minimalisasi
Food Waste
Tahu nggak kawan,
rata-rata global makanan yang terbuang menjadi sampah sebanyak 115 kg, dan Saudi Arabia menjadi
juara pertama pembuang limbah makanan di dunia, yaitu 158 kg/orang/tahun.
Penyebabnya budaya pamer makanan berlimpah.
Menyikapi hal tersebut, Dewan
Shoura berencana mengajukan proposal undang-undang untuk memerangi limbah makanan
dan pemborosan. Dalam Undang-undang akan
tercantum hukuman bagi individu dan organisasi terkait dengan limbah makanan,
seperti memberlakukan biaya pada pengunjung restoran yang meninggalkan piring
yang belum selesai. (sumber: saudigazette.com)
Pemimpin agama Katolik mengecam mereka yang membuang makanan dan
menyamakannya dengan “mencuri makanan dari meja orang miskin”
Menurut PBB, sebanyak 870 juta jiwa di dunia mengalami
kelaparan, sementara 2 miliar orang lainnya menderita gizi buruk.
Jadi yuk, minimalisasi
membuang makanan. Ketika prasmanan, jangan lapar mata, ambil secukupnya.
Demikian pula ketika membeli jajanan di bulan puasa. Lihat makanan tampak serba
enak. Prakteknya, sesudah buka puasa jangankan habis, terkadang makanan yang
dibeli tidak termakan karena terlanjur kenyang. Dosa banget ya?
![]() |
source: due.com |
5. Belanja sesuai Kebutuhan bukan Keinginan
Udah
dapat THR? Huhuhu ... maunya beli ini itu ya?
Setahun sekali gitu lho. Tapiii ... pertimbangkan apakah benar-benar
perlu? Apakah barang lama masih bisa dipakai?
![]() |
source: jolanta.ca |
6. Minimalisasi Sampah Lebaran
Sekitar sepuluh hari
lagi Lebaran tiba, asyikkk ...
Sudah punya persiapan
hidangan Lebaran? Bagaimana jika mulai merencanakan ber-zero waste selama
Lebaran. Bikin catatan dulu, sesudah itu barulah dikerjakan:
- Kue kering, bisa bikin sendiri atau harus beli. Jika beli, bisakah meminta penjual agar mengisi langsung pada toples yang dimiliki. Membeli cookies berkemasan penjual, biasanya berakhir di tempat sampah karena wadah plastiknya mudah pecah dan tidak kedap udara.
- Bagaimana dengan suguhan snack? Rencanakan snack tanpa pembungkus plastik dan kertas. Ganti risoles dengan lemper, dan kue lapis dengan cake potong.
- Hindari wadah sekali pakai. Biasanya gelas sekali pakai atau mangkok sekali pakai. Nggak ada tenaga untuk mencuci mangkok serta gelas? Saatnya kerja bareng dengan anggota keluarga, agar tercipta suasana heboh yang menyenangkan. Merekapun belajar untuk tidak menggunakan wadah sekali pakai.
7. Baju lama untuk berlebaran, why not?
Berapa hari sih
merayakan Lebaran? Sehari? Dua hari? Seminggu? Trus selama itu mau pakai baju
kaftan yang penuh manik-manik dan rendra? Pastinya nggak kan?
Atau sudah punya gaun
kaftan demikian? Saatnya dikeluarkan dan digunakan di hari pertama Lebaran. Nggak
akan ada yang nyinyir dan bilang: “kok pakai baju Lebaran tahun lalu?”
Kalaupun ada, jawab aja:
“Emang kenapa? Ngetrend dong!” :D
Ya, sudah waktunya
menghentikan pemborosan dan mulai hidup selaras alam. Di setiap pakaian yang
kita miliki terdapat jejak footprint
yang meliputi banyaknya air dan energi yang dihabiskan untuk memproduksinya.
Masih ingat sexy killer
dong ya? Jadi pasti tahu pengorbanan untuk
menghasilkan energi? Jangan sampai energi tersebut berakhir dengan memproduksi
sampah.
Dalam tabel di atas
terlihat banyaknya air yang dihabiskan untuk memproduksi pakaian. Itu belum
termasuk jika pakaianmu terbuat dari kaftan yang menggunakan manik-manik dan
renda. Pastinya butuh pengorbanan lebih banyak lagi.
Ternyata banyak banget
yang bisa kita lakukan agar alam tetap lestari ya? Dan perubahan yang kita
lakukan tersebut nggak membutuhkan biaya. Hanya diperlukan niat. Niat agar bumi
titipan anak cucu kita bebas dari
cemaran. Niat ikhlas mentaati perintah Allah yang tercantum pada kitabNya.
Karena pahala itu nyata, senyata kemarahan alam.
budaya menggunakan antong plasti sulit sekali dihindarkan, karena kemudahan dan efisiensinya jadi sulit untuk tidak menggunakan benda ini..
ReplyDeleteBudaya bawa tumbler dan rantang tuh, yang buat saya susah. Pilihannya ya makan di tempat atau nggak jajan.
ReplyDelete