7 Amalan Bagi Bumi; Yuk Kita Mulai di Bulan Ramadan

source: 123rf.com

“We don’t  Inherit The Earth from our Ancestor, We Borrow it from our Children”
Akrab dengan adagium di atas? Iya banget ya? Bumi ini kan nggak hanya dihuni kita sekarang, anak cucu kita nanti juga akan menginjaknya. Jadi sudah seharusnya kita pelihara.

Dan hanya Islam lho yang punya ayat-ayat suci agar umatNya memelihara bumi. Salah satunya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [ar-Rûm/30:41]

Sebagai muslim, bangga banget  ya punya kitab suci yang lengkap dan  sempurna. Nggak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Juga manusia dengan alam.  

Karena jika manusia memelihara  alam, maka alam akan membalas kebaikan manusia dengan berlipat ganda. Kebutuhan oksigen yang tercukupi, air jernih mengalir gratis untuk minum, masak, mandi dan berbagai keperluan lainnya.

Begitu besarnya limpahan karunia Allah SWT.
Sayang. mentang-mentang diberi gratis. Mentang-mentang Allah selalu bermurah hati. Kita lalai. Tanah sepetak di halaman rumah disemen habis, lupa bahwa dirinya butuh oksigen.
Saluran air dan tanah kosong dipenuhi sampah, lupa bahwa sampah yang berumur ratusan tahun tersebut akan menetap hingga anak cucu kelak. Mencemari air, tanah dan udara.

Hingga anak cucu kita harus menghirup udara penuh polutan. Harus minum air bercampur limbah.  Dan harus makan dari tumbuhan yang mengambil sari makanan dari cemaran sampah.  

Gimana jika kita membuat perubahan di bulan Ramadan? Bulan suci yang sudah seharusnya dipenuhi amalan. Bulan ketika kaum setan diborgol agar nggak merayu manusia mengerjakan hal yang tidak disukai Allah.

Apa saja? Banyak! Berikut ini diantaranya:

source: mumbai77.com

1.       Hindari kantong plastik
Duh ya menggoda banget  pakai kantong plastik atau acap disebut keresek. Walau diserukan kantong plastik berbayar, masih banyak supermarket yang ngasih gratis.  Terlebih penjual di warung dan pasar,  mereka show off bilang keresek mereka gratis.

Supermarketpun menetapkan harga teramat murah untuk kantong plastik berbayar. Cuma Rp 200, harga semangkok mie bakso  100 kali lipat harganya.

Sementaraaaa...

Biaya lingkungannya teramat tinggi. Kantong plastik yang sekali pakai tersebut, akan terus berada di bumi, berubah jadi cemaran. Penyebabnya, nggak ada bakteri yang mau makan plastik.

Plastik hanya akan berubah menjadi mikroplastik dengan bantuan proses fisika (panas dan lainnya), serta kimia (plastik mendapat campuran bahan tertentu agar hancur. Hanya hancur,  tidak masuk menjadi bagian ekosistem agar kehidupan di bumi berkelanjutan).

Jadi, yuk “berkorban” dengan membawa sendiri tas belanja. Jika kepepet, lupa atau semacamnya, pakailah kardus yang disediakan gratis.  Atau masukkan aja ke tote bag. 

Saya sering melihat pembeli di Superindo menenteng belanjaan tanpa kantong plastik. Kemasan produk ditenteng begitu saja, atau dikepit. Dan itu keren banget, kawan!

Baca juga:
source: thewirecutter.com
2. Mulai menggunakan tumbler
Ustaz Aam Amirudin dalam tausiahnya berulang kali bilang, berbuat baik itu sulit banget. Terlebih jika diganggu perasaan malas.

Hal ini berlaku untuk tumbler, duh malas banget bawa tumbler. Berat. Lebih gampang beli aja air minum dalam kemasan (AMDK). Toh katanya, sampah  gelas plastik dan botol plastiknya bisa didaur ulang.

Padahal  kenyataannya ...

Menurut penelitian University of Georgia dan University of California, Santa Barbara (UCSB), serta organisasi nirlaba Sea Education Association, hanya 9 % yang didaur ulang. Selebihnya berakhir di lautan dan daratan, menjadi timbulan sampah yang balapan banyaknya dengan populasi manusia.

Jika tak mau hidup, kelak,  berdampingan dengan sampah plastik yang sekali pakai tersebut  yuk mulai menggunakan tumbler untuk tempat minum.

source: flipboard.com

3.      Mulai menggunakan misting
Budaya mengganti misting/rantang/reusable food box,  dengan kantong plastik, sebetulnya belum lama. Bahkan produksi plastik besar-besaran baru dimulai tahun 1950. Tapi sungguh melenakan. 

Dengan alasan praktis,  orang mulai menyimpan misting/rantangnya dan mengganti dengan bungkusan plastik serta kertas nasi.

Sementara ...

Menurut penelitan, kertas nasi berlapis plastik tipis yang berwarna coklat itu nggak higienis lho. LIPI sudah mengeluarkan hasil penelitiannya dan menyarankan agar tidak lagi menggunakan kertas nasi. Karena sampah kertas, bahan baku pembuatan kertas nasi, tidak dapat dipertanggung jawabkan higienitasnya. Bisa berasal dari tumpukan sampah. Bercampur dengan bahan kimia  berbahaya. Serta banyak potensi cemaran lain.

Sedangkan plastik pembungkus, pastinya hanya sekali pakai. Ngga ada perusahaan recycling yang mau menerima plastik yang dipenuhi sisa makanan. Berakhir menjadi cemaran yang diwariskan pada anak cucu kita.

Bagaimana dengan kertas pembungkus gorengan?  Waduh, kertas yang  umum menggunakan lembaran bekas anak sekolah/kantoran ini penuh tinta yang berpotensi meracuni tubuh. Harganya murah, namun jika sudah menumpuk dan berubah menjadi penyakit, ongkos penyembuhannya mahal nian.

Jadi, menerima plastik dan bungkusan makanan dari penjual hanyalah kesenangan semu. Kesenangan sesaat yang harus dibayar mahal. Baik berupa biaya lingkungan maupun biaya kesehatan tubuh yang harus kita tanggung.

4.      Minimalisasi Food Waste
Tahu nggak kawan, rata-rata global makanan yang terbuang menjadi sampah  sebanyak 115 kg, dan Saudi Arabia menjadi juara pertama pembuang limbah makanan di dunia, yaitu 158 kg/orang/tahun. Penyebabnya budaya pamer makanan berlimpah.

Menyikapi hal tersebut, Dewan Shoura berencana mengajukan proposal undang-undang untuk memerangi limbah makanan dan pemborosan.  Dalam Undang-undang akan tercantum hukuman bagi individu dan organisasi terkait dengan limbah makanan, seperti memberlakukan biaya pada pengunjung restoran yang meninggalkan piring yang belum selesai. (sumber: saudigazette.com)

Iya sih ya, tatkala kita membuang sampah, di belahan bumi lain banyak yang kelaparan. Karena itu perilaku membuang makanan dilarang oleh agama manapun. Jika Islam direpresentasikan dengan Saudi Arabia yang merencanakan pemberian hukuman bagi mereka yang membuang makanan. 

Pemimpin agama Katolik  mengecam mereka yang membuang makanan dan menyamakannya dengan “mencuri makanan dari meja orang miskin”

Menurut PBB,  sebanyak 870 juta jiwa di dunia mengalami kelaparan, sementara 2 miliar orang lainnya menderita gizi buruk. 

Jadi yuk, minimalisasi membuang makanan. Ketika prasmanan, jangan lapar mata, ambil secukupnya. Demikian pula ketika membeli jajanan di bulan puasa. Lihat makanan tampak serba enak. Prakteknya, sesudah buka puasa jangankan habis, terkadang makanan yang dibeli tidak termakan karena terlanjur kenyang. Dosa banget ya?

source: due.com

5.      Belanja sesuai Kebutuhan bukan Keinginan
Udah dapat THR? Huhuhu ... maunya beli ini itu ya?  Setahun sekali gitu lho. Tapiii ... pertimbangkan apakah benar-benar perlu? Apakah barang lama masih bisa dipakai?

Misalnya nih ya, pingin beli toples kue yang nampak cantik, padahal punya lho. Tapi biasalah, barang di toko (online maupun offline) lebih menarik ketika belum dimiliki. Sesudah beli, ya gitu deh.

Demikian juga pembelian baju, sepatu dan kebutuhan lain. Jangan diada-adain demi Ramadan dan Lebaran, jika hanya berakhir sebagai sampah. 


source: jolanta.ca

6.     
Minimalisasi Sampah Lebaran
Sekitar sepuluh hari lagi Lebaran tiba, asyikkk ... 
Sudah punya persiapan hidangan Lebaran? Bagaimana jika mulai merencanakan ber-zero waste selama Lebaran. Bikin catatan dulu, sesudah itu barulah dikerjakan:
  • Kue kering, bisa bikin sendiri atau harus beli. Jika beli, bisakah meminta penjual agar mengisi langsung pada toples yang dimiliki. Membeli cookies berkemasan penjual, biasanya berakhir di tempat sampah karena wadah plastiknya mudah pecah dan tidak kedap udara.
  • Bagaimana dengan suguhan snack?  Rencanakan snack tanpa pembungkus plastik dan kertas. Ganti risoles dengan lemper, dan kue lapis dengan cake potong.
  • Hindari wadah sekali pakai. Biasanya gelas sekali pakai atau mangkok sekali pakai. Nggak ada tenaga untuk mencuci mangkok serta gelas? Saatnya kerja bareng dengan anggota keluarga, agar  tercipta suasana heboh yang menyenangkan. Merekapun belajar untuk tidak menggunakan wadah sekali pakai.

source: billow.wordpress.com

7. Baju lama untuk berlebaran, why not? 
Berapa hari sih merayakan Lebaran? Sehari? Dua hari? Seminggu? Trus selama itu mau pakai baju kaftan yang penuh manik-manik dan rendra? Pastinya nggak kan?

Atau sudah punya gaun kaftan demikian? Saatnya dikeluarkan dan digunakan di hari pertama Lebaran. Nggak akan ada yang nyinyir dan bilang: “kok pakai baju Lebaran tahun lalu?”
Kalaupun ada, jawab aja: “Emang kenapa? Ngetrend dong!”  :D

Ya, sudah waktunya menghentikan pemborosan dan mulai hidup selaras alam. Di setiap pakaian yang kita miliki terdapat  jejak footprint yang meliputi banyaknya air dan energi yang dihabiskan untuk memproduksinya.

Masih ingat sexy killer dong ya? Jadi pasti tahu  pengorbanan untuk menghasilkan energi? Jangan sampai energi tersebut berakhir dengan memproduksi sampah.

Dalam tabel di atas terlihat banyaknya air yang dihabiskan untuk memproduksi pakaian. Itu belum termasuk jika pakaianmu terbuat dari kaftan yang menggunakan manik-manik dan renda. Pastinya butuh pengorbanan lebih banyak lagi.


Ternyata banyak banget yang bisa kita lakukan agar alam tetap lestari ya? Dan perubahan yang kita lakukan tersebut nggak membutuhkan biaya. Hanya diperlukan niat. Niat agar bumi titipan anak cucu kita  bebas dari cemaran. Niat ikhlas mentaati perintah Allah yang tercantum pada kitabNya. Karena pahala itu nyata, senyata kemarahan alam.

2 comments

  1. budaya menggunakan antong plasti sulit sekali dihindarkan, karena kemudahan dan efisiensinya jadi sulit untuk tidak menggunakan benda ini..

    ReplyDelete
  2. Budaya bawa tumbler dan rantang tuh, yang buat saya susah. Pilihannya ya makan di tempat atau nggak jajan.

    ReplyDelete