![]() |
sumber: indonesiana-tempo.co |
Berwakaf?
Duh, boro-boro deh.
Rumah aja baru pindah dari Pondok Mertua
Indah ke rumah cicilan. Bagaimana
mungkin bisa berwakaf? Ntar ntar aja kalo udah kaya raya, banyak duit lah.
Sedekah menurut anggota Komisi
Fatwa dan Dewan Syariah Nasional MUI, Prof. Dr. Uswatun Hasanah adalah berbuat
baik. Karena itu sering kita dengar sedekah ilmu, sedekah umur, bahkan sedekah
senyum.
Sedangkan wakaf adalah
sedekah dalam bentuk aset. Wakaf bisa berupa uang, tanah, rumah, gedung, rumah
sakit, hotel, masjid, dan bangunan produktif lainnya.
Wakaf mensyaratkan penghentian pemilikan semula dan
bendanya dikembalikan kepada Allah tapi manfaatnya diperuntukkan untuk mauquf
alaih, seperti yatim piatu, fisabilillah.
Dan wakaf, seperti kita ketahui merupakan 1 dari 3 kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir, walaupun raga telah meninggalkan dunia yang fana ini.
Ustaz kondang Aam
Amirudin pernah berkisah. True story pastinya ya:
Seperti diketahui ustaz Aam Amirudin mengomandoi bahnyak pembangunan, diantaranya pesantren dan masjid. Dalam rangka mengembangkan pendidikan anak muslim, DKM dibawah Percikan Iman Management membutuhkan tanah untuk membangun Taman Pendidikan Al Quran (TPA).
Kebetulan tanah yang dituju dimiliki oleh seorang jamaah, pria berusia lanjut yang memiliki tanah 20 hektar.Ketika pengurus DKM mengutarakan niatnya, dengan senang hati, bapak tersebut memberikan tanah hibah seluas 200 meter persegi. Sisa tanah dibagi-bagi dan diwariskan ke anak-anaknya yang kemudian menjualnya dan habis tak bersisa.
Ketika sang bapak meninggal, dia menghadapNya hanya dengan membawa amal 200 meter persegi dari 20 hektar tanah yang semula dimiliki.
Hii...ngenes ya? Punya harta berlimpah tapi hanya sedikit yang dimanfaatkan untuk menebar pahala.
Baca juga: Sudahkah ZISWAF Menjadi Gaya Hidupmu?
Kembali ke niat
berwakaf. Pastinya kita ngga harus punya tanah 20 hektar untuk bisa berwakaf,
cukup menyisihkan uang Rp 10.000 per hari dan mendaftar program asuransi
syariah bersama PRUsyariah.
Iya, itu hitungan premi
terendah program asuransi syariah, seperti yang diutarakan team PRUsyariah dalam sosialisasi Prudential - Wakaf di Bandung, 23 Februari 2019.
Bisa lebih pastinya, sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan. Juga bisa memilih unit link untuk mendapatkan kesempatan ganda dalam
berwakaf.
Ada 3 pilihan yang ditawarkan
Program Wakaf dari PRUsyariah, yaitu:
1.
Wakaf Santunan Asuransi Meninggal Dunia
2.
Wakaf Nilai Tunai
3.
Wakaf Santunan Asuransi Meninggal Dunia
dan Nilai Tunai
Asyik bukan? Hati tenang
karena memiliki proteksi keuangan,
sekaligus kepastian berwakaf.
Semua diurus Prudential Indonesia.
Boleh tahu kemana aja
uang mengalir?
Ya harus tahu dong.
Selama ini Prudential Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Wakaf
(Nazhir) sebagai berikut:
1.
Dompet Dhuafa.
Yayasan
yang diresmikan 4 September 1994 ini aktif
berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, pengelolaan rumah ibadah,
layanan kesehatan (7 rumah sakit dan usaha kesehatan penunjang lainnya),
layanan pendidikan (sekolah akselerasi SMART
Ekselensia Indonesia, SMART Ekselensia Cibinong, Al Syukro di Ciputat dan Khadijah Learning
Center di BSD) dan usaha produktif
(antara lain kebun naga dan buah nanas serta ekstrak buah di desa Cirangkong,
Subang, Jawa Barat).
2.
Yayasan Inisatif Wakaf (iWakaf)
Yayasan
yang didirikan pada Juni 2016, menyalurkan wakaf untuk:
a.
Pembangunan 4 klinik umum di Jogjakarta
(Naura Hauda), Bengkulu (Klinik As Syifa), Ambon (Klinik Al Aqsa) dan Aceh
(Klinik Ranup Selasih).
b.
Pembangunan pesantren dan rumah Quran di
Singkawang Timur, Kalimantan Barat.
c.
Pembangunan boarding school seluas 2
hektar dengan daya tampung sekitar 1.000 siswa di Suka Makmur, Bogor, Jawa
Barat.
d.
Perkebunan sereh wangi di Purwokerto. Ladang
garam di Cirebon.
e.
Pembangunan wakaf skala kecil dalam 21
program seperti pemberian kaki palsu, alat tulis dan laptop untuk sekolah,
pembangunan sumur, pembelian genset dan pemberian gerobak untuk usaha.
f.
Pembangunan 4 masjid dan 1 mushola di
Lombok.
3.
Lembaga Wakaf – Majelis Ulama Indonesia
(MUI)
Didirikan
Mei 2018, program utama adalah pembangunan Menara MUI yang akan dipakai untuk
kegiatan MUI dan disewakan secara komersil. Hasil sewa digunakan untuk beragam kegiatan sosial
seperti bidang pendidikan, dakwah dan penanggulangan bencana.
Ah, jelas banget sekarang, setiap rupiah yang kita
niatkan untuk berwakaf melalui PRUsyariah ternyata dapat menyejahterakan banyak
orang.
Bahkan Menara MUI yang digagas Lembaga Wakaf MUI
mirip dengan apa yang terjadi di Madinah. Yaitu tentang sumur Rumah seperti yang dikisahkan Muhammad Yusuf Helmy, Corporate Director of Business Services - KARIM Consulting Indonesia:
Diriwayatkan
di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami
panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah
terbiasa minum dari air zamzam di Mekah. Satu-satunya sumber air yang tersisa
adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RUMAH namanya. Rasanya pun
mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus
rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.
Prihatin
atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan
hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat,
maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).
Adalah
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk
membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan
menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi
penawaran yang tertinggi sekalipun, Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya,
“Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki
penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan
alasan penolakannya.
Utsman
bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala
berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi
ini.
“Bagaimana
kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus
negosiasinya.
“Maksudmu?”
tanya Yahudi keheranan.
“Begini,
jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari
sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi
milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas
Utsman.
Yahudi
itupun berfikir cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus
kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman
tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan
Radhiyallahu ‘anhu.
Utsman
pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur
Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini
sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah
mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu
bukan lagi milik Utsman.
Keesokan
hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah
masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan
berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama
seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya
seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.
Kemudian
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur
Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Setelah
sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian,
tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu
Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga
dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.
Selanjutnya
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma
ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak
yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk
rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di
bawah pengawasan Departeman Pertanian.
Begitulah
seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah
dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat
Masjid Nabawi.
Bangunan
hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel
bintang 5. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya
untuk anak2 yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan
ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Subhanallah,…
Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..
Ini
adalah salah satu bentuk wakaf, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya
sudah lama meninggal..
Disebutkan
di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
مَاتَ
الإِنْسَانُ
انْقَطَعَ
عَنْهُ
عَمَلُهُ
إِلاَّ
مِنْ
ثَلاَثَةٍ
إِلاَّ
مِنْ
صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ
أَوْ
عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ
بِهِ
أَوْ
وَلَدٍ
صَالِحٍ
يَدْعُو
لَهُ
“Apabila
manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga
perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang
mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]
![]() |
Muhammad Yusuf Helmy dalam Prudential - Wakaf |
Wow pingin pastinya,
berkontribusi dalam menanggulangi masalah di Indonesia. Karena believe it or
not, potensi wakaf tunai di Indonesia
sebesar Rp 180 triliun, sementara yang terkumpul baru 400 milyar per tahunnya.
(sumber: republika.co.id)
Wow jauh banget bedanya!
![]() |
Nini Sumohandoyo |
Selanjutnya Nini
Sumohandoyo mengatakan:
“Program ini mendukung
nasabah yang sedang mencari solusi modern dan cerdas untuk menunaikan wakaf,
sekaligus memastikan dirinya dan keluarganya memperoleh proteksi dan
perencanaan investasi yang tepat. Program wakaf kami fokus kepada kemudahan
nasabah dalam menyalurkan wakaf asuransinya. Sejalan dengan slogan: “Selalu
Berbagi, Selamanya Berarti,” yang mengajak kita untuk terus berderma demi
manfaat yang abadi. Program ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk turut
mengatasi tantangan sosial ekonomi Indonesia saat ini”
![]() |
Nini Sumohandoyo dalam acara Prudential - Wakaf |
Berwakaf itu pahalanya mengalir terus ya. Apalagi kan manfaatnya untuk orang banyak. Zaman sekarang wakaf bisa di mana aja xan kapan aja yg penting niat. Bagus deh Dompet Dhuafa ada program wakaf kayak gini. 10K per hari mah bisa lah yaw 😊
ReplyDeleteBaca ini serasa nostalgia, Ambu... Sering suami ingatkan tentang apa yang kita miliki bukan yang kita simpan melainkan yang kita korbankan di jalanNya. Hatur nuhun infonya, Ambu...
ReplyDeleteSaya kadang memilih lewat lembaga wakaf atau yg ada di lingkungan lgsng. Smg Allah menerima amalan kita ya teh. Aamiin
ReplyDeletememudahkan orang untuk berwakaf, bagus banget gagasannya ya
ReplyDeleteWah, keren nih. Wakaf jadi praktis dan terjangkau. Ga ada alasan lg utk ga nabung pahala
ReplyDeleteWah cerita pak Aam sangat menyentuh semoga menulis di blog juga bisa jadi amal kebaikan aamiin
ReplyDeleteSetahun ke belakang saya pelajari wakaf. Inginnya segera bisa wakaf jadinya.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Makin dimudahkan saja untuk melakukan kebaikan/wakaf meski secara materi belum berlimpah. Nuhun sharingnya, Ambu. 🙏
ReplyDeleteSekarang makin mudah kalau mau berwakaf ya, Bun. Udah banyak lembaga terpercaya yg fasilitasi. Yg dari Prudential ini aku baru tahu programnya.
ReplyDeleteWakaf itu gak melulu harus punya tanah ya.. Mau berwakaf sekarang ini mudah, bisa menyalurkannya dalam bentuk asuransi ini ya..
ReplyDeleteberwakaf pahala yang tidak akan pernah terputus, selalu mengalir jika digunakan untuk hal kebaikan....
ReplyDeleteSaya masih pegang polis asuransi di PRU
ReplyDeletebaru tau juga klo bisa wakaf di sini ya
semoga berkah bagi yang mau wakaf
terima kasih sharingnya Bu Maria
Lengkap nih postingannya, lumayan. Saya juga pernah nulis soal wakaf, tapi pendek hihihihi
ReplyDeleteSaya juga pernah bikin tulisan soal wakaf, tapi blm selengkap ini xiixi
ReplyDeleteiya @Euisry, seiring kemajuan teknologi, apapun bisa jadi mudah
ReplyDeleteYups Dian, jangan menunggu materi berlimpah untuk berbuat baik
ReplyDeleteKarena kita ngga tau takdir umur kita
Setuju Vi, sekarang dengan mudahnya bisa berwakaf, yang penting niatnya
ReplyDeleteIya banget Sandra, semua bisa menjadi sedekah
ReplyDeleteYang penting niatnya
Yes pisan Nathalia, yang penting niatnya dulu
ReplyDeleteseiring kemajuan teknologi Firda
ReplyDeleteTeknologi sangat membantu jika digunakan dengan benar
Ah bener pisan Zahra, kalo ada lembaga wakaf terdekat
ReplyDeleteNgapain harus muter ya? :)
sama-sama Syifa, bukankah itu tujuan kita menulis di blog: saling berbagi
ReplyDeleteiya Nurul, dengan memiliki polis prudential bisa berwakaf
ReplyDeletedan Rp 10.000 merupakan jumlah terkecil
Semoga bisa segera menyusul untuk berwakaf..
ReplyDeleteSekarang semakin banyak kemudahan ya untuk berbuat kebaikan..tfs mb..
ReplyDeleteMakasih atas infonya bun
ReplyDeleteMasya Allah program wakaf dari Prudential ini sangat memudahkan masyarakat untuk berwakaf dengan nominal minimal Rp 10.000,00.
ReplyDeletesekarang bahkan untuk beribadah aja bisa lebih mudah ya
ReplyDeleteKarena ada program ini jadi lebih mudah untuk berwakaf, ya, Ambu :)
ReplyDeleteKeren. Makasih infonya mbak. Memang, selama di dunia, buat apa kalau punya harta tapi tidak mau berbagi. Krn harta kita kan sebagian memang milik mereka. Thank k pencerahannya kak.
ReplyDeleteDan aku baru tahu layanan per-wakaf-an kini juga udah makin mudah.. makasii udah cerita ya Kakaa
ReplyDelete