Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us


“Jangan dekat-dekat, orang epilepsi. Kalo kena air liurnya, nanti kamu ketularan”

Ujaran penghakiman yang demikian sadis terlontar dari mulut kakak ipar saya. Seorang sarjana doktoral jebolan salah satu  perguruan tinggi di Perancis. Jika seorang berpendidikan tinggi berpandangan sedemikian buruk, yang notabene biasa bergelung dengan literatur dan data, apa yang bisa diharap dari strata dibawahnya?

Tentunya bukan bermaksud menggeneralisir. Tidak semua lulusan perguruan tinggi, cupet pikirannya. Demikian pula sebaliknya. Namun faktanya, epilepsi yang saya idap selalu disembunyikan keluarga. Seolah aib.

Padahal penderita epilepsi sama normalnya dengan mereka yang harus berkacamata lho. Penglihatan pengguna kaca mata mengalami plus/minus (istilah orang awam), atau silindris yang merupakan kelainan pada panca indranya. Sedangkan penderita epilepsi mengalami kelainan pada sistem saraf pada otaknya.

Dan itu bukan penyakit gila/gangguan jiwa. Beda jurusan. Dokternyapun beda. Penderita epilepsi berobat pada neurolog, penderita gangguan jiwa ditangani psikiater.

Jika ada yang bertanya tentang epilepsi, biasanya saya menjelaskan secara mudah:
“Setiap manusia memiliki sistem saraf yang menghasilkan aktivitas listrik di otaknya.  Salah satu hasil  aktivitas listrik  adalah gerak refleks. Bukankah manusia akan refleks menghindar ketika terkena panas? Nah, seperti organ tubuh lain, sistem saraf yang mengatur aktivitas listrik juga bisa mengalami kelainan/gangguan”.
Sederhana kan? Tidak terdapat bakteri penular disini.

Dikutip dari enuttynurse.com, secara ilmiah yang dimaksud epilepsi adalah:
“Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan episode berulang gangguan sensorik, kehilangan kesadaran, kejang, yang terkait dengan aktivitas listrik abnormal di otak”.
Pada saat terjadi kekambuhan, tidak semua penderita epilepsi menunjukkan reaksi yang sama. Ada yang hilang kesadaran, muncul buih dari mulutnya, organ lengan dan kaki bergerak mengejang, serta lost control.

Ada pula yang diam, seperti melamun.

Apa yang saya alami sedikit berbeda. Seperti ada sengatan yang tiba-tiba muncul,  menarik saraf dari kepala menuju lengan kiri (hanya bagian kiri). Membuat telapak tangan mengejang. Tak bisa ditahan. Durasinya pendek di awal dan akhir periode kekambuhan. Intensitas menjadi sering di tengah periode. Sangat mengganggu. Di tengah waktu tidur saya sering terbangun. Khususnya dipuncak periode kekambuhan.

Sakit? Ya lumayanlah. ^_^

source: 123rf.com

Kami Manusia Normal

Ketidak tahuan, acap membuat penderita epilepsi dikucilkan. Bahkan dilarang sekolah. Akibatnya penderita epilepsi mengalami depresi. Yang bisa berujung bunuh diri.

Seperti yang dialami Erin, adik perempuan sahabat saya. Karena kerap mengalami kekambuhan, orang tua Erin memutuskan Erin berhenti sekolah sejak sekolah dasar. Tanpa teman, tanpa dukungan keluarga, Erin kerap melalaikan minum obat. Suatu pagi, keluarganya menemukan Erin sudah tak bernapas. Telungkup dengan wajah terbenam dalam bantal.

Untuk urusan sekolah, saya akan sedikit sombong. :D :D  

Sadar akan ketidak mampuan ibunda untuk membiayai kuliah 6 anaknya, saya memutuskan kuliah sambil bekerja. Hasilnya? Dalam waktu hampir 7 tahun, akhirnya saya berhasil menyelesaikan S1 Ekonomi. Lama banget ya? #hiks

Saking menderitanya masa kuliah, ketika akhirnya dinyatakan lulus, rasanya saya meraih medali emas olimpiade yang ingin saya angkat setinggi mungkin. :D :D

Berangkat pukul 6.30 pagi menuju kantor, pulang pukul 16.00 langsung menuju kampus UNINUS yang kala itu masih berlokasi di jalan Terusan Halimun. Kuliah tanpa jeda hingga pukul 21.00. Sesampainya di rumah, mandi dan mengulang pelajaran, agar tidak kesulitan ketika ujian. 

Maklum waktu belajar saya kan nggak seleluasa mereka yang “hanya kuliah”. ^_^

Jadi, terbukti kan bahwa penderita epilepsi bisa bersekolah seperti yang lain?  Yang dibutuhkan adalah pengertian dan kerja sama keluarga agar penderita epilepsi bisa merancang masa depannya sendiri.



Ketakutan mandul atau memiliki keturunan abnormal, menjadi kendala lainnya. Paling tidak, itulah yang dikeluhkan Fitri yang bersuamikan sepupu saya, seorang pengidap epilepsi.

Agar tidak mengalami kekambuhan, penderita epilepsi harus minum obat secara teratur. Obat tersebut berfungsi menghentikan kekambuhan/bangkitan/seizure, mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka kesakitan dan kematian. Serta mencegah timbulnya dari obat anti epilepsi.

Namun terbukti, tidak ada efek samping akibat mengonsumsi obat epilepsi. Fitri, akhirnya mengandung dan memiliki anak laki-laki sehat yang dengan gagahnya menggunakan sepeda, untuk berangkat dan pulang sekolah.

Saya, mengandung dan melahirkan anak secara normal. Semua lulusan perguruan tinggi negeri. Bahkan si bungsu berhasil masuk ITB berdasarkan nilai rapor/jalur akademis.  

Pertanda kami, penderita epilepsi adalah manusia normal, yang melahirkan bayi-bayi normal, sehat, cerdas, ganteng dan cantik (hihihi .... maklum ibu mah selalu memuji anak). :D :D


Penyebab Epilepsi

Sebetulnya apa sih penyebab epilepsi?
Dilansi dari hellosehat.com. ternyata banyak faktor yang menjadi penyebab. Yaitu:

Cedera pada kepala
Ini yang terjadi pada saya. Gemar memanjat pohon semasa kecil membuat saya jatuh dari pohon jambu. Lumayan tinggi, mungkin 4 – 5 meter.  Yang saya ingat hanyalah patah tulang lengan kiri yang mengharuskan digips.

Yang saya tak tahu, kepala yang terbentur rupanya meninggalkan trauma yang menjadi penyebab epilepsi. Ngga langsung mengalami bangkitan sih. Saya jatuh dan digips semasa masih SD kelas 1, kekambuhan pertama terjadi paska tidur siang pada saat kelas 5 SD.

Selain saya, beberapa kerabat dan seorang romo/pater/imam dalam agama Katolik juga mengalami epilepsi usai kecelakaan sepeda motor.

Pengaruh genetik
Terjadi pada mayoritas penderita epilepsi yaitu gen yang membuat seseorang berpotensi menderita epilepsi. Hal ini berlaku pada penderita lain seperti kanker dan asma.

Kondisi otak
Kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab epilepsi yang paling sering terjadi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.

Penyakit menular
Penyakit menular, seperti meningitis, HIV/AIDS dan ensefalitis virus, bisa mengakibatkan epilepsi. Tapi jangan dibalik ya? Epilepsinya sendiri tidak menular.

Cedera sebelum persalinan
Berbagai gangguan selama kehamilan seperti infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk atau kekurangan oksigen bisa berakibat kerusakan sistem saraf pada bayi. Karena itu, calon ibu wajib memperhatikan 1000 HPK.

Baca juga : Anak Lahir Prematur. Apa Kata Cynthia Lamusu?

Gangguan perkembangan
Epilepsi terkadang dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.


Hidup Dengan Penderita Epilepsi

Bagaimana harus bersikap, ketika salah seorang anggota keluarga menderita epilepsi?
Jangan dijawab: “Derita elu ya?” :D :D
Ketika sudah memahami penderita epilepsi, penanganannya menjadi sangat mudah bukan?

Kenali pemicu
Umumnya penderita sangat memahami pemicu munculnya bangkitan. Misalnya saya berpotensi mengalami bangkitan ketika tubuh tidak bugar (sakit flu/batuk/sedang menstruasi) dan lupa minum obat.
Setiap penderita memiliki kecenderungan yang berbeda. Komunikasikan agar kamu bisa membantu mereka.

Minum obat teratur
Efek obat yang membuat mengantuk berat mengakibatkan banyak penderita epilepsi melalaikan minum obat secara teratur. Sehingga pengobatan harus dimulai dari nol lagi. Karena itu jangan ragu untuk mencereweti penderita epilepsi agar tidak lupa minum obat. Obat epilepsi mengendalikan kejang pada sekiar 70% orang.

Rutin ke dokter
Pastinya dokter berharap agar pasiennya sembuh, tidak harus minum obat lagi. Agar tercapai tujuan tersebut, paling tidak diperlukan peninjauan dengan menggunakan beberapa parameter, seperti EEG dan MRI.
Berat tubuh penderita epilepsi juga menentukan dosis pemberian obat.

Operasi epilepsi
Nggak bisa dioperasi gitu? Agar penderita epilepsi sembuh total? Hari gini gitu.

Seperti halnya operasi lasik pada penderita gangguan indera penglihatan, ada alternatif operasi bagi penderita epilepsi. Biasanya dilakukan apabila terapi obat epilepsi sudah tidak mempan lagi.

Prosedur operasi juga hanya bisa dilakukan jika hasil tes menunjukkan bahwa kejang berasal dari area tertentu pada otak yang tidak mengganggu fungsi vital seperti bicara, bahasa, fungsi motorik, penglihatan atau pendengaran. Melalui operasi, dokter akan mengangkat area di otak yang menyebabkan kejang.

Saya sendiri menolak operasi karena berpotensi komplikasi seperti perubahan kemampuan berpikir (kognitif) secara permanen. Toh dengan disiplin minum obat saya bisa berkegiatan tanpa ada yang mengetahui bahwa saya pengidap epilepsi.

Karena kami, penderita epilepsi nggak mengganggu ketentraman dunia kok. Ngga mau memahami kami juga gak papa. Tapi please deh, jangan melancarkan stigma buruk pada kami.

Bisa kan? ^_^


Melalui buku, aku  bermimpi
Menjadi puteri, bertemu pangeran berkuda putih
Melalui buku, aku menyelam ke dalam samudera
Berkawan ikan duyung, bernyanyi bersama
Melalui buku, aku melintasi benua
Bertemu hobbit, bercengkrama dan berdansa
Melalui buku, De Laras berkisah
Tentang bintang kejora, tempe, daun jati dan tenun Sumba


Cantik. Berkacamata. Rambut kriwil-kriwil. De Laras mengingatkan saya pada Oki Wirahadikusuma, pelukis yang pernah kondang di masanya. Bedanya Oki memutuskan hijrah ke Perancis dan tenggelam, sedangkan De Laras justru semakin moncer.

Dan siang 30 November 2019, saya menjejakkan kaki di pelataran perpustakaan nasional ITB, Jalan Ganesa Bandung. Memenuhi janji menghadiri launching buku De Laras berjudul “Aku dan Alam Semesta”. Buku yang mengundang tanya dan harap, akankah memenuhi relung dahaga akan buku bergambar yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengedukasi?

Ketika anak-anak saya masih kecil, sulit sekali menemukan buku bergambar, yang berisi ilmu pengetahuan. Beberapa buku bergambar bertopik biologi, fisika dan kimia merupakan terjemahan buku impor. Kurang disukai anak-anak, karena kurang cair. Tidak sesuai kultur mereka sehari-hari.

Kedatangan Mizan dengan gambar dan tulisan besar, menjadi semacam oase. Sayang, baru seputar agama Islam yang menjadi pengantar bacaan anak-anak mengenai doa-doa pendek. Sebab buku ilmu pengetahuan harus ditulis oleh mereka yang memiliki keterkaitan pendidikan atau pekerjaan. Dan De Laras yang meniti karir di Balai Teknologi Polimer, pastinya sosok yang sesuai.


Tentang De Laras

Bernama lengkap Diajeng Laraswati Hanindyani, De Laras tidak hanya pernah menyabet penghargaan “Srikandi Blogger 2013”, juga menerbitkan banyak buku sendiri maupun antologi.

Padahal kesibukannya segambreng. Sebagai perempuan berkarir sekaligus ibu rumah tangga, De Laras harus pandai mengatur waktu agar minat menulisnya tersalurkan.

“Saya disiplin menulis setiap pukul 22.00 malam”, katanya, “Ada ide ataupun tidak, saya buka komputer dan mulai menulis. Biasanya ketika melakukan kegiatan tertentu, saya mendapat ide”.

Wah, kebiasaan perempuan banget ya? Sedang menyapu, eh tiba-tiba muncul judul atau ide maupun paragraf awal. Akhirnya menyapu setengah jalan, masakan tak kunjung matang dan rumah batal di pel.

Namun yang harus digaris bawahi adalah konsistensi. De Laras bergabung dengan komunitas menulis yang punya target menerbitkan buku. Tak heran, De Laras tercantum pada banyak  buku antologi.



Tentang Perkawanan Dengan Tanti Amalia

Tak ada yang kebetulan. Sesuai ayat suci Al Quran “Tiada sehelai daun yang gugur melainkan Dia mengetahuiNya”, perkawanan De Laras dengan Tanti Amelia berawal dari pelatihan doodle, berakhir dengan kerja sama yang keterusan. ^_^

Ada 41 gambar perwujudan isi buku “Aku dan Alam Semesta” , merupakan hasil karya Tanti Amelia, seorang blogger multitalented. Telah berkenalan lama, saya nggak menyangka sosok ini piawai menggoreskan alat gambarnya.

Uniknya, Tanti lebih merasa nyaman menggambar di atas kertas dibanding beragam aplikasi yang  tersedia di komputer. Karya konvensional Tanti Amelia seolah menyatu dalam ide dan karya tulisan De Laras.

“Tiba-tiba, saya diminta menggambar tempe, daun jati dan lain sebagainya” kata Tanti Amelia.

“Berdasarkan goresan Tanti, terwujud satu cerita”, kata De Laras menimpali.

Begitulah pertemanan, tak ada yang menebak, tak ada yang mengira. Termasuk ratusan gambar Tanti Amelia, ternyata yang terpilih diluar perkiraan. Bukan gambar yang telah dibuat jauh hari dan sesempurna mungkin.  

Hasilnya? Sebuah buku berlatar biru yang seolah menggapai, untuk dibuka dan dinikmati isinya.


Tentang Buku Aku dan Alam Semesta

Terdapat 10 cerita dalam buku setebal 161 halaman, yaitu:
  1. Venus, Kejoraku
  2. Aku, Sang Pemburu Koin dari Huta
  3. Bahari, Anak Suku Laut yang Pemberani
  4. Jarak Bintang dari Kaki Gunung Bromo
  5. Mira, Penenun Muda dari Sumba
  6. Otto Mengkudu
  7. Ronggur, Sang Calon Nahkoda
  8. Teh Pagi dan Pelangi
  9. Eyang Jati Tempe
  10. Harumnya Secangkir Kopi Aki

Dari judulnya, calon pembaca bisa menebak, betapa mengasyikkan isinya. Pembaca diajak masuk pada dunia anak yang serba ingin tahu dan harus dipuaskan. Dengan cara mudah. Agar melekat pada ingatan, dan membantu mereka memahami banyak fenomena dunia.

Saya ingat, kesukaan saya akan buku membuat saya menjadi satu-satunya anak di kelas yang mengetahui mata uang Rusia. Ingatan yang membanggakan.

Sedangkan kesukaan akan alam membuat De Laras menulis “Aku Dan Alam Semesta”. Sejak  masa kanak-kanak, De Laras memiliki kebiasaan mengamati detik-detik terbit dan tenggelamnya matahari, yang berubah warna dalam sekejap sampai dengan munculnya kelap kelip bintang di malam hari, hingga akhirnya De Laras tertidur di bangku taman.

Berpadu dengan kisah rekaan anak-anak Indonesia yang tersebar di banyak pulau, yang memiliki alam semesta menakjubkan, De Laras memadukannya dalam buku “Aku dan Alam Semesta. Karena percaya, dunia anak tak terbatas hanya pada rumah dan sekolah. Yang mereka alami dan lalui setiap hari adalah bagian dari kehidupan. Anak-anak makan dari hasil kerja petani di ladang.

Mereka dan kita semua tinggal di rumah, yang dibangun dari kayu pohon, yang ditanam hutan. Mereka menulis di kertas dari bubuk kayu pohon, lalu mengapa mereka mencemari lingkungan dengan sampah.

Walau belum merangkum semua keajaiban Nusantara dan meluruskan apa yang sudah dipahami dengan ilmu pengetahuan. De Laras berharap,  bukunya bisa menginspirasi pembacanya untuk mewujudkan kelestarian bumi dan alam, sebagai  tanggung jawab kemanusiaan. Sedini mungkin.

Karena itu,  setelah “Aku dan Alam Semesta” yang berisi tentang planet Venus, bunga telang, jati, kopi dan sampah plastik, De Laras berjanji akan menerbitkan buku serupa lainnya.

Yang menarik, kuis yang diberikan pada bedah buku kali ini juga mengenai alam semesta. Tentang planet yang mengorbit. Yang ada namun kerap dilupakan. Tak pelak hanya segelintir peserta yang menjawab.


Tentang Secangkir Kopi

Ditemani secangkir kopi, dan camilan Dunkin Donuts, peserta diingatkan akan keajaiban niat tulus. Semua bergerak membantu mewujudkan De Laras mewujudkan buku yang bermanfaat bagi anak bangsa.

Mulai dari anggota Kumpulan Emak Blogger, komunitas Blogger tempat De Laras dan Tanti Amelia berlabuh. Juga para pakar astronomi yang diwakilkan Profesor Bambang Hidayat. ITB Press sebagai penerbit. Serta pihak sponsor, yaitu Faber Castle, Red Doorz, Dunkin Donuts, Tiara Book Store, Harris Hotel Bandung, serta media MQTV Bandung dan Harian Pikiran Rakyat.

Seolah menyampai pesan, jangan takut berbuat kebaikan. Perbanyak ikhtiar, karena pasti akan ada jalan. Akan muncul dukungan.
Tertarik membeli buku “Aku dan Alam Semesta”?

Bisa diperoleh dengan  harga Rp. 150.000 untuk berwarna dan harga Rp. 50.000 untuk hitam putih lewat Tiara Books Store serta ITB Press.
Berikut linknya:

Instagram Tiara Bookstore WA 0816100679

Instagram ITB Press
Alamat : Perpustakaan Pusat
Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40132
Telepon: (022) 2504257




Apa sih bedanya cilok dan bakso aci?
Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam status facebook Yenni, seorang teman dari Blogger Bandung. Dan bikin saya mengerutkan kening. Kok saya ngga bisa jawab ya? Cemilan sehari-hari Urang Bandung gitu lho. Kok saya kudet sih?

Kalo ada yang tanya bedanya cilok, cimol, cilor dan pentol, saya pasti bisa menjawab. Tapi bakso aci? Saya mati kutu. Pastinya hanya permainan kata sih. Tapi tetap ada bedanya. Karena itu, jadilah saya browsing tentang bakso aci.

Ternyata yang bikin booming adalah bakso aci Ganteng. Awalnya berjualan di area taman Japati, di belakang Gedung Telkom, kini bakso aci Ganteng punya banyak cabang yaitu di Cimahi, Lampung, Cibubur dan Jabodetabek.

Sedangkan di Bandung, bakso aci Ganteng bisa ditemui di jalan Riau, Jalan Japati (awal mula berdiri), Jalan Karawitan, dan Jalan Gegerkalong Girang.  Nah, berhubung destinasi yang terdekat di Jalan Riau, kemarin saya kesana untuk melepas keinginan tahuan.

Terletak tepat di belokan Jalan Banda, atau berseberangan dengan Heritage, Jalan Riau dan Kantor Pos, Jalan Banda, Baso Aci Ganteng menempati bekas toko oleh-oleh Bandung.

Ngga heran juga sih ganti penyewa, toko oleh-oleh ini selain mahal, penjualnya judes, sehingga sepi pembeli. Hi hi hi, saya hapal banget deh mana penjual yang jud jud. #maapkeun. :D

Apa aja isi daftar menu Bakso Aci Ganteng? Ini dia:
  1. Ganteng Aja,  Rp 15.000/porsi (bakso aci, cuanki, tahu, sukro)
  2. Ganteng Banget, Rp 18.000/porsi (bakso aci, daging tetelan, cuanki, tahu, sukro)
  3. Ganteng Pisan Rp 17.000/porsi (bakso aci, ceker, cuanki, tahu, sukro)
  4. Ganteng Maksimal Rp 20.000/porsi (bakso aci, ceker, daging tetelan, cuanki, tahu, sukro)

Saya tanya, “kok pakai nama Ganteng sih?” Jawabannya lumayan nyleneh, “Kan yang jual laki-laki”.

Hohoho ..... berarti semua laki-laki pasti ganteng ya? Seperti, (maunya) semua perempuan pasti cantik.

Oke, langsung ke menu, setiap pilihan menu akan mendapat baso aci, cuankie, tahu dan sukro cikur. Akan mendapat tambahan tergantung pesanannya. Saya memilih menu “Ganteng Banget” yang terdiri dari: 7 baso aci, daging tetelan, 2 cuanki, 2 tahu, sukro cikur.

Jika ingin menu lengkap atau memesan Ganteng Maksimal, akan mendapat isian sama dengan “Ganteng Banget”, ditambah 2 buah ceker. 

Rasanya? Ya standar kuah bakso. Kuah yang gurih rasanya berasal dari rebusan tetelan sapi dan micin. Pastinya micin ya? ^_^. Untuk memperkaya rasa dipersilakan menambah kecap, saus tomat, saus cabe dan jeruk limau.

Saya memberi tambahan jeruk limau untuk menetralisir lemak jahat :D yang terdapat pada daging tetelan. Begitu tebalnya lemak, hingga terasa tebal di bibir.


Oke, jadi apa itu baso aci?
Ternyata sejenis cilok juga. Terbuat dari campuran tepung tapioka/aci dan tepung terigu yang dibentuk bulat. Tepung terigu dibutuhkan dengan perbandingan 1 : 1, agar bakso aci berbentuk bulat kokoh.  Khusus di baso aci Ganteng, baso aci mendapat isian daging ayam. Sebetulnya isian bebas aja. Diberi isian daging sapi/udang/ikan juga boleh. (Resep baso aci ada di paragraf akhir).

Cara penyajiannya mudah. Siapkan rebusan kaldu sapi/ayam, beri bumbu garam, merica dan MSG/bumbu penyedap lainnya. masukkan baso aci, cuanki, tahu dan sukro.  Gampang kan?

Baso aci Ganteng menyediakan paket masak sendiri di rumah. Rp 15.000 untuk paket single dengan isi menu bakso aci Ganteng aja. Juga ada paket keluarga seharga Rp 70.000  dalam kemasan plastik besar.

Tapi kamu bisa banget bikin sendiri.  Bingung dengan cuanki, tahu dan sukro? Bisa dibeli dengan mudah kok. Baik online, maupun offline di penjual oleh-oleh, di penjual bakso di pasar tradisional atau di tukang sayur.


Cuanki.
Lebih tepatnya bakso goreng. Jika nekad diberi nama cuanki, ya salah kaprah.  Cuanki disematkan pada nama penjual bakso yang kemana-mana jalan kaki dengan kotak berisi bakso dan kuah bakso yang khas. Karena itulah mereka dinamakan Cuanki,  singkatan dari “Cari Uang Jalan Kaki”.

Diantara beberapa jenis bakso pada penjual Cuanki terdapat bakso goreng. Bentuknya lonjong pipih tak beraturan. Rasanya gurih micin dan crunchy. Bisa dicemil seperti cemilan bakso tahu goreng.

Tahu bakso
Sekilas mirip batagor. Namun berukuran mini. Merupakan potongan tahu yang diberi isian adonan tepung, kemudian digoreng dan dikemas. Keras, nyaris tak ada rasa gurih tahu. Setelah dicampur kuah, barulah tahu bakso terasa crunchy ketika digigit dalam satu suapan.

Sukro
Ini sih udah umum banget ya? Bedanya, sukro disini keras banget. Jadi walau diklaim mendapat bumbu cikur, ngga kerasa tuh cikurnya. Nampaknya bakal lebih maknyos jika  diganti sukro yang umum beredar di pasar. Lebih endes, crunchy dan gurih.

Sukro sajian Bakso Aci Ganteng tak satupun saya makan. Mau langsung ditelan, takut kelolodan. Mau digigit, kok keras kaya kerikil.


Nah kebayang kan gimana penampakan asli semangkok baso aci Ganteng? Kamu bisa bikin sendiri dengan rasa lebih enak. Cuanki, tahu dan sukro bisa dibeli di pasar atau menggantinya dengan jenis lain atau yang lebih high quality. :D  :D

Mau coba bikin bakso aci? Gampang banget.

Cuzzz aja yukkk ....

Resep baso aci
Bahan – bahan:
  • 100 gram tepung tapioka/tepung aci
  • 100 granm tepung terigu
  • 50 gram daging ayam berbumbu/sosis/keju (optional)
  • 1 siung bawang putih (haluskan)/1 sendok teh bawang putih bubuk
  • 1 batang daun bawang (iris halus)
  • 1 sendok teh merica bubuk
  • 1 sendok teh gula pasir
  • 1 sendok teh penyedap rasa kaldu sapi/kaldu jamur
  • 1 sendok teh garam
  • 200 ml air panas
Cara membuat:
  1. Campur tepung terigu dengan bawang putih, daun bawang, merica bubuk, gula pasir, penyedap rasa, dan garam.
  2. Tuang air panas step by step ke dalam campuran tepung, hingga dirasa adonan cukup basah dan mengental.
  3. Masukkan tepung tapioka. Uleni dengan tangan perlahan-lahan hingga rata.
  4. Jika sudah kalis,  bentuk bulat-bulat kecil. Beri isian sesuai selera.
  5. Didihkan air. Masukkan cilok yang telah dibentuk ke dalam air.
  6. Tunggu hingga bulatan cilok mengapung. Tandanya sudah matang. Cilok siap digunakan
Gampang banget bukan? Nampaknya si pencetus ide baso aci mendapat ilham dari semangkok baso cuanki, dan mengganti bakso daging dengan cilok/pentol. Ditambah kecenderungan penyuka kuliner akan rasa pedas, maka jadilah semangkok bakso aci yang menggoda iman.

Dari penjelasan singkat di atas, kebayang kan kalo semangkok bakso aci ngga akan bikin perutmu kenyang. Beda dengan bakso malang, terlebih mie bakso. Jadi sesudah menghabiskan semangkok bakso aci, yakin deh perut dan lidah masih mampu mencicipi kuliner lain.

Bakso aci Ganteng yang mulai berjualan tahun 2016 ini nampaknya mengilhami banyak orang. Terbukti kini bermunculan banyak penjual bakso aci yang menawarkan variannya masing-masing. Mirip ketika awal kemunculan jajanan batagor, seblak dan cireng.

Jika sudah begini yang unggul dalam hal rasa, konsisten dan selalu memberi service terbaik yang akan unggul. Semangkok bakso aci seharga Rp 15.000 terasa mahal. Namun, ketika disajikan di pusat perbelanjaan seperti Jalan Riau, yah worth it deh.

Tulisan berikutnya tentang perbedaan bakso aci, cilok, pentol, ciwang dan kuliner berbahan aci lainnya ya?

Karena sebetulnya ide tulisan ini tentang perbedaan tersebut, tapi kok kepanjangan ngebahas bakso aci Ganteng. Jadi deh berubah haluan. :D

kupat tahu Gempol

Jika tak ada aral melintang, sekitar tahun 2020 -2021,  kereta cepat Jakarta – Bandung akan beroperasi dengan waktu tempuh 36 menit jika tanpa berhenti di beberapa stasiun. Serta 46 menit jika menaik turunkan penumpang di stasiun tertentu.

Baca juga :  Meretas Badai, Kereta Api Cepat Membawa Indonesia Menuju SDGs 2030

Pastinya berita menggembirakan. Karena keberadaan kereta api cepat memungkinkan warga Jabodetabek bisa mencicipi kuliner pagi, siang dan malam hari di Kota Bandung. Malam harinya langsung pulang, untuk bersiap ngantor keesokan harinya dengan hati gembira.

Paska kulineran, siapa sih yang nggak gembira? Minimal bisa bercerita ke teman kerja, apa aja hasil hunting kuliner di kota Bandung. Berapa harganya. Bagaimana rasanya. Jadi walau jenis kuliner yang sama terdapat di kotamu, gregetnya pasti beda.

Nah, walau kereta cepat belum hadir, bukan berarti nggak bisa sarapan pagi di Bandung dong ya? Jika kebetulan menginap di Kota Bandung atau sampai di Kota Bandung pada dini/pagi hari, bisa banget kulineran sarapan pagi yang khas Bandung pisan.

Apa aja?

Ini dia:
bubur ayam Akiong

Bubur Ayam

Saking banyaknya pedagang bubur ayam di kota Bandung, pembeli bisa leluasa memilih. Mau yang standar, murah dan enak? Ada banyak. Tersebar di Kota Bandung. Mulai di jalan bergengsi seperti Jalan Dago hingga ke gang - gang sempit.

Saking banyaknya penjual bubur ayam, saya pernah iseng menghitung mereka yang mangkal di sekeliling rumah saya. Wow, ternyata tak kurang dari 10 orang! Belum termasuk pedagang bubur ayam yang mulai berjualan sore/malam hari.

Namun pedagang bubur yang rasanya spesial hanya beberapa. Seperti bubur ayam H. Oyo di kalan Sulanjana yang terkenal kental. Saking kentalnya, jika kamu membalik mangkok bubur, isinya tak akan tumpah.

Kemudian ada bubur H. Amid di jalan Pajajaran yang kondang keharuman buburnya. Penyebabnya bubur dimasak di atas tungku arang. Selain bubur H. Amid, di jalan Pajajaran juga, tepatnya di GOR Pajajaran, penyuka bubur ayam bisa memanjakan lidah dengan bubur Akiong.

Bubur Akiong sungguh spesial, lembut kental dan gurih asli bukan dari micin. Rasa gurih diperoleh dari kaldu ayam, kepiting atau ikan. Bisa pilih dengan harga juara, yaitu Rp 30.000/mangkok. Padahal rerata harga bubur ayam hanya Rp 6.000 – belasan ribu rupiah. Namun harga nggak pernah bohong ya?

kupat tahu Gempol

Kupat Tahu

“Ah di kotaku juga ada kupat tahu”

Mungkin demikian sergah pembaca tulisan ini.

Yup, betul, mereka yang tinggal di provinsi Jawa Tengah pasti akrab dengan kudapan “tahu kupat” yang terdiri dari potongan kupat (ketupat) dan tahu, diberi topping irisan kol, bakwan dan mie, kemudian disiram saus kecap.

Beda halnya dengan kupat tahu Bandung. Toppingannya taoge rebus, mentimun dan kerupuk merah. Sausnya mirip saus siomay, yaitu kuah kacang yang kental dan mendapat sentuhan kecap. Kecap menjadi penentu seberapa manis rasa yang diinginkan.

Kupat tahu Bandung juga menggunakan tahu Bandung yang sangat lezat. Kelezatan tahu Bandung, atau produk  tahu dari provinsi Jawa Barat, memang tak tertandingi. Tidak ditemukan di provinsi lain. Penyebabnya mungkin air untuk proses produksi tahu yang sangat khas.

Perpaduan gurih, manis dan manis pada kupat tahu, yang berasal dari saus kacang, sambal dan kecap kedelai membuat menu ini sangat kaya rasa. Nggak heran banyak banget penggemarnya.

Di Bandung ada beberapa aliran kupat tahu. Yaitu kupat tahu Singaparna dengan kuah kacangnya yang kental. Kupat tahu Cianjur memiliki saus kacang dengan tekstur halus. Sedangkan kupat tahu Padalarang menggunakan santan pada saus kacang sehingga rasanya lebih gurih.

Namun ada kesamaan dari beragam penjual kupat tahu tersebut yaitu mereka kompak berjualan  mulai dari pukul 6 pagi hingga siang hari. Seperti kupat tahu Gempol dan kupat tahu Cicendo yang melegenda sejak tahun 1967.

source : detik.food

Lontong Kari

Ingin sarapan yang berkuah? Lontong kari jawabannya. Potongan lontong nasi disiram sayur kari yang kental dengan potongan daging sapi yang pas. Ditutup taburan kacang goreng serta emping. Wuih, sungguh perfecto!

Jika ingin mencicip lontong kari spesial, bisa banget sarapan di Gang Kebon Karet yang terletak di jalan Oto Oskandar Dinata, dekat jembatan penyeberangan menuju Pasar Baru.


Atau bisa juga mencicip lontong kari di kupat tahu Gempol serta kupat tahu Cicendo. Walau tidak seterkenal kupat tahu, rasa lontong karinya boleh diadu.

source: qraved.com

Nasi kuning

Senasib dengan 2 jenis menu di atas, nasi kuning juga dapat di temukan di kota lain/provinsi lain. Bedanya ada pada campuran nasi kuning Bandung yang terdiri dari bihun/sohun goreng, orek tempe, irisan tipis telur dadar, irisan mentimun, daun kemangi serta sambel oncom.

Di beberapa tempat, pembeli bisa menambah lauk pada sajian nasi kuning standar tersebut. Umumnya berupa ayam goreng, rendang, semur jengkol serta  risol (mirip lumpia goreng).

Penjual nasi kuning dengan topping standar dapat  dengan mudah ditemukan di seantero Kota Bandung. Tidak hanya untuk sarapan, banyak yang membeli untuk bekal makan siang di kantor atau di sekolah.

Sedangkan penjual nasi kuning dengan tambahan istimewa bisa ditemukan di Nasi Kuning Ibu Shelvy Jalan Pandu, Nasi Kuning Sumur Bandung, dan nasi kuning Rowi jalan Pandu Bandung.

serabi oncom dan telur

Serabi

Jangan bilang pernah ke Bandung jika belum mencicipi serabinya yang lezat. Pastinya ada perbedaan dengan serabi Solo,  yang sama-sama berbahan tepung beras dan menggunakan pengembang baking powder serta ragi.

Adonan serabi Solo lebih encer. Ketika adonan bertemu cetakan panas akan timbul selaput tipis yang lezat dan khas. Umumnya diberi topping serba manis seperti muisjes, nangka atau kuah kinca.

Sedangkan adonan serabi Bandung lebih kental. Adonan langsung dituang dan diberi topping sesuai permintaan, seperti tumis oncom, telur atau muisjes. Bisa juga tanpa topping. Pembeli menyantap serabi rasa plain tersebut dengan kuah kinca yang terbuat dari larutan gula merah, ditambah irisan nangka.

Dengan kata lain, serabi Solo serba manis, sedangkan serabi Bandung ada pilihan manis dan asin/gurih  (tumis oncom, telur).

Yang menarik, gara-gara serabi Bandung tidak mensyaratkan adanya selaput tipis, membuat pedagang serabi Bandung bereksperimen. Mereka tidak lagi menggunakan anglo/tungku arang. Tetapi berganti dengan kompor gas dan cetakan serabi khusus terbuat dari logam. 

Memungkinkan siapapun bisa berjualan serabi. Juga bisa berpindah tempat dengan mudah. Kondisi serupa pastinya sulit dilakukan serabi Solo serta serabi Bandung era baheula.

Oh ya, ada pergeseran juga dengan bahan baku serabi Bandung. Semula serabi Bandung menggunakan bahan baku tepung beras. Kini penjual serabi Bandung bereksperimen dengan tepung terigu yang diberi campuran santan dan kelapa parut. Tetap lezat dan gurih, tapi beda. ^_^


Serabi Bandung yang tetap mempertahankan orisinilitas rasa dan cara pembuatan, bisa ditemukan di Pasar Cihapit, Jalan Aruna Pasar Ciroyom serta Jalan Pajajaran.

gorengan tempe dan risol

Gorengan

Yah dimana-mana memang ada gorengan. Proses akulturasi etnis di Pulau Jawa dengan beragam budaya yang datang, nyaris sama. Yang membedakan adalah pasokan bahan baku yang menjamin kontinuitas barang dagangan.

Contohnya ote-ote atau bakwan di Surabaya yang mendapat toping udang. Jelas,  pedagang gorengan di Kota Bandung akan kesulitan mendapatkan udang. Kalaupun ada, harganya pasti berfluktuasi.

Karena itu mereka berkutat dengan bahan baku dengan harga terjangkau serta pasokan terjamin, seperti kol, taoge dan daun kol. Banyaknya sayuran membuat nama “bala-bala” ditahbiskan pada gorengan bakwan di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung.

Di beberapa lokasi, pedagang gorengan menyajikan sambal kacang untuk mengudap bala-bala. Namun mayoritas hanya menyediakan cabe rawit. Pengudap bisa menyantap bala-bala dengan cabai rawit dan lontong nasi untuk sarapan pagi.

“Teman” bala-bala yang acap dijual pedagang gorengan adalah cireng, tempe goreng, tahu isi serta risol/lumpia goreng. Pisang goreng tidak menjadi sajian yang dominan seperti gorengan di beberapa daerah. Ada alternatif lain, sesuai ketersediaan bahan baku seperti ubi goreng dan tape singkong goreng.  

Gimana? Sudah meneteskan air liur melihat rangkaian sarapan pagi khas Kota Bandung?

Hayuk atuh kesini. Kita bareng menikmati embunnya pagi sambil sarapan pagi.

Asyik kan ya?
Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
  • Orkestra Jalanan
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Energi dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

  Energi Dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs “Sekarang saya ngirit gas, jarang beli,” kata seorang ibu di perumahan Griya Cempa...

Categories

  • lifestyle 197
  • review 122
  • drama korea 89
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 48
  • finansial 38
  • review kuliner 37
  • Environment 21
  • budaya 20
  • travelling 19
  • Zero Waste Lifestyle 14
  • beauty 14
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ▼  2021 (30)
    • ▼  March (1)
      • 4 Manfaat HRIS Software untuk Perusahaan di Bidang...
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
    Yups, angkotlah moda transportasi yang merajai Kota Bandung semenjak tahun 1990-an hingga kini tahun 2015.   Penyebabnya jalan-...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates