Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us
Kebun Indonesia Berdaya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika seorang anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3 hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akannya,”
(HR Muslim)


Jadi juragan nanas?

Lebih tepatnya menjadi juragan karena ber-wakaf. Tidak saja mendapat privilege, mengelilingi perkebunan nanas dan buah naga. Juga dijamin kavelingnya ketika kelak menghadapNya.

Duh, darimana uang untuk berwakaf? Rumah aja masih ngontrak!

Nah, ini dia paradigma salah kaprah yang harus dibenahi. Kesempatan berwakaf bukan hanya milik si kaya.  Jika menunggu kaya raya, kapan wakafnya? Sementara usia manusia tidak bisa diprediksi. Banyak kasus,  orang tua menangis seolah tak rela ketika memakamkan anaknya. Juga kakek/nenek menguburkan cucunya.

Jadi jangan menunda. Punya uang hasil arisan, atau uang THR, atau uang kaget lainnya? Daripada digunakan untuk membeli barang branded/ganti smartphone atau barang konsumtif lainnya, salurkan saja ke lembaga wakaf.

Ah, nggak punya uang jutaan rupiah!

Tapi punya uang Rp 10.000 kan? Bisa banget ikut bergabung dengan program zakat Dompet Dhuafa yang menggulirkan gerakan sejuta wakif (pihak yang melakukan wakaf).

Kurang lebih demikian penjelasan GM Wakaf Dompet Dhuafa, Bobby P. Manulang dalam Blogger Meet Up bareng Dompet Dhuafa pada tanggal 17 Oktober di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat.

Dompet Dhuafa giat mensosialisasikan wakaf produktif. Karena sudah saatnya umat Islam tidak hanya berkutat dengan wakaf 3 M, yaitu makam, masjid dan madrasah, tetapi beralih ke wakaf produktif.  Banyak sektor bakal terbantu dengan gerakan masif  wakaf produktif.

Mulai dari meningkatkan kesejahteraan masyarakat dhuafa, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan. Hingga berperan dalam program dunia “Sustainable Development Goals” (SDGs). 

SDGs merupakan suatu aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

Sumur Raumah (source: republika.co.id)

Mengenal Wakaf Produktif

Mereka yang pernah ke Madinah, pastinya mengenal hotel Utsman bin Affan (Usman bin Affan). Hotel bintang lima setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai tersebut dibangun dari rekening bank sahabat nabi, Utsman bin Affan.

Sekitar 1.400 tahun silam, penduduk Madinah yang mengalami krisis air.  Untuk mengatasinya, Utsman bin Affan membeli sumber air yang terkenal dengan “Sumur Raumah” dari seorang Yahudi, agar penduduk bisa mendapat air gratis.

Secara alami, di sekitar sumur, tumbuh  beberapa pohon kurma dan terus bertambah.  Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, kemudian diteruskan oleh Pemerintah Saudi.

Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ke pasar. Setengah dari keuntungan disalurkan untuk anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus atas nama Utsman bin Affan.

Begitu seterusnya, hingga saldo rekening semakin membengkak dan pemerintah Saudi memutuskan menggunakannya untuk membangun hotel  di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi. 

Seperti halnya keuntungan menjual kurma, setengah dari keuntungan pengelolaan hotel diberikan pada anak yatim dan fakir miskin, sisanya masuk ke dalam rekening atas nama Utsman bin Affan. (sumber)

Menakjubkan bukan? Hasil pembelian sumur ternyata menjadi wakaf produktif yang tidak saja membantu penduduk dari krisis air, tapi juga menolong kehidupan anak yatim dan fakir miskin.

Kini untunglah,  ngga harus menunggu kaya raya seperti Utsman bin Affan agar bisa berwakaf. Melalui program sejuta wakaf, calon wakif bisa berwakaf mulai dari Rp 10.000,  dan menyalurkannya pada 4 pilar wakaf yang menjadi fokus Dompet Dhuafa.

Caranya mudah, buka saja laman dinasi wakaf: donasi.tabungwakaf.com, kemudian memilih:

1. Pilar Pendidikan
  • Pesantren Hafidz Village, berada di kawasan Lido Sukabumi, pesantren ini berupaya melahirkan generasi muslim hafidz al-quran yang memiliki kompetensi kepemimpinan dan ilmu pengetahuan teknologi.
  • Indonesian School For Palestine. Bekerja sama dengan Rumah Zakat, Human Initiative dan Nurul Hayat, Dompet Dhuafa berencana membuat konsorsium sekolah Indonesia – Palestina. Dengan kurikulum Palestina, fasilitas pendidikan ini rencanya akan dibangun di Ras Al Amood, 700 meter dari Masdjid Al Aqsa.
  • Khadijah Learning Center, merupakan pusat belajar khusus muslimah yang ingin memiliki kemampuan berwirausaha, namun terhalang keterbatasan ekonomi. Peserta didik bisa memilih ketrampilan, yaitu menjahit, tata boga, tata rias, dan keahlian lainnya. Agar mereka menjadi pengusaha tangguh seperti  Khadijah R.A (Istri Rasulullah SAW).
  • Dompet Dhuafa University, merupakan salah satu project wakaf produktif pendidikan terbaru Dompet Dhuafa, yang memberi kesempatan masyarakat dhuafa menikmati jenjang sarjana.

2. Pilar Kesehatan
  • Rumah Sakit Hasyim Asyari untuk dhuafa, terletak di Jombang – Jawa Timur, merupakan perluasan jaringan layanan kesehatan bebas biaya. Setelah sebelumnya Dompet Dhuafa membangun layanan kesehatan bebas biaya di kawasan Jabodetabek dan Lampung.
  • Rumah Sakit Indonesian – Hebron Palestina. Berlokasi tak jauh dari Masjid Nabi Ibrahim, rumah sakit ini  dikhususkan untuk penyembuhan trauma di Hebron, Palestina, bagian Tepi Barat. Kawasan Hebrom Palestina dipilih agar ada keseimbangan  bantuan Indonesia yang sebelumnya ada di Gaza.
  • Wakaf Alat Kesehatan Rumah Sakit Dhuafa. Alat kesehatan yang lengkap menjadi penentu kerberhasilan layanan kesehatan. Banyak rumah sakit tak berhasil menolong pasien karena tidak memiliki alat. Karena itu dibutuhkan wakaf alat kesehatan yang tidak saja menyembuhkan pasien, juga menyelamatkannya dari ancaman kematian.

3. Pilar Sosial Budaya
  • Masjid Al-Majid yang terletak di jalur Lintas Sumatera Tengah, tepatnya di jalan Lintas Sumatera Tengah RT 007, Dusun 2 Sidodadi, Desa Muara Aman, Kecamatan Bumi Kemuning – Lampung Utara. Masjid dua lantai seluas 856,68 m2 ini akan menjadi sarana dakwah dan ibadah untuk warga sekitar. Juga menjadi lokasi yang nyaman bagi musafir yang sedang melintasi jalur Sumatera.

4. Pilar Ekonomi
  • Pabrik Ekstrak Buah Indonesia Berdaya di Subang. Berlokasi di Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Dompet Dhuafa memberi kesempatan pada calon wakif untuk menyalurkan donasi pada lahan pertanian seluas 10 hektar dan memiliki target integrated farming seluas 200 hektar.
  • Wakaf Ronting, merupakan wakaf perluasan tanah per 100m2 lahan sebesar 10 juta rupiah di Ronting, Manggarai Timur dan Flores. Program ini menyasar kawasan desa nelayan, Dompet Dhuafa berencana mengembangkan kawasan Desa Nelayan Terpadu
  • Wakaf Produktif Umum, merupakan wakaf dengan manfaat lestari. Dengan sekali berwakaf, maka wakif seolah-olah bersedekah berkali-kali, yaitu selama asset wakafnya terus mengalirkan manfaat (Mauquf’alaih). Sehingga Wakaf disebut sebagai “Sedekah Jariyah” atau Sedekah Menggalir.

Jadi Juragan Nanas

Tak pernah terbayangkan, saya akan berkeliling Kebun “Indonesia Berdaya” bak juragan nanas. Privilege yang hanya dimiliki para wakif. Sayang, hanya tanaman nanas yang menunjukkan buahnya. Tanaman buah naga masih asyik meliuk-liukkan daunnya. Belum waktunya berbuah.

Ada 2 jenis buah naga yang ditanam disini, yaitu buah naga berdaging merah dan berdaging putih. Membuat penasaran, karena buah naga berdaging putih yang dijual di supermarket, umumnya hasil impor.

Namun saya tak bisa berlama-lama penasaran dengan buah naga putih. Banyak hal yang bisa dieksplorasi. Mulai dari juice nanas, sate nanas dan aneka camilan rebus yang menjadi sajian pembuka dalam acara talk show yang membahas tuntas perihal wakaf produktif.

Usai talk show, kami berkeliling ke kebun nanas dan buah naga. Pastinya hanya bisa menempuh sebagian kecil kawasan seluas 10 hektar tersebut. Wow banget bukan? Menurut Bapak Bobby P. Manulang, dengan target 200 hektar, Dompet Dhuafa membeli lahan secara bertahap.

Artinya kesempatan berwakaf produktif masih sangat luas.

Destinasi berikutnya adalah peternakan kambing. Ada beberapa kandang disini yang diisi sesuai kondisi ternak. Termasuk lokasi khusus pembuatan pakan ternak. Sesuai konsep integrated farming, sampah sisa panen tanaman nanas dicacah, demikian juga rumput serta tanaman lain. Berbagai cacahan daun dicampur dedak dan cairan gula merah, sebelum diberikan pada kambing sebagai pakan.

Kandang yang bersih, pakan yang selalu dijaga kualitasnya, membuat peternakan mengalami kenaikan profit yang signifikan, yang tentunya berimbas pada penghasilan peternak.

Destinasi terakhir usai makan siang adalah RISIN atau rumah industri nanas. Menambah value hasil panen nanas, merupakan komitmen Dompet Dhuafa. Dengan adanya RISIN, tidak hanya petani yang kecipratan rezeki, juga masyarakat sekitar. Mereka bisa menjadi tenaga pengupas nanas atau tenaga produksi lainnya.

source: Dompet Dhuafa

Tentang Dompet Dhuafa

Berdiri sejak tahun 1993, Dompet Dhuafa merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat harkat sosial masyarakat dhuafa, dengan memanfaatkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF).

Memiliki  jaringan pelayanan di 21 provinsi di Indonesia dan 5 Mancanegara,  mengukuhkan Dompet Dhuafa sebagai lembaga dilantropi Islam terbesar di Indonesia. Berawal menghimpun dana ZISWAF sebesar Rp 80 juta, pada tahun 2016 tercatat dana yang berhasil dihimpun Dompet Dhuafa sebanyak 318 milyar rupiah.

Tak heran, pada tahun 2015,  Dompet Dhuafa diganjar penghargaan sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) nomor 1 pilihan masyarakat dari majalah SWA. Serta penghargaan Ramon Magsaysay Awards 2016, penghargaan tingkat Asia atas keberhasilan dalam pelayanan masyarakat dan pengentasan kemiskinan.

Dompet Dhuafa Kantor Layanan Ziswaf
Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok C 28-29
Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Ciputat – 15419
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
Phone : +62 21 7416040 (Hunting)
Fax : +62 21 7416070
Call Center : +62 21 7416050
Email : layandonatur@dompetdhuafa.org

sumber: charityaustralia.org.au


“Ibu-ibu, saya melaporkan uang setoran anggota bank sampah “Motekar” yang disimpan pinjam  per 31 Desember 2018, jumlahnya mencapai tiga ratus tiga puluh juta rupiah”

Suara Ketua Bank Sampah Motekar, Ibu Komala, dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) terdengar merdu di telinga. Bukan karena yang bersangkutan membaca laporan sambil bersenandung, tetapi lebih disebabkan campuran rasa yang membuncah kebahagiaan.

Tak seorangpun mengira, sampah yang kerap menjadi masalah berubah membawa berkah. Bermula dari sepuluh orang yang memilah dan menyetor sampah,  kini ratusan orang melakukannya. Imbasnya, saldo yang semula hanya ratusan ribu rupiah berkembang menjadi ratusan juta rupiah.

Tak heran manfaat bertambah. Anggota bank sampah dengan mudah bisa memperoleh modal usaha. Bisa menyekolahkan anaknya. Membeli laptop yang semula tak terjangkau. Hingga ada yang meminjam untuk mengirimkannya pada orang tua.

Aktivitas mereka mirip Grameen Bank yang dicetuskan Muhamad Yusuf dari Bangladesh, dengan versi lebih unggul.  Grameen Bank mendapat suntikan dana dari Muhamad Yusuf. Sedangkan bank sampah “Motekar” memberi pinjaman bagi anggotanya dari hasil pengumpulan sampah. Serta sedikit biaya operasional dari zakat yang harus keluarga saya bayar setiap bulannya.

Dikatakan sedikit, karena saya harus membaginya dengan beberapa komunitas pengelolaan sampah,  yang saya bentuk dan bina sejak 2011. Dari begitu banyak komunitas, bank sampah “Motekar” paling unggul.
Anggota bank sampah “Motekar” merupakan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan “Bandung Berkebun”, gerakan yang digagas Ridwan Kamil, sebelum yang bersangkutan menjadi Walikota Bandung 2013-2018.

Manusia berusaha, Allah SWT menentukan. Mereka setuju ketika tahun 2011 saya mengajak membentuk komunitas pengelola sampah. Berlanjut hingga kini. Bank sampah “Motekar” yang berlokasi di RW 02 Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, kerap menjadi rujukan bagi mereka yang ingin belajar membentuk bank sampah.

sampah anorganik dikumpulkan dan dicatat rupiahnya

Mengapa Bank Sampah?

Siapapun tahu, Indonesia sedang mengalami darurat sampah. Sampah menumpuk dimana-mana. Sistem persampahan yang berlaku hanya mengumpulkan sampah, mengangkutnya kemudian membuang sampah ke tempat lain. Dengan kata lain, tumpukan sampah hanya berpindah tempat.

Begitupun, tak semua sampah terangkut. Terbentur biaya, hanya  sekitar 75 % yang berhasil diangkut pemerintah daerah setempat ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Malahan di beberapa kawasan seperti pinggiran Kota Bandung dan kawasan terpencil Jabar serta Banten, tidak ada kegiatan “kumpul, angkut, buang” sampah.

Kondisi ini memaksa penduduk membakar sampah atau membuang sampah di lahan kosong dan saluran air. Tak heran, hasil riset Dr Jenna Jambeck yang dipublikasikan pada jurnal “Science” 12 Februari 2015, menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara penyumbang sampah terbesar kedua di lautan. (sumber)

Padahal, andai penduduk Indonesia mau memilah sampah anorganiknya, maka Indonesia tak perlu menanggung malu, dianggap tak becus mengurus sampah.

Mengapa harus memilah sampah? Karena masalah sampah baru muncul setelah plastik dan bahan tambang diproduksi besar-besaran untuk kebutuhan konsumsi.

Sementara kita tahu, mikroorganisme enggan mengurai  sampah plastik. Hanya proses fisika serta kimia yang mampu mengubah sampah plastik menjadi mikroplastik, materi tak kasat mata yang justru lebih berbahaya. Mikroplastik menjadi polutan yang mencemari air, udara dan tanah.

Sesuai budaya Indonesia, keberadaan komunitas bank sampah menjadi solusi. Kegiatan utama anggota bank sampah adalah memilah sampah anorganik di rumah masing-masing, kemudian menyetorkannya. Mirip komunitas arisan, bedanya yang dikumpulkan adalah sampah, bukan uang.

Kelanjutan aktivitas disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan anggota bank sampah. Apakah menyimpan uang setoran sampah sebagai tabungan? Atau mengelolanya dalam koperasi simpan pinjam? Atau bisa juga menjadi koperasi yang menjual sembako kebutuhan anggota.

Alternatif simpan pinjam dan penjualan sembako murah banyak diminati, karena sangat membantu mobilitas anggota bank sampah. Selain itu,  keuntungannya bisa digunakan untuk memberi honor pengurus bank sampah.

Bisa dilihat,  ide penyediaan dana seperti yang dicetuskan “Grameen Bank”,  berpadu dengan aktivitas koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, menghasilkan elemen keuangan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin.

Masyarakat miskin di Indonesia umumnya tidak bankable.  Mereka terpaksa harus meminjam ke rentenir untuk mendapatkan modal dan memenuhi kebutuhan lainnya. Tentu saja, dengan suka hati rentenir memberi pinjaman dengan bunga mencekik leher.

Membuat masyarakat miskin semakin miskin. Di beberapa kawasan, saya menemukan banyak kepala keluarga terpaksa menjual rumah dan tanah untuk membayar hutang ke rentenir.

sumber: propakistani.pk

Zakat Berbuah Zakat

Pada paragraf awal sudah saya singgung bahwa untuk kebutuhan operasional, saya memenuhinya dengan zakat, juga infak dan sedekah. Beberapa teman pengajian menitipkan sedekahnya,  begitu mengetahui aktivitas saya sebagai pendamping komunitas.

Ustaz Achmad Chumaedi lah yang pertama kali menyarankan agar zakat, infak dan sedekah disalurkan dalam kegiatan produktif dan berkelanjutan. Salah satu guru dalam pengajian Majelis Taklim Az Zahra ini kerap memberi anjuran yang solutif dan inovatif.

Beliau juga menyarankan agar kami mulai berwakaf secara patungan. Uangnya bisa berasal dari hasil arisan, uang THR dan uang “kaget” lainnya. Alih-alih belanja barang branded yang tak akan dibawa ke liang kubur, bukankah lebih baik digunakan untuk berwakaf, demikian kurang lebih penjelasan Ustaz Ahum, nama panggilan ustaz Achmad Chumaedi.

Zakat yang saya gunakan untuk membiayai operasional bank sampah “Motekar” ternyata berbuah zakat. Setiap tahunnya, sisa hasil usaha yang berhasil dikumpulkan dipotong 2,5 persen untuk zakat, sebelum dibagikan pada anggota bank sampah.

Sungguh membuat trenyuh, zakat yang jumlahnya tak seberapa ternyata berhasil membuat anggota bank sampah untuk berzakat juga.

sumber: backgroundcheckall.com

Amal YangBerkelanjutan

Hanya seorang mualaf yang berusaha memberi pendidikan agama Islam secara kaffah pada anak-anaknya, itulah saya. Tapi apakah kelak, ketika saya sudah menghadapNya, anak-anak akan mendoakan saya? Tidak ada jaminan.

Demikian juga ilmu yang bermanfaat, saya tak yakin memilikinya. Namun saya bisa mengusahakan amalan ketiga, sesuai hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah (sumber)

Rasulullah SAW bersabda:
 إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “
Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara) : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya.”

Sebelum menjadi mualaf, saya mendapat ajaran bahwa sedekah yang disumbangkan si miskin lebih “dihargai”,  dibandingkan sedekah si kaya yang memberi dalam jumlah banyak. Mungkin pertimbangannya, sedekah si miskin merupakan jerih payah menyisihkan rezeki.

Sekarang, saya memahami bahwa bersedekah, khususnya zakat merupakan keharusan. Zakat hanyalah rezeki yang dititipkan dalam bentuk penghasilan yang saya terima. Sebesar apapun jumlah penghasilan, saya pasti bisa menghabiskannya. Jadi harus segera dikeluarkan, jangan sampai terpakai.

Karena Allah SWT memberi ganjaran atas kesadaran tersebut. Kesadaran bahwa semua benda duniawi yang nampak berharga, tak ada gunanya ketika pemiliknya mati.
 
Pengurus bank sampah "Motekar" dalam rapat anggota tahunan 2018

Mungkin ada yang bertanya, jika  zakat bisa bermanfaat sebanyak itu, mengapa tidak melakukan replikasi?

Pastinya saya lakukan. Seperti sudah saya tulis di atas, saya membentuk banyak komunitas pengelola sampah karena yakin, sampah pasti diolah dan memberi manfaat bagi pelakunya.

Sayang, walau berniat baik, tidak semua kegiatan komunitas berjalan lancar. Banyak penyebabnya. diantaranya:

Uang Yang Melenakan

Saat pemilu, beberapa calon anggota legislatif melihat keberadaan komunitas bank sampah sebagai sarana menangguk suara. Tanpa saya ketahui, mereka memberi uang pada ketua bank sampah, dengan pesan agar anggota bank sampah mau memilih mereka.

Tentunya bukan perbuatan terpuji. Pengurus bank sampah harus netral agar anggota tetap mau menabung sampah. Terlebih, alih-alih melaporkan adanya sumbangan dari calon legislatif pada saya dan pengurus lainnya, ketua bank sampah malah menggunakan untuk kepentingan pribadi.

Ketulusan, kejujuran dan transparansi menjadi kunci suksesnya keberlangsungan komunitas. Jika 3 prinsip tersebut dilanggar, kehancuran komunitas hanya soal waktu.

Senior yang Enggan Regenerasi

Harta dan usia, membuat seseorang kerap dianggap senior atau mendapat penghargaan lebih dalam kultur yang berlaku di Indonesia. Mereka bisa menjadi solusi sekaligus hambatan dalam membentuk pengurus komunitas.

Kepengurusan dengan mudah dibentuk. Sayangnya, tidak semua dari mereka memiliki kompetensi. Walau mengaku lulusan SMP, ternyata tidak bisa baca tulis. Atau mereka begitu banyak kegiatan, sehingga kerap absen dalam pertemuan. Sedihnya, pengurus lain pakewuh ketika usulan mengganti sang senior digulirkan.

Jangan heran ketika aktivitas bank sampah berubah, masuk dalam kondisi “hidup enggan, mati tak mau”.

Salah Paham

Akibat Kang Emil nama panggilan Ridwan Kamil menggelontorkan dana Rp 100 juta per tahun untuk setiap RW, disusul Presiden Jokowi dengan dana desanya, saya terkena tulah.

Anggota komunitas (umumnya yang baru dibentuk) mengira saya datang dengan membawa dana hibah Kang Emil atau disponsori dana desa. Mereka tidak percaya bahwa modal saya hanya semangat tulus dan sedikit zakat, untuk biaya operasional. Tidak ada sepeserpun uang dari pemerintah.

Sia-sia saya memberi penjelasan hingga berbusa-busa bahwa jangan terlalu berharap pada dana hibah. Yang penting keberadaan bank sampah yang membantu warga agar mandiri sampah. Mereka tetap curiga. Jika sudah begini, biasanya saya menyerah. Terlebih ketika pejabat setempat enggan mendukung dengan memberi penjelasan pada warganya.

Saya dan pengurus bank sampah "Motekar" 

Tahun 2020 sudah diambang mata, meninggalkan 2019 dengan segala dinamikanya. Dan saya tetap melangkah, melalui jalan berbatu, mengetuk pintu untuk mengajak warga membentuk komunitas bank sampah.

Tidak kapok?

Tentu saja tidak. Bahkan ketagihan. Karena setiap tetes ilmu yang saya bagikan, saya mendapat feedback 1000 buntalan ilmu. Dan pastinya keyakinan bahwa setiap rupiah yang saya gunakan untuk mendampingi mereka, menjadi tiket pesawat menuju ke abadian.

Wallahu a’lam bisshawab



Alhamdulilah tulisan “Zakat Mengantar  Bank Sampah "Motekar" Meraup Omzet Ratusan Juta Rupiah” mendapat penghargaan Juara Harapan 2 dari Kementerian Agama.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Agama, Fachrur Razi dan Dirjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin di Hotel Royal Kuningan, 10 November 2019






source: variety.com

Pemimpin dibentuk, bukan dilahirkan

Tau ngga, siapa Menteri Perumahan RI sekarang?

Hihihi, saya juga nggak tau.

Nah, gimana jika tiba-tiba sang Menteri Perumahan (yang kita tidak tahu namanya :D) menjadi Presiden RI?

Ngerasa bingung?  Kecewa? Merasa negara bakal kacau karena dipimpin presiden yang tidak dikenal dan tidak kredibel?

Emang sih, kecil kemungkinan terjadi di Indonesia. Di Indonesia, jika Presiden dan Wakil Presiden Indonesia mangkat, berhenti atau berhalangan tetap,  kontitusi mengatur adanya triumvirat : Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan bersama-sama memegang tampuk pemerintahan selama 30 hari,  hingga sidang MPR memutuskan Presiden

Beda halnya dengan Amerika Serikat. Jika Presiden AS, dan wakilnya mangkat atau berhalangan tetap, konstitusi mengatur adanya “designated survivor”. Sosok yang ditunjuk dalam garis suksesi presiden. Biasanya anggota kabinet. Dia ditempatkan pada lokasi rahasia dan dikawal ketat. (sumber: Wikipedia)

Salah satunya ketika bom meledak di Capitol Building, menewaskan presiden yang sedang berpidato di depan anggota konggres, anggota kabinet, termasuk wakil presiden. Sehingga terjadi kekosongan pemimpin. Team Secret Service harus segera bergerak, mengamankan “designated survivor”  agar suksesi berjalan lancar.

Tom Kirkman, Menteri Perumahan AS sedang selonjoran kaki,  asyik menonton pidato presiden sambil makan kacang dan minum bir. Tiba-tiba mendapati dirinya harus menjadi presiden Amerika Serikat. Negara adikuasa dengan 50 negara bagian.

Juga harus menjadi panglima tertinggi yang memiliki kuasa atas tombol nuklir. Dia juga punya kuasa atas perang, termasuk jika menghendaki perang dunia ketiga.

Bingung? Pastinya. Bahkan saking stresnya, dia muntah-muntah.

Untunglah, atau sayangnya? Situasi tersebut hanya terjadi di drama televisi “Designated Survivor” besutan awak televisi Amerika Serikat dengan 53 episode dalam 3 musim. Sejak tahun 2017 hingga 2019.

Dikatakan untunglah/sayangnya, karena jika benar terjadi,  presiden ad interim tidak disiapkan sebagai presiden yang dipilih rakyat, yang punya tugas segambreng banyaknya.

Namun juga bisa termasuk keberuntungan. Sang presiden ad interim bebas membuat keputusan. Keputusan yang lebih adil dan memihak rakyat.  Karena dia ngga terikat janji politik. Nggak harus berbohong pada rakyat demi memuaskan pihak yang mendukung selama kampanye.

Termasuk nggak berbohong ketika dalam suatu siaran langsung, ada pertanyaan: “Benarkah Presiden memecatnya sebelum berangkat ke Gedung Capitol untuk pidato kenegaraan?”

Jawaban “iya” yang dilontarkan Presiden Tom Kirkman membawa petaka. Kompetensinya sebagai presiden diragukan.  Sebagai menteri aja dipecat, manalah bisa memegang tampuk kepresidenan? Kurang lebih seperti itu opini para gubernur negara bagian, pejabat militer dan sebagian besar rakyat Amrik.

Sosok jujur dan lugu presiden Tom Kirkman sungguh bertolak belakang dengan presiden yang kini menjabat, Donald Trump. Namun bukan berarti si jujur nggak bisa mengerjakan tugas kepresidenan.

Berbekal dukungan istrinya, Alex Kirkman yang pakar hukum imigrasi, anak-anaknya Leo serta Penny, trio sekawan: Aaron Shores, Emily Rhodes dan Seth Wright, tak ketinggalan agen Secret Service yang selalu mendampinginya, Mike Ritter, Tom Kirkman menunjukkan kelihaiannya berdiplomasi dan menyelesaikan tugas kenegaraan.

Agak mengagetkan memang. Tom Kirkman, menteri perumahan yang “nothing” tiba-tiba berubah menjadi sosok presiden yang “something” banget.

Mungkin karena “Designated Survivor”  ingin  memberi pesan bahwa sosok yang bersahaja pun bisa memimpin Amerika Serikat, asalkan tulus dan tegas. membuat keputusan untuk kepentingan rakyat, bukan kolusinya. Dan pastinya tahu banget, seperti apa kebutuhan rakyat yang dipimpinnya.



Kiefer Sutherland sebagai Presiden Tom Kirkman, menteri perumahan yang tidak pernah diperhitungkan. Keberadaannya sebagai “designated survivor” merupakan bagian konpirasi penggulingan tampuk pimpinan negara Amerika Serikat.

Kirkman yang dianggap paling lemah dalam jajaran anggota kabinet diprediksi akan menjadi presiden boneka, hingga waktunya digantikan Peter MacLeish, anggota konggres yang selamat dari musibah pengeboman dan dianggap hero.

Tak seorangpun menyangka, kejujuran Tom Kirkman menjadi senjatanya untuk memperkokoh kedudukan sebagai Presiden Amerika Serikat.

source: cinemablend.com

Natascha McElhone
sebagai Alex Kirkman, First Lady yang cantik dan pandai. Keahliannya dalam bidang hukum dan imigrasi sangat membantu ketika suaminya mengalami problem terkait.

Peran First Lady Amerika Serikat cukup banyak ditampilkan, tidak hanya sebagai sosok pendamping presiden, juga sebagai ibu negara yang ucapannya menjadi sorotan media.


Adan Canto sebagai Aaron Shore, kepala staf Gedung Putih menggantikan pendahulunya yang dinyatakan hilang dalam peristiwa pengeboman Gedung Capitol.

Sosok cerdas pendamping Presiden Park ini berani mengambil langkah ekstrim untuk membela sang boss. Walau sempat mengundurkan diri dan bergabung dengan pihak oposisi, Kimble Hookstraten, Aaron Shore kembali bergabung dengan team Tom Kirkman.


Italia Ricci sebagai Emily Rhodes, staf ahli menteri yang diangkat menjadi staf ahli  Presiden Tom Kirkman. Karirnya menanjak menjadi kepala staf Gedung Putih paska Aaron Shore mengundurkan diri.

Perubahan dramatis muncul di musim kedua, Emily nampak sophisticated, dibanding musim pertama sebagai perempuan kantoran dengan fashion standar kantoran.


Kal Penn sebagai Seth Wright. Keturunan muslim dari garis ayah yang bekerja sebagai Kepala Biro Komunikasi Gedung Putih. Dari hasil kerja kerasnya muncul pidato presiden yang mendapat banyak pujian, atau justru sebaliknya.

Seth Wright juga piawai meredam isu tentang kepresidenan termasuk keluarga presiden. Karena sebagai jubir, dia juga bertanggungjawab mengeluarkan taklimat Gedung Putih secara periodik.

Seth Wright terkena getahnya jika muncul huru hara dengan isu komunitas muslim sebagai penyebab.  Beruntung dia selalu mengantongi kartu pengenal Gedung Putih.


Maggie Q sebagai Hannah Wells, perempuan cantik, cerdas dan seksi yang bertugas sebagai FBI Special Agent. Kekasihnya menjadi korban pengeboman Gedung Capitol.

Berkat keuletannya Hannah berhasul membongkar konspirasi pengeboman Gedung Capitol dan menjadi agen yang paling diandalkan Presiden Tom di setiap kasus.

Penampilan Hannah yang hampir mendominasi selama 3 musim, membuat penonton betah. Ngga hanya cantiknya yang kebangetan, aktingnya juga bagus banget. Bandingkan dengan Kang Han Na yang berperan sebagai agen NIS, Han Na-Kyung di “Designated Survivor: 60 Days”, hihihi kebanting deh Kang Han Na. ^_^
 
Presiden Tom Kirkman pun sibuk pencitraan ^_^

Bak setampah jajan pasar nan lezat, demikian perumpamaan yang saya tulis di  Designated Survivor: 60 Days, (Bukan) Presiden Boneka mengenai “Designated Survivor” versi asli ini. Karena setiap tokoh ditampilkan utuh. Ngga ditujukan menyelesaikan satu kasus besar seperti versi remake.

Hal ini membuat beberapa sosok seperti Peter MacLeish yang ditemukan masih hidup diantara reruntuhan, tidak mendapat banyak porsi banyak. Beda halnya dengan Oh Young-Seok dalam kasus sama, yang hadir di versi remake.

Kedua drama memang dibuat sesuai kultur, yang menjadi kekuatan masing-masing drama.

Kita bedah yuk perbedaan tersebut:

versi asli, presiden nampak sungguhan bukan drama

Versi remake lebih dramatis.
Dalam versi remake, presiden Park Moo Jin yang berlatar belakang ilmuwan, ditampilkan selalu menggunakan data untuk menyelesaikan masalah, sehingga terasa reasonable.

Gesture Park Moo Jin yang gemetaran ketika berhadapan dengan dewan jendral serta sering menggaruk-garuk kaki, terasa pas banget transformasinya. Mengajak penonton, menggerakkan kepalan tangan dan berseru:”yes!” ketika akhirnya sang presiden berhasil memenangkan pertikaian

Adegan dramatis juga banyak muncul di versi remake. Seperti kisah kasih pertemuan Park Moo Jin dengan perempuan yang menjadi istrinya, Choi Kang-Yeon, perempuan korban KDRT. Serta bagaimana hubungan batin Park Moo Jin dan anak tirinya terbentuk.

Dalam versi asli, Leo Kirkman sesungguhnya anak kandung Tom Kirkman yang lahir di luar pernikahan. Jadi sudah seharusnya saling menyayangi ya? Dan wartawan yang mau menulis beritanya dianggap wartawan kepo penyuka gosip.


Pemeran watak
Setiap pemain  “Designated Survivor” versi asli merupakan pemeran watak, karena ditampilkan utuh, bukan tempelan. Alex Kirkman, sang First Lady yang cantik, pandai dan memiliki karir di bidang hukum, kerap muncul di ruang oval Gedung Putih. Tidak hanya untuk memberi masukan pada presiden juga membantu anggota team, salah satunya Seth Wright yang bertugas menyusun pidato presiden.

Seth Wright, Aaron Shore dan Emily Rhodes tidak hanya muncul sebagai pembantu presiden, juga membawa kompleksitas kehidupannya masing-masing. Dan pastinya si cantik sexy Hannah Wells yang menyedot animo penonton sebagai anggota FBI yang sering harus berhadapan dengan lawan. Adegan yang bikin dag dig dug .... ^_^

Mungkin jumlah 53 episode yang cukup banyak membuat penulis skenario leluasa menitik beratkan pada karakter tiap tokoh.

Efek 2D dan 3D yang membuat reruntuhan Gedung Capitol nampak ciamik

Sinematografi yang ciamik.
Dalam beberapa review drama Korea, saya kerap memuji sinematografi Korea Selatan yang patut diacungi jempol. Namun, ketika disandingkan dengan hasil karya sinema TV Amrik, terasa jomplang.

“Designated Survivor” versi asli tidak hanya mengambil angle yang tidak biasa, juga sangat detail. Decit ban mobil yang mampu menerbangkan dedaunan, hingga reruntuhan Gedung Capitol yang nampak nyata. Membuat setting versi remake terasa main-main, bukan reruntuhan sungguhan.  #maaf  ^_^

Kepiawaian menset kamera, lampu dan pengambilan angle versi asli akan membuat penonton terperangah, dan memuji: “Keren banget!”

Sayang perolehan rating yang terus menerus menurun,  dan peran Alex Kirkman yang “dimatikan” di musim ke-2, membuat versi asli hanya hanya mampu bertahan hingga musim ke-3, dengan 10 episode. Sebelumnya setiap musim 21 episode.

Bagus mana?

Keduanya bagus, keduanya recommended. Selain alasan kultur yang membuat penonton mungkin lebih memilih “Designator Survivor” versi remake, yeng mendapat tambahan “60 Days”, juga  versi aslinya hanya terbatas bisa ditonton di saluran berbayar Netflix.

Profile
Genre:             Political thriller,  Political drama,  Conspiracy thriller
Created by David Guggenheim
Country of origin United States
Original language(s):  English
No. of seasons: 3
No. of episodes: 53 (list of episodes)
Production location(s)           Toronto, Ontario , Washington, D.C.
Cinematography: M. David Mullen David A. Harp
Editor(s): Michael Schweitzer
Release Original network:
ABC (seasons 1–2)
Netflix (season 3 worldwide; seasons 1–2 outside North America)
Original release: September 21, 2016 –
June 7, 2019


Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
  • Angkotna Ditarik, Mangggg ........
  • Orkestra Jalanan
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung

Featured Post

Energi dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

  Energi Dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs “Sekarang saya ngirit gas, jarang beli,” kata seorang ibu di perumahan Griya Cempa...

Categories

  • lifestyle 196
  • review 123
  • drama korea 90
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 38
  • review kuliner 37
  • Environment 22
  • budaya 19
  • travelling 19
  • beauty 15
  • Zero Waste Lifestyle 14
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ▼  2021 (32)
    • ▼  March (3)
      • Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Te...
      • Penthouse, Kisah Halu yang Penuh Teriak Kemarahan
      • 4 Manfaat HRIS Software untuk Perusahaan di Bidang...
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • Dewi Kentring Manik, Dewi Cantik Jelita Pelindung Kota Bandung
    Selama puluhan tahun tinggal di Kota Bandung ada 2 pertanyaan yang   amat sangat penasaran ingin saya ketahui jawabannya,  ...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates