Mertua Toxic? Begini Cara Mengatasinya

   

maria-g-soemitro.com


Mertua Toxic dan 5 Kiat Mengatasinya

Punya teman toxic? Alhamdulilah teman saya semua baik, bahkan sangat baik. Mungkin karena saya auto mundur teratur saat seorang teman berubah. Semacam barrier yang muncul agar saya tidak terluka.

Selain itu, saya memasukkan teman ke dalam kelompok lingkungan luar hidup seseorang. Termasuk ke dalam lingkungan luar adalah  tetangga, saudara jauh dan netizen!

Hahaha…..netizen saya masukkan ke dalam circle hidup seseorang, karena di era teknologi informasi yang semakin canggih, banyak kehidupan yang terpengaruh media sosial.

Yang terbaru adalah kisah Yessy – Ryan yang gagal menikah, dan jadi viral setelah Yessy mengunggah video “bakar undangan pernikahan” di akun Tik Tok-nya. 

Untuk teman-teman yang belum tahu/gak mau tahu tentang 2 sejoli ini, kurang lebih rangkumannya demikian:

Ryan dan Yessy berencana menikah setelah memadu kasih selama 1 tahun lebih. Untuk mewujudkannya, orang tua Ryan mengeluarkan biaya pra dan pasca pernikahan, seperti undangan, dekorasi, rias pengantin, catering daaaannn….. rumah untuk tempat tinggal Yessy dan Ryan.

Tragisnya, H-3 calon pengantin perempuan, Yessy memberi ultimatum pada Ryan: Mahar pernikahan berupa sertifikat rumah atau pernikahan mereka batal.

Tentu saja Ryan menolak. Rumah yang diminta Yessy adalah milik orangtuanya. Mereka hanya dipersilakan menggunakannya, bukan memilikinya.

Seperti kita ketahui, andai rumah tersebut diberikan sebagai mahar, maka akan menjadi milik Yessy dan keluarganya. Ryan tentu saja gak mau, hasil jerih payah orang tuanya kok diberikan begitu saja pada orang lain.

Sontak akun Yessy dihujani netizen se-Indonesia Raya. Mereka menuduh Yessy sebagai perempuan matre. Tak mau dianggap matre, Yessy membuat “klarifikasi blunder” di channel youtuber beken seperti Denny Sumargo dan Uya Kuya, dengan alasan untuk melindungi keluarganya (ayah dan adik-adiknya).

Lha bukannya tambah parah tuh? Semula hanya penduduk Tik Tok yang tahu masalah pasangan ambyar ini, sekarang merambah ke YouTube, Facebook bahkan media mainstream memberitakan. 

Termasuk blog ini. 😭😭😁😁

Baca juga:
Guru Mengajiku, Mirip Ibu Sinta Nuriyah Wahid

Oki Setiana Dewi dan Dakwah yang Bakal Menelan Korban

Daftar Isi
Mertua Toxic vs Mertua Sayang Menantu
5 Kiat Bertahan terhadap Mertua yang Toxic

  1. Jangan Mencoba untuk Mengubahnya
  2. Jangan Bergunjing
  3. Tinggalkan Rumah Mertua Indah
  4. Jangan Terlibat dalam Debat Kusir
  5. Anggap Mertua sebagai Orangtuamu

Bukan tanpa alasan saya mengulasnya. Saya salut pada sikap calon mertua Yessy aka ibu kandung Ryan. Dia galau melihat Yessy. Sejak awal pacaran, Yessy kerap seharian bertandang di rumah Ryan.

Merasa bertanggung jawab, perempuan berkaca mata ini mengajak suami dan sesepuh di kampungnya untuk melamar Yessy. Tak dinyana mereka mendapat perlakuan tidak sopan: Ayah Yessy tidak berada di rumah dan Ibu kandung Yessy masih memakai daster!

Parah banget ya?

Ibunya Ryan sungguh ibu mertua idaman. Saya membandingkan dengan nasib pasangan lain. Jangankan dibiayai resepsi pernikahan dan disediakan rumah tinggal, umumnya calon mempelai harus cari pinjaman sana sini untuk resepsi pernikahan, bahkan banyak di antara mereka akhirnya terjerat pinjol.

Gak mau ngadain resepsi? Wah malu ke tetangga dong, entar dikira mempelai perempuan hamil duluan. 

Karena itulah netizen geram akan ulah Yessy. Bukankah pembatalan pernikahan akan mencoreng nama baik?  Atau Yessy tidak peduli nama baik? Terbukti dia berkoar-koar membuka aib bahwa dia pernah hamil anaknya Ryan. Omaygatttt! 😑😑

 

maria-g-soemitro.com


5 Kiat Bertahan terhadap Mertua yang Toxic

Kita tinggalkan kisah Yessy – Ryan, lebih baik bahas pasangan lain yang “apesnya” punya mertua gak sebaik mamahnya Ryan. Mertua mereka toxic.

Banyak penyebabnya, diantaranya ekspektasi mertua yang terlalu tinggi. Mertua menganggap anaknya investasi yang bisa digunakan untuk membiayai kehidupan mereka di masa tua. Karena itu dia berharap menantunya haruslah mapan. Seperti ortu Yessy yang mendamba minimal menantunya adalah karyawan tetap PT Chang Sin.

Lho kok ngungkit kisah Yessy-Ryan lagi? Hehehe cara termudah untuk memberi ilustrasi tentang mertua yang buruk. 😢😢😀😀

Nah, seperti banyak quote yang bertebaran di media sosial bahwa pernikahan berarti menyatukan 2 keluarga, bagaimana cara menghadapi mertua yang toxic, agar pernikahan tetap langgeng?

Diantara banyak kiat, saya coba menulis beberapa diantaranya, yaitu:

1. Jangan Mencoba untuk Mengubahnya

“Ibu mertua baru tahu makanan mewah dari saya,” demikian jawab seorang teman.

Sebelumnya, sang teman menulis status di Facebook tentang ibu mertua yang tidak menyukai masakannya. Malah di beberapa kesempatan, sang ibu mertua dan menantu lainnya, kerap meyindir masakan teman saya.

Untuk menghiburnya, saya berkomentar bahwa selera gak bisa dipaksa. Jika tak ingin makanannya dikritik, ya udah gak usah ngirim. Ganti aja dengan mengirim uang atau kebutuhan lainnya.

Bengong dong saya sewaktu sang teman menjawab dengan kalimat di atas. Dia juga menambahkan, menjelang lebaran dia selalu mengirim uang untuk sang ibu mertua.

Saya memutuskan untuk tidak meneruskan percakapan, karena bakal sia-sia. Mungkin sang teman menganggap ibu mertuanya “ndeso”, karena tidak cocok dengan makanan ala barat yang dikirimnya.

Hihihi kocak banget. Dulu, almarhum ibunda saya berprofesi sebagai pengusaha catering yang cukup terkenal di Kota Sukabumi. Beliau menguasai banyak menu, mulai masakan tradisional, masakan Cina, juga masakan barat seperti rolade dan cream of chicken soup.

Anehnya, sampai akhir hayatnya almarhum ibu saya gak suka makanan barat. Beliau orang Jawa tulen yang lebih menikmati sayur lodeh dan tempe goreng.

Demikian pula mertua-mertua lain yang dilahirkan dengan lidah Padang, Batak, Menado dan seterusnya. 

Mereka punya selera dan kebiasaan yang telah mengakar, jadi jangan ubah mereka, hanya demi kekinian atau apapun itu. Justru kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan mereka.

2. Tinggalkan Rumah Mertua Indah

Seindah apapun rumah mertua yang toxic, percayalah rumah baru terasa seperti istana, setelah hanya diisi pasangan dan anak-anak tercinta.

Istana pertama saya adalah rumah kontrakan murah karena angkot baru masuk setelah saya pindah ke sana. Semula tanpa air bersih. Selama sebulan lamanya, untuk kebutuhan BAK kami menggunakan air aqua.

Beruntung, seorang saudara sepupun tinggal kurang lebih dua ratus meter dari rumah tersebut, sehingga urusan mandi dan BAB bisa nebeng ke sang sepupu.

Keindahan dan kenyamanan istana juga dirasakan keluarga muda di kompleks perumahan tempat saya sekarang tinggal. Walaupun ibu mertuanya mempunyai rumah besar (2 kapling gaes, kebayang kan?), namun dia memilih membangun rumah tumbuh, yang sampai tulisan ini saya publish: Lantainya masih tanah!

Hebat banget ya? Saya salut pada sang istri yang mau meninggalkan rumah mewahnya, dan tinggal di rumah suami yang masih berlantai tanah.

3. Jangan Bergunjing

Tergoda bergunjing dengan sesama menantu atau malah dengan ART mertua?

Cobalah berada di pihaknya, sukakah andai Anda dipergunjing?

Pastinya tidak! Daripada tergoda untuk bergunjing, bagaimana apabila mengajak mereka mempraktekan resep masakan? Atau ngobrol tentang tanaman hias? Atau tempat kulineran hidden gems? Atau obrolan bermanfaat lainnya.

Jika menantu lainnya telah memiliki anak, cobalah bergaul dengan mereka. Kemukakan ide bermain asyik yang bikin suasana semarak dan jauh dari aroma toxic.

Penting diingat, jangan curhat ke pasangan tentang ortunya. Bagaimanapun mereka adalah orangtuanya. Bergunjing tentang orangtua pasangan akan menyakiti hatinya. Akibatnya bakal merembet kemana-mana.

4. Jangan Terlibat dalam Debat Kusir

“Masakan ini enak,” kata mertua, atau sebaliknya dia mengkritik: “Masakan ini gak enak.”
Andai tak sependapat dengan komentar mertua, simpan aja di dalam hati. Gak ada manfaatnya mendebat mertua.

Mungkin pasangan kita gak setuju dengan bapak/ibunya, dia lebih pro selera kita. Namun mendebat orangtuanya akan menyebabkan pasangan kita serba salah: Ini pendapat istri/suami, sedangkan di sana bapak/ibu, sulit sekali memilih.

Jadi, daripada debat kusir seperti netizen yang norak, lebih baik tersenyum dan mengangguk. Walaupun di dalam hati, kita menolak pendapat mertua.

Gak hanya soal makanan lho ya. 

   

maria-g-soemitro.com

5. Anggap Mertua sebagai Orangtuamu

“Mudah diucapkan sulit dilaksanakan,” mungkin teman-teman akan menjawab demikian.

Namun cobalah berandai-andai mereka adalah orangtua kita. Bukankah kita gak selalu akur dengan ortu? Selalu ada yang jadi biang kerok perselisihan dengan ortu, tapi toh akhirnya berdamai lagi, dan bermesraan lagi.

Menganggap dan memperlakukan mertua sebagai orangtua sendiri juga merupakan salah satu kiat mengelola dan mengatasi konflik pernikahan.

Bukankah tujuan pernikahan adalah mewujudkan keluarga sakinah mawadah warahmah?

Agar gak hanya keluarga tersebut yang memperoleh manfaatnya, juga orang-orang di lingkungan kita.

Baca juga:
Tiada Sehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah

Berpikir Kritis Menurut Islam dan 5 Hikmah Berpikir Kritis


24 comments

  1. Saling memahami sifat dan memaklumi mungkin ya supaya tetap damai dan enggak ada mertua or menantu toxic, menganggap mertua sebagai orang tua itu emang gampang tapi susah, hehehe.

    ReplyDelete
  2. Ah. aku banyak melihat video yang cuma sepenggal-sepenggal lewat di FYP. Tentang Ryan dan Yessy ini. Awalnya emang melihat Yessi membakar-bakar undangan. Katanya Ryan menikah dengan orang lain. Terus sekarang makin kesana makin kesini.

    Tapi benar sih. Nggak banyak cewek yang seberuntung itu bertemu mertua idaman seperti ibunya Ryan.

    ReplyDelete
  3. Dari kesepakatan pernikahan saya di awal, ketika itu minta langsung hidup mandiri walau ngontrak. Biasanya jauh itu lebih wangi kalau istilah pepatah jaman dulu. Hehe. Walau mertua saya Alhamdulillah baiknya masha Allah kaya orangtuaku sendiri, tapi tetep aja mau hidup tanpa tergantung. Berasa benar2 menikah rasanya jika mandiri. Hehe

    ReplyDelete
  4. Waaaaa aku baru tau cerita Yessy dan Ryan ini.
    Mau nonton d YouTube Denny Sumargo,kok durasinya panjang bgt, auto mlz. 😁😂
    Tapi yahhh setujuuu dgn tips yg disodorin Ambu.
    Memang kita kudu sayang mertuaaaa

    ReplyDelete
  5. Benar sekali pilihannya hanya dua ya Ambu, menerima atau melepaskan. Lelah pastinya menjalani hubungan pernikahan dengan salah satu keluarga atau justru pasangan yang toksik. Menikah dan berbahagia itu pastinya hal yang diinginkan setiap pasangan

    ReplyDelete
  6. Saya nggak tahu kasusnya Yessy – Ryan ini mbak, hihi... kudet ya.
    Tapi sepakat sama Ryan yang nggak mau menuruti untuk kasih mahar sertifikat rumah orang tuanya. Di awal mau nikah aja udah "menyulut api perang" dengan mertua. Jadi lebih baik tak diteruskan.

    Mertua toxic, emang sebaiknya jangan tinggal serumah deh setelah menikah, biar kontrak 1 kamar kalau belum mampu kontrak rumah, asal hati damai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, sejak menikah saya menempati rumah sendiri, rumah cicilan. Bener2 mulai dari 0!
    Setelah anak pertama lahir, ibu mertua ikut membantu perawatan si kecil hingga tinggal bersama kami. Dan rasa hingga kini. Jadi sudah 18 tahun lho... Alhamdulillah mertua saya tidak toksin, tidak pernah ikut campur urusan rumah tangga kami...

    ReplyDelete
  8. Walah kalau dapat mertua toxic paling aman mungkin jangan tinggal serumah dan jaga jarak aja serta maklumi ketoxican beliau karena biar bagaimanapun karakter orang toxic udah lekat dan hanya orang tsb yang bisa ubah karakter tersebut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cara bijak ya kak, biar sama-sama adem juga.
      Sehingga gak perlu adu cek-cok sih ya.

      Delete
  9. Aduh, amit amit dapat mertua toxic
    Kalau aku dapat mertua toxic, aku lawan dan hindari interaksi
    Haha

    ReplyDelete
  10. Kalau melihat mertua dan diri kita sendiri serta orangtua sendiri, akutu banyak maklumnya, Ambu.. Karena beda generasi dan beda pola pikir. Jadi sepanjang yang orangtua omongin itu bener, meski perih mengiris, pasti aku dengerin dan aku cerna. Masalah aplikasinya, ini pasti butuh waktu, karena berkaitan dengan habit.

    Jadi intinya memang gak ada mertua toxic, kalo menurutku.
    Yang ada, kita belum benar-benar mengenal dan dekat dengan orangtua.

    ReplyDelete
  11. No debat club berarti ya Ambu. Noted nih buat Fenni jadi masukan, semoga daku mendapatkan mertua yang sayang sama Fenni sebagaimana mereka menyayangi anaknya, aamiin 🤲

    ReplyDelete
  12. Kalau aku lebih memilih meminimalisir berantem dengan cara kedua, ketemu mertua sesekali aja. Hehe. Biar happy dan hubunganpun tetap terjalin dengan baik. Hehe

    ReplyDelete
  13. Huhuhu... baiklah..
    ilmu nih kalo dapet situasi gak klik sama mertua mending ngangguk diem aja hihi..

    Bener sih daripada adu arhumen debat kusir mending mingkem aja yaa biar gada konflik kepanjangan..

    Siap ambu makasi tipsnya..
    Aku sih berdianya dapet mertua yg sefrekuensi gitu biar bisa jadi bestie

    Yaa minimal kaya ambu lah yg jago masak suhu ngeblog hiyaaa 🤣🤣

    ReplyDelete
  14. Aku cuma selewatan aja lihat heboh kasus Yessy ini di Instagram. Namun, balik lagi, it's social media. Semua orang berhak mau posting sesuatu yang jujur atau bohongan. Kita enggak perlu ambil pusing.

    Kalau aku sih tegas ya. Kalau mertua udah toxic, aku bakal get out dari rumah mereka. Ini caraku melindungi diri sendiri dan keluargaku. Toh, setelah menikah, anak perempuan bahkan lepas dari orang tuanya. Mereka membentuk keluarga sendiri dan ini keluarga gak mungkin bisa jalan kalau cuma istri aja yang take the lead atau suami aja yang take the lead.

    ReplyDelete
  15. Kalau semua poin udah dilakukan dan masih mentok, saya setuju sama point terakhir, anggap mertua sebagai orang tua sendiri.
    Sebagai anak, rasany ngga kuat kalau untuk"melawan" orang tua sendiri sekesal apapun perlakuannya.

    ReplyDelete
  16. Intinya diam lebih baik jika berhadapan dengan orang sekitar yang toxic. Bukan karena kita kalah, tapi benar agar tidak dihadapkan pada debat kusir yang berujung pada kebencian diantara kedua belah pihak. Btw, artikelnya sudah kubaca, sangat bagus sekali.

    ReplyDelete
  17. Kehidupan rumah tangga memang harusnya berdua saja,karena dari situ akan belajar menerima, dan saling mendukung. Berbeda kalau tinggal serumah dengan mertua, bisa jadi bahan obrolan kayak di film-film. Beruntung saya dan istri di rumah sendiri. Meskipun tidak di terlalu jauh dari orang tua.

    Beruntung yang dapat mertua pengertian, memahami kondisi rumah tangga anaknya, tidak mau ikut campur dengan apapun yang terjadi. Tidak seperti saat ini, kayak artis-artis, tiba-tiba muncul ortu di depan saat anak-anaknya ada konflik. Saling membela anak masing-masing, bukannya melakukan Tabayyun, malah tambah mengikuti ego masing-masing, bahkan sampai aib rumah tangga pun dibuka untuk umum.

    ReplyDelete
  18. Tips diatas saya rasa sudah cukup membantu untuk mereka yang punya masalah dengan mertua. Ada baiknya memang tinggal terpisah dan mengurus rumah tangga sendiri tapi setiap orang pasti punya kondisi masing-masing.

    ReplyDelete
  19. Soal makanan yang sesuai dengan lidah orang tua/mertua ini saya pun mengalami mbak. Saat ibu ikut tinggal di rumah, saya kadang jadi memasak dua jenis masakan, satu sesuai selera ibu, satu sesuai selera anak-anak.

    Dari situ saya belajar, bahwa saya harus membiasakan lidah saya dan anak-anak untuk menikmati berbagai makanan dari berbagai daerah, supaya di masa tua tak merepotkan saat asupan makan tergantung pada keluarga

    ReplyDelete
  20. Masukan yang jitu banget Mbak. Poin-poin itu juga yang disampaikan oleh orang tua saya saat saya akan menikah. Apalagi suami adalah anak lelaki tunggal, sudah lama yatim dan menanggung semua hal/biaya ibunya. Alhamdulillah, tidak jadi beban buat saya. Intinya menerima dan menyayangi mertua seperti kita memperlakukan ibu kandung kita sendiri.

    Saya bahkan jadi orang yang paling kehilangan saat beliau wafat. Apalagi saat melihat suami begitu terpukul.

    ReplyDelete
  21. Mertua VS Menantu ini memang dimana-mana ya..
    Agak miris karena di satu sisi kita suka banget sama anaknya, tapi di sisi lain, kita gak suka orangtua yang melahirkan dan membesarkan beliau.

    Semoga bagi yang masih kesulitan mendekati mertua, bisa dimudahkan semua jalannya.

    ReplyDelete
  22. Kadang saya suka iri klo lihat teman punya mertua baik dan sayang, soalnya saya gak punya mertua, suamiku sudah tidak punya ortu sejak kami bertemu dan menikah.

    ReplyDelete
  23. rumit ya pernikahan itu..cape2 kita dibesarkan dengan membawa sekian konsep nilai kehidupan dari ortu sejak kecil begitu nikah mulai lagi adaptasi dengan konsep nilai baru yang mungkin belum tentu cocok dengan Kitanya..ya gitu deh..

    ReplyDelete