Kritik Sosial via Stand Up Comedy, Jangan Baper!

     
maria-g-soemitro.com

Kritik Sosial via Stand Up Comedy, Jangan Baper!

Bapak …. (nama pejabat yang beragama Islam) ….. dulu sekolah Katolik. Dia baru nyantri waktu mau nyapres.”

Wow, pedes banget!

Eits jangan baper. Komika Priska Baru Segu melontarkan kalimat tersebut saat melakukan stand-up comedy di channel YouTube milik Deddy Corbuzier. Secara berkala channel ini mengundang komika untuk beraksi dalam event khusus yang bernama ‘disomasi’.

Disomasi? Nama eventnya yang sangat menantang!  Sering disomasi, nampaknya malah mendorong Deddy membuat acara dengan nama yang sama. Pesertanya, para komika diberi kebebasan mengolah materi, termasuk kritik sosial.

Sebetulnya kritik sosial bukan hal yang baru. Sejarah Indonesia mencatat gelaran pewayangan  kerap melontarkan kritik sosial.

Termasuk ketika pendudukan Belanda di kesultanan Mataram. Melalui tokoh punakawan (Semar, Gareng, Bagong dan Petruk), para dalang melancarkan kritik sosial pada kebijakan Amangkurat I dan Belanda.

Bedanya di masa penjajahan, VOC yang baper melakukan intervensi. Tokoh Bagong yang paling gencar dalam mengkritik penguasa pada waktu itu harus dihilangkan. Berlangsung hingga masa kemerdekaan, Bagong pun ikut merdeka. Dia muncul kembali dalam gelaran pewayangan.

Baca juga:
Perempuan Melek Politik? Harus Atuh!

Tradisi Tahlilan, Pilih Adab atau Ilmu?

Daftar Isi:
  • Merajut Indonesia dengan Kritik Sosial
  • Abdur Arsyad, Komika Multi Talented dari NTT
  • Kritik Sosial dalam Perbincangan Bersama Abdur Arsyad
  • Selayang Pandang Merajut Indonesia
Bisa dilihat di sini, masyarakat punya cara tersendiri dalam menyampaikan pendapat, termasuk kritik sosial. Jika dulu melalui punakawan, kini para komika yang tampil dalam bentuk stand up comedy.

Namun, saya sempat kecewa. Beberapa event dengan komika sebagai penampil, acap melontarkan humor yang menyrempet pornografi. Mungkin dia berharap materinya bakal mengundang gelak tawa penonton.

Termasuk dalam event Earth Hour di Bandung beberapa tahun silam. Alih-alih bicara tentang kerusakan bumi, komika yang diundang sebagai penampil malah membawakan konten menyrempet pornografi. Gagal paham deh saya.

Karena itu, saya sangat excited ketika Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) menggelar IG Live Bincang Mimdan #6 pada 21 April 2022. Melalui akun Instagram Merajut Indonesia, hadir narasumber komika Abdur Arsyad, dan host: Evi Sri Rezeki, seorang penulis yang juga pengelola perpustakaan ‘Pustaka Hijau’.

Event bertema “Bicara Budaya dan Kritik Sosial Lewat Komedi” ini sangat menarik. Bukan saja membahas kritik sosial, tapi juga menampilkan komika Abdur Arsyad. Saya pernah melihat aksinya yang memukau di acara ‘disomasi’ nya Deddy Corbuzier dan suka banget pada penampilan pemuda NTT ini.

     

maria-g-soemitro.com
sumber: kapanlagi.com

Abdur Arsyad, Komika Multi Talented dari NTT

Bicara budaya seringkali terkesan kuno, kompleks, berat, dan membosankan. Padahal budaya sebetulnya objek yang sangat dekat dengan manusia, karena merupakan hasil budi dan akal manusia yang berkembang pada sebuah masyarakat.

Demikian kurang lebih caption yang tertulis dalam Instagram feed @merajut_indonesia. Sangat menarik mengingat narasumber kali ini adalah putra bangsa asal Larantuka Flores Timur, komika Abdur Arsyad.

Seperti diketahui, mayoritas pelawak Indonesia berasal dari pulau Jawa, sebutlah Warkop DKI, Bagito dan tentu saja Srimulat. Mungkin ini terkait dengan banyaknya kerajaan di pulau Jawa. Sehingga komika Abdur Arsyad pastinya memberi sentuhan budaya yang berbeda.

Abdur Arsyad, pemenang kedua Stand Up Comedy Indonesia musim keempat (2014) ini memiliki segudang prestasi. Tidak saja telah menyelesaikan S2 Matematika, dia juga sering wara wiri di layar perak dengan membintangi  beberapa film, seperti Catatan Akhir Kuliah (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), Pelukis Hantu (2020), PSP Gaya Mahasiswa (2019), dan layar elektronik, Cek Toko Sebelah  the series dan Susah Sinyal.

Sebagai komika, Abdur Arsyad cerdas menyajikan konten,  terutama berkaitan dengan kondisi Indonesia Timur. Keunggulan yang tak dimiliki oleh mereka yang lahir dan besar di pulau Jawa.

   

maria-g-soemitro.com

Kritik Sosial dalam Perbincangan Bersama Abdur Arsyad

Mengapa kerap membuat konten berisi kritik sosial?

“Agar tercipta budaya yang lebih baik,” jawab Abdur Arsyad.

Selanjutnya Abdur Arsyad menjelaskan bahwa komika mengekspresikan apa yang dipikirkan, yang dituangkan dalam konten, seperti halnya penulis lagu menciptakan syair dan penulis membuat artikel.

Atau dengan kata lain, sesuai dengan talented-nya, siapapun bisa membangun Indonesia dengan kritik sosial.

Bagaimana caranya?

Abdur Arsyad menjawab ada 2 hal, yang pertama jangan maksa, biarlah mengalir. Mirip penulis lagu yang tidak bisa memaksakan diri. Dengan cara ini akan muncul kebaruan dan banyak warna.

(Iya ya, jangan sampai seperti penulis lagu yang memaksakan diri, akhirnya memplagiat karya orang lain) 😭😭

Yang kedua, perbanyak membaca buku, perbanyak referensi, terlebih dalam membuat konten kritik sosial.

(Huhu, saya sering banget menemukan influencer yang suaranya lantang, padahal salah atau kurang referensi. Bahkan sekelas Deddy Corbuzier, kerap melakukan kesalahan dalam kontennya)

Adakah penonton yang tercerahkan sesudah melihat penampilan Abdur Arsyad?

“Langsung sih belum, tapi di belakang panggung,” jawab Abdur Arsyad. Yang pertama untuk menyampaikan protes atas materi Abdur Arsyad , sedangkan yang kedua justru merasa berterimakasih karena materi Abdur Arsyad mewakili pola pikirnya.

(Itulah kelebihan public figure ya? Dalam hal Abdur Arsyad, suaranya didengar saat  mengutarakan gagasan budaya atau kritik sosial lewat komedi)

Bagaimana Abdur Arsyad menilai komedian lain?

Abdur Arsyad membagi 2 kategori, yaitu komedian masa kini yang bagus materinya. Dia tak merasa iri, justru terpacu: “Kok saya gak punya materi sebagus itu?”

Yang kedua adalah komedian masa lalu yang penilaiannya tidak bisa menggunakan kaca mata masa kini. Materi komedian masa lalu sangat vulgar karena interaksi tidak seperti sekarang.

(Pas banget dengan yang saya rasakan dan sudah saya tulis di atas. Stand up comedy sekarang mempunyai referensi berbeda. Jangan menggunakan komedi vulgar ala Dono – Indro – Kasino), karena mereka hidup di zamannya dengan budaya berbeda dengan masa kini).

Apakah materi tentang suatu budaya harus dilakukan komedian yang berasal dari daerah asal budaya tersebut?

“Sebaiknya demikian,” kata Abdur Arsyad,” Orang Jawa mengomentari orang Jawa juga. Agar tidak terjadi dualism saat disampaikan. perbedaan adalah sunatullah kehidupan. Walau masyarakat Indonesia sudah siap. perbedaan adalah sunatullah kehidupan

Apakah ada materi yang sebaiknya dihindari?

Abdur Arsyad menjawab ada dua topik, yaitu:

  • Materi yang tidak dipahami
  • Argumennya tidak kuat
Sebagai penutup, Abdur Arsyad menegaskan bahwa kritik sosial dilakukan, bukan karena benci, namun justru disebabkan rasa sayang. Kritik sosial dilontarkan untuk membagikan perasaan gemes terhadap system sosial yang tengah berlangsung.
   
maria-g-soemitro.com
sumber: merajutindonesia.id

Selayang Pandang Merajut Indonesia

Bagaimana menyikapi globalisasi dan modernisasi, tapi tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri masyarakat Indonesia?

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) merespon dengan membentuk Merajut Indonesia, dengan salah satu programnya Digitalisasi Aksara Nusantara (selanjutnya disebut MIMDAN), yaitu upaya pelestarian dan pengembangan aksara supaya generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara Nusantara di perangkat digital.

Hal-hal yang bersifat digital semisal aplikasi web, aplikasi telepon cerdas (smartphone), basis data, pengarsipan digital, dan sebagainya, merupakan kegiatan MIMDAN. Diantaranya adalah  pengumpulan referensi aksara Nusantara, pembuatan dan pengumpulan fonta (font), standardisasi aksara, pendaftaran aksara ke UNICODE, implementasi aksara dalam berbagai perangkat, pendaftaran ke ICANN, serta kegiatan lain sesuai perkembangan.

Berkolaborasi dengan banyak pihak seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, komunitas, media, dan pegiat aksara. Salah satunya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang turut berupaya mendorong pelestarian Aksara Nusantara dengan cara penerapan pada perangkat digital.

Rencananya, perangkat digital yang masuk Indonesia wajib mengakomodir Aksara Nusantara, sebagai bagian dari Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Hal ini merupakan tindak lanjut penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap Font, Papan tombol, Transliterasi Aksara Jawa, Sunda dan Bali.

Sangat menarik bukan?

Ingin mengetahui lebih lanjut tentang Merajut Indonesia?

Silakan kunjungi websitenya: merajutindonesia.id

Dan Instagramnya: merajut_indonesia

Baca juga:

Berpikir Kritis Menurut Islam dan 5 Hikmah Berpikir Kritis

Sedekah Pada Pengemis. Yay or Nay?


15 comments

  1. Sekarang ini kritik sosial bisa menggunakan media apa saja. Yang paling seru memang melalui stand up comedy ya. Karena dibalut tawa. Walaupun terkadang yang tersentuh merasa BaPer. Ya seharusnya gak perlu juga ya BaPer. Sikapi saja dengan bijaksana

    ReplyDelete
  2. Deddy karena sering disomasi bikin acara DISOMASI. Ai saya sering makan siomay bikin blog DISIOMAYAN ah. Wihihiii... Omong-omong kritik sosial, kalau kita tarik jauuuuh ke belakang, para sastrawan lama juga menggunakan sastra sebagai media kritik, perlawanan, dan penyebar semangat.

    ReplyDelete
  3. Sejak dulu aku suka menyaksikan stand up comedy. Dan beberapa kali nonton secara offline
    Dan iya, terakhir belakangan sisi komedi ini bisa jadi "teguran" sosial/politik
    Ohh aku baru tau kalau Abdur Arsyad ini lulusab s2, pantaa saja materinya kerapkali "cerdas dan berisi"

    ReplyDelete
  4. Saya suka nonton SOMASI dan beberapa komika "lulusan" SUCI. Banyak diantara mereka yang menurut saya memiliki kualitas dalam menyampaikan beberapa topik dalam nuansa canda yang menggelitik. Salah seorangnya adalah si Abdur ini. Profilnya yang mewakili Indonesia timur tentu mampu menghadirkan taste bercanda yang berbeda dari mereka yang lahir dan bertumbuh di bagian barat. Dan saya sungguh tidak menyangka bawah Abdur adalah sarjana S2 Matematika. MashaAllah. Keren banget.

    Menghadirkan kritik sosial menurut saya adalah salah satu tugas komika. Banyak hal serius yang bisa tersampaikan lewat candaan. Inti permasalahannya jadi bisa lebih menggelitik bagi mereka yang menyadarinya. Yang paling mampu dalam hal ini, menurut saya, adalah Pandji Pragiwaksono, Bintang Emon, dan Ernest Prakasa. Mantul banget lah. Semoga kedepannya SUCI bisa melahirkan banyak komika yang memiliki skill dan pengetahuan yang mumpuni tentang isu sosial. Hingga candaan mereka bisa membuat mata publik lebih terbuka.

    BTW, tampilan blog Mbak Maria cakep banget nih. Fontnya lebih enak dibaca Mbak. Suka banget

    ReplyDelete
  5. Sekarang tidak hanya para orang-orang besar yang mengkritik, Komika juga bisa ikutan dong

    ReplyDelete
  6. Semoga makin banyak komika yang menhindari konten nyerempet pornografi ya, konten yang bermuatan kritik sosial pun nyatanya bisa menarik minat masyarakat.

    Sepakat penulis menyampaikan kritik sosial lewat tulisannya, maka komika lewat materi lawakannya

    ReplyDelete
  7. Komika zaman now memang terlihat lebih cerdas dan elegan. Materi kritik sosial yang disampaina secara online maupun offline mesti dipikirkan dan dipelajari masak2 terlebih dahulu. Berbeda dengan jadoel yang ceplas-ceplos ya :) Keren banget Abdur Arsyad ini lulusan S2 Matematika, terjun ke dunia yang berbeda sesuai passion-nya.

    ReplyDelete
  8. Kritik sosial disampaikan bisa dalam bentuk stand up comedy atau bentuk lainnya. Stand up comendy memang lagi tren.

    ReplyDelete
  9. Podcast nya om deddy memang gak kaleng kaleng bu bun. Bahkana da netizen yang bilang kalau podcast tersebut sebenarnya adalah intel yang bekedok hehe

    ReplyDelete
  10. Memberikan kritik yang elegan lewat acara komedi sah saja, apalagi disampaikan secara santai tapi mendalam, sehingga bisa jadi bahan perenungan

    ReplyDelete
  11. Komika yang bahan/materinya komiknya berkualitas sih aku acungi jempol, karena bisa memuat kritik sosial juga, jadi menyampaikan kritiknya jadi lebih santuy dan keren menurutku

    ReplyDelete
  12. Hal-hal yang berbau komedi, memang dirasa sebagai media yg mudah diterima masyarakat dalam menyampaikan suatu maksud. Apalagi dengan bahasa non formal yang banyak diterima orang. Dan kritik sosial salah satunya.

    ReplyDelete
  13. Akupun suka klo ktitik sosil lewat komika jadi tidak terlalu serius tapi mengena gitu...

    Sering Juga nonton stand-up Salah seorangnya Abdur ini. Profilnya yang mewakili Indonesia timur tentu mampu menghadirkan rasa bercanda yg beda

    ReplyDelete
  14. Adikku penyuka stand up komedi, banyak pemain stand up yang jadi idolanya salah satunya Abdul Arsyad ini. Saya juga kadang ikutan nonton saat dia nonton. Seru juga nonton stand up comedy, apalagi saat mengkritik, kritikannya dibalut dalam bahasa canda jadi kita yang dengar pun tertawa

    ReplyDelete
  15. Aksara Nusantara sangat diperlukan untuk dijaga sebagai bagian dari nilai yang dimiliki oleh bangsa kita, agar bisa diwariskan pada anakcucu

    ReplyDelete