Please, Jangan Jadi Korban Iklan! Mulai Memutihkan Wajah Hingga Sekali Bilas

         
maria-g-soemitro.com

Please, Jangan Jadi Korban Iklan! Mulai Memutihkan Wajah Hingga Sekali Bilas

“Itu sih cuma vitamin E,” kata seorang kerabat sambil menunjuk iklan skin care di televisi. Dalam tayangan, nampak seorang model cantik memegang pot skin care. Dia mempromosikan keunggulan skin care yang mampu mengubah wajah menjadi putih klincong.

Padahal seingat saya, sang model memang berwajah putih lho! Jadi, aneh banget seseorang  yang  berkulit putih mempromosikan skincare yang dapat memutihkan kulit.

Bukan tanpa sebab sang kerabat berkomentar demikian. Sebagai peneliti di LIPI, kebetulan dia  pernah bekerja sama dengan beberapa brand skin care di Indonesia. Jadi dia tahu banget kandungan bahan yang diekstrak, sebelum dicampur dengan bahan lain dan diproses menjadi cream yang kita kenal sebagai skin care berbahan alami.

“Perusahaan memproduksi barang yang dibutuhkan konsumen,” kata Ben Wirawan, Co-founder and CEO of @torch.id dalam salah satu obrolan.

Hal ini menjawab klaim skin care di atas ya? Konsumen membutuhkan skin care yang mampu membuat kulit wajahnya menjadi kinclong. Maka produsen pun menciptakan skin care yang diharapkan mampu memutihkan kulit.

Baca juga:

Gengsi Pakai Baju Lama? Kate Middleton Nggak Tuh!

5 Keunggulan Menstrual Pad, Perempuan Wajib Tahu

Daftar Isi:

  • Please, Jangan Jadi Korban Iklan
  • Over Claim Iklan Skin Care yang Memutihkan Kulit Wajah
  • Claim Iklan Sampo dan Sabun Hijab yang Melenakan
  • Iklan Sekali Bilas yang Ternyata?

Sebetulnya gak salah sih membeli skin care yang mengandung vitamin E, karena menurut klikdokter.com, vitamin E berkhasiat mencerahkan kulit. Bahkan berfungsi sebagai antiradang, menghambat penuaan, keriput, serta melindungi dari radiasi sinar UV.

Tapi jangan lupa, vitamin E bisa diperoleh dari makanan sehari-hari.

Saya teringat ucapan almarhum guru saya tentang tomat yang digunakan sebagai masker wajah. “Daripada tomatnya ditempel ke wajah, mending dimakan aja.”

Wajah guru saya tersebut emang cantik. Bintang kecantikan di antara guru dan gereja. Kala usia lanjut menampakan keriput, wajah dan tubuhnya tetap terawat hingga Sang Pencipta memanggilnya. Meski demikian, gak salah juga menggunakan tomat sebagai masker wajah.

    

maria-g-soemitro.com
ilustrasi: Canva

Over Claim Iklan Skin Care yang Memutihkan Kulit Wajah

“Pabrik kami memproduksi lipstick, namun marketing kami menjual kecantikan,” demikian kutipan dari buku marketing lanjutan saat saya masih kuliah, yang berisi penggalan kalimat petinggi Revlon, brand kosmetik ternama di dunia.

Kalimat tersebut mengandung banyak arti. Salah satunya, perusahaan harus menetapkan harga jual produk yang tinggi walau biaya produknya murah. Penyebabnya biaya marketing yang tinggi, yang harus dikeluarkan secara continue agar konsumen terpikat dan tidak pindah ke lain hati.

Marketing perusahaan juga harus menyiapkan kalimat yang berisi jawaban kebutuhan konsumen. Coba bandingkan:

“Lipstick A memberi hasil akhir matte yang mewah dan warna yang intens, lipstik ini juga mengandung argan oil yang akan membuat bibirmu nyaman sepanjang hari”

Bandingkan dengan:

Gunakan lipstick A untuk mewarnai bibirmu dengan warna merah.

Beda banget hasilnya, ya? Siapa yang mau membeli lipstick A jika marketing perusahaan menggunakan kalimat kedua. Beda halnya dengan kalimat pertama, konsumen memperoleh sensasi penampilan bibirnya nampak mewah setelah memakai lipstick A. 

Demikian pula dengan skincare yang dipromosikan mampu memutihkan kulit. Ada 2 alternatif membuat kulit menjadi putih. Cara pertama dengan menggunakan zat hidrokuinon dan merkuri. 

Merkuri dilarang penggunaannya, sedangkan hidrokuinon biasanya terdapat dalam krim racikan dokter, atau dengan kata lain pemakaiannya harus di bawah pengawasan dokter. Tidak dijual bebas.

Cara kedua dengan bahan alami. Sayangnya hasil penggunaan bahan gak bisa instan. Bahan alami juga bisa dikonsumsi, alih-alih ditempelkan di wajah.

Glutathione misalnya berfungsi untuk mencerahkan kulit. Sebetulnya tubuh memproduksi zat ini. Namun kita juga bisa memperoleh glutathione dengan  mengonsumsi jenis makanan berikut:

  • Daging merah, ayam, dan ikan
  • Protein hewani lain, seperti telur dan susu
  • Buah-buahan, seperti alpukat, jeruk, pepaya, kiwi, dan stroberi
  • Sayuran yang mengandung sulfur, misalnya brokoli, kembang kol, bok choy, bawang putih
  • Rempah seperti kunyit.
  • Kacang-kacangan.
  • Minyak nabati, seperti minyak gandum, bunga matahari, serta minyak kacang kedelai.

Mirip ya dengan kisah ucapan guru saya yang berpendapat bahwa tomat dimakan aja daripada dioleskan di wajah.

Nah, agar konsumen mau mengoleskan skin care, alih-alih mencari bahannya untuk dimakan, produsen harus memikat mereka melalui iklan yang menghipnotis.

    

maria-g-soemitro.com

Claim Iklan Sampo dan Sabun Hijab yang Melenakan

Kamu pilih sabun mana? Sabun yang mampu memutihkan, sabun untuk hijabers, atau sabun yang umum saja?

Suka-suka aja mau milih yang mana. Tapi merhatiin gak, bahwa harga produk dengan label ‘whitening’ dan ‘hijab’ harganya lebih mahal? Atau ada kemungkinan harganya standar, namun merupakan produk baru, sehingga membutuhkan pembeda dengan produk yang lebih dulu muncul.

Sekarang kita bahas sabun ‘whitening’. Masuk akal gak sih?  Sabun atau body wash kan segera dibilas setelah digunakan menggosok sekujur tubuh. Waktunya terlalu pendek untuk zat yang terkandung dalam sabun untuk memutihkan kulit.

Demikian pula dengan sabun hijab. Gelombang baru perempuan berhijab rupanya memunculkan ide produk sabun hijab. Apa bedanya dengan sabun yang umum kita pakai?

Kebetulan, karena penasaran saya membeli 2 produk sabun dengan label hijab. Keduanya hasil produksi suatu perusahaan kelas kakap. Sabun pertama merupakan brand baru, satunya lagi sudah lama berkiprah dalam produk pembersih tubuh.

Brand pertama mengklaim produknya mengandung ‘bahan-bahan Islami’, yaitu buah tin dan minyak zaitun. Sedangkan brand kedua mengandung pewangi yang konon diciptakan dapat menyerap bau tidak sedap yang ditimbulkan hijab yang lembab.

Nyambung gak? Sesuai fungsi atau hanya sekadar menarik perhatian kaum berhijab?

Senada dan seirama adalah klaim sampo hijab.  Ternyata ada tambahan mentol yang dipercaya dapat memberi sensasi dingin pada kulit kepala. Sensasi dingin kan hanya seusai keramas, ya? Gimana keesokan hari, kala rambut sudah berminyak dan terkontaminasi polutan?

   

Aliran air dipenuhi busa (sumber: Radar Bromo)

Iklan Sekali Bilas yang Ternyata?

Habis busa berlimpah, munculah deterjen sekali bilas.

Pastinya ingat iklan ‘busa berlimpah yang mampu membersihkan noda’ yang didengungkan via berbagai media? Iklan yang membius ini membuat produk tersebut diserbu konsumen. Mereka merasa yakin deterjen yang dibelinya mampu mencuci lebih bersih.

Namun kini, tepatnya beberapa tahun lalu, muncul deterjen sekali bilas. Produk ini hanya membutuhkan sedikit air untuk pembilasan. Contoh, jika biasanya harus menggunakan minimal  4 ember untuk membilas pakaian, kini cukup 1 ember.

Harganya tentu lebih mahal. Padahal ini hanya permainan komposisi produk. 

Dilansir dari Badan POM, umumnya deterjen terdiri dari enam kelompok zat, yaitu surfaktan, penguat (builder), pemutih, enzim, pengisi (filler), dan bahan tambahan minor lainnya.

Surfaktan inilah penghasil busa. (sumber) Surfaktan memiliki sifat sebagai zat pembasah, zat pengemulsi, dan pendispersi yang dapat membuat deterjen mampu mengangkat kotoran dari kain dan menahan kotoran tersebut tetap berada dalam air cucian.

Sayang, busa yang dihasilkan surfaktan menimbulkan masalah, diantaranya:

Merusak Kulit. 

Menurut penelitian, surfaktan Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dapat merusak sistem kekebalan tubuh sehingga bisa mengakibatkan pemisahan lapisan kulit dan peradangan kulit.

Merusak Lingkungan

Lihat gambar di atas, busa memenuhi aliran Kali Welang yang ada di Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan , paska penduduk ramai mencuci dan mandi di aliran sungai tersebut.

Krisis Air

Kerasa banget pada penduduk perkotaan ya? Air dari PDAM yang semula mengalir deras dan 24 jam, sekarang seperti dijatah, hanya waktu tertentu, misalnya pukul 18.00 sampai pukul 24.00 seperti yang saya alami. Debit airnya pun tidak seperti dulu, membuat kita terpaksa menghemat air.

Perusahaan penghasil deterjen rupanya paham. Atau malah melihat kondisi ini sebagai peluang memproduksi deterjen ‘sekali bilas’ yang tidak membutuhkan banyak air. 

Tapi, bagaimana bisa? Surfaktan si penghasil busa kan berfungsi membersihkan pakaian kotor?

Mari kita lihat bahan tambahan lain, atau bahan ke-6 yang ada dalam komposisi deterjen di atas. Bahan tambahan tersebut, selain penstabil enzim, pemutih, pewangi, pelembut , juga terdapat anti busa yang berfungsi mengatur kadar busa yang dihasilkan. Tujuannya agar mesin cuci dapat bekerja dengan baik.

Pada deterjen sekali bilas, jumlah zat anti busa ditambah agar produk bisa tetap membersihkan pakaian, namun busanya gak muncul. Bila diperhatikan dengan seksama, air bilasan deterjen sekali bilas nampak lebih kental ya?


Bagaimana? Asyik bukan menyelami sepak terjang produsen dibalik iklan yang mengharu biru?

Saya penasaran dan mulai mempelajari apa saja yang dilakukan produsen dibalik claim-nya setelah belajar tentang ‘kabut peradaban’. Fenomena kabut peradaban menyingkap perubahan kebiasaan transaksi di masyarakat. 

Dimulai dengan saling menukar hasil pertanian/hasil hutan, manusia memproduksi dan melakukan transaksi dengan mata uang yang disepakati. Hingga akhirnya manusia kepincut iklan dan membeli barang tanpa peduli proses produksinya.

Terserah sih, asal jangan lupa baca label. Karena seperti dikatakan staf pengajar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB Dr Megawati Simanjuntak

“Sebanyak 37,9 persen konsumen yang sering membaca label makanan ketika membeli suatu produk pangan, selebihnya tak memperhatikan label.”

Nah, kamu masuk kelompok mana?

Baca juga:

Kabut Peradaban dan 3 Tips Berkomunikasi dengan Generasi Z

Parsel Furoshiki, Pengemas Hantaran nan Ramah Lingkungan


26 comments

  1. alhamdulilahnya aku gak pernah, mungkin karena aku apa2 suak agk tertarikan dan juga uangnya gak ada , hiii

    ReplyDelete
  2. Iya nih, saya pikir makin aneh aja aneka produk yang katanya ditujukan untuk wanita berhijab. Kalau shampo masih di maklumi lah ya. Lha yang bikin saya bingung sampai ada deterjen, bahkan mesin cuci yang pakai label hijab series

    ReplyDelete
  3. Begitulaah trik marketing y, ada2 aja bahasa yg digunakan. Tapi aku bagaimanapun bilas tetep 3 kali smpe air bilasan mendekati bening. Meski pinggang encok... 😬😬

    ReplyDelete
  4. Betul sekali mbak. Aku juga berfikir yang sama. Daripada mengeluarkan uang banyak buat yang diluar mending yang masuk ke dalam tubuh Karena efeknya pasti lebih bagus. Sama seperti tomat tadi

    ReplyDelete
  5. Kalau iklan sudah enggak masuk logika lagi, rasanya juga heran sendiri. Tapi kemasan iklan yang menggoda membuat banyak orang jadi lupa logika. Tak heran budget untuk iklan besar sekali ya
    Menyoal whitening skincare mirisnya marak sekali dipakai padahal ada yang kandungannya berbahaya. Duh!

    ReplyDelete
  6. waduh ada yang percaya ya, sekali bilas langsung cling. kalo produk cuci piring iya bner, tapi kan kulit tetep harus melewati proses adaptasi dulu ke produk ya mba. semoga ini jadi reminder utk yg suka percaya iklan ginian

    ReplyDelete
  7. Promosi dengan iklan tentunya ingin cepat menarik calon pembeli.

    Nah tinggal si calon pembelinya ini bijak membeli barang dengan teliti

    ReplyDelete
  8. Dimana-mana kalau sekali bilas sepertinya ga bakalan bersih, mbak. Senang sekali ada bahasan seperti ini, apalagi kabut peradaban, bikin tambah penasaran mb.

    ReplyDelete
  9. Strateginya menarik namun memerlukan informasi lengkap agar sesuai hasil yang diharapkan pengguna

    ReplyDelete
  10. Copywriting yang menarik itu salah satu strategi pemasaran untuk memikat pelanggan. Tapi terkadang copy writingnya tuh overklaim, tidak sesuai dengan kenyataan. ini yang bikin kecewa.

    ReplyDelete
  11. Konsumen membutuhkan skin care yang mampu membuat kulit wajahnya menjadi kinclong. Maka produsen pun menciptakan skin care yang diharapkan mampu memutihkan kulit.

    Kata DIHARAPKAN itu memang harus digarisbawahi ya ambu. Ya silakan berharap yg hitam berubah simsalabim jadi putih. Hehehehe. Whitening skin care memang kesannya overclaim. Kadang itu pemanis saja buat branding. Padahal produknya semua brightening.

    ReplyDelete
  12. Konsumen membutuhkan skin care yang mampu membuat kulit wajahnya menjadi kinclong. Maka produsen pun menciptakan skin care yang diharapkan mampu memutihkan kulit.

    Kata DIHARAPKAN itu memang harus digarisbawahi ya ambu. Ya silakan berharap yg hitam berubah simsalabim jadi putih. Hehehehe. Whitening skin care memang kesannya overclaim. Kadang itu pemanis saja buat branding. Padahal produknya semua brightening.

    ReplyDelete
  13. Kalau boleh jujur saya tidak punya anggaran untuk beli alat kecantikan seperti skincare dll itu. Apa yg saya pakai, hanyalah keberuntungan karena produk review. Semoga ini pun tidak menimbulkan dampak
    Paling tidak, saya tidak terlalu tertinggal info, hehehe

    ReplyDelete
  14. Tapi ambu memang rata-rata iklan kecantikan baik itu untuk kulit ataupun rambut di create bombastis supaya menarik. Padahal rasanya memang sulit ya tiba-tiba seseorang yang punya kulit gelap tiba-tiba simsalabim jadi putih kinclong. Kita sebagai konsumen memang harus lebih bijaksana ya

    ReplyDelete
  15. Soal skincare apalagi pakai emberl-embel whitening, biasanya bikin tertarik anak2 remaja zaman now. Bahkan ga jarang wanita usia dewasa ke atas ingin mengaplikasikannya pada wajah alih2 menyehatkan aka memutihkan, semakin tua semakin kinclong hihihi. Untung aku ga termakan iklan dan memang kulit wajahku super sensitif ga pakai skincare umum, melainkan dari dokter saja.

    ReplyDelete
  16. Produsen berarti menghadirkan apa yg dimau konsumen ya, padahal bahan dasarnya ya itu2 aja. Belum lagi pinternya copywriting, makin menggoda untuk ikutan nyoba produknya, hehehe.
    Saya termasuk memilih produk yg sesuai dengan kulit dan penciuman, Ambu.
    Terpesona bukan pada yg punya kulit putih, tapi yg berkulit coklat yang terawat.

    ReplyDelete
  17. Lagi-lagi trik marketing, biar lebih menarik dan mengena di daya ingat calon pembeli, apalagi ke sini trend hijaber makin mencuat, jadi wajar mereka langsung "ngejar" segala hal walau kurang nyambung. Sah-sah aja, asalkan kita tetap jadi konsumen yang cerdas dan gak fanatik mengklaim ini yg terbaik yg lain enggak

    ReplyDelete
  18. Saya udah coba beberapa produk dengan klaim mencerahkan atau brightening, emang nggak ngaruh di saya, wkwkwkw.
    Mungkin saya belom pernah coba produk yang ada hydrokuinon ama merkuri kali ya, tapi ogah ah, hehehe.

    Iklan memutihkan atau mencerahkan kulit emang paling diminati, abis itu cari seleb yang mukanya licin dan putih karena abis suntik whitening dan treatment ini itu di klinik kecantikan, untuk di endorse biar mengklaim dirinya pake skincare itu makanya kulitnya glowing shimering splended wkwkwkwk.

    Masyarakat sudah seharusnya bijak melihat iklan yang ada, nggak semua yang ngiklanin itu beneran pakai produk itu biar mukanya kek gitu :D

    Demikian juga produk lainnya, akan lebih baik kita bisa memilih produk yang bisa lebih aman buat lingkungan ya

    ReplyDelete
  19. “Pabrik kami memproduksi lipstick, namun marketing kami menjual kecantikan,” dahsyaaaat! Kadang pun saya juga terlena lo ambu. Produk yang bintangnya Dian Sastro, aku juga mau beli. Aah itu dulu. Sekarang? Sudah tahu.

    Daaaan setuju banget memang semua kembali ke urusan mulut dan perut. Apa yang kita makan itulah yang akan kita tuai. Bukan hanya sekedar menjaga penampilan luar tapi penampilan dalam tidak ikut diurus.

    ReplyDelete
  20. Aku mah milih sabun mandi (bar soap atau liquid soap) yang aromanya bisa diterima hidungku dan harganya bisa diterima dompetku :)) Kemarin beli shampo yang ada kata hijabnya juga karena lagi diskon dan gratis ongkir pula. Biasanya sih pakai shampo biasa aja.

    ReplyDelete
  21. Karena kebanyakan orang mudah tergoda dengan iklan yang terlalu wow. Maksudku. Ada iklan yang over claim tapi dikemas dengan baik. Sehingga mampu menghipnotis orang untuk berbondong-bondong membelinya.

    ReplyDelete
  22. Pemilihan penggunaan produk kosmetik yang tepat sesuai panduan akan memudahkan jalan perawatan sesuai harapan, namun ada kalanya konsumen tergiur iklan marketing yang bagus.

    ReplyDelete
  23. Betul juga yaa Ambu. Biasanya di iklan-iklan skincare pemutih dengan BA yang kulitnya udah putih. Trus yang lihat macam saya yang mendambakan kulit bersih putih jadi tergiur juga..
    Noted banget sih ini untuk saya, harus baca-baca kandungannya dulu sebelum beli produk-produk apa pun itu.

    ReplyDelete
  24. Setuju banget, Ambu. Hari gini harus kritis sama segala iklan yang lalu lalang di sepan kita. Untung ada google yang jujur dan serba tahu...
    Makasih Ambu sudah diingatkan...

    ReplyDelete
  25. Makasih kakak sudah diingatkan heheheh ambu akh jadi mawas diri dan tersentil nih. Memang ya kudu teliti dan jeli sebelum membeli. Pilih yang memang dibutuhkan bukan keinginan semata kepincut iklan

    ReplyDelete
  26. Bener mba.. Karena iklan, putih jadi ujuran kecantikan, padahal yang hitam juga banyak yang cantik dan manis kok. Suka ngadi2 emang bahasa iklan mah.

    ReplyDelete