Buku “Halusinasi Kopi”, Kala
Secangkir Kopi Mendulang Kata, Meretas
Batas Angan
Apa yang terbayang saat mendengar kata “kopi” ?
Secangkir minuman berwarna hitam? Biji buah yang mempunyai belahan
teramat sexy?
Bagaimana jika buku tentang kopi?
Isi
Di ujung Senja Dia Datang, Buku Halusinasi Kopi
Ayu Utami Membuka Kata
Segelas Kopi Punya Ibu
Ketika Kopi (Tidak) Selalu Pahit dan Hitam
Tentang de Laras
Senja, Kopi dan Semesta
Bukan, bukan buku yang berisi perdebatan sengit tentang kopi. Perdebatan tak berujung ala
acara ILC membuat saya sesak napas. Tapi tentang kopi yang dipahami setiap
orang. Mungkin berbeda. Tapi apa salahnya?
Kopi buat saya adalah teman. Dia mengawani saya begadang, mencari kata
dalam rimba bahasa kemudian merangkainya dalam tulisan di blog.
Beda lagi kata para lelaki setengah baya. Yang tiap pagi duduk melingkar
di warung kue balok Mang Didin. Segelas kopi telur mungkin pengantar obrolan
ngalor ngidul, dan perekat silaturahmi.
Di ujung senja buku tentang kopi itu datang. Mungil. Covernya dipenuhi
biji kopi karya Arief Arianto. Berjudul “Halusinasi Kopi” dan deskripsi “Ketika Kopi (Tidak)
Selalu Pahit dan Hitam”.
Pengarangnya de Laras, blogger yang sukses menerbitkan puluhan karya.
Salah satu bukunya yang pernah saya tulis adalah:
Secangkir Kopi Bersama de Laras Penulis Buku “Aku dan Alam Semesta”
Mungil karena hanya berukuran 11 x 15 cm. Pas untuk masuk handbag atau
ransel atau tas cangklong yang menemani kemanapun saya pergi.
Saya membukanya saat mengantri di depan kasir supermarket. Diantara trolley konsumen lain yang berisi
belanjaan segunung. Sementara saya hanya membeli sekilo gula pasir dan
seperempat kilo daging cincang.
Juga menemani saya ketika mengantri membeli obat di apotik RSHS Bandung
yang kaku. Tumplek blek penduduk Jawa Barat ke sini. Membawa serta beragam virus dan bakteri.
Buku “Halusinasi Kopi” membantu saya mengibas ketakutan akan kuman
penyakit. Menggantinya dengan angan tentang kopi. Kopi manis dan kental seperti
yang saya suka, hingga petugas apotik bicara melalui pengeras suara: “Ibu
Maria, loket 5”
![]() |
source: ayuutami.info |
Ayu Utami Membuka Kata
Betul, Ayu Utami yang itu. Ayu Utami novelis,
sastrawan penelur karya Saman, Larung, Bilangan Fu, Si Parasit Lajang dan masih
banyak lagi. Ayu menulis kata pengantar untuk buku “Halusinasi Kopi”
Dan Ayu tak pernah biasa. Pemberi warna baru dalam
sastra Indonesia ini mengerucutkan makna kopi dalam buku “Halusinasi Kopi” sebagai
medium. Medium berhalusinasi, menembus angan, menyibak impian.
Halusinasi itu mungkin berasal dari kerinduan,
kecemasan, hasrat dan kegalauan. Ayu mengumpamakannya sebagai kartu tarot yang
ditebar. Setiap kartu memantulkan apa yang ada dalam diri kita.
Kita ber-halusinasi tapi dengan metode, kata Ayu. Nggak
ngasal. Agar terangkum cantik dan indah seperti puisi yang dibuat Ayu untuk
buku “Halusinasi Kopi”
Dia, tumbuhan yang sedang berbunga
Cecabangnya menembus pagar
Menjulurkan kuntum-kuntum pada dunia
Seolah tergesa untuk menjumpai kekasih
Sang sufi nan mabuk kopi

source: freepik.com

Segelas Kopi Punya Ibu
Dengan khidmat ibu menyeduh kopi di gelas belimbing. Mengaduk
agar gula larut. Masih panas. Ibu menyendok kopi dan meniup perlahan. Kemudian mendekatkan
sendok pada bibir. Sambil memandang televisi. Memandang tapi tidak menonton.
Ingatan akan ritual ibu minum kopi, tiba-tiba
menyeruak saat membaca buku “Halusinasi Kopi”. Buat ibu, segelas kopi berarti
pembuka hari. Seperti kemarin dan kemarin dulu. Usai salat subuh dan wirid, ibu
akan setia duduk di meja makan. Menikmati kopinya, sendok demi sendok.
Dia memang bukan ibu kandung. Tapi kehadirannya
membuat memori saya penuh. Tentang memasak sayur lodeh yang lezat. Tentang cara
memasang seprei. Tentang multitasking, menaklukan banyak tugas dalam satu
waktu. “Kerjakan satu persatu,” katanya, “Tau tau nanti selesai.” Nasihat jitu
yang saya praktikan hingga kini.
De Laras berkisah tentang ibu pada “Rindu Ibu” (3
halaman 4). Ibu yang menyanggrai sendiri biji kopi. Dan seperti anak umumnya,
de Laras akan duduk di sebelah ibu. Di atas dingklik. Mengamati gerak gerik
ibunya dengan takjub.
Kamu pasti punya ingatan itu bukan? Memandang ibu
dengan penuh kekaguman. Mungkin tentang ibu yang pandai memasak. Atau mungkin
ibu yang pandai berdandan. Bahkan sangat mungkin mirip dengan kenangan de
Laras, ibu yang menyanggrai biji kopi.
Dalam “Cangkir Kopi Ibu” (7 halaman 8), de Laras berbagi
kisah sedih. Tentang ayah yang melupakan kepergian ibu untuk selamanya. Kisah
sedih yang ingin dibenamkan karena tak sanggup melupakan.
“Ceri Kopi dan Burung Gereja” (63 halaman 92) merupakan
salah satu karya de Laras yang saya suka. Saya menyimpulkan sebagai kemarahan anak
yang sungkan bertindak. Dia berlindung di balik keperkasaan sang ibu:
Esok hari tak akan kubiarkan.
Aku berteriak, “Hentikan!! Atau kuminta ibu memecatmu!!”
Ah manis banget ya?
Ketika Kopi (Tidak) Selalu Pahit dan Hitam
Buku “Halusinasi Kopi” tiba di penghujung November, tapi
saya baru bisa merampungkan tulisannya di awal Januari 2021. Banyak banget
penyebabnya. Tiba-tiba saya merasa nggak pede. Banyak kaidah yang tidak saya
patuhi.
Saya juga butuh waktu lama untuk membaca halaman demi
halaman. Buku “Halusinasi Kopi” bukan sekadar novel yang bisa dibaca dalam
semalam kemudian masuk lemari, dan terlupa.
Buku ini bagus sekali, terkadang saya tersenyum akan
kelebayan rayuan. Halaman berikutnya, saya merasa sembilu menusuk dada. Sakit
sekali.
Seperti yang dimaksud de Laras tentang bukunya:
Ketika Kopi (Tidak) Selalu Pahit dan Hitam
Juga tentang “Ngopi Lan Ngeteh” (58, halaman 85)
Ojo mung ngopi. Sekali-kali ngeteh ben panjenengan ngerti yen urip iku ora mung pait, tapi yo sepet mbarang
Yang diterjemahkan: Jangan hanya minum kopi,
sekali-kali minum the. Agar Anda mengerti bahwa hidup tidak hanya pahit tapi ya
juga sepat rasanya.
Maka banyak makna untuk sebaris kalimat dan separagraf
karya tulisan. Bisa jadi ada yang menganggap biasa aja. Yang lainnya merintih
pilu seperti saya. Tapi mungkin saja ada yang justru tertawa terbahak-bahak.
Termasuk ketika de Laras berkisah tentang deadline,
yang berjudul K.O.P.I (31, halaman 39), saya tertawa ngikik, give me five,
samaan kita.
![]() |
source: facebook.com/@diadjeng.h |
Tentang de Laras
De Laras yang punya nama indah: Diadjeng Laraswati
Hanindyani adalah blogger aktif yang bergabung dalam Kumpulan Emak2 Blogger
(KEB). Sebab selain ngantor di salah satu instansi pemerintah, de Laras aktif
menulis di www.laraswati.com.
Hebatnya perempuan cantik, berkaca mata dan berambut pendek
ini seolah mempunyai enerji berlimpah di dalam tubuh mungilnya. Terbukti 10 buku
solo dan 43 buku antologi berhasil dirampungkan. De Laras juga seorang doodler
dan Shibori Artisan.
Buku “Halusinasi Kopi” merupakan perjalanan imajinasi
de Laras bersama kopi. Seperti yang tercantum dalam halaman belakang buku (blurb),
de Laras menulis:
Karya ini suka-sukanya aku pada kopi, aromanya, rasanya, nuansa, halusinasi, rindu dan imajinasi tentang segala dari kopi. Aku bukan ahli atau apalagi barista di bidang perkopian. Aku hanya penikmat yang kerap melanglang buana dengan pikiranku sendiri karena secangkir kopi.
Senja, Kopi dan Semesta
Di ujung senja, tulisan tentang buku “Halusinasi Kopi”
akhirnya rampung.
Jujur tak puas. Buku ini tak mudah dibuat sinopsis dan
reviewnya. Saya larut dalam halusinasi ke
banyak tempat, ke banyak peristiwa dan ke banyak rasa. Bahkan saat kopi di
cangkir saya sudah habis.
Ingin menulis lebih, tapi tak mampu.
Jika pernah membaca “Sayap Sayap Patah”nya Kahlil Gibran, mungkin paham
apa yang saya maksud. Setiap kalimat menyimpan makna. Setiap lembar membawa
kesan.
Kamu harus punya. Agar bisa memahami semesta lewat secangkir kopi. Agar
bisa tersenyum, menangis, rindu serta meledakkan rasa bangga lewat secangkir
kopi.
Baca juga: Menyecap Kopi Meneguk Kehangatan di Kedai Kopi Teras Teduh
Judul buku: Halusinasi Kopi
Pengarang: de Laras
Genre: Fiksi – Kumpulan prosa dan puisi
Penerbit: Stiletto Indie Book
Tanggal Terbit :
Oktober 2020
Jumlah Halaman :
134 halaman
Berat Buku :
250 gram
Dimensi :
11 cm x 15 cm
ISBN :
9978-623-7656-64-7
Harga: IDR 80K
Tersedia di di Tiara Book store dan Stiletto website,
atau DM
Instagram @dlaraswatih
Ya ampun bu Maria, bagus sekali uraiannya, saya sampai terharu, saya memang sedang di titik rindu saat ini, rindu yang seubun-ubun rasanya, rindu Ibu Bapak, rindu si sulung karena pandemi ga bisa pulang, rindu jumpa teman-teman. Terima kasih banyak ya bu. Review Ibu menjadi penyemangat saya. Sungkem sujud buat bu Maria yang luar biasa
ReplyDeleteHanyut ke dalam cerita Ambu yang runut dan detail...
ReplyDeleteCerita tentang de Laras yang kukenal pun menjelma menjadi sosok penulis terkenal yang tulisannya ditunggu banyak orang!
Mengagumkan betapa seseorang bisa memaknai sebuah karya. Panutanqoe!
Salah satu buku yang membuat saya terlena dan larut terbawa angan. Selalu kagum dengan tulisan de Laras, juga review Ambu yang mempesona.
ReplyDeleteJangan hanya minum kopi, sekali-kali minum teh. Agar Anda mengerti bahwa hidup tidak hanya pahit tapi ya juga sepat rasanya.
ReplyDeleteAhhh mantul sekaliii nasehat ini :D Siap aku praktekkan dalam kehidupan!
yaampuun ini kayaknya kudu dibaca.. wong pengantarnya dari Mbak Ayu Utami. makasi yaa mbaa atas ulasan singkatnya.. sebagai penyuka kopi, aku penasaran buat baca
ReplyDeleteBaca ulasannya aja udah sekece ini. Kebayang isi bukunya bakalan "membius". Dan memang cocoknya dibaca sambil ngopi ya bu :)
ReplyDeleteBaru kenal mbak de Laras dari tulisan ini. Langsung kepoin dan wow, sangat produktif. Keren!
Melihat ulasannya cukup menarik, membawa nuansa inspirasi
ReplyDeleteBaca buku ini sambil ngopi enak keknya 💃
ReplyDeleteBisa refresh materi storytelling nih dari postingan mbak Maria yang mengulas buku Halusinasi Kopi. Oya, jadi penasaran gimana ya kopi telur itu? Hehe, bikin penasaran.
ReplyDeleteAku juga baru "kenal" mba de Laras dari postingan Ambu.
ReplyDeleteProduktif banget, dan Karya2nya sungguh membius ya
Hidup tak selalu pahit tapi juga ya sepet rasanya. Wah ngena banget. Paling suka dengan quotes yang penuh makna semacam itu mba. Anw, dari ulasan ini seperti nya Buku Halusinasi ini patut dibaca segera nih mba. Thanks for info yah Mba Maria ;)
ReplyDeletebahasa pengantarnya langsung menarik hati untuk membaca lebih banyak mba, terutama buat aku yang ngga bisa nulis rangkaian kata seperti diatas mba.
ReplyDeleteWow membaca testimoni dan reviewnya saja sudah membuat getaran hati saya langsung merasakan makna seribu dari "Halunisasi Kopi". Meluncur untuk mencari bukunya.
ReplyDeleteAhhh, Ambuu detail banget ripyunyaa..
ReplyDeleteAku punya juga bukunya, dan bolak balik baca sampe hafal dan ku lebih suka tak pake quote2 di igs atao buat properti poto bukunya.
Nyaman buku si kecil Halusinasi kopi ini, kecil, kek buku pocket selalu nyempil di tas .
Itulah nikmatnya kopi. Meskipun kita bukan barista atau ahli perkopian, tetapi cukup dengan menikmatinya juga bisa menimbulkan banyak rasa. Bahkan buku ini pun menarik juga untuk saya
ReplyDeleteAmbu, yang kantong goni kecil itu merchandise dari buku Halusinasi Kopi, ya? Isinya apakah?
ReplyDeleteAku suka sekali kopi, tapi BIG NO untuk parfum kopi. :))
Wah keren Mba Laras sudah menghasilkan satu buku lagi ya.... mantaps nih Jadi inget pas dulu waktu ketemu beliau di ITB ....produktif ya :D
ReplyDeleteBuku yang menarik untuk pecinta kopi yaa, plus ada kata pengantar dari Ayu Utami, keren banget lah ini
ReplyDeleteGak heran ya, Mba de Laras ini bisa dapat kata pengantar dari Ayu Utami. Hihihi. Kalo saya pribadi, mungkin harus 2x membaca buku yang sama supaya bisa lebih tahu mendalam maknanya ambu.
ReplyDeleteMashaAllah setelah penasaran ngeliat postingannya di IG, akhirnya saya membaca reviewnya. Buku dengan pelangi pengalaman yang sepertinya mampu merasuk ke relung sanubari. Fix. Akan saya beli bukunya untuk membedah isinya lebih lanjut. TFS Mbak Maria. Jadi bakal bertambah nih koleksi buku saya.
ReplyDeleteambuuu...aku jd inget masa kecil dulu sk icip kopi bapak sm ibu hihi btw baca reviewnya ambu serasa ikutan masuk ke dalam ceritanya..bagus bukunya pas banget nih buat rekomen bacaan klo pas di mobil :)
ReplyDeleteAmbu bagiku selalu juara dalam merangkai kata. Baru baca ulasan nan indah ini saja aku hanyut dan terlena, padahal belum baca isi bukunya. Kalau para pengulas buku mempunyai keahlian bertutur seperti ambu, kuyakin banyak buku jadi laris manis karena terpikat oleh ulasan seperti ini.
ReplyDeleteAmbu, juara banget sih kalau ngereview. gak film, gak buku pasti deh dapat banget feelnya. Mbak De Laras hebat banget ya. Bisa menyelesaikan karya sebanyak itu. Ah, kopi selalu jadi bahan pembahasan sepanjang masa, sama seperti cinta.
ReplyDeletePenasaran sama buku Bu De Laras, makasih uraiannya, sangat menarik.
ReplyDeleteJadi inget terakhir baca buku karya kahlil gibran waktu zaman SMA. Masih ada kayanya bukunya tapi gak pernah di baca lagi. Kata-katanya indah penuh makna
ReplyDeleteReview yang serupa aroma kopi. Buat saya candu menikmati tiap kalimatnya hingga tau tau saja sudah di bagian epilog.
ReplyDeleteKeren sekali de laras. Menulis lancar. Bekerja. Aih bagaimana ya beliau mengatur waktunya?
Saya udah baca artikel ini beberapa hari lalu tapi baru komentar sekarang. Saya sampai nyari biji kopi dulu, lalu mengamati belahannya. Seperti yg Mbu tulis, belahan sexy, hahaha... Ada ada saja... Tapi bener juga
ReplyDeleteSaya udah baca artikel ini beberapa hari lalu tapi baru komentar sekarang. Saya sampai nyari biji kopi dulu, lalu mengamati belahannya. Seperti yg Mbu tulis, belahan sexy, hahaha... Ada ada saja... Tapi bener juga
ReplyDeleteSudah pernah megang bukunya, tertarik karena judulnya dan ukuran bukunya yang kecil, lebih praktis dibawa ke kedai kopi. Semoga ada waktu membacanya di kedap kopi, setelah pandemi berakhir.
ReplyDeleteWah keren ya dikasih kata pengantar sama Ayu Utami, dia salah satu penulis yang aku suka karyanya di medio 2000an, seangkatan sama Dee Lestari.
ReplyDeleteSudah lama saya tidak baca kumpulan cerpen kayak gini. (Eh, prosanya berupa cerpen kan?)
ReplyDeleteAda bentuk e-book-nya nggak ya?
Kata pengantar dari Ayu Utami bikin jadi penasaran.
ReplyDeleteBuku Halusinasi Kopi juga unik sekali ceritanya. Saya belum pernah baca karya dari Mba De Laras
ah baca review ini jadi ikut terhanyut....
ReplyDeletejadi penasaran dgn bukunya
dapat testimoni dari ayu utami pula, keren
ambu kalau cerita mengalir banget sih, sukaaaa..
ReplyDeletesebagai orang yang tidak bisa minum kopi, jujur saya saya masih bingung menyecapi kopi dan segala keromantisannya. Tapi, dari ulasan Ambu, saya sedikit paham bahwa cinta akan menyisakan kenangan manis meski wujud rasanya pahit.
Saya menikmati sekali ulasan artikel ini jadi ikut terbawa alur cerita tentang buku yang di ulas juga ikut terbawa berhalusinasi tentang kopi , keren sekali ulasannya.
ReplyDeleteBagus sekali buku halusinasi kopi. Saya jadi pengen baca jg, aplg kak maria mengulasnya dgn ciamuk. Makin bikin penasaran. Manis sekali ulasannya!
ReplyDeletewah aku baru tahu blogger dan penulis novel de laras ini nih ambu, terima kasih reviewnya ya ambu jadi kangen suami yang suka minum kopi di pagi hari.
ReplyDeletekopi memang selalu sukses membius kita dan membuat kita berkelana dalam pikiran kita yaa ambu, mungkin itu namanya kenapa disebut halusinasi kopi yaa bukunya, menarik sih dari judulnya udah trigger untuk baca
ReplyDeleteAku baca postingan Ambu auto ngebayangin minum kopi juga meski kopiku bukan kopi asli melainkan kopi dicampur susu dan gula aren't buatan sendiri :D
ReplyDeletehoalah ini bukunya mba diajeng laras toh. dah lama ga berjumpa <3 kangen juga
ReplyDeletedalem banget cerita makna kopi di sini buat menceritakan ditemeni keseharian bersama ngopi gini ya.
Ulasan Ambu yang selalu detail. Tentang kopi ini ternyata ada banyak makna ya Ambu. Aku jadi ingin tahu lebih tentang yang ditulis di buku ini. Karena dari ulasan di atas membuatku ingin merasakan sendiri isinya
ReplyDeletedulu saya pecinta berat kopi, tapi setelah kena GERD jadi mengurangi kopi tapi masih suka mengkonsumsi sekali - kali. jadi, gak masalah nih kalau saya baca novel buku halusinasi kopi ya, hehehe. aku penasaran nih sama novelnya seperti apa, auto nyari nih di gramed
ReplyDeleteHwaaah mauu bukunyaa kak. Beneran baru denger inii. Keren banget. Masih ada ngga ya di gramedia
ReplyDeleteBaca review dari ambu seolah saya terbawa kedalam ceritanya.
ReplyDeleteJadi makin penasaran pengen langsung baca bukunya
PAs banget itu quote: Jangan hanya minum kopi, sekali-kali minum teh. Agar Anda mengerti bahwa hidup tidak hanya pahit tapi ya juga sepat rasanya.
ReplyDeleteHehe.... btw aku minum kopi hmpir setiap dua hari seklai, kalau teh setiap hari wajib hihihi
berasa baca novel nih,baca tulisan ambu. saya belum pernah sih baca karyanya delaras. tapi kalau si parasit lajang sudah baca dulu dijamannya
ReplyDeleteSuka baca reviewnya. Aku belum baca ini, pernah temen bahas juga. Kayaknya perlu beli nih
ReplyDeleteMenyesap makna sebuah buku dan kopi.
ReplyDeletePlaing nikmat kalau bacanya di dekat jendela dengan suasana sedang hujan rintik-rintik.
Syahduu...diiringi musik klasik.
Suka banget sama cara kamu mengulas buku ini, mbak.. Kopi ternyata tak sesederhana minuman pahit dalam gelas, ya
ReplyDeleteUlasan yang menarik tentang buku Halusinasi Kopi. Aku suka deh membaca rangkaian kata kamu, mbak. Pastinya sangat menikmati baca buku ini yahh
ReplyDeleteKalau denger kopi selalu inget ayahku, sukaaa bgt minum kopi, kopi buatannya jg enak bgt dan khas. Cocok kyknya bukunya diminum sambil minum kopi buatan ayahku hihi
ReplyDeletereview yang menarik, mbak. berarti ini bukunya kumpulan cerpen dengan tema kopi yaaa
ReplyDeletejadi pengin bikin buku juga euy, tapi aku rada gak konsisten jadi org, hihi
ReplyDelete