Menyecap Kopi, Meneguk Kehangatan Di Kedai Kopi Teras Teduh

 

source: instagram.com/terasteduhid

Setiap pagi, saat olah raga jalan kaki di sekitar rumah, saya kerap melewati sebuah warung kopi yang terletak di dekat rel kereta api. Harum kopi menyeruak dari sana. Berkelindan dengan aroma kue balok matang dari tungku mereka. Mmmm….sedap.

Beberapa pria setengah baya mengelilingi meja sederhana, menanti kopi, gula dan telur diaduk sebelum disuguhkan. Tak ada perempuan. Sang pemilik warung dan asistennyapun laki-laki.

Tapi jangan takut. Sudah beberapa kali saya mampir untuk memesan kue balok, sang pemilik serta pembeli lain akan membalas sapaan dengan ramah. Tak keberatan jika Anda mau nimbrung dalam obrolan seru mereka.

Begitulah seharusnya warung kopi, seperti yang saya nikmati saat berkunjung ke Teras Teduh. Warung kopi yang terletak di Jalan Kalipah Apo 59 B Bandung itu menyuguhkan kehangatan. Seperti layaknya kebiasaan urang Sunda yang mempersilakan teras rumahnya untuk berteduh dari panas hujan.

Tidak sekadar duduk, Anda juga bisa ngopi, istilah masyarakat Sunda untuk ritual minum kopi sambil makan camilan. Bedanya suguhan kopi disini bukan ala kopi tepi rel kereta api seperti yang ceritakan di awal tulisan.

Menu kopi disini sungguh kekinian. Namun sebelum berkisah tentang Kedai Kopi Teras Teduh, yuk jalan-jalan ke 5 Warung Kopi tertua di Indonesia. Karena masa depan kuliner Indonesia bukan sekedar makanan/minuman yang lezat dan kekinian, tapi aspek gastronominya.

Gastronomi adalah studi tentang hubungan antara makanan dan budaya, seni menyiapkan/menyajikan makanan yang lezat dan menggugah selera, gaya memasak di daerah tertentu, serta ilmu tentang makanan  yang enak. (wikipedia)

Baca juga: KeParahyangan? Temukan Sensasi 3 Minuman Penghangat Tubuh Ini

5 Warung Kopi Tertua di Indonesia

Entah harus berterimakasih atau malah marah pada Belanda yang membawa kopi dari Malabar, sebuah kota di India, tahun 1696.  Kopi yang baru bisa dibudidayakan di pulau Jawa pada1714-1715 tersebut membawa kisah pedih cultuurstelsel/tanam paksa  (sumber: tanameera.com).

Sekitar 9 tahun kemudian tanah Indonesia yang subur melimpahkan hasil produksi kopi. Tak pelak, kopi Indonesia mendominasi pasar dunia. Saat itu jumlah ekspor kopi dari pulau Jawa ke Eropa melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman).

Kini, hasil tanaman kopi bisa ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia: Sumatera, Bali, Sulawesi, Flores hingga Papua. Bahkan Dataran Tinggi Gayo, Aceh menjadi sentra produksi kopi arabika dengan areal lahan terluas se-Asia.

Keberhasilan petani kopi mengantar Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.


sumber: minumkopi.com/Fransisca Agustin


Koffie Warung Tinggi - Jakarta

Tak ada sekolah yang bisa mengajari bagaimana caranya membangun kehangatan dan keakraban. Ya, seperti juga banyak survival perantau Tionghoa, kami terlatih hidup efektif dan efisien dalam keseharian, namun canggung dalam afeksi. Saking terbiasanya, sepertinya mengalir dalam darah kami. Kami wariskan kutukan ini pada anak cucu, selain juga air mata tragedi warisan harta dan usaha.

Kalimat penutup dari review tentang Koffie Warung Tinggi oleh Fransisca Agustin ini saya kutip dari minumkopi.com. Dia ngopi di Koffie Warung Tinggi Grand Indonesia dan merasa kecewa.

Fransisca Agustin yang bermarga sama dengan pemilik/pendiri Koffie Warung Tinggi memuji kesuksesannya  bertahan selama 138 tahun atau 5 generasi, serta cerdik dalam inovasi konsep mutakhir.

Sayang,  gerai terasa dingin, tak ada sentuhan kehangatan keluarga dan sahabat. Dia juga mengulas ketidakpahaman pegawai atas kopi yang dihidangkan, harga yang ketinggian serta lokasi asli Warung Tinggi.

Padahal lokasi Warung Tinggi yang didirikan Liauw Tek Soen pada 1878, sangatlah unik. Letaknya lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya. Dipilih karena orang Tionghoa percaya, tempat tinggi fengshuinya lebih bagus.

Warung Tinggi juga merupakan  warung kopi tertua di Indonesia. Sebelum menjadi warung kopi yang ramai dikunjungi pengayuh becak,  Warung Tinggi adalah warung nasi. Pada tahun 1987 barulah berganti jenis dagangan menjadi warung kopi.

sumber: instagram.com/ @vaneshaoctania


Warung Kopi Ake – Belitung

Ternyata teman blogger saya, Katerina S, pernah mengunjungi warung kopi yang telah berdiri seabad yang lalu. Sayang waktunya kurang lebih sama dengan liputan kompas.com, yaitu Juli 2016.

Dalam kompas.com tertulis harga minuman/makanan yang tersedia berkisar  Rp 6.000 - Rp 10.000. Pengunjung juga bisa memesan telur setengah matang dengan harga Rp 10.000. Lha ini mah mirip warung kopi di pinggir rel kereta api seperti yang saya kisahkan di paragraf awal.

Selanjutnya ada perbedaan pada tahun awal didirikannya Warung Kopi Ake, Katerina menulis tahun 2011 di akun YouTubenya, sedangkan kompas.com bilang tahun 1922. Beda 11 tahun.

Ah sudahlah, mungkin lupa. Maklum sudah 100 tahun, dan masih mempertahankan peralatan jadulnya. Mulai gentong tempat menaruh air, alat penyulingan air dan ketel. Terbuat dari tembaga, khas peralatan orang tua. Jika rusak bisa diperbaiki.

Harusnya kita mencontoh semangat repair mereka ya? Agar bumi tidak dipenuhi sampah.

sumber: ottencoffee.co.id


Kedai Massa Kok Tong – Pematangsiantar

Nama besar, harga yang ramah di kantong dan rasa yang membuat senyum terkembang, demikian kalimat penutup Yulin Masdakati yang menulis reviewnya di majalah.ottencoffee.co.id

Didirikan pada tahun 1925 oleh Lim Tee Kee, dia menamakan kedainya Kok Tong sesuai nama anak laki-lakinya Lim Kok Tong yang memegang estafet kepemimpinan sejak 1978. Disusul generasi  ketiga keluarga mereka, yaitu Paimin Halim atau yang akrab dipanggil Ko Aktiong.

Kedai Kok Tong masih mempertahan budaya alat dan cara seduh kopi tradisionalnya. Peralatan serba manual. sehingga jangan mencari kopi kekinian disini, karena hanya tersedia kopi hitam dan kopi susu. Serta camilan tentunya.

sumber: minumkopi.com/Nuran Wibisono


Kedai Es Kopi Tak Kie – Jakarta Barat

"Anak-anak pada kerja masing-masing. Kalau ada yang mau nerusin ya lanjut. Kalau gak ada ya bubar,” kata Latif, generasi ketiga Kedai Es Kopi Tak Kie sembari terkekeh pada penulis review Nuran Wibisono untuk minumkopi.com.

Pergantian tampuk pimpinan memang selalu menarik, terutama untuk bisnis yang berhasil langgeng selama 100 tahun. Liong Kwie Tjong mendirikan Kedai Es Kopi Tak Kie pada 1927,  dilanjutkan oleh Liong Tjen, kemudian oleh generasi ketiganya yaitu Latif Yulus dan Liong Kwang Joe

Selain mempunyai kopi andalan yaitu perpaduan merupakan perpaduan kopi dari  kopi Robusta, Arabika dari Lampung, Toraja sampai Sidikalang, Kedai Es Kopi Tak Kie tak sembarangan membuat kopinya. Kopi telah diracik sejak pukul 4 pagi, sehingga kopi sudah dingin saat kedai siap beroperasi.

Baca juga: KokOrang Cina Banyak yang Kaya Sih?

sumber: instagram.com/@warungkopipurnama


Warung Kopi Purnama – Bandung

Duh ini mah tugas saya me-review atuh ya? Terlebih letaknya ga terlalu jauh dari rumah. Oke tulisan berikutnya ya? Sebagai pengantar, Warung Kopi Purnama didirikan 1930 oleh Yong A Thong.

Selain berusia hampir seabad, Warung Kopi Purnama juga menjadi bukti sejarah etnis Cina tidak leluasa menggunakan nama. Semula bernama Chang Chong Se yang artinya ‘Silakan Mencoba”, berganti nama menjadi Warung Kopi Purnama pada 1966.



Menyecap Kopi Meneguk Kehangatan di Teras Teduh

Inovasi disruptif menjadi kata ajaib yang diucapkan Rhenald Kasali menyikapi bergugurannya perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Saya cenderung memilih pernyataan  Ben Wirawan, CEO Torch.id dan founder Mahanagari bahwa pelaku usaha harus mencari cara memenuhi kebutuhan kosumen agar usahanya berkelanjutan.

Seperti yang dilakukan Gallant Jeremyy, pemilik Kedai Kopi Teras Teduh.. Apa yang dibutuhkan itulah yang disediakan. Ingin ngobrol santai bareng teman di keteduhan pepohonan Kota Bandung? Silakan mampir ke Jalan Kalipah Apo 59 B Bandung.

Atau enggan keluar rumah, terlebih di saat New Normal yang berarti  tidak senormal pra pandemi covid 19, maka bisa banget pesan kopi melalui layanan online.

Mulai dari hot coffee yang terdiri dari: Americano, CafeLatte, Cappuccino, Mocha, Hot Flavorred Coffee, Single/Double Espresso. Kemudian menu coffee andalannya, yaitu:  Es Kopi Teras Teduh, Refreshing Long Black, Kopi TT Signature Butterscotch, Teras Teduh Kopi Sarapan, Es Kopi Regal Edition, Teras Teduh Signature Matcha Latte dan Teras Teduh Avocado Latte.

Menggunakan kopi Arabica dan Robusta, biji kopi yang digunakan Kedai Teras Teduh berasal dari beberapa daerah Jawa Barat: Garut, Kamojang, Puntang, dan Papandayan.

Nggak suka kopi? Jangan khawatir, ada pilihan minuman panas non coffee, yaitu: Hot Thai Tea, Hot Premium Chocolate, Hot Matcha Latte. Juga pilihan minuman dingin yang pas banget dipilih saat udara panas mentrang mentring memanggang ubun-ubun.

Yang terbaru adalah 3 pilihan Teras Teduh Summer Serries, yaitu Summer Paradise, Tea Teduh dan Lychee Teduhmu.

Perlu camilan juga ada kok, milk bun dengan beragam rasa dan isian. Bisa pilih plain, red dragon dengan isian dark chocochips atau melted cheese. Semua memenuhi kebutuhan ngemilmu.

Selengkapnya cek deh akun instagramnya: Kopi Teras Teduh , agar bisa langsung coba.

 

14 comments

  1. Kalau sedang berkunjung ke Bandung wajib banget dikunjungin nih, btw aq salut sama kedai kopi yang udah lama ada itu ambu, soalnya sekarang kan banyak kedai kopi yang buka tutup gitu

    ReplyDelete
  2. Saya penikmat kopi, Mbak. Dan biasanya di setiap tempat yang saya kunjungi menyempatkan ngopi pun membungkus oleh-oleh kopi setempat. Biasanya pilih di warung kopi biasa yang bisa saja sudah puluhan atau ratusan tahun usianya. Dan salut pada 5 warung kopi tua yang diulas di sini. Semoga bisa mengunjungi lokasi asli dari salah satunya nanti.
    Yang menarik jika warung itu tetap jaya mempertahankan usahanya yang bisa saja berkat kehangatan yang ditebarkan sehangat secangkir kopi yang disajikan

    ReplyDelete
  3. Ambu,, saya dan keluarga pernah lho mampir di kedai kopi Kok Tong, suami yg pengopi sejati emang bilang enak emang kopinya. Kalau saya malah minta dicampur susu, fake lover kl saya hehe... nice share ya Ambu...thank youu

    ReplyDelete
  4. Suka sama review nya Ambu, selalu ada hal baru yang didapat. Saya suka tulisan tetang kopi. Menarik baca novel Espresso nya bang Bernard Batubara itu isinya tentang kopi semua. Sayang belum selesai baca, sekarang harus pakai koin. Hehe...

    Kalau Teras Teduh ada cabangnya lagi kah selain di jalan Kalian Apo?

    Oh ya, ada typo Ambu, Warung Kopi Ake selisih tahunnya 89 tahun keknya kalau 2011 dikurangi 1922.

    Makasih review nya.

    ReplyDelete
  5. Wah ambu, saya taunya tuh yang kopi Tak Kie tuh, cuma belum pernah coba juga sih, nanti deh kalo udah gak psbb mau cobain

    ReplyDelete
  6. Aku juga kopi lovers, nyeruput + makan camilan biskuit atau roti, sedap banget deh.

    ReplyDelete
  7. Wuaduuuhh, kopiiii!
    Pengin banget coba semua kedai ini :D
    Sensasi menyesap kopi di kedai memang berbezaaa dgn nyeduh kopi di rumah ya

    ReplyDelete
  8. Wajar kita bisa menjadi negara penghasil kopi terbesar ke-4, karena kopi nusantara banyak ragamnya, udah gitu juga rasanya khas dengan cita rasa yang nikmat

    ReplyDelete
  9. Aku penggemar kopi tp akhir-akhir jni harus ngurangi dulu deh krn lg ada masalah asam lambung. Bayangin wanginya aku tergoda lagi dong hihihi

    ReplyDelete
  10. Asik juga ya mampir ke warung yang semuanya oleh bapak-bapak, apakah obrolannya tentang politik dan pekerjaan mba? Didaerah saya seperti warkop Teras Teduh banyakan warkop pinggir jalan , hangat dan rame bapak-bapak

    ReplyDelete
  11. Duh mbaca ini jadi kangen ngopi bareng temen-temen, ngobrol, dan bersilaturahim. Waktu-waktu berharga yang dah beberapa bulan gak bisa dilakukan karena pandemi

    ReplyDelete
  12. Kalau marah pada penjaahan dan pendudukan Belanda, kayaknya jangan. Hihihi. Itu salah satu penyebab tanaman dan binatang tersebar luas di seluruh dunia. Tentu bisa saja lewat perdagangan. Tapi kita manusia, yang dalam Alquran dikatakan, "Manusia diberi 2 gunung emas pun akan mencari yeng ketiga."
    Ups... komentar salfok.
    Kopi mengingatkan saya pada diskusi sejarah yang panjang namun tak pernah lelah.
    Semoga suatu saat saya bisa ke warkop=warkop tua di atas. aamiin

    ReplyDelete
  13. Ah suka baca tulisan ini, aku dan suami penggemar kopi..
    Kami suka ngopi2 di tempat unik, ah smg next bisa ngopi disini

    ReplyDelete
  14. Wow.. keberadaan warung kopi yang ada di list cukup fantastis ya..bertahan lama di tengah menjamurnya kopi kekinian
    Aku pernah singgah di Kedai Es Kopi Tak Kie tapi lumayan ramai saat itu, jadi belum sempat menikmati baneka menunya
    Mungkin next time akan kembali lagi :)

    ReplyDelete