“Tiap bulan cuma tersisa satu juta
rupiah mbak,”
Saya terpana mendengar curhat
seorang kerabat, dan otomatis berhitung. Satu juta rupiah dibagi 30, maka biaya
makan keluarga tersebut hanya Rp 33.333/hari. Bisakah?
Harus bisa!
Hidup kerap mengalami pasang
surut. Kerabat saya ini pernah mengalami masa keemasan. Di usia muda, berhasil
menabung untuk membeli rumah dan kendaraan roda 4 untuk mengajak kedua anaknya
jalan-jalan. Kini, harus tinggal di pondok mertua indah akibat tertipu money
game.
Baca juga: Vampire
Money Game, Menghisap Darah Korban Dengan Rayuan Maut
Untuk menyeimbangkan kebutuhan
bulanan, mereka berjuang mendapatkan penghasilan tambahan. Sayang, nasib baik belum
berpihak. Pandemi Covid 19 menerjang. Kini mereka terpaksa bertahan dengan sisa
uang gaji yang telah dipotong cicilan.
Dengan alasan yang berbeda, saya pernah
berada di posisi sang kerabat. Mungkin hal tersebut menjadi alasan dia datang
untuk curhat dan meminta saran. Keputusan yang bijak. Daripada memendam sendiri
dan bertengkar dengan suami, lebih baik mencari solusi.
Beberapa hal nampaknya bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan, agar uang yang tersisa
bisa mengcover pengeluaran bulanan. Asalkan mau disiplin berhemat dan konsisten
menerapkannya.
Terlebih
dia cukup beruntung, beberapa pos pengeluaran dicover
mertuanya, seperti beras yang dikirim dari sawah milik sang mertua. Juga gas
sebagai bahan bakar memasak. Dia hanya harus menata ulang pola belanja, dan bertahan
hingga mendapat peluang menghasilkan income lainnya.
5 Kiat Berhemat Saat Pandemi Covid 19
Pandemi Covid 19 dengan berbagai
dampaknya hanyalah moment untuk melakukan financial check-up. Aktivitas yang seharusnya
dilakukan secara berkala, ada atau tidak pandemi, untuk mengetahui kesehatan
finansial kita, sehat atau tidak.
Posisi finansial keluarga masuk
kategori sehat jika bisa leluasa membagi penghasilan ke dalam beberapa pos,
yaitu pos kebutuhan sehari-hari (termasuk zakat), pos menabung dan investasi.
Jika ada pos cicilan, jumlahnya tidak boleh lebih dari 30 %.
Keuangan kerabat saya tentu saja
masuk kategori tidak sehat karena jumlah cicilan mendominasi jumlah
pengeluaran. Namun tetap harus disyukuri karena masih ada penghasilan utama
untuk membayar cicilan dan menyisakan dana untuk kebutuhan sehari-hari.
Step selanjutnya yang harus dilakukan
adalah:
Masak Sendiri dan Membuat Daftar Menu Untuk Satu Minggu
Pernah repot merawat anak nomor 2
yang mengidap autis, membuat kerabat saya memilih membeli lauk pauk dan camilan. Tentu saja ini sangat
boros.
Sekarang anak bungsunya sudah
masuk play group, sudah cukup mandiri, saatnya memasak sendiri bagi keluarga. Sebagai
ilustrasi, harga fried chicken yang bukan berasal brand terkenal Rp 15.000/pcs,
berempat berarti Rp 60.000.
Dengan uang sebanyak itu, kerabat
saya bisa memasak fried chicken 10 pcs dan sop sayuran, untuk 2 kali makan
(makan siang dan makan malam). Jauh banget bedanya bukan?
Agar uang yang tersisa cukup untuk
sebulan, saya mengajaknya membuat menu per minggu dengan pola gizi seimbang,
protein hewani dipadu padankan dengan protein nabati. Misalnya perkedel tahu
dengan sup ayam, esok harinya cap cay dan katsu tempe.
Beberapa kiat ini bisa diterapkan:
- Daging ayam sebagai protein hewani memang jauh lebih murah daripada daging sapi, sayang rasanya kurang gurih. Siasati dengan berbagai bumbu, seperti saus tiram, saus teriyaki atau saus kesukaan keluarga lainnya.
- Buat olahan daging cincang ayam berbumbu, yang terdiri dari daging cincang ayam, bawang bombay, bawang putih, garam, merica. Simpan olahan daging di lemari es untuk berbagai racikan masakan seperti puyunghai, dadar, martabak serta campuraan perkedel. Siapkan setiap minggu untuk menjamin kebutuhan protein anak-anak, dan mempersingkat waktu memasak.
Banyak keuntungan diperoleh dengan
membuat daftar menu satu minggu, selain menghemat uang, tenaga dan waktu, juga
mengolah kreativitas. Misalnya membeli jamur tiram untuk beberapa menu di hari
yang berbeda, olahan jamur crispy di hari Senin dan campuran mie/bihun
goreng di hari yang berbeda.
Wortel sebaiknya selalu tersedia
dalam lemari es karena tahan lama dan mudah dipadu padankan. Bisa untuk salad, isian puyunghay, campuran nasi goreng, sup sayuran hingga olahan siomai. Demikian juga tomat
yang bisa digunakan untuk jus tomat, capcay, sup ayam dan bumbu pizza.
![]() |
sumber : freepik.com |
Membuat Daftar Belanja untuk Satu Minggu
Bagi uang kas yang tersisa dalam 4
amplop, setiap amplop untuk 1 minggu. Kemudian buat daftar belanja yang berguna
untuk:
- Memastikan semua kebutuhan keluarga tercover.
- Sebagai pengendali saat tergiur diskon. Dalam tulisan “5 Tips Belanja Hemat di Supermarket Saat Pandemi Covid 19”, saya menulis beberapa manfaat, salah satunya banyak produk yang harganya dibawah harga pasar karena menggunakan brand supermerket tersebut. Perbedaan harganya cukup signifikan, hampir 30 %. Sayang belanja di supermarket membuat kita mudah tergiur diskon. Pembagian 4 amplop belanja memudahkan kita mengendalikan keinginan berbelanja di luar rencana.
Baca juga: 5
Tips Belanja Hemat di Supermarket Saat
Pandemi Covid 19

urban farming kreatif dengan sampah kemasan

Urban Farming Untuk Kebutuhan Dapur
Dulu saya acap kesal, butuh rempah
seperti kencur/kunyit hanya seukuran jempol tapi tidak bisa membeli ngeteng.
Pemilik warung bisa marah jika hanya beli rempah ukuran sejempol.
Malah karena jengkel, pemilik
warung memberikan rempah gratis. Sarkas mungkin, tapi nggak enak kan ya?
Tambah sebal sewaktu bawang merah
dan bawang putih bertunas sebelum habis digunakan.
Solusinya adalah menanam bawang
bertunas, serta rempah dapur lainnya dalam pot. Tanam juga akar pakchoy, akar sawi, akar kangkung, akar seledri dan
akar bawang daun agar sewaktu-waktu bisa dipotel untuk campuran masakan.
Dengan urban farming sederhana ini
kita bisa berhemat dari pembelian rempah/bahan masakan juga terhindar dari
pemborosan membuang bahan masakan yang busuk.
![]() |
sumber: sumber: fairfaxcounty.gov |
Hindari Vampire Energi
Tahukah bahwa peralatan elektronik
seperti televisi dan komputer, menyedot listrik bak vampire, bahkan saat power
dalam kondisi off, namun kabel masih menyambung ke stop kontak.
Kementerian ESDM kita pernah
mempunyai unit khusus yang bertugas mencari data penghematan energi, sayang
unit ini sudah bubar.
Data dari Departemen Energi AS
bisa digunakan, mengingat kesamaan perilaku dalam penggunaan peralatan elektronik.
Mereka menemukan terjadinya pemborosan energi sekitar 10 % yang masuk dalam
rekening listrik.
Dengan kata lain, kita membayar 10
% lebih besar akibat penggunaan listrik yang
terbuang sia-sia. Dewan
Pertahanan Sumber Daya Nasional mereka mempelajari data meteran pintar dari
70.000 rumah di California. Konsumsi listrik yang "selalu menyala"
adalah 164 watt, atau sekitar 1.300 kilowatt-jam per tahun, per rumah. Ini
mewakili 23 persen dari konsumsi listrik tahunan, rata-rata. (sumber:
fairfaxcounty.gov)
Beberapa langkah ini bisa
dilakukan, selain untuk menghemat pengeluaran bulanan, juga memutus kebocoran
energi secara nasional.
- Gunakan lampu hemat dan energi dan pilih peralatan elektronik hemat energi.
- Cabut kabel peralatan elektronik. Selain lemari es, cabut semua kabel sesudah digunakan. Kita sering tidak mencabut sambungan listrik ke stop kontak untuk mengisi daya ponsel, laptop dan lainnya. Melupakan bahwa selama stop kontak terpasang, aliran listrik tetap mengalir dan terbuang sia-sia.
- Gunakan soket ekstensi: Dengan cara ini, satu sakelar bisa mematikan beberapa peralatan elektronik secara sekaligus. Lebih baik lagi jika ada soket ekstensi pintar untuk mematikan beberapa peralatan elektronik secara otomatis.
- Alihkan perangkat ke mode tidur saat tidak digunakan. Dengan cara ini konsumsi listrik komputer dan video game bisa dihemat.
![]() |
sumber: freepik.com |
Bijak Mengalihkan Pos Belanja
Sebelum pandemi Covid 19, muncul
biaya transportasi yang jumlahnya lumayan. Alihkan jumlahnya ke dalam pos
pengeluaran lain dengan tepat, agar dapat digunakan saat kembali normal
seutuhnya.
Demikian juga biaya-biaya lain
yang muncul selayaknya mahluk sosial yang harus bersosialisasi. Hingga saat tersebut
kembali lagi, yang dibutuhkan sekarang
adalah mengerem dan mengelola keuangan dengan bijak.
Dan seperti yang telah saya sebut
di atas, bersyukurlah masih mendapat penghasilan, bersyukurlah mendapat ujian
demi ujian. Yakinilah bahwa setiap berhasil melewati ujian, kita akan naik
kelas.
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (al-Hadiid: 22)
Baca juga: Tiada
Sehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah
Saya pun pernah berada pada kondisi ini, Ambu. Memang tidak punya hutang waktu itu tp murni karena gaji yg minimalis banget.
ReplyDeleteTapi mengeluh memang tidak menyelesaikan masalah. Keadaan ini menjadi titik balik buat kami untuk memperbaiki keadaan. Alhamdulillah pelan2 ada jalan keluar. Kini kehidupan kami sdh lebih baik.
What doesn't kill you make you stronger!!
ReplyDeleteMemang banyak hal 'ajaib' di pandemic season ini.
Kayak org2 yg dulu terbiasa boros, sekarang ternyata BISA kok berhemat
Jadiiii, semangaaatttt untuk kita semuaaa
memang di saat ada musibah di saat itu pula dapat di petik pelajaran. Termasuk untuk berhemaat disaat pandemi yang hingga kini masih terus berlangsung. Saya juga seperti itu mbu, disaat pengeluaran terkadang lebih besar dari pada pemasukan. Kiat-kita yang ditulis membantu orang-orang seperti saya untuk lebih memprioritaskan kebutuhan. Thanks kiatnya
ReplyDeleteKalau masak sendiri memang lebih murah ya Mba, saya masih kadang masak kadang beli sih, tergantung situasi.
ReplyDeleteTapi memang sebisa mungkin diusahakan masak sendiri, selain hemat, juga lebih sehat dan anak-anak saya memang lebih suka masakan saya :)
Setuju Ambu... dengan masak sendiri jauh lebih hemat ketimbang makan di luar. Apalagi kalau anggota keluarganya banyak wah sangat menghemat lho... trus anak2 bs nambah2 makan sepuasnya kl di rumah, hihi
ReplyDeleteTips nya mantul Ambu, terutama yang vampire energi sama tanam bumbu dapur atau sayuran, jadi lebih menghemat pengeluaran juga.
ReplyDeleteSkill mengatur keuangan memang WAJIB dimiliki oleh pasutri. Kalau saya dan suami membagi 3 pos keuangan. Pertama untuk aneka pembayaran (listrik, air, sekolah anak, dll). Kedua tabungan. Ketiga adalah untuk dana tak terduga atau dana taktis. Awal-awalnya memang gak gampang. Apalagi setelah saya pensiun, berhenti kerja. Tapi alhamdulillah dengan kedisiplinan, sejauh ini semua bisa berjalan dengan lancar
ReplyDeleteSaat pandemi begini memang banyak banget yang harus dihemat ya mbak. Terkadang memang elektronik ini bener yang seperti vampire. Saya pun kadang suka sering dicolokkan aja kabelnya tapi enggak dicabut saat selesai dimatikan sehingga tetap jalan terus aliran listriknya ya. Mulai sekarang memang banyak yang harus dilakukan agar semakin berhemat apalagi dalam situasi yang sulit ini.
ReplyDeleteSaat ini sepertinya saya mengalami hal ini, pemasukan yang minimalis ditambah pandemi. Tapi Alhamdulillah tidak ada hutang yg harus ditanggung, kami hanya tinggal berdua, dan rasanya pengeluaran bisa di minimalisir. Seperti yang mbak tuliskan diatas, menghemat energi juga saya lakukan,bahkan mencucipun lebih sering menggunakan tangan, Alhamdulillah, semuanya masih bisa tercover walau penghasilan jauh dibawah UMR 😊
ReplyDeleteSaya termasuk yang sangat terdampak. Usaha kreatif yang kadang dilirik untuk mahar atau hadiah ultah, dan semua itu banyak dihindari. Alhamdulillah, berkebun bisa sangat berhemat dan modalnya ketelatenan.
ReplyDeleteOh iya, saya juga belanja mingguan, dan cari yang sedang musim. Kol dan siyem kemasan 5 kg hanya 10 ribu, tomat 15 ribu seplastik kemasan 5 kg. Itu misalnya.
Ikan juga beli di TPI yang emberan. Wkwkwk
Masak sendiri emang jauh lebih hemat ya. Tapi saya semangat masak sendiri di rumahnya naik turun nih, di awal awal semangat banget. Terus sempat sering ngegofood aja. Alhamdulillah belakangan ini semangatnya balik lagi.
ReplyDeleteNoted mbak Maria, apalagi kiat untuk bisa ngasih menu selama seminggunya ya, aku juga nyetok daging ayam dan kadang sapi juga buat ganti ganti. Ehh, ikan juga jangan lupa Mba. Bawang bombay ga pernah ketinggalan plus bumbu bubuk biar ga usah ngulek hehehe
ReplyDelete