![]() |
Awas Stigma! Pikun Bukan
Kondisi Normal, Yuk Cegah Dengan 5 Langkah Mudah
“Aduh
maklum ya, faktor U nih!”
Sering
banget kan dengar ucapan tersebut? Atau malah kerap mengucapkannya? Biasanya terlontar
saat melupakan sesuatu. Seolah harus dimaklumi bahwa bertambah umur seseorang
maka dia akan menjadi mudah lupa.
Stigma
yang salah!
Setiap
orang memang bisa lupa, namun tidak ada hubungannya dengan umur. Misalnya anak-anak lupa mengerjakan PR, atau ibu
rumah tangga yang lupa membawa dompet saat ke pasar.
Sehingga
lupa dianggap manusiawi, seperti yang dikatakan Bunda Dorce Gamalama:
“Manusia
tempatnya lupa dan salah”
Sedangkan
lupa yang berhubungan dengan umur, atau kerap disebut sebagai pikun, bukanlah
hal normal. Pikun merupakan gejala penurunan fungsi otak. Tidak semua orang
yang beranjak tua mengalami pikun.
Untuk
lebih mengetahui bedanya pelupa dan pikun, yuk simak penjelasan dr. Sri Budhi Rianawati,Sp.S(K) berikut ini:
Jelas
banget perbedaannya ya?
Gak
heran, dokter Rien, panggilan dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S(K), dalam Festival
Digital Bulan Alzhaimer Sedunia yang berlangsung 20 September 2020, berulang
kali mengimbau agar tidak memaklumi kondisi pikun.
Pikun
merupakan gejala demensia, penderitanya harus ke dokter untuk mendapatkan
penanganan yang tepat. Jika tidak, penurunan fungsi otak akan xsemakin
bertambah parah.
Dampaknya,
tidak hanya penderita yang mengalami gangguan fisik, juga keluarganya akan
mendapat beban psikososial, sosial dan beban ekonomi.
Penonton
drama Korea, The Wind Blows, pastinya ingat bagaimana mengharubirunya saat Kwon Do Hoon, sang kepala keluarga
didiagnosa demensia alzheimer.
Baca
juga: TheWind Blows; Janji Suci Perkawinan
Padahal
dalam segi materi, Kwon Do Hoon termasuk mumpuni. Namun dia tak ingin
keluarganya terseret dalam penderitaannya. Dan benar saja, saat istrinya keukeuh
maka timbullah serangkaian kejadian yang tidak menyenangkan.
Salah
satunya Kwon Do Hoon mengompol. Dia juga melakukan hal yang membuat anak
perempuannya malu, saat pertemuan orang tua murid di sekolah.
10 Gejala Pikun
Masih
menurut dokter Rien, pikun bukan tanpa gejala. Ada 10 perubahan yang dapat
dijadikan pedoman untuk mengetahui apakah seseorang mengalami pikun/tidak.
- Gangguan daya ingat dengan frekuensi sangat tinggi. Penderita cenderung mengulang-ulang cerita yang sama dalam suatu percakapan, lupa janji, lupa tempat parkir, serta kondisi lupa lainnya.
- Disorientasi, bingung akan waktu dan tempat. Saat sedang di mall penderita bingung di mana dia berada dan bagaimana dia bisa sampai di sana. Dia juga lupa pada anaknya dan yang paling parah, dia lupa dirinya sendiri.
- Menarik diri dari pergaulan. Penderita kehilangan semangat untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman.
- Sulit
melakukan aktivitas harian, seperti bingung di pagi hari, padahal biasanya ke
dapur untuk masak air. Juga bingung/lupa
cara mengemudi hingga sulit mengatur keuangan.
- Kesulitan visuospatial dapat dilihat dari ketidak mampuan mengukur jarak, menentukan jarak sehingga kerap tersandung, menabrak cermin serta tidak bisa tepat menuang air ke gelas. Penderita juga tidak dapat membedakan warna.
- Akibat sulit fokus, penderita kesulitan melakukan aktivitas sederhana, seperti menelpon. Penderita juga membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya untuk melakukan suatu pekerjaan.
- Gangguan berkomunikasi. Kesulitan berbicara serta mencari kata yang tepat merupakan salah satu gejala pikun. Tak jarang dia berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkan kalimat.
- Salah membuat keputusan. Ciri paling menonjol adalah berpakaian tidak serasi. Tanpa merasa ada masalah, dia menggunakan kaos kaki berwarna merah di kiri dan warna hijau dikanan. Dia juga cenderung tak mampu merawat diri.
- Menaruh barang tidak pada tempatnya. Alih-alih menyimpan uang di dompet, dia malah memasukkan ke pot bunga, misalnya. Ketika mencari uang di dompet dan tak ada, dia akan menuduh orang lain mencuri atau menyembunyikannya
Selain 10 gejala di atas, kita bisa mendeteksi gejala
demensia dengan menggunakan aplikasi EMS dengan mengunduhnya di Appstore atau
Playstore
EMS tidak hanya membantu masyarakat awam agar lebih
mengenal penyakit demensia. Juga merupakan alat skrining demensia atau alat
deteksi dini.
Penggunaannya sesuai langkah-langkah berikut. Apabila
mendapat score tertentu ditambah beberapa gejala di atas, segeralah konsultasi
ke dokter untuk mendapat perawatan yang semestinya.
![]() |
sumber: festival digital #obatipikun |
Nggak mau terkena pikun kan?
Sama dong.
Nah dalam festival digital #obatipikun, dokter Rien
juga memberikan kiat-kiat agar terhindar dari pikun.
5 Langkah Mudah Mencegah Pikun
![]() |
sumber: pexels.com/Daniel Reche |
Bergerak, Berolahraga Produktif
Semua olah raga bermanfaat, yang termudah adalah
berjalan kaki mengelilingi kompleks perumahan.
Sayangnya walau mudah saya tidak bisa melakukannya
lagi. Kaki saya sakit. Pernah jalan kaki setiap hari dengan bantuan aplikasi.
Targetnya 1 jam/hari. Setelah beberapa
lama, lutut saya sakit. Lutut terasa ngilu banget. Mungkin jalan kakinya
terlalu diforsir.
Seharusnya berkonsultasi dulu ke dokter untuk menentukan
olah raga yang lebih intens. Dokter akan menentukan program latihan sesuai usia
dan catatan kesehatan.
![]() |
sumber: instagram.com/@mariagsoemitro |
Mengonsumsi Sayur/Buah, Gizi Seimbang
“Jangan makan junkfood,” kata dokter Rien. Bener
banget ya? Junk food tidak mengandung cukup sayur dan buah.
Bahkan penderita alzheimer dianjurkan membatasi daging
merah, gula dan alkohol. Pilih sayuran, ikan, telur, minyak kelapa dan
buah-buah.
Luangkan waktu untuk membuat jurnal makanan. Buat
daftar makanan yang boleh/tidak. Jika suka masak, buka link resep masakan agar
memperoleh ide masakan yang disukai namun bergizi, sesuai anjuran dokter.
![]() |
sumber: freepik.com |
Menstimulasi Otak – Fisik – Mental Spiritual
Otak seperti pisau, semakin sering digunakan akan
semakin tajam. Jika tidak digunakan maka akan jadi tumpul.
Petuah tua “gunakan atau kehilangan” sangat tepat
disematkan pada fungsi otak. Jika kerap digunakan untuk mengingat dan fungsi
kognitif lainnya, maka penurunan fungsinya bisa dicegah.
Mengaji, mengisi TTS serta menjadi seorang blogger seperti
yang kini saya lakukan merupakan cara terbaik menjaga otak Anda sehat dan
aktif.
Baca juga: Nggak
Mau Pikun di Usia Dini? Yuk, Ngeblog!
![]() |
sumber: instagram.com/@mariagsoemitro |
Bersosialisasi dan Beraktivitas Positif
Salah satu kehilangan yang sangat terasa dengan
diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) adalah kehilangan teman
mengobrol ngalor ngidul. Walau bisa dilakukan secara digital, rasanya tetap beda.
Bukan berarti mengajak melawan anjuran pemerintah lho
ya? PSBB membuat kita tersadar bahwa sebagai mahluk sosial, kita membutuhkan
kehadiran orang lain.
Selain bersosialisasi, kegiatan seperti memasak. Berkebun
kemudian membagikannya di media sosial juga sangat membantu stimulasi kerja
otak.
Hubungan sosial juga menjaga agar tidak gelisah, stres
dan depresi yang berdampak negatif terhadap fungsi otak.
![]() |
sumber: freepik.com |
Tidur cukup
Saya
termasuk orang yang sering harus “ngalong” terlebih menjelang deadline tulisan.
Padahal saya tau banget, kebiasaan ini ngga baik untuk kesehatan tubuh serta
otak.
Otak
jadi lemot dan jadwal tidur terganggu. Pekerjaan rumah besar nih, harus tidur sesuai
anjuran, Sebab menurut hasil penelitian, tidur cukup yaitu 7 - 9 jam setiap hari bisa membuat otak berfungsi dengan baik.
Penyakit
Alzheimer (penyakit yang diawali dengan gejala pikun) ternyata menjadi penyebab
kematian no 6 di dunia. Dari 9 orang, ada 1 orang penderita demensia Alzheimer.
Gejala
awalnya sudah bisa muncul sejak di usia 30-40 tahun, tapi kerap diabaikan. Jadi
yuk, ubah gaya hidup sebelum dideteksi mengidap pikun yang berakhir dengan
alzheimer. Karena kebiasaan preventif, selalu lebih mudah dan murah dibanding tindakan
kuratif.
Jangan
lupa fakta, bahwa pikun tidak hanya menyulitkan hidup si penderita, juga orang
disekelilingnya, khususnya keluarga tercinta.
Terus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
ReplyDeleteTertohok dah, ketika ikutan acara ini.
Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun :D
Alhamdulillah, berarti selama ini aku hanya pelupa saking banyaknya yang diurusi. Melihat 10 gejala pikun itu, belum ada satu pun yang aku alami. Tapi memang benar ya pikun jadi bahan candaan. Karena nggak ngerti arti sebenarnya
ReplyDeleteTernyat amudah ya, cara mencegah pikun. api yang kelima itu lho, saya susah kalau tidak begadang. Sudah jadi kewajiban dan kebutuhan kerja.
ReplyDeleteBunsay ini templatenya barukah atau cuma headernya aja baru? Asa beda atau aku yang salah kali ya hihihi 😂. Soalnya blognya kayak wajah baru 😍. Oh iya, makasih bu ilmunya 😍. Aku jadi tahu ternyata pelupa itu bukan karena faktor U yang sering diobrolin orang-orang itu ya. Dan ternyata pelupa ama pikun beda ya. Aku jadi tahu bedanya. Dan allhamdulillah banget ya sekarang ada alat pendeteksi demensia sejak dini. Semoga banyak masyarakat yang dapet info penting ini ya 🙏
ReplyDeleteKl pelupanya orang non ODD bs mencontohkan apa yg dilupakan ya Ambu...kl ODD gak bs... Sekarang udah ada aplikasi E-MS jd lebih mudah bagi kita cek memori ya
ReplyDeleteBergerak, beraktivitas, dan aktif melakukan komunikasi baik di dalam keluarga maupun dengan masyarakat menurut saya sangat efektif meminimalkan resiko kepikunan ya, Ambu. Bagaiamanapun, segala sesuatu yang dibiarkan dalam kondisi pasif maka lama-kelamaan akan menurun juga kualitasnya. Kebanyakan nganggur membuat otak nggak terbiasa diajak berpikir dan lama-lama akhirnya nggak ingat apa-apa. Suka menyendiri pun demikian. Meski terlihat sederhana, menciptakan keharmonisan di dalam keluarga juga baik. Kalau biasa bercakap-cakap dengan anak-anak, ingatan kita dan hati yang bahagia akan membawa seluruh bagian tubuh juga menjadi sehat.
ReplyDeleteJangan sampaaai, mengalami kepikunan ini, ya. Sehat-sehat selalu, Ambu.
Pikun harus diantisipasi ya mbak...
ReplyDeleteDimulai dgn makan sehat dan tidur teratur juga ya .
Makasih infonya
Mesti waspada dan deteksi sejak dini ya mbak. Soalnya pikun tuh gak hanya dialami oleh orang lanjut usia, yang masih berusia produktif pun banyak yang kena.
ReplyDeleteWaktu kapan pernah menghadiri seminar mengenai dimensia dan alzheimer bareng teman-teman golden age. Ternyata penyakit ini gak boleh dianggap gampang loh. Apalagi untuk orang-orang seusia kami. Alhamdulillah dari event itu jadi banyak belajar plus akhirnya dapat tambahan info dari artikel ini.
ReplyDeleteNanti saya sebarkan ke temen-temen saya ya Mbak. Biar kami semakin aware dan menjalankan semua masukan-masukan untuk meminimalisir hinggapnya penyakit ini
Makasih banyak sharingnya Ambu, aku kadang ngeblank gitu mikir eh tadi mau ngapain ya, tapi ternyata bukan pikun yaa, hihi
ReplyDeleteMakasih banyak sharingnya Ambu, aku kadang ngeblank gitu mikir eh tadi mau ngapain ya, tapi ternyata bukan pikun yaa, hihi
ReplyDelete