Gak Mau Pikun di Usia
Dini? Yuk, Ngeblog!
“Saya menulis biar nggak pikun”’
kata Chappy Hakim saat diwawancarai Pepih Nugraha, founder Kompasiana dalam
salah satu event. Chappy Hakim merupakan tokoh militer Indonesia, juga mantan
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia yang lahir 17 Desember 1947. Berarti
sekarang usianya sudah 73 tahun!
Selain Chappy Hakim yang aktif
menulis di Kompasiana dan memiliki blog chappyhakim.com ada Prayitno
Ramelan yang lahir pada 21 Oktober 1947 yang secara rutin mengisi blognya: ramalanintelijen.net.
Serta pastinya Dahlan Iskan (lahir 17 Agustus 1951) yang kondang dengan blog: disway.id
“Ah, itu mah sosok-sosok
inspiratif yang sudah usia sepuh. Saya
masih muda”.
Mungkin ada yang menjawab begitu. Eits
jangan salah, manfaat ngeblog/menulis nggak cuman mengatasi pikun dini. Masih banyak
lagi.
Karena sudah merasakan banyak dampak
positifnya, saya ketagihan ngeblog, dan menjadi target jangka pendek untuk selalu
menambah ilmu blogging. Sebab semakin dalam belajar akan terasa bahwa ilmu
pengetahuan kita cuma cetek alias dangkal.
Menulis Agar Tidak Pikun Dini
Kebiasaan almarhum ibunda di usia
sepuh menjadi contoh buruk yang ingin saya hindari. Pagi hari usai melakukan
ritual doa, ibunda akan duduk anteng di depan televisi. Beliau hapal semua
acara di stasiun A, B, C, D dan seterusnya. Baru meninggalkan televisi di malam
hari, menjelang waktu tidur.
Tentu saja, kami anak-anaknya,
berkontribusi pada keputusan ibunda, mengubah kebiasaan secara ekstrim, seperti
bumi dan langit. Di usia muda beliau pontang panting agar bisa memenuhi
kebutuhan 6 mulut anak-anaknya. Di usia tua istirahat aja deh, leyeh-leyeh aja,
cari uang untuk apa lagi sih?
Akibatnya fatal. Kesehatan ibunda
melorot drastis.
Kesibukannya memutar otak,
tiba-tiba berhenti. Dulu, tiada hari tanpa menghitung rupiah dan mencari cara
memperoleh penghasilan yang halal. Setelah anak-anak dianggapnya sudah dewasa,
otak tersebut pasif, hanya menerima input dari tontonan televisi.
Menurunnya kesehatan psikis otomatis
mempengaruhi kesehatan fisik. Di usia
yang sama, pak Chappy, pak Pray dan pak DI asyik menulis dan berolah raga,
ibunda kerap marasa lemas, mual, mudah diare dan batuk. Tak lama setelah si
bungsu menikah, ibunda menghadap Sang Pencipta.
Ah 3 orang sosok di atas kan orang
kaya.
Nggak ada hubungannya sih, kaya
dan miskin. Banyak orang kaya yang juga patah semangat di usia muda. Seorang
kerabat jauh meninggal di usia 90 tahun lebih tanpa sakit-sakitan. Dia mengisi
masa tuanya dengan eksperimen masakan yang disukai cucu-cucunya. Sehingga
setiap pagi bangun dengan penuh semangat, jadwal hariannya penuh.
5 Manfaat Menulis di Blog
Sebetulnya 5 item terlalu sedikit,
mungkin harusnya ada belasan. Namun 5 manfaat ngeblog ini sangat saya rasakan,
apa saja?
1. Mengurangi stres
Stres selalu menghantui orang
hidup, walau dia di rumah aja, nggak kemana-mana, bahkan andai sandang
pangannya tercukupi. Rasa kesal dan putus asa kerap hinggap.
Solusinya ternyata mudah. Ambil
kertas, atau gadget dengan fitur menulis, dan mulailah menulis. Tulis apa saja
yang terlintas, tanpa sensor diri, tanpa analisis. Biarkan kata-kata mengalir
bagaikan air sungai yang mengalir lepas. Tanpa hambatan.
Sekitar 20-30 menit kemudian
rasakan manfaatnya. Tubuh terasa ringan. Pikiran menjadi lebih jernih. Terlebih
jika yang ditulis mengenai gratitude. Para peneliti menemukan bahwa rasa
syukur memberi efek positif pada kesehatan mental, yaitu penerimaan diri,
percaya diri, rasa optimisme dan kepuasan hidup yang lebih besar.
Iya banget kan? Stres kerap timbul
akibat rasa cemas, ragu dan tidak percaya diri.
2. Melatih Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosisional dapat
dipelajari, menulis merupakan salah satu alat untuk melatihnya.
Dulu, awal ngeblog dan media
sosial baru dijajaki, saya kerap ikutan marah/sedih/tertawa sewaktu ada teman
yang posting status/gambar. Setelah
menekuni dunia menulis, otomatis jemari saya “ngerem” untuk ikut klik tanda “like”
dan menuliskan komentar.
Dunia kepenulisan melatih yang
berkecimpung didalamnya, untuk melihat
banyak sisi. Di era pandemi covid 19, misalnya, menghentikan PSBB dan
menggantinya dengan New Normal, sepintas nampak sebagai kecerobohan. Seorang
penulis terbiasa melihat dari banyak sudut pandang, sehingga tidak akan serta
merta mengikuti pendapat orang lain.
Seorang penulis terbiasa bekerja
dengan data. Data membantunya melihat banyak sisi. Kecerdasan emosionalnyapun
akan meningkat, meninggalkan kebiasaan beremosi negatif.
Baca juga: New
Normal, Konspirasi Herd Community?
3. Meningkatkan Konsentrasi
Nampaknya nggak mungkin deh
menulis tanpa berkonsentrasi.
Hihihi jadi pingin ketawa ngebayangin
menulis tanpa konsentrasi. Mau nulis tentang resep masakan kue cucur , eh malah
bercerita tentang manfaat berkebun dan berolah raga. Bisa sih dipaksain tulisannya
agar nyambung, tapi kan tetap harus konsentrasi agar ada benang merahnya.
Anak-anak saya dulu dianjurkan berenang
dan bermain piano untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Nah, emaknya
lebih mudah, menulis aja, minimal 20 menit per hari.
Mindfulness sangat membantu untuk berkonsentrasi
pada satu hal dan membebaskan pikiran dari hal-hal lain yang mengganggu dan
membuat pikiran sesak. Hasil akhirnya rasa cemas menghilang, daya ingat
meningkat.
Tentang daya ingat, bayangkan
pikiran, perasaan, dan emosi memenuhi otak. Semuanya berkelindan menciptakan “kemacetan
lalu lintas” dan menimbulkan kecemasan. Dengan fokus dan konsentrasi menulis,
kemacetan akan terurai, data-data yang tersimpan dalam otak akan bermunculan.
4. Memecahkan masalah dengan lebih baik
Setiap manusia akan menggunakan
kemampuan analitis, yang merupakan kekuatan otak kiri, untuk memecahkan suatu
masalah yang sedang dihadapi. Padahal, untuk memecahkan masalah terkadang diperlukan
kreativitas dan intuisi, yang merupakan kekuatan otak kanan.
Menulis dapat membantu membuka
sisi kreatif dan intuisi, sehingga solusi-solusi inovatif akan mengalir lancar
untuk mengatasi masalah yang semula nampak sulit untuk diselesaikan.
5. Membantu Berbicara Lebih Lancar
Dulu banget, sewaktu anak-anak masih
sekolah di PAUD, saya ditunjuk sebagai ketua komite sekolah. Tentunya ada saat
harus pidato di depan wali murid yang lain, dong.
Ternyata saya mendadak gagu. Nggak
bisa ngomong apa-apa.
Sekarang sih, jika tiba-tiba
ditodong pidato, maka akan muncul judul, paragraf awal dan kerangka seperti
tulisan yang biasa dibuat. Kebiasaan menulis tidak saja membantu untuk tidak “zonk”,
juga terbiasa menggunakan tata bahasa yang benar, serta penambahan kosa kata.
Selain itu, menulis melatih
membiasakan diri agar tidak bicara tanpa sensor. Iya kan? Saat mereview produk atau kuliner, penulis
nggak menulis apa adanya. Seperti: “ Jelek
!” “Nggak enak” dan seterusnya. Penulis
terikat kode etik yang harus dipenuhinya.
Banyak ahli yang menyatakan bahwa
menulis adalah obat pikiran. Kapanpun merasa lelah secara mental dan emosional,
maka menulislah, tuangkan hal-hal yang mengganggu pikiran.
Menulis ternyata juga membantu survivor
kanker, seperti yang dialami Christie Damayanti, penerima penghargaan
Kompasianer of The Year 2011. Dokter menyarankan Christie menulis, dan
menulislah dia di jurnalis warga “Kompasiana”. Apapun dia tulis, tanpa edit
seperti yang kita lakukan. Dalam sehari, Christie bisa menulis 1-2 tulisan.
Buatlah Minimal 1 Buku Dalam Hidupmu
Kalimat Budiman Hakim, sosok
inspiratif dalam dunia penulisan, khususnya story telling, sangat memicu saya
untuk membuat goal, minimal sebuah buku.
Baca juga: Story
Telling 5 Blogger Ini, Keren Banget!
Setiap manusia hidup memiliki
jejak. Jejak tersebut kala dituang dalam sebuah buku pasti bermanfaat bagi
manusia lainnya. Bahkan andai dia adalah seorang bandit kelas kakap. Buku yang
ditulisnya bakal menjadi warning bagi pembaca agar tidak terperosok menjadi
bandit juga.
Apalagi jika si penulis adalah seorang
ayah yang menjalankan kewajibannya. Seorang istri yang menunaikan tugasnya.
Serta seorang ibu yang memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Mereka pastinya
juga berperan di masyarakat, sekecil apapun perannya.
Sebelum memulai menulis untuk
buku, blog menjadi media paling tepat untuk mengukuhkan guratan dan menguasai
EYD Bahasa Indonesia dengan benar. Juga mengikuti one day one post yang kerap
dilakukan komunitas blogger. Serta short courses yang membantu meningkatkan
kualitas tulisan. Minimal tidak membuat editor nangis darah karena harus
mati-matian mengedit draft buku.
Sumber foto:
Chappy Hakim : kompas.com
Prayitno Ramelan: faktanews.com
Dahlan Iskan: tempo.co
Benar juga sih. Lagi pula menulis juga bisa berimajinasi. Kayak surga bagi orang yang suka menghayal. Hehehe
ReplyDeleteIni BENER bANget, Ambu.
ReplyDeleteSaya juga ngerasa kalo lagi hiatus blogging, rasanya tuh gampang lupa dan kikuk gitu lho
Pernah nih, seminggu ga ngeblog.... trus aku ke Indomaret dan pulangnya HAMPIR LUPA kalo bawa motor.
Paraaahhhh
Setuju banget, mbak Maria :D Iya dong ... nulis di blog itu selain menyalurkan hobi, bisa bikin hati bahagia. Makin m=nambah wawasan, pinter, bisa memecahkan masalah dan menambah tali silaturahim dengan para pembaca juga sesama blogger.
ReplyDeleteMengurangi stress, pernah saya lakukan dengan membuat curhatan di agenda, maklum dulu blm ngerti blog. Jd kl ngeblog dpt mengurangi stress, saya rasakan. Manfaat lainnya tentu betul bgt, spt yg di bilang, banyak positifnya 🙏😀
ReplyDeleteSaya pun merasakan manfaat dari ngeblog ini,mbak. Setelah hampir 10 tahun ngeblog semakin terlatih dalam berkomunikasi melalui tulisan agar tidak menimbulkan miss understand. Kemudian mengurangi stres ini juga saya rasakan karena melalui tulisan bisa mencurahkan segala isi hati ketika tidak ingin ngobrol langsung dengan orang lain.
ReplyDeleteMembaca dan menulis memang bisa melawan pikun ya ambu. Makanya aku jadi semangat buat menulis. Manfaatnya banyak banget.
ReplyDeleteBerasa ketampar banget ini, akhir2 ini banyak tertunda menulisnyaaa.. makasih remindernya mbak! Gak mau aku pikun dini 🙈 semangaattt
ReplyDeleteWahh baru tahu Klo pa dahlan iksan punya blog hehehe. Panutan semua
ReplyDeleteManfaatnya sungguh luar biasa yaa, Ambu.
ReplyDeleteAku juga sekarang mulai membiasakan diri membaca buku dan menuliskannya di kertas kecil, ambu.
Note, semacam simpulan dari halaman tertentu.
Yang aku butuhin selain menulis juga merangkum kalimat apa yang aku suka.
Haturnuhun, Ambu.
Tulisan Ambu selalu menginspirasi.
wah saya belum merasakan nih menulis bisa meningkatkan kemampuan berbicara. hehe. trus pengen banget euy bisa kayak blogger lain yang bisa nulis panjang-panjang sementara saya paling pol 1500 kata aja
ReplyDeleteMasyaAllah bahagia banget aku kenal dunia tulis mba. Berawal menuliskan keresahan di tanah rantau. Semangat menulis terus kita
ReplyDeleteIya kerasa banget manfaat blog tuh.. Terutama buat healing sih kalau aku. Ga terlalu suka cerewet jd larinya ke nulis deh..
ReplyDeletesaya termasuk beruntung donk ya sudah memulia ngeblog..manfaatnya banyak banget sih...dan sekarang lagi usaha untuk ngajak anak-anak membiasakan menulis juga nih..sukur-sukur bisa ngeblog juga
ReplyDelete