Mohammad Toha, Pelaku Kamikaze
Bandung Lautan Api yang (Belum) Diakui Kepahlawanannya
Mentari
telah lama beranjak pergi. Kegelapan menyelimuti. Sesosok tubuh perlahan
mengendap. Langkahnya pasti. Tekadnya kuat. Tujuannya hanya satu: “Meledakkan
gudang persenjataan Belanda!”.
Sesosok
tubuh tersebut bernama Mohammad Toha. Usianya masih teramat muda, baru 19
tahun! Dibesarkan kakek dan neneknya, Toha, pemuda yatim
dan tak banyak cakap mendapat pendidikan militer saat bergabung dengan
Seinedan.
Bersama sahabatnya, Mohammad Ramdhan, Toha mendapat
tugas menghancurkan gudang mesiu dan persenjataan Belanda. Sementara Ramdhan
dan rekan seregu lainnya bertugas mengamankan jalan dengan
mengalihkan perhatian penjaga, Toha menyusup masuk gudang.
Dalam gelap Toha berenang, mengarungi dinginnya air
Sungai Citarum. Dia masuk ke gudang persenjataan melalui gorong-gorong,
memasang detonator dan BUM!!! ….. Ledakan
dahsyat berasal dari berbagai persenjataan, granat, bom dan mesiu, menyisakan
lubang besar yang segera terisi air sungai Citarum. (sumber: wikipedia)
Kamikaze Toha berhasil. Perjuangan Toha mewakili penduduk
Bandung yang menolak menyerah pada pendudukan sekutu. Kemerdekaan RI baru
berusia satu tahun. Harus dipertahankan. Bagaimanapun caranya. Termasuk mempertaruhkan
nyawa.
Mohamad Toha dan Kontroversinya
Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup bersama?
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api…
(Petikan
awal puisi Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api karya penyair W.S.
Rendra/1987 – sumber: Historia.id)
Banyak
kontroversi yang muncul seiring kisah patriotisme Toha yang melakukan suicide
mission, atau kamikaze pada peristiwa
Bandung Lautan Api.
Dikutip
dari historia.id, bapak Film Nasional, Usmar Ismail membuat dokudrama berjudul “Toha, Pahlawan Bandung Selatan
(1962)” dengan plot yang agak berbeda.
Dikisahkan Toha meninggalkan kekasihnya, untuk memimpin regu dari badan perjuangan Barisan Rakjat Indonesia (BRI). Dia mendapat tugas menyabotase gudang mesiu Belanda di seberang Sungai Citarum.
Toha mengakhiri
tugas dengan gemilang. Walau itu berarti harus meregang nyawa. Tubuhnya terbakar, hanya
menyisakan potongan pinggang hingga kaki. (Her Suganda dalam Wisata Parijs
van Java).
Kisah
ini meneguhkan bahwa dalam setiap perjuangan dibutuhkan sosok yang mampu mengobarkan
semangat. Karena kenyataan terkadang terlalu pahit dan bisa menyurutkan langkah
perjuangan.
Di
balik kisah heroik “Bandung Lautan Api”, Perdana Menteri Sutan Syahrir pesimis
akan kekuatan Tentara Republik Indonesia. Senjata yang dimiliki terlalu
sedikit. Takutnya tak akan mampu menghadapi kekuatan Tentara Sekutu.
Syahrir
tak suka kekerasan dan tak suka melihat darah. Dia mempertimbangkan strategi mengosongkan
Bandung Selatan dari rakyat sipil dan militer Indonesia, untuk mendapatkan
keuntungan politik lain. Pemerintah Indonesia harus tampak beradab dan cinta
damai agar terbebas dari tekanan militer Tentara Sekutu.
Sebagai perwira profesional, sudah seharusnya Kolonel A.H. Nasution menaati perintah Syahrir. Namun, dia enggan menyerahkan Bandung. Setelah melalui rapat bersama pimpinan militer Indonesia lainnya, akhirnya diambil jalan tengah: “Mengosongkan Bandung sekaligus membumi hanguskan!”
Tentara Sekutu silakan gigit jari.
Bandung sudah terbakar. Tak ada manfaat yang bisa diambil Tentara Sekutu dari kawasan
Bandung. (sumber: tirto.id)
Mohammad Toha, Pahlawan Tanpa Sertifikat
Merasa
terusik dengan kisah “Bandung Lautan Api?” Terusik dalam arti positif tentu. Terlebih
jika membaca artikel bahwa sosok Mohammad Toha tidak dapat diresmikan sebagai
pahlawan nasional karena jejaknya yang terlalu pendek.
Bahkan
wajah dari pemuda yang lahir dari rahim perempuan bernama Nariah dan ayah
Suganda ini tidak dapat dikonfirmasi. Wajah Mohammad Toha yang sekarang
digunakan dalam berbagai artikel, konon adalah wajah temannya. Sedangkan wajah yang
terlukis dalam monumen Mohammad Toha di ujung jalan Dayeuh Kolot merupakan
rekaan.
Namun,
pentingkah selembar sertifikat kepahlawanan bagi Mohammad Toha dan penduduk
Bandung? Jawabannya: “Tidak!” Mohammad Toha tidak membutuhkannya. Demikian juga
penduduk Bandung. Sosok Mohammad Toha sudah terekam dalam setiap ingatan sebagai
pahlawan yang pantang menyerah. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup
bercermin bangkai. Lebih baik mati daripada hidup di jajah.
![]() |
sumber: instagram.com/@junerosano |
Pahlawan di Era Kemerdekaan
Ingin
menjadi pahlawan di era kemerdekaan?
Mengapa
tidak? Terlebih jika mau menjadi pahlawan tanpa pamrih seperti yang dilakukan
Mohammad Toha. Paska proklamasi kemerdekaan, Indonesia harus mengatasi segudang masalah,
mulai sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan yang kini sedang booming
adalah problem lingkungan hidup, khususnya sampah.
Mohamad
Bijaksana Junerosano, atau yang acap dipanggil Sano merupakan contoh pengisi
kemerdekaan yang selalu berinovasi. Lulus dari Teknik Lingkungan ITB, dia berusaha
mengurai masalah sampah yang terjadi di Bandung.
Masalah
yang bikin malu Bandung, yang memuncak pada 21 Februari 2005. Gara-gara salah
urus, gundukan sampah meledak di TPA Leuwi Gajah, mengakibatkan
ratusan orang tewas tanpa sempat tahu apa yang terjadi. Dan seperti biasa, ITB yang
terletak di Kota Bandung menjadi sasaran tudingan: “Katanya PTN terkenal di
dunia, ngurusin sampah nggak bisa! Mana kontribusi untuk Kota Bandung?”
Para
penuding tidak menyadari bahwa masalah sampah tidak bisa diselesaikan dengan
sekadar membangun teknologi. Harus ada perubahan paradigma yang berarti
mengubah kebiasaan sosial dan budaya masyarakat.
Sebagai
contoh saat Asian Development Bank mengucurkan dana hibah bagi pembangunan
biodigester raksasa di Pasar Gedebage. Biodigester yang seharusnya mampu mengolah
puluhan ton sampah tersebut kini
mangkrak. Tidak ada/kurangnya sosialisasi pada penghasil sampah menjadi penyebab, meliputi pengangkut
sampah, pedagang di pasar Gede Bage, dan penduduk di sekitar Pasar Gede Bage.
Mengetahui
masalah yang multi kompleks, Sano mengurainya dan membuat gerakan termudah: “Diet
Kantong Plastik”. Perubahan kebiasaan ini gampang dilakukan sebab ada substitusi bagi
kantong plastik. Kantong plastik juga bukan kebutuhan vital yang melekat pada
satu produk.
Dan,
berhasil! Walau regulasinya tersendat-sendat, kini masyarakat terbiasa membawa
kantong plastik atau reusable bag. Kelompok masyarakat yang ngomel-ngomel
karena tak diberi kantong plastik juga mulai menipis.
Kisah
Sano selengkapnya bisa dibaca disini:
Sano,
mengubah Paradigma dengan Diet Kantong Plastik
![]() |
sumber: freepik.com |
Bloggerpun Bisa Menjadi Pahlawan
Wah,
mau dong bermanfaat seperti Sano, tapi mulai dari mana ya?
Seperti
yang dilakukan Sano, mulailah dari hal yang mudah. Jika Anda pengguna internet,
jadilah buzzer positif. Jangan memperkeruh dunia maya dengan sharing berita
hoaks, walaupun dengan caption: “Jangan percaya ya, ini hoaks!”
Yeay,
walau caption-nya positif tapi membagikannya berpotensi memecah belah
persatuan juga. Lebih baik mencari berita yang inspiratif, informatif dan
bermanfaat untuk dibagikan.
Baca
juga: Buzzer
Positif, Mengisi Kemerdekaan dengan Konten Bermanfaat
Jika
Anda seorang blogger, kesempatannya lebih terbuka lebar.
Punya
langganan kuliner enak tapi belum banyak yang tahu? Bisa banget membuat
tulisannya untuk dimuat di blog.
Saya
terinspirasi kisah Mbak Ani Berta, Founder Indonesian Social Blogpreneur yang tekun
mengisi website suatu kementerian pemerintah Indonesia, walau gak dibayar! Saat
itu kondisi finansial Mbak Ani sedang tidak bagus, namun tetap tekun dan konsisten
menulis. Padahal selama setahun gak dapat honor, teman-teman!
Duh,
nggak terasa, saya meneteskan air mata saat mendengarnya.
Alhamdulilah,
setelah setahun mengisi website tersebut , Mbak Ani mendapat tawaran kerja
dengan honor yang bikin melongo. Jumlahnya membuat Mbak Ani mampu menyekolahkan anak semata wayang di
sekolah bergengsi.
Tujuan
Mbak Ani berkisah pastinya agar teman-teman blogger jangan hanya menulis untuk
mendapatkan honor. Tulus dan konsisten aja, duit mah nuturkeun (Bahasa Sunda: penghasilan/
income akan ikut mengalir).
Nggak
ada tawaran menulis seperti yang dialami Mbak Ani?
Mengapa
nggak menciptakan sendiri?
Saya
sedang berencana membuat email, akun
instagram dan blog bagi ibu-ibu PKK di RW tempat saya tinggal. Mereka melakukan
aktivitas tanpa bayaran lho. Andai memiliki akun Instagram yang berisi
aktivitas posyandu serta aktivitas lainnya, tentu mereka akan gembira.
Kemudian
ditambah blog yang berisi kegiatan mereka. Tulisan sederhana mengenai berapa
jumlah balita yang ditimbang, ada temuan ganggguan kesehatan apa, dan seterusnya.
Dokumen ini sangat membantu mereka saat penilaian yang biasanya dilakukan
setahun sekali.
Feedbacknya,
saya berkesempatan mengenal mereka lebih jauh serta mengetahui kemajuan gerak
langkah PKK Kota Bandung. Lumayan untuk dijadikan data tulisan saya di blog
ini. ^^
Emang ya kak setiap keikhlasan akan membuahkan kebaikan pasti suatu hari nanti. Makanya jangan pernah bosan berbuat baik. Kedua orang yang kakak tuliskan emang inspiring dalam ikhlas😊
ReplyDeleteSaya baru tahu lho bahwa Bandung disebut kota api, kisahnya seperti itu. Makasih Mbak sharingnya. Jasi tahu sekarang. Semoga Muhammad Toha peroleh tempat mulia di sisi Allah
ReplyDeleteemng rezeki itu akan ikutan ngalir sebagaimana aliran usaha yg kita lakukan. saya percaya ttg itu. cuma ya kadang ya itu...gimana atuhlah bilangkeunnya yak. suka lieur klo nulis teh harus dirutinkan wae yak. etapi, saya baru tahu ttg kisahnya Muhammad toha teh. beneran gugur gtu aja tanpa ada statusnya? sbnrnya bagi beliau sih gpp ya. klo bagi keluarga yg ditinggalkan ya gmn gt ya teh. kasian lah klo gk dianggap itu.
ReplyDeleteSeperti biasanya, banyak wawasan baru kalau baca di artikel Ibu ini.
ReplyDeleteSatu tema tapi isinya sangat luas.
Semoga cita cita memberdayakan kegiatan setempat dalam sosial.mwdia dan blognya berjalan lancar ya Bu...
Subhanallah masih muda ya Muhammad Toha, namun semangatnya luar biasa. Aku baru tahu kisah perjuangan heroik beliau. Tidak banyak artikel yang membahsa seri kepahlawanan. Semoga beliau mendapatkan tempat mulia di surgaNya.
ReplyDeleteMashaAllah. Baru kali ini baca cerita tentang Moh. Toha. Namanya sudah tercantum jadi nama jalan, tapi belum berstatus pahlawan nasional ya. Semoga nanti dipertimbangkan oleh pemerintah.
ReplyDeleteSemua profesi pastinya mengalami proses. Tak terkecuali seorang blogger. Skill pun berkembang jika yang bersangkutan mau dan tak segan untuk terus belajar. Berkaca pada seorang mentor yang berkualitas juga bisa memecut semangat kita untuk jadi orang yang lebih baik, lebih positif, dan membawa manfaat bagi orang lain. Semoga kita bisa menjadi personal yang demikian ya Mbak.
Masya Allah saya baru tahu kisah Muhammad Toha ini Ambu!
ReplyDeleteDan saya sampai ceritakan ke anak-anak.
Yes saya setuju “Diet Kantong Plastik”. Dont you know, saya sempat menjadi pengumpul kantong plastik ini! Saya yakin banget, kantong plastik satu saat akan ditiadakan.
yes, kantong plastik juga bukan kebutuhan vital produk, namun memang dibutuhkan shifting paradigma untuk masyarakat yang "gak mau repot jika setiap saat bawa kantong belanjaan" Salut untuk Ambu, mulai berani berkarya untuk masyarakat. Sukses yaaaa
Masha Allah, keren banget Mbak Ani Berta ya.
ReplyDeleteKebayang banget, bagaimana rasanya, lagi butuh uang, tapi tetap ikhlas menulis di website kementrian tanpa dibayar.
Dan ternyata memang benar, kalau kita ikhlas bekerja, Allah yang cukupkan bayarannya, dan dibayar lunas bahkan luber ya :)
Kalo banyak ikut webinar gini memang bisa jadi bahan ngblog sih ya, jadi blg rame tulisan terus, hehe..
ReplyDeleteSerunya kisah mbak Ani Berta. Semoga kita sebagai blogger perempuan bisa mengikuti jejaknya, yang bisa menginspirasi :D
Saya baru tahu kalau Mohamad Toha engga dianggat resmi jadi pahlawan. Karena namanya mah harum dan terkenal jadi nama jalan dan SD di kota Bandung. Tapi beliau ga peduli tentang itu karena berjuang adalah amalan yang menjadi bekal bliau di alam kubur sampai nanti di hari penghisaban. Beneran jadi contoh harus ikhlas dalam berbuat kalau mengharap manusia pasti kecewa karena kadang tidak sesuai dengan keinginan kita tapi kalau berharap dari Allah SWT ga peduli lagi pada sikap manusia.
ReplyDeleteDi luar belum diakuinya Mohammad Toha menjadi pahlawan nasional, semangat perjuangannya tetap menginspirasi.
ReplyDeleteDan saya sependapat jika semua bisa menjadi pahlawan tinggal berbuat yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing
Aku merinding baca paragaraf pembuka. Langsung larut, terbawa ke suasana pada saat itu. Masha Allah bu. AKu jadi menyadari masih kurang membaca sejarah nih, karena baru tahu cerita ttg Muhammad Toha. Ohya tentang sertifikat, jadi terusik dengan "pahlawan" masa kini, apa2 sertifikat :D
ReplyDeleteJadi malu ini akupun baru Tau sejarahnya kalau Toha mengakhiri tugas harus meregang nyawa. Tubuhnya terbakar, hanya menyisakan potongan pinggang hingga kaki ya Allah tinggal Kita menjaga Bumi ini y dgn baik
ReplyDeletemeninggalkan kekasihnya demi membela negara, badan hancur tapi tak termasuk pahlawan nasional. bahkan wajah pun rekaan, nasib yg tragis yaaa... tapi namanya abadi di buku sejarah, saya malah mengira Beliau sosok yg sangat terkenal loh, sebelum.baca kisahnya di sini.
ReplyDeletebtw...kita bisa jd pahlawan dg menuliskan hal2 baik yg bs dipertanggungjawabkan, bukan 😄 semangat!
Ah iya ya, saat ini kita semua bisa jadi pahlawan, dgn apa yg kita bisa berikan untuk masyarakat.
ReplyDeleteBlogger pun bisa jadi pahlawan
Subhanallah banget. Semoga nantinya banyak pahlawan pahlawan lainnya yang bisa diingat da diakui keberadaannya. Masyarakat daerah emang jadi salah satu faktor untuk tetap.mempertahankan cerira dan story dari daerah tempatnya masing-masing.
ReplyDeleteDengan memberikan informasi yang benar dan terpercaya maka blogger bisa menjadi sorang pahlawan
ReplyDeleteapalagi informasi yang di berikan itu berdasarkan fakta
Pernah dengar dan baca sekilas tentang Mohammad Toha. Namun memang tak banyak deskripsi menyangkut dirinya. Bandung lautan api begitu melekat akan perjuangan para pemudi pemuda bangsa untuk mempertahankan keutuhan wilayah
ReplyDeleteDari perjuangan seorang Mohammad Toha dan cerita inspirasi lainnya jadi pengingat siapa pun bisa jadi pahlawan dengan cara sederhana sekalipun
Eh, aku baru tahu kalo Mohammad Toha belom jadi pahlawan nasional. Aku kira, dengan namanya dipake sebagai nama jalan. Sangat disayangkan banget. Padahal sumbangsihnya begitu besar ya. :(
ReplyDelete