Kala Pohon Zakat Berbuah Zakat, Allah pun Tersenyum




Jika sekeping zakat yang kami kumpulkan bisa berbuah zakat, bisa dibayangkan keajaiban sangat besar yang dilakukan Dompet Dhuafa, pohon zakat yang berdiri sejak tahun 1993 

Apa karunia terindah yang diberikan Allah SWT pada umat Islam?

Sebagai orang yang pernah menjadi nonmuslim,  saya akan menjawab: Sholat dan Zakat!

Mengapa?

Bisa membayangkan andaikan kita, umat Islam tidak  diwajibkan sholat 5 waktu?

Wow, bebas! Bisa seharian “glundang glundung” di atas tempat tidur, kemudian makan sambil  nonton drama Korea, tidur lagi, makan lagi. Tidak mandi berhari-haripun tak apa. Tak ada aturan yang dilanggar. Tak ada dosa.

Mengerikan bukan?

Alhamdullilah umat Islam mendapat perintah sholat 5 waktu, sehingga harus bangun di pagi hari. Tubuh bersih dan harum. Otak jernih berpikir dan siap berkreativitas.

Early bird catches the worm

Burung yang terbang pagi akan mendapat lebih banyak cacing

Bagaimana dengan zakat?

Semua agama di dunia mengimbau untuk bersedekah, namun hanya Islam yang mewajibkan zakat, sebagai amal yang menjadi bekal untuk menghadapNya.

"Jika seseorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh." (HR. Muslim)

Senang bukan? Saat penganut agama lain bingung, “saya bisa masuk surga nggak ya?”. Umat Islam sudah memiliki petunjuk. Minimal kerjakan 3 amalan tersebut di atas.

Diantara ketiga amalan, zakatlah yang paling mudah. Karena tidak ada parameter untuk mengukur ilmu yang kita miliki, bermanfaat atau tidak. Demikian juga dengan anak yang saleh, kita hanya bisa mendidik mereka, namun tidak bisa memastikan apa yang terjadi kelak.

Beda halnya dengan zakat. Ada cara untuk menghitung zakat. Andai ragu, silakan datang ke  lembaga amil zakat untuk minta bantuan.

Mengenai zakat, saya memiliki kisah yang sangat membekas.


Kebaikan Berbagi Melalui  Pengelolaan  Sampah

“Seorang muslim harus cerdas,” kata Ustaz Aam Amirudin, “termasuk sewaktu bersedekah”. Ustaz Aam merupakan salah satu ulama yang secara periodik  memberi kajian agama Islam pada kami, orang tua murid yang bersekolah di Taruna Bakti (SD – SMA) Bandung

Ustaz Aam mengimbau agar jangan asal sedekah, mungkin setelah melihat kami kerap memberi uang pada pengemis, tanpa memperhitungkan kemungkinan uang sedekah dibelikan rokok, miras atau lem aibon untuk ngelem.

Akibatnya, bukan membantu perekonomian pengemis, tapi malah membuat mereka semakin terperosok.

Karena itu saya mengajak teman-teman mengumpulkan sedekah untuk mendampingi masyarakat Kota Bandung dalam pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah? Mengapa?

Masih ingat kejadian tahun 2005, saat Kota Bandung berubah menjadi lautan sampah? Diawali longsornya tempat pembuangan sampah ( TPA) Leuwigajah yang menyebabkan ratusan orang meregang nyawa, disusul kebingungan PD Kebersihan untuk membuang sampah.

Bisa membayangkan baunya?

Area pasar Cihaurgeulis, tempat parkir salah satu kontainer sampah, hampir tertutup sampah. Bau busuk tercium hingga 1-2 km, khususnya sewaktu angin bertiup. Menjijikkan sekali.

Tragedi baru berhenti setelah Presiden Susilo Bambang Yudoyono turun tangan. Kawasan Sarimukti diputuskan menjadi TPA berikutnya.

Selesaikah masalahnya?

Belum, selama masyarakat Kota Bandung tidak mengubah perilaku, memilah sampah sebelum membuangnya, maka urusan sampah belum berakhir.

Kebetulan pada tahun 2010, saya telah mengikuti beberapa workshop pengelolaan sampah yang diadakan YPBB Bandung, salah satu lembaga nonlaba yang bergerak dalam bidang persampahan kota.

Sehingga kami (saya dan teman-teman pengajian) sepakat membentuk Yayasan Perempuan Kaisa Indonesia. Kaisa berarti cerdas, pemberian ustaz Abu Rabani. Siapa yang cerdas? Bisa berarti kami, para pengurus Kaisa Indonesia. Juga merupakan doa bagi para perempuan yang kami bina, agar cerdas.

Kami mengumpulkan uang zakat sebagai biaya operasional dan mulai mendampingi beberapa komunitas di Kota Bandung untuk mengelola sampah. Jenis aktivitasnya sebagai berikut:

  • Memilah sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik masuk kekotak takakura, atau dimasukkan ke lubang resapan biopori (LRB). Komposnya digunakakan untuk urban farming/berkebun.
  • Membentuk bank sampah untuk mengelola uang hasil penjualan sampah anorganik.
  • Eksperimen makanan non tepung terigu dan hasil urban farming.
  • Membuat handy craft dari sampah anorganik yang tidak bisa dijual.         

Baca juga:

KeranjangTakakura, Solusi Mudah Atasi Sampah Perkotaan

Katanya Handy Craft Daur Ulang, Bahan Bakunya Kok Masih Baru Sih?

Untuk meningkatkan semangat beraktivitas, saya mendaftarkan mereka pada lomba yang diselenggarakan Kota Bandung, “Bandung Green and Clean”. Banyak manfaatnya jika mereka berhasil meraih penghargaan, selain kebanggaan, hadiah uang bisa digunakan untuk biaya operasional.

Sayang niat baik tidak selalu sesuai harapan. Banyak hal membuat beberapa komunitas yang kami bentuk tersendat-sendat, bahkan berhenti kegiatannya, diantaranya:

  1. Ketua RT penerima hadiah Bandung Green and Clean tidak memberi laporan yang jelas, hanya mengatakan uang sudah habis. Akibatnya anggota komunitas gelisah dan marah-marah. Ketika saya berusaha meluruskan, saya malah diusir.
  2. Saat pemilu/pileg, tanpa saya ketahui ketua komunitas mendapat uang dari seorang caleg. Maksudnya tentu agar anggota komunitas memilih caleg tersebut. Sayang, uangnya raib dalam saku sang ketua, sehingga tidak hanya sang caleg yang gigit jari, anggota komunitas pun merasa dikhianati.

Keberhasilan sebuah komunitas memang sangat bergantung pada transparansi data. Khususnya bank sampah, divisi yang mengumpulkan uang masyarakat. Semula hanya belasan ribu rupiah, namun ketika dikumpulkan dan dikelola, jumlahnya bisa mencapai ratusan juta rupiah.


Zakat Berbuah Zakat di Bank Sampah

“Alhamdullilah tahun ini bisa membayar zakat dari sisa hasil usaha”, kata Ibu Komala, Ketua Bank Sampah “Motekar” yang berdomisili di RW 02 Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi Kota Bandung.

Bank Sampah "Motekar” merupakan salah satu komunitas yang istiqomah dan terus melaju walau diterpa banyak rintangan. “Harus jalan karena banyak yang terbantu”, kata Ibu Komala.

Saya sepakat, sekarang tidak ada lagi rentenir di daerah tersebut. Padahal sebelumnya, kawasan padat penduduk ini menjadi favorit lintah darat. Mereka merayu calon korban dengan pinjaman mudah. Ketika sudah terpikat, jangan heran jika harta korban lenyap tak tersisa, termasuk rumah yang dihuni. Habis digunakan untuk membayar pinjaman yang membengkak akibat bunga berbunga.

Sebetulnya operasional bank sampah sangat sederhana. Mirip  grameen bank yang dicetuskan penerima nobel, Muhammad Yunus. Bedanya, anggota grameen bank mendapat pinjaman uang dari Muhammad Yunus. Sedangkan uang simpan pinjam bank sampah berasal dari penjualan sampah anorganik.

Sungguh tak terduga bukan?

Mirip analogi sapu lidi, apabila hanya satu buah maka tidak bisa digunakan menyapu. Demikian pula hasil dengan penjualan sampah anorganik. Sewaktu hanya seorang anggota yang melakukan, nilainya mungkin hanya bisa untuk membeli 2 tusuk jajanan cilok.

Namun sewaktu disatukan dengan warga lain, jumlahnya bisa dijadikan modal usaha. Karena seperti kasus yang dihadapi Muhammad Yunus, para ibu rumah tangga hanya membutuhkan modal kecil, sekitar  Rp 300.000 – Rp 500.000 saja.

Sayangnya, walau jumlahnya kecil, mereka tidak bisa meminjam ke lembaga keuangan resmi seperti bank. Mereka tidak memiliki jaminan.

Mereka juga tidak bisa meminjam pada tetangga atau kerabat karena sama-sama mengalami kesulitan keuangan. Bank sampah dengan segala kemudahannya menjadi penyelamat.

Yang harus mereka lakukan adalah memilah sampah di rumah masing-masing. Pada hari yang telah disepakati, sampah disetor ke bank sampah. Petugas akan menimbang dan mencantumkan jumlah rupiah pada buku tabungan.

Anggota bank sampah mempunyai banyak pilihan sewaktu saldo tabungan sudah cukup banyak. Bisa diambil, digunakan membeli sembako yang disediakan bank sampah, atau untuk meminjam uang.

Bank sampah sebetulnya hanya tools mengumpulkan sampah yang dikonversi menjadi uang. Selanjutnya uang dikelola dengan sistem koperasi, soko guru perekonomian Indonesia.

Transparansi pengelolaan keuangan menjadi kunci keberhasilan. Kepercayaan tidak hanya datang dari anggota bank sampah,  juga pihak kelurahan yang menyalurkan dana LPM untuk simpan pinjam. Tak heran bank sampah Motekar berhasil membukukan omzet ratusan juta rupiah, dan menyisihkan sisa hasil usaha untuk membayar zakat.

Luar biasa bukan?

Dimulai teman-teman yang mengumpulkan zakat untuk biaya operasional, kini para anggota bank sampah bisa membayar zakat.

Karena itu kebaikan berbagi yang telah dilakukan teman-teman pengajian, saya analogikan dengan zakat berbuah zakat

source: dompetdhuafa.org

Dompet Dhuafa, Pohon Zakat yang Tumbuh Subur

Ingin menyalurkan zakat agar bisa berbuah zakat juga?

Tak usah repot seperti kami, salurkan saja melalui Dompet Dhuafa, pohon zakat yang mendapat siraman air dan pupuk dari para muzaki.

Jika sekeping zakat yang kami kumpulkan bisa berbuah zakat, bisa dibayangkan keajaiban sangat besar yang dilakukan Dompet Dhuafa, pohon zakat yang berdiri sejak tahun 1993 ( wow .... 27 tahun lho umurnya).

Buah zakat berasal dari para mustahik yang berhasil memperbaiki perekonomian mereka.

Terlebih Dompet Dhuafa sebagai lembaga amil zakat nasional memiliki banyak binaan.  Silakan buka dompetdhuafa.org dan memilih, karena semua berpotensi berbuah zakat. Tak perlu menunggu dompet menggelembung, mulai dari sedekah Rp 10.000 bisa disalurkan melalui Dompet Dhuafa.

Berikut beberapa binaan Dompet Dhuafa:

Pilar Pendidikan, yang terdiri dari:

  • Pesantren Hafidz Village, berada di kawasan Lido Sukabumi,
  • Indonesian School For Palestine. Bekerja sama dengan Rumah Zakat, Human Initiative dan Nurul Hayat, Dompet Dhuafa berencana membuat konsorsium sekolah Indonesia – Palestina.
  • Khadijah Learning Center, merupakan pusat belajar khusus muslimah yang ingin memiliki kemampuan berwirausaha, namun terhalang keterbatasan ekonomi
  • Dompet Dhuafa University, memberi kesempatan masyarakat dhuafa menikmati jenjang sarjana.

Pilar Kesehatan, yang terdiri dari:

  • Rumah Sakit Hasyim Asyari untuk dhuafa, terletak di Jombang – Jawa Timur, merupakan perluasan jaringan layanan kesehatan bebas biaya.
  • Rumah Sakit Indonesian – Hebron Palestina. Berlokasi tak jauh dari Masjid Nabi Ibrahim, rumah sakit ini  dikhususkan untuk penyembuhan trauma di Hebron, Palestina, bagian Tepi Barat. kesehatan yang lengkap menjadi penentu kerberhasilan layanan kesehatan.

Pilar Sosial Budaya

  • Wakaf Alat Kesehatan Rumah Sakit Dhuafa. Karena alat
  • Masjid Al-Majid yang terletak di jalur Lintas Sumatera Tengah, tepatnya di jalan Lintas Sumatera Tengah RT 007, Dusun 2 Sidodadi, Desa Muara Aman, Kecamatan Bumi Kemuning – Lampung Utara.

Pilar Ekonomi yang terdiri dari:

  • Pabrik Ekstrak Buah Indonesia Berdaya di Subang. Berlokasi di Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang,
  • Wakaf Ronting, merupakan wakaf perluasan tanah per 100m2 lahan sebesar 10 juta rupiah di Ronting, Manggarai Timur dan Flores.
  • Wakaf Produktif Umum, merupakan wakaf dengan manfaat lestari. Dengan sekali berwakaf, maka wakif seolah-olah bersedekah berkali-kali, yaitu selama asset wakafnya terus

Mudah dan lengkap bukan?

Kematian itu pasti, tidak bisa ditunda atau dibatalkan seperti bepergian ke luar kota.

Sudahkah kita menyiapkan bekal?

Jangan lelah #menebarkebaikan, karena setiap kebaikan yang kita tebar, insyaallah,  akan berbuah kebaikan juga.

Wallahu a'lam bishawab 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

sumber: dompetdhuafa.org

 

 sumber gambar cover: dompetdhuafa.org

 


19 comments

  1. Seneng banget ya kalau uang zakat bisa disalurkan dengan tepat sasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mbak, karena itu ada lembaga amil zakat, yang pastinya paham SOP nya

      Delete
  2. Wah, memang deh Dompet Dhuafa sudah konsisten menebar kebaikan terhadap sesama. Fakir miskin aja lama2 bisa menjadi si pemberi. Pilar2 yang ada bergerak terus tumbuh mensejahterakan ummat. Betul3x, persoalan sampah memang tiada habisnya. Mulai dari diri sendiri dan keluarga aja dulu. Kita bisa memilah sampah organik dan non organik. Bagus sekali jika ada bank sampah untuk memajukan masyarakat 😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Nurul banyak masalah terselesaikan, ya sampah ya kesulitan ekonomi

      Delete
  3. Sedekah berupa pemberdayaan, seperti contoh di atas juga gak kalah bermanfaatnya ya. Sukses slalu untuk ambu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak program pemebrdayaan di Dompet Dhuafa lho, karena tujuannya meningkatkan perekonomian mereka, agar mampu membayar zakat juga

      Delete
  4. Kenal DD sejak jaman massih SMA. Karena manajemennya bagus, bisa bertahan sampai 27 tahun ya. Semoga tetap amanah mengelola dana dari umat. Jangan kayak ketua RT/komunitass yang ntuh, baru dapat duit tak seberapa malah menghancurkan kepercayaan warganya

    ReplyDelete
  5. Wah ambu keren sekali...
    Bank sampah selain menyelamatkan lingkungan juga bisa menjadi zakat bagi yang membutuhkan ya...

    Benar benar cerdas, sesuai namanya Kaisa

    ReplyDelete
  6. Benar juga ya sedekah bisa dalam bentuk apa saja, termasuk mengajak ibu-ibu memilah sampah. Dan mendayagunakan hasil olahan sampah hingga menjadi barang berguna yang bisa dijual

    ReplyDelete
  7. Salut ya pada perjuangan nya.
    Bank sampah ini sebuah terobosan keren buat saya, arti sampah yang biasanya rendah, ini malah menghasilkan dan bahkan bisa untuk zakat juga.
    MasyaAllah Tabarakallah.


    Btw,
    Semoga auyya lombanya

    ReplyDelete
  8. Tentang sampah, kita memang nggak mungkin menyerahkan semuanya pada pemerintah. Mesti kita sendiri yang bergerak dari lingkup terkecil: diri sendiri.

    ReplyDelete
  9. Masyaallah bermanfaat banget ya Ambu,, dana zakat bisa memberdayakan mustahik dengan produktif, jadi semakin bersemangat menunaikan zakat

    ReplyDelete
  10. Masya Allah, sukanya sama DD itu dengan program pemberdayaannya ini, sehingga yang tadinya mustahik bisa menjadi muzakki.

    Semangat Ambu, semoga menang lombanya, aamiin

    ReplyDelete
  11. Masya Allah, ya, Mbak...Pasti orang-orang sangat terbantu dengan adanya bank sampah itu. Menyalurkan zakat pada lembaga yang tepat seharusnya memang menjadi prioritas kita sebagai Muslim ya. Supaya yang terbantu pun tepat sasaran.

    ReplyDelete
  12. Masya Allah Mulia sekali Program ini,
    Sangat membantu dan membahagiakan sesama,
    Semoga niat baik, Berakhir baik dan dilancarkan 💃

    ReplyDelete
  13. Masalah sampah memang jadi masalah di mana-mana yaa. Alhamdulillah di kampung saya sudah memiliki bank sampah juga jadi di rumah sudah biasa memilah-milah sampah sebelum dibuang.

    Dompet Dhuafa memang dari dulu penyalur zakat yang terpercaya ya.. semoga berkahnya bisa untuk seluruh umat manusia yaa.. termasuk kita-kita..

    ReplyDelete
  14. Soal zakat sampah, sepertinya harus lebih disosialisasikan lagi ambu. Biar masyarakat lebih aware

    ReplyDelete
  15. Masih banyak lho yang belum paham nishob dan jatuh tempo zakat begitu. Maka lembaga zakat yang kredibel menurut saya penting dan perlu. Zakat kan juga gak cuma zakat fitrah. Zakat penghasilan sama zakat mal, ini juga perlu dan kadang di sinilah kita gak paham besarnya berapa

    ReplyDelete
  16. Soal zakat sudah banyak hal yang bisa menjelaskan. Namun menarik juga soal zakat sampah ini. Semoga dapat menginspirasi org byk kalangan

    ReplyDelete