Curry Puff, dan Kisah Pengajar Kue Sejuta Umat


Mbak Dydie bersedih. Dia curhat di status facebooknya. Ada yang marah!

Iya, mbak Didie yang itu, food  blogger dari kota Cimahi Bandung yang rajin share foto makanan. Tidak hanya foto, resep makanannyapun disertakan. Jika tidak sempat, atau sudah pernah dishare, mbak Dydie akan bilang untuk mencari sendiri di albumnya. Diset publik kok.

Rupanya ada yang tidak berkenan pada kedermawanan mbak Dyah Prameswarie, nama lengkap mbak Dydie. Melalui direct massage, dia komplain, “Kok mbak Dydie bagi-bagi resep?”  Dia beralasan sedang merintis usaha makanan yang sama dengan yang diupload mbak Dydie. Dia takut nanti nggak ada yang mau beli jualannya.

Karena nggak mau ribut, mbak Dydiepun segera menghapus caption resep.

Omaygat diera milenial ini ada yang secupu itu? Marah-marah nggak jelas.

Dari 1.000 orang yang melihat resepnya mbak Dydie, belum tentu ada 5 orang yang mau mempraktekan resep masakan yang dilihatnya. Dan dari 5 orang tersebut, belum tentu ada yang mau berjualan.Suer!

Berdagang panganan itu berat say, biarlah saya saja yang pernah merasakan. :)

Hihihi ... beneran saya pernah melakoni kira- kira 2 tahun lamanya. Walau hanya melakukan proses produksi, kemudian mengirimkan ke toko, duh capenya.

Sewaktu seisi rumah sudah terlelap, saya masih membuat bulatan bitterballen. Dan tatkala mereka masih bermimpi, saya sudah di depan penggorengan. Kemudian berlari membungkus bolu tape ketan, satu persatu. Mengejar waktu pengiriman.

Andai lengan kiri saya tidak invalid akibat terlalu sering “nyangklong” bahan kue ketika belanja, mungkin sekarang saya masih di depan kompor, bukan menatap layar lappy seperti sekarang.

Sebagai musllim, kita diajarkan untuk berbagi, untuk bersedekah. Karena termasuk dalam 3 amalan yang tidak akan terputus walau pelakunya sudah meninggalkan dunia yang fana.

Karena itu saya menyesalkan perilaku temannya mbak Dydie tersebut. Dia menghalangi ikhtiar mbak Dydie yang sedang bersedekah ilmu. Kali aja ada yang nyangkut. Bukankah jika nyangkut pada orang yang berhasil menafkahi keluarganya dengan resep mbak Dydie, maka mbak Dydie akan mendapat pahala berlipat ganda?


Berbagi Ilmu, Amalan yang Mengalir

Siapa yang mau punya amalan karena telah mengajar memasak pada ribuan orang?

Jika ya, tirulah Fatmah Bahalwan, minimal motivasi berbaginya.

Dikutip dari rasamasa.com, andaikan setiap hari ada 10 orang belajar memasak  didapurnya yang sederhana (bandingkan dengan food YouTuber lain yang memasak dengan kitchen set mewah), maka sebulan berarti ada 300 Orang, dan setahun 36.000 orang.

Kalikan dengan 15 tahun masa Fatmah mengajar sesudah mendirikan Natural Cooking Class (NCC) pada 15 Januari 2005. Serta kenyataan Fatmah sudah mengajar pada tahun 2002, sebelum NCC berdiri. Ditambah fakta bahwa sehari-harinya lebih dari 10 orang. Bisa 20 – 50 orang datang ke markas NCC untuk belajar.

Juga seiring perubahan zaman,  Fatmah membuka sekolah masak online. Serta resepnya terpampang jelas di website NCC dan layar YouTube. Amalan perempuan yang dijuluki “pengajar kue sejuta umat” ini sungguh luar biasa.

Merinding saya membaca dan menuliskannya. Terharu campur bangga.

Subhanallah, jika kita berniat positif, Allah SWT akan membuka jalannya. Kisah Fatmah bermula melihat wawancara di televisi saat Indonesia terkena krismon 1998. Dalam wawancara tersebut, seorang perempuan  mengeluh, krismon telah merenggut satu-satunya sumber nafkah.

Bukan begitu seharusnya, kata Fatmah, perempuan bisa kok mendapat penghasilan dari dapur. Membuat nugget misalnya. Hasilnya dikemas rapi dan masukkan ke freezer. Ketika keluar rumah, dia bisa menawarkan nugget ke tetangga, teman dan kerabat lain.

Sehingga nggak gelagapan lagi saat  satu pintu nafkah terancam tertutup. Menurut catatan Dirjen Bimas Islam, 70 % persen perceraian di Indonesia, dilakukan istri yang beralasan  suami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Nah lho, serem ya?

Saya teringat dengan suatu keluarga di Cigadung. Sang istri gemar membuat rempeyek. Semula hanya iseng, untuk menambah uang jajan, katanya. Rempeyek dia titipkan ke warung sambil berangkat ke pasar atau menjemput anak.

Ketika BUMN tempat suaminya bekerja melakukan PHK  massal, keluaga tersebut bisa dengan segera putar haluan. Istri memasak rempeyek, suami mengemas dalam plastik dan memasarkannya ke kantor-kantor. Sekarang kegiatan tersebut tak diperlukan lagi. Pesanan datang bagai air bah ke rumahnya yang terletak di tengah perkampungan, melewati gang-gang sempit.

Begitulah seharusnya keluarga cerdas.

Baca juga: Kemriyiknya Rempeyek, SiPeanut Cracker yang Dipuji di Australia

Curry Puff, Panganan Gurih Warisan Bangsa Portugis

Apa hubungannya curry puff dengan bu Fatmah?

Begini, suatu hari mbak Dydie menawarkan curry puff jualannya dalam laman facebook. Penasaran dong saya, makanan apa sih ini?

Sesudah searching, ternyata resep dan cara membuatnya terdapat di website NCC. Lengkap dan terperinci. Walau belum ada di YouTube, tapi sudah cukup jelas.

Berbanding terbalik dengan seorang chef kondang yang bolak balik upload video masak do YouTube, tapi nggak pakai resep! Alasannya, dia mendapatkan resep masakan dengan susah payah, harus belajar ke luar negeri.

Yaelah pak, malesin banget kamu. Nggak ada ceritanya followers  lebih pintar. Karena saat sang murid membuat  1 langkah kemajuan, guru telah lebih dulu maju 10  langkah, atau bahkan mungkin 10.000 langkah. Sebab semakin bertambah keahlian seseorang, perkembangan kemampuannya akan maju pesat.

Seperti Fatmah Bahalwan yang selalu berkarya dan segera membagikannya.  Resep terbarunya nastar klepon sudah masuk daftar eksperimen saya berikutnya.

Kembali ke camilan Curry Puff yang punya 2 kata. Curry atau kari merupakan rasa snack ini. Sedangkan puff atau puff pastry merupakan perkembangan dari camilan pastel yang sudah lama kita kenal.

Konon pastel  berasal dari Portugis, karena mirip dengan empanada. Orang Singapuralah yang kreatif menggunakan puff pastry untuk membungkus kentang rasa kari.

Jadi, Curry Puff/karipap wajib hukumnya menggunakan isian rasa kari. dan berkulit mirip pastri, tentu saja dengan bermacam modifikasi. Ada yang menggunakan margarin dan mentega putih. Yang lainnya margarin dan minyak goreng seperti yang dilakukan Fatmah Bahalwan.

Yuk Kita Bikin Pastel, eh Karipap!

Selain artikel dan makalah, hasil karya lain yang rentan diplagiat atau dicontek adalah resep masakan. Salah satunya resep karya Fatmah Bahalwan ini, karipap pusing.

Di dunia YouTube bersliweran resep karipap aka curry puff, mayoritas mencontek resepnya Fatmah Bahalwan. Padahal apa sulitnya bilang, bahwa dia menggunakan resep Fatmah Bahalwan ya? Sebagai penghormatan atas pencipta resep.

Saya bersyukur menemukan resep Fatmah Bahalwan, walau berulang kali saya membuat curry puff, berulang kali pula hasilnya tak memuaskan. Yang pertama gagal, nggak nampak lipatan “pusing”nya. Yang kedua, gambar di atas. Yang ketiga tadi sore, belum sempat difoto dan nggak lebih bagus juga. Jangan diketawain ya?

Bahan karipap terdiri atas 2, kulit dan isian. Isi karipap bisa dibuat sehari sebelumnya. Agar nggak terlalu capek.

Sedangkan bagian kulit ada 2, adonan kuning (margarin) dan adonan putih (minyak goreng)


Resep Curry Puff (oleh Fatmah Bahalwan)

Bahan-bahan Kulit

Bahan A:

  • 125 gram tepung terigu
  • 75 gram/ 5.3 sendok makan margarine

Bahan B:

  • 375 gram tepung terigu
  • 40 gram (3 sendok makan) minyak goreng
  • 125 ml air dingin
  • 25 gram/ 2 sendok makan gula pasir
  • 1 sendok teh garam

Cara Membuat:

  1. Uleni bahan A hingga dapat dipulung. Bagi menjadi 4 bagian, bulatkan. Sisihkan.
  2. Masukkan tepung, minyak goreng, gula, garam dalam sebuah wadah. Uleni sambil dituang air dingin step by step. Jika sudah kalis bagi 4, bulatkan.
  3. .Pipihkan 1 bagian adonan B, isi dg 1 bagian adonan A ditengahnya. Bulatkan hingga adonan A rapat terbalut adonan B. Rapikan bulatannya. Lakukan pada semua adonan. Diamkan 15 menit.
  4. Ambil satu bagian adonan, gilas tipis lalu lakukan lipatan single, yaitu adonan dilipat tiga kearah tengah.
  5. Gilas lagi memanjang hingga sangat tipis. Kemudian gulung, dan padatkan. Lakukan hal yang sama pada tiga adonan lagi.
  6. Potong-potong adonan horizontal setebal kurang lebih 1-1,5 cm hingga didapat potongan bulat dan terlihat tekstur pusaran.
  7. Gilas tipis tiap potongan, beri isi kentang bumbu kari, dan bentuk menjadi pastel.
  8. Goreng dalam minyak yang sudah panas, hingga kuning kecoklatan. Angkat, sajikan.

Bahan Isi:

  • 500 gr kentang, potong dadu kecil
  • 1 bh bawang bombay, cincang
  • 3 bh bawang putih, cincang
  • 3 sdm margarin
  • 2 sdm bumbu kari bubuk siap pakai
  • 2 sdm saus tomat
  • 1 sdm saus sambal

Cara membuatnya:

  1. Dengan margarin, tumis bawang bombay hingga layu, disusul cincangan bawang putih. Aduk hingga layu dan harum.
  2. Masukkan potongan kantang dalam tumisan bawang, juga bumbu kari. Beri sedikit air. saus tomat dan saus sambal. Masak dengan sesekali diaduk rata hingga kentang empuk  dan bumbu meresap. Jika isian sudah mengering, koreksi rasa.
  3. Angkat dan dinginkan apabila rasa sudah oke.

sumber gambar cover : ncc-indonesia.com

12 comments

  1. Ibu Fatmah Bahalwan kecintaan kita semuaaaaaa
    Enjoy banget beliau kalo kasih tutorial, ramah dan mudah dipahami (walaupun belum tentu aku bisa mengeksekusi dgn baik siih qiqiqiqiqi)
    Btw, aku kok heran ama temennya mba Dydie ya? Beneran ga habis pikir kok adaaaaa yg sampe se-"wagu" itu, duhhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya resep bagian dari hiburan ya?
      Di group masakan yang saya ikuti banyak yang minta resep padahal ya kapan kapan aja praktek nya sih 😁😁😁

      Delete
  2. Berbagi ilmu kan jadi amal jariyah padahal haddeh. Btw Curry puff si pastel itu daku belum pernah membuatnya, kalau makannya mah doyan banget Ambu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi justru karena suka , saya bikin
      Kalo ngga suka, siapa yang makan 😁😁😁

      Delete
  3. masya Allah

    adaaa ya orang sebaik setulus itu, terharu aku bacanya. Terbayang betapa mudahnya langkah anak-anaknya kelak, punya Ibu yang sedekah ilmunya luar biasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Tanti, bu Fatmah cantik dan asyik banget
      Paling betah lihat YouTube nya

      Delete
  4. Meski gak terlihat pusing, tapi Ambu udah berani eksperimen. Lagi dan lagi. Saya sejauh ini merasa gak bisa. Diam saja. Ga ada keinginan buat mencoba. Bukankah saya justru yang lebih gagal?
    Nuhun sudah bercerita soal yg cupu sama teh Didi hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kalo baca tulisan sebelum ini, teh Okti mungkin tau jawabannya
      Sebagian dari addicted teh 😁😁😁

      Delete
  5. Lucunya ya, Mbak...padahal rezeki orang nggak akan tertukar. Saya juga sering bagi resep dan hampir semua orang yang bilang minta resep sebenarnya jarang banget praktik...hihi.

    Btw, saya belum pernah bikin curry puff nih..Jujur udah nyerah duluan, nih sebelum nyoba..hiks.

    ReplyDelete
  6. Nah, saya juga sering banget nih ketemu orang yang "suka menyembunyikan" pengetahuan yang dimilikinya. Padahal ya, makin pengetahuan itu dibagi, akan makin banyak manfaatnya, termasuk bagi yang membagikan. Kalau suatu saat dia lupa, bisa nanya pada yang pernah diajari

    ReplyDelete
  7. Mulia sekali niat Mbak Dydie ini mau berbagi-bagi resep di akun medsosnya. Tapi sayang ya niat mulianya itu dikritisi orang yang takut rejekinya ilang diambil
    karena resep dari usaha yang dirintisnya juga dibagikan Mbak Dydie. Padahal rejeki setiap orang mah Allaah sudah atur ya Mbak. Dan benar nih justru ketika kita berbagi ilmu seperti resep2 masakan ini bisa jadi amal buat kita

    ReplyDelete
  8. Memang ya.
    Dengan sering-sering membaca, pikiran kita jadi terbuka dan positif thinking.

    Tapi saya cukup paham apa yang dirasakan mba Dydie maupun orang yang komplain.

    Dua-duanya ngga salah, menurut saya.

    Mba Dydie hanya berniat membagikan ilmu dan kebaikan, sedangkan pemilik usaha nggak nyaman dan khawatir usahanya akan makin banyak saingan. Sudah berat jualan, tambah berat jika banyak saingan.

    Bagaimanapun masyarakat kita ini memang latahan. Jika melihat sebuah usaha terlihat laris dan maju, banyak yang berbondong-bondong membuka usaha sejenis, terutama mereka yang punya passion di bidang tersebut.

    Dulu sekali, saya juga begitu. Awal buka usaha, masih merintis, suka khawatir ada yang membuka usaha sejenis dan banyak saingan.

    Lama-lama perasaan itu hilang sendiri sih. Sekarang lebih pasrah. Rejeki nggak akan tertukar, semua sudah ada yang mengatur. Jadikan motivasi saja agar makin meningkatkan skill dan bersaing sehat.

    Mungkin mbak yang komplain itu juga suatu saat nanti akan sampai ke fase ini, tak terlalu mempermasalahkan soal share resepnya.

    Kalau saya nih, jujur ngga ada passion sama sekali kalo soal makanan. Kalau anak sulung saya suka tuh, bikin2 kueh cemilan. Jadi resep pastel, eh, curry puff ini nanti saya kasih dia. Siapa tahu dia pengin bikin. Makasih, Ambu ^,^

    ReplyDelete