![]() |
Serengeti National Park Tanzania (source: instagram.com/ericaamineh) |
Sehari
Bersama Madame Vivera Siregar, Belajar Travel Photography
Karena
latar belakang keilmuannya, kami memanggil Vivera Siregar dengan sebutan:
Madame. Untunglah, sosok blogger berwajah cantik nan humble ini tak keberatan.
Termasuk
ketika memberikan sebagian ilmunya dalam bidang photography dalam event
#arisanilmu bareng KEB. Di profile nya, Vivera memang mencantumkan Photography
enthusiast, selain profesinya sebagai French Teacher.
Sebentar,
apa sih #arisanilmu KEB?
![]() |
Sebagian dari team KEB (source: WAG KEB) |
KEB
merupakan singkatan dari Kumpulan Emak-emak Blogger, suatu komunitas blogger
perempuan terbesar di Indonesia yang memiliki 3.000 lebih anggota, di dalam dan
luar negeri.
Secara
periodik, KEB mengadakan event #arisanilmu atau berbagi ilmu antar anggota,
agar anggota KEB naik kelas. Nggak sekedar asal posting, namun bisa menyuguhkan
konten bermutu, mendalami photography dan vlogging sebagai penunjang aktivitas
ngeblog.
Khusus
untuk anggota KEB yang bermukim di kota Bandung, dibentuk WA Grup khusus. Agar
sesama anggota saling mengenal, guyub dan saling mendukung. Dalam bentuk
blogger walking (BW), instagram walking (IW) dan, pastinya #arisanilmu.
Walau
terkadang pertemuan hanya sekedar mempererat silaturahmi, seperti sewaktu
munggahan atau sekedar kangen/bloggergathering.
Seperti
yang terjadi di awal Januari 2020, dimulai lemparan ide untuk ngumpul. Bisa di
lokasi yang memungkinkan untuk potluck. Atau cafe kekinian yang menjamur di
Kota Bandung, yang bisa banget dipakai untuk ketemuan formal/non formal.
Dengan
pertimbangan lokasinya strategis, terpilihlah Warung Upnormal di Cihampelas
Walk (Ciwalk) Kota Bandung. Pertimbangan lainnya, tentu harga makanan yang
terjangkau, menunya lengkap dan ngga harus nyewa ruangan. Hihihi ... emaks mah
harus ngirit, ye kan?
Tanpa
ekspektasi berlebihan, saya ikut. Walau sakit lutut sedang mendera lagi. Tapi,
bayangan bertemu belasan teman blogger mengalahkan segalanya. Cukup minum pain killer,
sayapun ke Ciwalk.
Ternyata
ada bonus dong di blogger gathering, 5 Januari 2020 ini. (atau malah sebenarnya
diem-diem udah ada rencana? :D :D).
Yaitu
#arisanilmu yang disampaikan Vivera Siregar. Tentang travel photography. Duh
serasa dapat coklat lezat dari surga. Photography kan kesukaanku banget.
Selama
ini hanya bisa kepo dan mupeng, ngelihat akun-akun instagram yang mengkhususkan
diri pada travel photography. Cakep – cakep bangettt ....!!!!
Dan
dengan mudahnya saya menuduh: “Iyalah, fotonya cakep-cakep. Kan pake kamera DSLR”.
“Sedangkan saya kan cuma pakai kamera ponsel”.
Sebetulnya
saya punya kamera saku, tapi udah lama banget ngga dipakai. Habis, gimana ya?
Walau hasilnya ngga maksimal, kamera
ponsel lebih praktis dan mudah.
Namun,
jika kita merenung apa yang dikatakan pakar photography, Henri Cartier-Bresson:
The picture is good or not from the moment it was caught in the camera
Yang
penting ketika mengabadikan momen itu ya orang dibalik kamera. Bukan alatnya. Jadi, gapapa juga menggunakan kamera handphone.
Alhamdulillah, Vivera memberi materi travel photography
untuk kamera ponsel. Rupanya madame kita ini sangat memahami audience yang
sering malas bawa “kamera sungguhan”.:D :D
Ada
beberapa kiat yang harus dilakukan, jika ingin mendapat hasil maksimal ketika
travelling, yaitu:
![]() |
Lawang Sewu Semarang |
1. Planning.
Destinasi. Misal mau pergi ke
Yogyakarta. Nah, tetapkan mau mengunjungi destinasi mana saja? Apakah keraton?
Taman Sari? Pasar Gede? Atau cukup jalan Malioboro. Karena di Malioboro pun
banyak objek, seperti kuliner gudeg, pecel, puyuh goreng, hingga andong dan
drivernya yang menggunakan busana khas Yogya.
Waktu. Penting banget nih memilih
waktu. Jangan memilih waktu yang intensitas hujannya tinggi banget. Bisa-bisa
bukannya hunting foto, eh malah sibuk menghindari banjir. Pilihlah waktu
sekitar bulan Maret, April, Mei, Agustus dan November.
![]() |
source: hpgetar.com |
2. Persiapan.
Ngga
hanya menyiapkan baju dan make up supaya nampak seombrey-ombrey di depan
kamera, tapi juga harus menyiapkan kondisi ponsel. Berupa:
Peralatan penunjang. Misalnya tripod, penting
banget memilih yang tegak dan nggak miring-miring. Sesuai kegunaan tripod
sebagai penunjang aktivitas photography untuk mengurangi noise, pertimbangkan
membeli alat stan yang berkualitas.
Memory. Jangan sampai nih ya,
gara-gara kehabisan memory di lokasi kegiatan, harus buang/delete foto dan
video dulu, supaya bisa merekam adegan/momen.
Hwaduh anjuran yang makjleb banget. Karena pernah ngalamin apes di Festival
Seni Mranggen beberapa waktu lalu.
Berharap
pingin jadi emak sok hemat, saya ngga beli memory eksternal. Akibatnya selama event bukannya memotret dan wawancara,
eh malah riweuh menghapus foto dan video yang dirasa udah nggak perlu.
Padahal
lokasi Mranggen cukup jauh, sekitar sejam dari Kota Semarang. Belum lagi harus
mendaftar beberapa bulan sebelumnya. Pas tiba waktunya malah memble.
Kisah
“mengerikan” selanjutnya adalah terpaksa pinjem beberapa foto milik teman yang
lebih siap. Suer, kalo inget, pingin nangis gulung guling.
Baterai. Jangan cuma mengisi baterai
ponsel hingga penuh. Bawa dan isi baterai power bank. Agar tidak mati gaya di
lapangan. Sedih banget! Saya sering
ngalamin. Lupa bawa power bank. Atau bawa power bank, tapi lupa bawa kabelnya.
Omaygat!
![]() |
Taman Sari Yogyakarta (instagram.com/viverasiregar) |
3. Eksekusi.
Persiapan
dan planning udah oke, berikutnya eksekusi dong. Vivera menyarankan:
Penggunaan aplikasi. Umumnya kamera pada ponsel hanya untuk
bersenang-senang, bukan untuk photographer profesional. Karena itu gunakan
kamera pada aplikasi seperti Snapseed, VSCO dan Lightroom agar mendapat hasil
bidikan yang bagus.
Penting
banget nih ya, hasil foto dengan sedikit editing. Jika membutuhkan editing,
cukup yang disediakan aplikasi Instagram.
Sebelum
action, rencanakan hasil fotonya seperti
apa. Jangan sesudah jadi, baru riweuh.
Karena sebaik-baik hasil editing, lebih bagus hasil foto yang orisinil. Malah
jika mau ikut lomba photography, ada beberapa fitur editing yang dilarang lho.
Gunakan grid. Untuk menentukan perspektif,
setting grid pada kamera. Kemudian tempatkan objek sesuai selera. Apakah di atas, di bawah, kiri, dengan posisi
tengah? Objek ini memberi “nyawa” pada hasil foto, khususnya foto landscape.
Ah
ini dia yang bikin hasil fotografi para pakar nampak ciamik ya? Mereka berhasil
mengabadikan sebuah objek 3 dimensi menjadi 2 dimensi. Selama ini saya menyerah
dan memilih membuat videonya, yang
pastinya lebih belibet.
Foto yang bercerita. Sedang di mana kamu?
Seharusnya tanpa memberi narasi, orang yang melihat langsung tau. Contoh kamu
pergi ke pura Tanah Lot. Jangan bikin foto dengan wajah yang memenuhi frame
hanya dengan berlatar belakang pantainya. Lha ini mah di pantai Ancol juga
bisa.
Perhatikan
deh foto Vivera di atas. Tanpa narasi,
orang langsung tahu bahwa Vivera sedang berada di destinasi wisata Taman Sari
Yogyakarta.
Jangan lupa selalu bawa
kamera.
Hihihi..... ini sih tambahan dari saya. Gara-gara sering kehilangan serendipity yang bagus akibat lalai.
Misalnya, ah cuma ke depan sebentar.
Atau
dulu sering banget saya malas bawa ponsel jika ke pasar. Ah takut malah ribet, kan cuma sebentar. Padahal
masyaallah, pasar tradisional tuh ternyata surganya photographer.
Ada
kakek/nenek yang berwajah penuh kerutan, namun tetap tekun berjualan. Ada yang
menunggu barang dagangan sambil baca surat kabar.
Dan yang terakhir, saya
sempat memotret pelaku ngelem Aibon. Sayang, karena takut pelaku ngelem marah,
hasil jepretannya kurang bagus.
![]() |
apple strudel by Dyah Prameswarie |
Last but not least, dalam acara blogger gathering KEB Bandung kali ini, Dyah
Prameswarie atau yang kerap dipanggil Ibu Paus bawa apple strudel yang pastinya
langsung tandas sebelum pesanan makanan tiba.
Atuda
enak bangetttt.... Jangan kapok ya mbak Dydie. Teman-teman yang pingin pesan
atau sekedar pingin ngeces dengan olahan tangannya.
Silakan kepoin akun
instagram @dyahprameswarie ya? Karena food blogger dari Kota Cimahi ini piawai
banget meracik kudapan.
Sayang banget aku kmaren g sempet dtg. Untung Ambu nulis ini. ❤️
ReplyDeleteWhoaaaa, uraian saya saat pertemuan kemarin ditulis lengkap dan sangat detil disini. Terharuuu.
ReplyDeleteYuk kapan mau hunting foto bareng? Kita blusukan ke pasar :)
Ambuuu...
ReplyDeleteHaturnuhun tulisannya. Aku jadi mengingat kembali.
Nanti aku ijin nulis juga yaa, Ambu.
Ambu selalu detil kalau nulis.
Sukaaa~
Ini namanya kumpul-kumpul bermanfaat ya Ambu, silaturahmi ketemu temen-temen dan dpt ilmu juga. Aku kepingin bgt bisa moto dengan hasil yg bagus, ternyata pake kamera ponsel juga bisa ya ambu asal pake aplikasi yang Ambu sebutin di atas. Mo nyoba juga ahhh
ReplyDeleteseru banget mba, aku baru mau join KEB nih. Kayanya kok guyub banget ya antara para emak-emak blogger ini. Plus ada sharing ilmu pula. Envy akutu. Hari gini memang kita harus smart mengabadikan moment terutama kita yang menekuni jadi blogger gini untuk menunjang profesi kita tercinta ini.
ReplyDeleteEnak banget bisa ngumpul sekaligus belajar fotografi dan tips-tipsnya secara sebagai blogger salah satu modal harus tau bagaimana menampilkan postingan yang menarik salah satunya secara visual
ReplyDeleteAsiknya pada ngararumpul ya mba. Ngumpul, hepi-hepi, dapat ilmu lagi. Semoga KEB Bandung makin kompak. Saya kebetulan sedang belajar giat soal fotografi, tapi fokus di kamera hp saja, kebetulan hp sendiri terbilang sangat support dan ok kameranya. Baca coretan mba, ternyata bisa dicoba beberapa di antaranya. Terima kasih.
ReplyDeleteWah banyak ilmu yang didapat nih kak, apalagi buat pengguna kamera hp kayak saya ini..
ReplyDeleteKEB isinya emak2 semua ya? Kalo belum emak2 boleh gabung gak?😁
ReplyDeleteIni sering sekali dalam berbagai redaksi kata-kata, Ambu:
ReplyDeleteThe picture is good or not from the moment it was caught in the camera
Tapi yah sayanya koq merasa belum terampil2 juga :D
Kayaknya karena malas latihan deh ... :D
Aaiiihhhh makasih banyak ilmunya Mba. Asik banget ya teman teman KEB di Bandung. Ummm aku kurang niat kali ya, makanya kalo jalan, nggak selalu bawa tripod. Ah iya, kalo untuk atasi memory penuh, aku biasa bawa OTG buat langsung sambungin smartphone ke flashdisk. Jadi sekali jalan, langsung kelar kerjaan saving saving-nya.
ReplyDeleteAihh pengen juga euy belajar travel photography langsung dari ahlinya. Ini foto traveling saya sering ngasal aja ambilnya heuheuheu
ReplyDeleteAku pun suka terpesona pada hasil foto yang ciamik. Kok bisa, ya? Ternyata berbekal kamera ponsel pun nggak masalah ya, Ambu. Apalagi smartphone aku nggak terlalu jadul juga, hihihi ...
ReplyDeleteSoal kemana-mana bawa kamera atau ponsel, jadi keinget sama teman-teman PMI di Hong Kong yang banyak mengisi waktu menjadi street photographer di akhir pekan. Pernah merasakan jalan pagi sama mereka di pasar dan wadaw, aku dapat belanjaan, mereka dapat ratusan foto memikat.
Coba ah mau kuikutin tips-tipsnya di sini. Hatur nuhun, Ambu ...
Luar biasa ini sih, banyak banget cerita dan informatif. Keren sekali mba satu ini...
ReplyDeleteAsyik sekali ini, kapan ya saya dapat kesempatan yang sama.
ReplyDeleteSaya di sini ada kenalan baik, dulu juga sesama blogger dari Kompasiana tapi ia photographer hospitality. Sempayt belajar cara moto makanan saja tapi kurang praktek juga sih.
Bener bgt mbak, klo travelling aku selalu memastikan camera dan kawan-kawannya sudah terbawa.
ReplyDeleteEnaknya ada arisan ilmu ya mbak,
Bisa nambah ilmu blogging plus menjaga silaturahmi antar blogger
Ilmu dapet, kangen2an dapet dan apple strudle enak dapet, alhamdulillah yaaa.
ReplyDeleteNggak cuma pandai meracik kudapan tapi perasaan wkwkkw bukunya mba Dyah juga banyak. Eh mba aku juga pengen ih belajar memaksimalkan gadget yang kita punya. Senangnya bisa berguru langsung
ReplyDeleteSeneng banget nih dapat ilmunya dari pakar ya langsung. Sudah lama nggak upgrade ilmu kepenulisan.
ReplyDelete