Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us
sumber: detikHealth

Akhir Desember 2019, jagat hiburan tanah air dikejutkan dengan berita  Vidi Aldiano yang terkena kanker ginjal.  Bermaksud memeriksa suaranya yang mendadak hilang, Vidi malah didiagnosa menderita kanker ginjal stadium 3.

Ternyata kanker tak mengenal usia. Tua muda, kaya miskin serta dari ras manapun rentan terkena kanker. Bahkan, seperti yang dikatakan teman dekat Vidi, penyanyi “ Nuansa Bening” yang berusia 29 tahun ini disiplin menerapkan pola hidup sehat.

Konsekuensi hidup di abad milenial ya? Kala air bersih, udara non polutan harus bersaing dengan produk modern yang ditemukan dan diproduksi secara masal atas nama kesejahteraan manusia.

Sebetulnya apa sih yang dimaksud dengan kanker?
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara tidak terkendali yang memiliki kemampuan untuk menyusup dan merusak sel-sel sehat di dalam tubuh.
Berita buruk, kanker telah menjadi pembunuh nomor satu, menggeser penyakit jantung berdasarkan hasil dua survei global terhadap tren kesehatan yang dilaksanakan selama satu dekade. (Publikasi jurnal medis The Lancet , 2019)

Sedangkan di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat, kanker merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak setelah jantung dan stroke. Prevalensi penderita kanker di Indonesia adalah 1,4% dengan jumlah total 347.792 penderita.

Khusus di  Jawa Barat,  anggota masyarakat yang menderita penyakit kanker bertambah banyak dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. 

Data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada 2017 menyebutkan sebanyak 21 dari 100.000 orang di Jawa Barat diprediksi menderita penyakit kanker.

Duh langsung ciut hati ini 😢😢

sumber:askhealthnews.com

Mengenal Kanker Kolorektal

Beruntung, pada 30 Januari 2020 , saya mengikuti seminar Media “Tangani Kanker Kolorektal Sejak Dini” di  CGV 23 Paskal, Jalan Pasir Kaliki 25 – 27 Bandung. 

Pematerinya sungguh keren, Dr Zee Yin Kiat, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre. Dr. Zee merupakan anggota dari American Society of Clinical Oncology, serta pendiri Hepatopancreatobiliary Association of Singapore. Beliau juga anggota dewan dari National Healthcare Group Domain Specific Review Board dan Chapter.

Wow banget deretan  prestasinya ya? Padahal ngga saya tulis semua lho, bukti  bahwa penelitian panjang beliau menghasilkan cara penyembuhan kanker paling tepat. Agar masyarakat memahami bahwa pengobatan herbal seperti minum daun sirsak, bukan solusi terbaik.

Mengapa pembahasan hanya berfokus pada kanker kolorektal?

Karena ada banyak jenis kanker, pendekatannya berbeda. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2018, kanker kolorektal diderita 8, 6 % masyarakat Indonesia. Tertinggi ditempati kanker payudara  (16,7%),  diikuti oleh kanker serviks (9,3%), paru (8,6%),  dan hati (5,3%).

Kanker kolorektal juga merupakan jenis kanker yang tidak famous di masyarakat umum.

Iya kan? Saya juga baru dengar.

Bukan tanpa sebab masyarakat kurang mengenal kanker kolorektal ,  gejalanya  tersamar dengan penyakit lain yang lebih umum. Sering, pasien merasakan gejala kanker kolorektal ketika kanker sudah berkembang jauh.

Pada Survei Globocan 2018, di Indonesia, kanker kolorektal adalah kanker nomor dua paling banyak diidap oleh pria setelah kanker paru. Sedangkan di Singapura, kanker kolorektal dideteksi merupakan kanker yang paling umum ditemukan pada perempuan.

Apa yang dimaksud kanker kolorektal?
Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon), atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum).
Kanker ini juga dikenal dengan sebutan kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.

Kebanyakan kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam kolon atau rektum. Namun, tidak semua polip akan berkembang menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga tergantung kepada jenis polip itu sendiri.

sumber; gulfnews.com

Gejala dan Cara Pencegahan Kanker Kolorektal

Ada gejala-gejala khas yang dialami penderita kanker kolorektal, yaitu:
  • Perubahan kebiasaan BAB (diare atau konstipasi/sulit buang air besar)
  • Perasaan bahwa perut tidak sepenuhnya kosong.
  • Terdapat darah (merah cerah atau pekat) pada BAB atau kotoran/faces.  
  • Ukuran BAB/faces lebih kecil/pipih dibanding biasanya.
  • Sering mengalami kram perut atau sakit akibat gas lambung,. atau merasa kembung.
  • Kehilangan berat badan tanpa alasan.
  • Selalu merasa letih.
  • Sering merasa mual atau muntah-muntah

 Gejala-gejala di atas tidak selalu disebabkan kanker. Karena pada tahap awal, umumnya kanker tidak menunjukkan rasa sakit.  Agar mendapat diagnosa yang tepat, sebaiknya segera menemui dokter, dan menerima pengobatan sejak dini jika ternyata kanker.

Dokter akan melakukan test skrining untuk mendeteksi secara dini. Test digunakan untuk menemukan polip, kanker atau kondisi abnormal lainnya. Deteksi dini kanker kolorektal dapat membantu efektivitas pengobatan kanker. 

Beberapa test skrining meliputi pemeriksaan tinja atau kolonoskopi.  Dalam pemeriksaan  kolonoskopi, digunakan konoloskop, suatu tabung tipis dan fleksibel, yang dimasukkan melalui dubur sehingga memungkinkan dokter untuk memeriksa lapisan dalam usus besar. 

Biasanya dilakukan dengan sedasi ringan, kolonoskopi membutuhkan waktu sekitar 15 menit; polip jinak dapat dihilangkan selama proses.

Pencegahan atau pengobatan preventif selalu lebih baik dibanding proses pengobatan. Dr Zee menyarankan pola hidup sehat, yaitu:
  • Selalu mengonsumsi serat dan kurangi daging merah
  • Jauhi rokok dan alkohol
  • Menjaga berat badan tetap seimbang
  • Cukup istirahat dan pola tidur teratur
  • Olah raga teratur

Dalam JNCI Cancer Spectrum, tercatat  bahwa lebih dari satu jam yang dihabiskan menonton TV setiap hari akan meningkatkan risiko 12%  kanker kolorektal. Sedangkan mereka yang menonton  TV lebih dari dua jam per hari mengalami peningkatan risiko hingga  70%.

Temuan tersebut telah memperhitungkan indeks massa tubuh (BMI) dan olahraga, dan perempuan tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal pun akan mendapat peningkatan risiko. Khususnya kanker dubur daripada kanker usus besar.

sumber: singhealth.com

Mengenal Kanker Ginjal

Menyinggung Vidi Aldiano tanpa membahas kanker ginjal, tentunya tidak adil.  Kerap disebut si pembunuh senyap (silent killer), gejala kanker ginjal sering muncul terlambat karena ginjal terletak di rongga perut yang besar.  Sehingga memungkinkan tumor bersembunyi tanpa menunjukkan tanda-tanda yang terlihat.

Di Indonesia, kanker ginjal menempati urutan ke-22 dari semua jenis kanker yang menyerang penduduk Indonesia (Globocan, 2018). Terdapat 2.112 kasus kanker ginjal yang terjadi selama 2018 dengan tingkat kematian mencapai setengahnya.

Penanganan kanker ginjal sedikit berbeda dibanding kanker lain. Penyebabnya,  secara historis kanker ginjal menjadi kanker yang sangat resisten terhadap kemo sehingga pilihan pengobatannya menjadi sangat terbatas. Namun, berkat kemajuan ilmu kedokteran, kini dokter telah mampu menawarkan metode pengobatan yang lebih efisien untuk pasien kanker ginjal.

Perwakilan CanHope, Risma Yanti

Profil CanHOPE

“Seorang teman saya didiagnosa menderita typhus, namun 3 bulan kemudian meninggal dengan diagnosa kanker. Bagaimana caranya mendapat  second opinion  agar kasus sama tidak terulang?” tanya Susanti Hara, seorang teman blogger.

Nah, kini masyarakat awam bisa konseling pada CanHOPE, sebuah  badan non-profit yang bergerak di bidang layanan konseling dan dukungan terhadap penderita kanker yang diprakarsai oleh Parkway Cancer Centre.  Alamat di Bandung dan email tertera di bawah tulisan.

Agar masyarakat  mendapat penjelasan profesional melalui pendekatan holistik. Untuk itu CanHOPE bekerjasama dengan tim medis dan ahli-ahli kesehatan profesional yang memiliki sumber daya serta informasi yang luas mengenai kanker. Sehingga  pasien serta keluarganya  dapat mengambil keputusan yang tepat.

sumber: thejakartapost.com

Profil Parkway Cancer Center

Parkway Cancer Center (PCC) merupakan  institusi kesehatan dengan rangkaian perawatan kanker komprehensif, yang diberikan melalui konsultan spesialis medis, suster, konselor serta tenaga paramedis profesional lainnya.

Setiap hari  tim PCC bekerja keras untuk memberikan perawatan kanker holistik dalam lingkungan yang aman dan menenangkan. Mereka juga dibantu oleh teknologi medis tercanggih dan telah terbukti sebagai program terapi inovatif untuk mencapai hasil klinis yang optimal bagi pasien

sumber:
The Jakarta Post
Parkway Cancer Center,
Parkway Cancer Centre Bandung, Jl. DrCipto no.28 Bandung
Email : pccbandung@gmail.com
                   



 
sumber: mayafellernutrition.com

Ada yang tau asal usul nama micin alias MSG ?

Micin berasal dari kata Ve-Tsin, brand  monosodium glutamat (MSG)  yang pertama kali beredar di Indonesia.  Mirip kasus brand pasta gigi "Odol" , yang pertama kali menjejakkan produknya  di tanah air. Sayang, si odol  kini entah kemana jejaknya. Konsumen lebih mengenal  ‘Pepsodent’ sebagai ‘merk’ dan mengira ‘Odol’ adalah ‘jenis barang’nya.

Nampaknya si MSG yang masuk ke tatar Sunda bermerk Ve-Tsin. Urang Sunda yang kesulitan melafalkan huruf "V", memlesetkan Ve-Tsin menjadi mecin dan akhirnya dipermudah menjadi "micin"

Sungguh aya aya wae ☺☺      
                                                                  
Bagaimana dengan Jawa Tengah? Provinsi yang tak punya masalah dengan pengucapan huruf "V"?

Rupanya Brand yang beredar di Jawa Tengah bukan Ve - Tsin, melainkan Ayinomoto. Disingkat menjadi “moto” saja.  Jadi jika kamu kebetulan sedang di wilayah Jawa Tengah, dan mendengar ada yang mau membeli “moto”, sudah tahu kan yang dimaksud adalah si “micin”, bukan motor alias sepeda motor.  🤣🤣

Si Moto, si Micin atau si MSG sekarang sudah bertransformasi ke kaldu ayam/sapi bubuk. Sehingga para ibu rumah tangga merasa tidak bersalah lagi jika membubuhkan MSG pada masakan.

Rasa bersalah timbul karena kencang berhembus tuduhan bahwa si “micin” menyebabkan seorang anak menjadi bodoh. Tak heran muncul bullyan “kebanyakan micin”,  terhadap anak yang memiliki nilai akademis kurang bagus.

sumber: tokopedia.com

Asal Muasal “Micin” Jadi Tertuduh

Nampaknya, ada 2 penyebab yang menjadikan “micin” sebagai bulan-bulanan.  Yang pertama adalah keberadaan monosodium glutamat  sebagai produk pabrikan. Berbeda dengan gula penghasil rasa manis, garam penghasil rasa asin dan asam kandis penghasil rasa asam, yang dikenal sebagai bahan penyedap alami.

Konsumen MSG merasa emejing melihat serbuk putih yang menghasilkan rasa gurih. Rasa ke-5 dari 4 rasa yang telah dikenal lama, yaitu: manis, asin, pahit dan asam.

Kisah bermula  dari seorang profesor asal Tokyo Imperial University Jepang, Kikunae Ikeda yang selalu takjub dengan masakan istrinya. Kaldu Dashi sebagai bagian masakan Jepang, menurut Ikeda memiliki rasa yang unik, bukan asin, bukan asam, bukan asam, terlebih bukan pahit.

Dasar profesor ya? Serba mau tahu dan gandrung meneliti.  Ikeda berpendapat bahwa kombu/rumput laut kering sebagai bahan dasar kaldu dashi, harusnya bisa diekstrak menjadi bumbu penyedap masakan seperti gula dan garam. Agar para ibu ngga ribet  merebus  rumput laut dan ikan kering untuk mendapatkan kaldu yang gurih.

Pada tahun 1908, akhirnya Ikeda berhasil menemukan rumus monosodium glutamat, sebuah senyawa yang sebetulnya tak asing bagi manusia. Bahkan tubuh manusia menghasilkan senyawa ini.  Ikeda memperkenalkan temuannya sebagai bumbu penyedap rasa umami. Umami berasal dari kata umai yang berarti lezat.

Perusahaan pertama yang membeli hak paten Ikeda adalah Ajinomoto, yang tentu saja harus bekerja keras memasarkan produknya.

Walaupun  Ikeda bertujuan menemukan bumbu penyedap pada masakan yang tawar, bukan menambahkan pada masakan yang sudah memiliki rasa umami.  Namun perusahaan berpendapat lain,  semakin banyak yang membeli MSG,  bukankah akan menaikkan omzet perusahaan?

Jadi apakah konsumen akan menyampurkan  MSG pada masakan yang sudah sangat lezat/sangat gurih? Ya sabodo amat lah yaaaa .....

Terlebih banyak pedagang masakan /pemilik catering yang baru merasa masakannya mantap sesudah dibubuhi MSG.

sumber: thekitchen.com

Kecanduan “Micin” Akibat Salah Kaprah

Ditemukan Ikeda pada tahun 1908, “micin” menjadi bumbu penyedap paling  newbie dibanding si gula, si garam dan si asam. Ke-3 bumbu terakhir sudah menyatu dalam perkembangan zaman, sehingga penggunanya tak gagap, bahkan ketika berakulturasi dengan budaya yang baru datang.

Sangat berbeda dengan micin, yang memasuki pasar dengan klaim, “mampu menyelesaikan semua masalah masakan”. Tak heran, dengan semangat ‘hajar bleh” semua jenis masakan dibubuhi micin.
Berikut contohnya:

Urap, Pecel, Gado-gado dan Sejenisnya
Urap mendapat rasa umami dari kelapa, sedangkan pecel, gado-gado, ketoprak dan sejenisnya mendapat rasa gurih dari kacang. Terlebih jika mendapat campuran kecap manis, fermentasi kacang kedelai memberikan rasa gurih dan manis.

Telur Dadar
Telur dadar merupakan protein dengan rasa khas. Jangan rusak kesucian rasanya dengan membubuhkan “micin” yang bersembunyi dalam nama kaldu bubuk rasa ayam/sapi/jamur. Cukup beri bumbu lada, garam dan bawang daun pada kocokan telur.
Demikian pula dengan scrumble egg, omelette, serta olahan telur ala western food lainnya. 

Sambal
MSG pada sambal?
Omaygat, ga penting banget.  Sambal merupakan saus untuk hidangan utama yang umumnya protein dengan rasa gurih yang khas seperti ayam, ikan, tempe dan tahu. Menambahkan “micin” pada sambal membuat rasa masakan menjadi too much.

Jika ingin menambahkan rasa gurih pada sambal, bisa tambahkan terasi , ikan teri, ikan wader, ikan cumi. Atau justru diberi rasa lain dari sayuran seperti tomat,  jeruk limau, daun jeruk, dengan kata lain sambal merupakan saus yang bisa dikreasi dengan berbagai macam bahan. Jadi jangan rusak rasa sambal dengan MSG.

Masakan bersantan dan  kelapa parut
Contoh:  opor, gulai dan sambal goreng, sudah mendapat rasa gurih dari santan serta proteinnya, ayam/dagng sapi.

Santan  dan kelapa parut merupakan protein yang menghasilkan rasa gurih, seperti juga daging ayam serta daging sapi.

Jenis masakan lain yang tidak membutuhkan “micin” adalah masakan  berbahan baku kacang kacangan, seperti tempe, oncom dan tahu. Lainnya adalah European Food seperti perkedel, aneka sup dan pasta yang mendapat rasa umami dari susu, keju dan telur.

Jadi bagaimana seharusnya?

Kembali pada tujuan awal ditemukannya “micin”, yaitu agar para ibu rumah tangga tidak riweuh bin ribet ketika mau membuat kaldu gurih, sementara tak satupun protein ditemukan dalam lemari pendingin.

Jadi, mulailah percaya diri dan kembali ke khittah. Hanya menambahkan “micin” ketika membuat sup, soto dan mi bakso berkuah. Dan saat masakan tersebut tidak berprotein atau menggunakan protein dalam jumlah minim.

Jadi jika sudah membuat kaldu gurih yang lezat dari  daging sapi/ayam/seafood, mengapa harus menambahkan MSG atau micin?

sumber: tophealthjournal.com

“Micin” dan  Chinese Restaurant Syndrom (CRS)

Profesor lain, Dr. Ho Man Kwok rupanya berpandangan buruk mengenai bumbu penyedap ”micin” si produk pabrikan. Dia mengklaim mengalami sakit di leher belakang hingga ke lengan dan punggung, disertai lemas dan berdebar-debar, paska  makan di restoran Cina. (sumber)

Tak tanggung-tanggung, penyakit yang dinamakan Chinese Restaurant Syndrom (CRS) ini ditulis dalam New England Journal of Medicine, sebuah jurnal kesehatan. Kwok memperkuat dugaannya dengan memaparkan beberapa penelitian mengenai micin. Salah satunya merupakan penelitian Dr. John W. Olney dari Universitas Washington.

Olney menyuntikkan micin sebanyak 4 gram/kg berat tubuh tikus. Hasilnya tikus tumbuh lebih kerdil, gemuk, dan beberapa ada yang mandul.

Food and Drug Administration (FDA), semacam BPOMnya Amerika Serikat, memberi tanggapan dengan meminta   Federasi Masyarakat Amerika untuk Biologi Eksperimental, melihat dampak sebenarnya dari micin.

Hasilnya, beberapa kelompok yang mengonsumsi  3 gram micin tanpa makanan, menunjukkan respon buruk. Mirip percobaan pada tikus Olney dari Universitas Washington.

Respon buruk ditunjukkan mereka yang mengonsumsi micin dalam jumlah benyak. Padahal rata-rata orang hanya mengonsumsi 0,55 gram/hari, sebagai bumbu penyedap.

FDA akhirnya menetapkan micin/ MSG sebagai GRAS (Generally Recognised As Safe) alias bumbu penyedap yang aman dikonsumsi. Karena hasil dari beberapa penilitian tidak membuktikan tuduhan micin sebagai penyebab Chinese Restaurant Syndrom.

sumber: madeinchina.com

Benarkah Micin Penyebab Lemot (Lemah Otak)?

Dilansir dari hellosehat.com, dr.  Ivena menulis bahwa
Kandungan asam glutamat dalam micin membuat sel-sel saraf otak lebih aktif sehingga menciptakan sensasi gurih nikmat saat makan yang bikin ketagihan. (sumber)

 Selanjutnya Ivena menjelaskan mengenai micin yang diduga menyebabkan  “lemot” atau menurunnya kemampuan otak untuk berpikir logis, mengambil keputusan, mengingat, menyelesaikan masalah, dan menjaga konsentrasi.

Otak manusia memiliki  banyak saraf reseptor yang bertugas menerima rangsangan. Letaknya di bagian otak bernama hipotalamus. Adanya glutamat direspon secara khusus  responsif oleh reseptor. Semakin banyak manusia mengonsumsi micin, reseptor akan terangsang bekerja semakin aktif.

Bila terjadi terus-menerus, aktivitas reseptor otak yang berlebihan dapat menyebabkan kematian neuron. Neuron adalah sel-sel saraf yang berperan sangat penting untuk menjalankan fungsi kognitif otak. Kematian neuron akan menyebabka fungsi kognitif otak menurun alias ‘lemot’.

Namun, “lemot” setelah makan tidak selalu disebabkan masakan bermicin. Akibat kekenyangan (terlepas makan masakan bermicin atau tidak) kerap membuat seseorang menjadi mengantuk dan sulit fokus.

Apa solusinya?

Dr. Ivena menyarankan untuk mengurangi atau bahkan sama sekali tidak menggunakan micin, dan menggantinya dengan bumbu penyedap alami seperti bawang putih, bawang merah, lada, merica, cabe segar, daun jeruk, kunyit, dan sebagainya. 

Serta membatasi makanan cepat saji dan makanan kemasan, karena kedua jenis makanan ini sudah mendapat campuran micin dan bahan pengawet.

Setuju banget ya?

source: freepik.com


Penyanyi Ashanty mendadak didiagnosis menderita auto imun. Sempat dirawat di rumah sakit, sekarang istri Anang Hermansyah ini bisa menarik napas lega. Dia hanya perlu membatasi mengonsumsi makanan tertentu, khususnya ikan laut, agar kandungan mercury dalam darahnya tidak tinggi.

Tidak demikian halnya nasib seorang kerabat. Seorang ibu dengan seorang anak balita yang berada di puncak usia produktif. Kerap mengabaikan gejala autoimun, Melani, nama sang kerabat terlambat ditangani dokter, hingga harus meregang nyawa, meninggalkan anak lelakinya menjadi piatu.

Apa itu penyakit autoimun?

Dalam rangka ulang tahunnya yang ke 100, akhir tahun 2019 silam, RSCM memperingatinya dengan mengadakan serangkaian seminar. Salah satunya mengenai penyakit autoimun atau Imunodefisiensi Primer (IDP), dengan Prof. DR.Dr. Damayanti R. Sjarif , SpA(K), sebagai pembicara utama.

Baca juga:
Penyakit Langka di Indonesia, Antara Ada dan Tiada
Life With PKU, Penyakit yang Mengancam Jiwa

Penyakit autoimun/IDP, menurut dr. Damayanti tidak bisa diobati, karena bukan disebabkan virus. Sistem imun dalam tubuhnya tidak dapat bekerja baik. Sehingga rentan rentan terhadap infeksi. infeksinyapun kerap tidak lazim, gejalanya lebih berat dan sulit diatasi.

Aneh ya?

Kok rasanya baru dengar mengenai penyakit autoimun yang berpotensi menjadi penyakit kritis ini?             
                         
Sebetulnya, secara global World Health Organization (WHO) sudah mengidentifikasi ada 68.000  kategori penyakit, cedera, serta gangguan kondisi kesehatan lainnya.  6.172  diantaranya merupakan penyakit langka unik, seperti kasus Ashanty dan kerabat saya.

Jumlah tersebut akan bertambah, seiring perubahan gaya hidup, ancaman perubahan iklim dan pengaruh globalisasi.  Para ahli memperkirakan, akan muncul lima penyakit baru pada manusia. Tiga di antaranya bersumber dari binatang, yang bisa menyebabkan kondisi kritis pada penderitanya.

Urine tikus  misalnya. Jika sang tikus terpapar bakteri Leptospira interrogans, maka area yang terkena urine tikus (tanah, air/air sewaktu banjir) berpotensi menyebabkan penyakit Leptospirosis pada manusia.

Setelah gejala awal, penderita Leptospirosis dapat mengalami gagal ginjal hingga kematian, Jantung berdebar tidak teratur, membengkak, gagal jantung yang berakhir dengan kematian, keguguran pada perempuan hamil atau menyebabkan bayi lahir prematur.

Mendapat musibah sakit, merupakan kondisi yang tak bisa ditawar. 

Namun manusia bisa berikhtiar dengan melakukan serangkaian tindakan preventif, yaitu:

source: pickledplum.com

1. Pola Makanan Sehat

“Anak saya ngga suka sayur”

Sering banget mendengar alasan klise ini ya?

Padahal kemungkinan besar orang tuanyalah yang kurang mendukung agar anak suka sayur. Jika sejak kecil, anak hanya mengetahui sayur bayam dalam bentuk sayur bening, maka akan timbul antipati.

Sesekali bereksperimen dengan sayuran bayam sebagai komposisi muffin, pizza, atau campuran mie goreng. Kemudian lihat hasilnya.

Anak adalah peniru orang tua yang baik. Cobalah makan brokoli rebus, salad, serta buah-buahan dan sayuran lain, dengan cara yang bikin orang lain “ngeces”/ ingin mencoba.

Hingga kini, gara-gara melihat ibunda mengunyah daun kemangi dengan nikmatnya, saya “tertular” menyukai sayuran tersebut. Padahal rasanya kan gak enak?

Seperti diketahui, buah dan sayur banyak mengandung vitamin dan mineral yang membantu tubuh dari gempuran penyakit. Antioksidan yang berkontribusi pada ativitas anti kanker. Serta mengandung serat yang mampu mengontrol kolesterol dalam darah.

source: ecr.co.ca

2. Aktivitas Fisik

“Orang Indonesia paling malas jalan kaki” demikian hasil penelitian sejumlah ilmiawan Amerika Serikat pada 2017.

Ada benarnya sih. Lihat deh film-film western, drama Korea, terlebih drama Jepang, nampak ribuan orang berjalan kaki. Sedangkan penduduk Indonesia semakin dimanjakan dengan kehadiran layanan online.

Dulu, harus berjalan kaki untuk naik kendaraan umum untuk menghadiri suatu event. Sekarang, cukup buka aplikasi, maka kendaan roda 2/roda 4 akan datang, tepat di depan pintu gerbang.

Demikian juga dengan layanan makanan, kebersihan, belanja, serta layanan lainnya. Lompatan peradaban yang membuat rendahnya frekuensi aktivitas fisik.

Padahal pakar kesehatan di seluruh dunia, menganjurkan 10.000 langkah per hari jika ingin menjaga kesehatan. 

Cara termudah yang bisa dilakukan adalah mengajak anggota keluarga berjalan kaki di sore hari atau di Hari Minggu. Sekedar keliling perumahan, sebelum mereka terlelap dalam gadgetnya masing-masing.

source: elmedicointeractivo.com

3. Secara Berkala Memeriksa Kesehatan

Pasal 49 UU Nomor 36 Tahun 22009 Tentang Kesehatan disebutkan rumah sakit milik pemerintah maupun swasta memiliki tanggung jawab pelayanan kesehatan preventif dan kuratif. Yang diperkuat dengan UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit.

Adagium “Mencegah lebih baik dibanding mengobati” telah lama bergaung di masyarakat. Namun kenyataannya, pasien datang setelah kasusnya parah hingga masuk ketegori “critical illness”/penyakit kritis.

Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit kritis, tidak saja berdampak pada terkurasnya keuangan keluarga, juga aspek psikologis, sosial, serta goyahnya stabilitas ekonomi yang berimpikasi pada masa depan keluarga.

Suatu penelitian dari berbagai pusat kesehatan di Indonesia, mengenai dampak katastropik terhadap keuangan rumah tangga, menyebutkan bahwa dalam rentang waktu 6 bulan, 86 persen pasien kehilangan pendapatan atau nafkah dari pekerjaannya, 32 persen harus meminjam uang, dan 18 persen dari mereka harus menjual properti atau aset untuk menutupi pengeluaran berobat.

Kondisi yang bisa dicegah apabila sejak awal menerapkan pola hidup sehat serta secara rutin memeriksa kesehatannya di fasililitas kesehatan terdekat.

source: depositphotos.com

4. Menjaga Kebersihan Lingkungan

“Setiap hari rumah saya disapu dan dipel kok”

Bagaimana dengan sampah? Apakah sudah memilahnya agar tikus tidak tertarik untuk mengacak-acak dan pipis disitu?

 Menjaga kebersihan lingkungan  bukan berarti hanya rumahnya sendiri. 

Tapi juga wilayah di sekitar rumah. Agar yakin, kawanan tikus nggak balik lagi. Agar yakin, petugas sampah membuang sampah ke TPS, bukan malah membuangnya ke saluran air.

Ketua Rukun Warga (RW)  atau Ketua Rukun Tetangga (RT) yang bertanggung jawab, biasanya mengadakan JumSih (Jumat Bersih) , kerja bakti, serta bebersih lingkungan lain. Agar kesehatan warga terjamin dari kuman penyakit yang gemar berpindah di lingkungan yang kotor.

Bapak Himawan Purnama dan Bapak Rusli Chan

5. Siapkan Parasut Sebelum Terjun

Seperti telah disebutkan di atas, adanya anggota keluarga yang menderita penyakit kronis tidak saja berdampak pada keuangan keluarga, juga psikologi, sosial, dan masa depan keluarga.

Sedih pastinya ketika salah seorang anak berhasil lolos masuk fakultas kedokteran suatu PTN, namun ngga bisa meneruskan akibat terkendala biaya pendidikan.

Untuk membuktikan seorang kepala keluarga menyayangi keluarganya, dia wajib memproteksi diri. Atau mengasuransikan diri. Agar ketika terjadi musibah, asuransi bak parasit yang dipegang kepala keluarga. Anggota keluarga bisa mendarat dengan mulus.  Tidak hancur berantakan.

Mengawali 2020, Prudential Indonesia meluncurkan “PRUTotal Critical Protection dan PRUTotal Critical Protection Syariah:  Produk Inovatif untuk Perlindungan Kondisi Kritis Tanpa Batasan Jumlah Penyakit” di Horel Hotel Harris City Link Bandung, Sabtu (18/1/2020).

Konferensi Pers yang dihadiri dr. Laura Anasthasya, Sp.PD dari RS Premier Jatinegara, Jakarta yang membawakan materi mengenai penyakit kritis. Serta Rusli Chan, Chief Agency Officer Prudential Indonesia, yang menjelaskan:

“Melalui kehadiran panjang selama hampir 25 tahun, Prudential Indonesia senantiasa meningkatkan komitmennya untuk menjadikan masyarakat Indonesia hidup lebih sehat dan lebih lama melaui beragam solusi perlindungan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.
Kami menyadari kebutuhan masyarakat Indonesia akan perlindungan yang semakin dinamis. Oleh karena itu, dengan optimisme kampanye “WE DO” Prudential, kami terus berinovasi dengan meluncurkan PRUTop dan PRUTop Syariah, rangkaian solusi asuransi yang melindungi masyarakat dari kondisi kritis secara total”.

Dengan mengusung tagline “hidup tenang dengan perlindungan total”, PRUTop dan PRUTop Syariah memberikan beberapa keunggulan utama, yaitu:
  1. Perlindungan atas kondisi kritis yang lebih luas, tidak lagi terbatas pada jumlah penyakit kritis yang dilindungi.
  2. Maksimal uang pertanggungan hingga Rp 5 Miliar.
  3. PRUTop dan PRUTop Syariah yang dibeli bersamaan dengan PRUEarly Stage Crisis Cover Plus (konvensional dan syariah) merupakan perlindungan kondisi kritis yang komplit.`
  4. Tidak ada ketentuan masa bertahan hidup (survival period)
  5. Perlindungan atas penyakit kritis yang belum ditemukan (future proof)

Konferensi pers ditutup oleh Head of Product Development Prudential Indonesia, Himawan Purnama, yang memberi penjelasan pamungkas:
"Asuransi kondisi kritis saat ini terbatas pada diagnosis jenis penyakit. PRUTop dan PRUTop Syariah menawarkan konsep baru perlindungan kondisi kritis yang berfokus pada perawatan, tindakan, atau ketidak mampuan permanen yang terjadi akibat kondisi kritis.
Hal tersebut yang menjadikan PRUTop dan PRUTop Syariah unggul di kelasnya, karena kedua produk ini mampu melindungi kesehatan dan finansual masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan memastikan mereka hidup lebih tenang”.
Hidup tenang dan dapat melangkah menuju masa depan dengan pasti, merupakan dambaan seluruh keluarga di Indonesia, bahkan di dunia.

Karena itu, lindungilah keluarga dari musibah sakit, kematian dan kecelakaan yang bisa datang sewaktu-waktu. Tanpa diundang.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap critical illness, silakan kunjungi : www.prudential.co

Newer Posts Older Posts Home

Pageviews last month

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Dating in the Kitchen, Saat Paman Jatuh Cinta Pada Keponakan
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Roti Susu Kental Manis, Gampang Bikinnya Legit Rasanya

    Saya sedang mengudap roti susu kental manis (SKM), lho. Sambil ngetik tulisan ini, ada secangkir kopi kental dan seloyang roti sisir...

Categories

  • lifestyle 193
  • review 111
  • drama korea 78
  • kuliner 74
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 35
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (8)
    • ►  January (8)
  • ▼  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ▼  January (19)
      • Nggak Hanya Vidi Aldiano, Kamu Juga Bisa Terkena K...
      • "Micin" yang Disayang, "Micin" yang Dibully
      • Sayang Keluarga? Buktikan Dengan 5 Langkah Mudahnya
      • "Reschedule" Tiket KAI Secara Online yang (Katanya...
      • Tereliminasinya Eddy Siswanto, 4 Channel YouTube I...
      • Ini Dia Beda Cilok, Cimol, Cilor, Ciwang, Cireng ,...
      • Beautiful Gong Shim, Nasib Anak Kedua yang Berwaja...
      • 7 Kiat Menulis Mudah Ala Carolina Ratri
      • Sukses Jualan Indomie, Ini Dia Rahasia Warunk Upn...
      • Item, Akibat Dendam Pada Ayah Kandung
      • 3 Negara Ini Punya Cemilan Mirip Bala-bala/Bakwan/...
      • Vagabond, Gajah Bertarung Pelanduk Mati di Tengah
      • Tender Care, Si Mungil yang Serba Bisa
      • Sehari Bersama Madame Vivera Siregar, Belajar Trav...
      • The Wind Blows, Janji Suci Perkawinan
      • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
      • Bersyukur, Proses yang Tak Mudah
      • Pecandu Lem Aibon di Pelupuk Mata, Tapi Tak Nampak
      • QR Standar, Lompatan Peradaban yang Ditunggu Pengg...
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates