![]() |
kupat tahu Gempol |
Jika
tak ada aral melintang, sekitar tahun 2020 -2021, kereta cepat Jakarta – Bandung akan
beroperasi dengan waktu tempuh 36 menit jika tanpa berhenti di beberapa
stasiun. Serta 46 menit jika menaik turunkan penumpang di stasiun tertentu.
Pastinya
berita menggembirakan. Karena keberadaan kereta api cepat memungkinkan warga
Jabodetabek bisa mencicipi kuliner pagi, siang dan malam hari di Kota Bandung.
Malam harinya langsung pulang, untuk bersiap ngantor keesokan harinya dengan
hati gembira.
Paska
kulineran, siapa sih yang nggak gembira? Minimal bisa bercerita ke teman kerja,
apa aja hasil hunting kuliner di kota Bandung. Berapa harganya. Bagaimana
rasanya. Jadi walau jenis kuliner yang sama terdapat di kotamu, gregetnya pasti
beda.
Nah,
walau kereta cepat belum hadir, bukan berarti nggak bisa sarapan pagi di
Bandung dong ya? Jika kebetulan menginap di Kota Bandung atau sampai di Kota
Bandung pada dini/pagi hari, bisa banget kulineran sarapan pagi yang khas
Bandung pisan.
Apa
aja?
Ini
dia:
![]() |
bubur ayam Akiong |
Bubur Ayam
Saking
banyaknya pedagang bubur ayam di kota Bandung, pembeli bisa leluasa memilih.
Mau yang standar, murah dan enak? Ada banyak. Tersebar di Kota Bandung. Mulai
di jalan bergengsi seperti Jalan Dago hingga ke gang - gang sempit.
Saking
banyaknya penjual bubur ayam, saya pernah iseng menghitung mereka yang mangkal
di sekeliling rumah saya. Wow, ternyata tak kurang dari 10 orang! Belum
termasuk pedagang bubur ayam yang mulai berjualan sore/malam hari.
Namun
pedagang bubur yang rasanya spesial hanya beberapa. Seperti bubur ayam H. Oyo
di kalan Sulanjana yang terkenal kental. Saking kentalnya, jika kamu membalik
mangkok bubur, isinya tak akan tumpah.
Kemudian
ada bubur H. Amid di jalan Pajajaran yang kondang keharuman buburnya.
Penyebabnya bubur dimasak di atas tungku arang. Selain bubur H. Amid, di jalan
Pajajaran juga, tepatnya di GOR Pajajaran, penyuka bubur ayam bisa memanjakan
lidah dengan bubur Akiong.
Bubur
Akiong sungguh spesial, lembut kental dan gurih asli bukan dari micin. Rasa
gurih diperoleh dari kaldu ayam, kepiting atau ikan. Bisa pilih dengan harga
juara, yaitu Rp 30.000/mangkok. Padahal rerata harga bubur ayam hanya Rp 6.000 –
belasan ribu rupiah. Namun harga nggak pernah bohong ya?
Kupat Tahu
“Ah
di kotaku juga ada kupat tahu”
Mungkin
demikian sergah pembaca tulisan ini.
Yup,
betul, mereka yang tinggal di provinsi Jawa Tengah pasti akrab dengan kudapan “tahu
kupat” yang terdiri dari potongan kupat (ketupat) dan tahu, diberi topping
irisan kol, bakwan dan mie, kemudian disiram saus kecap.
Beda
halnya dengan kupat tahu Bandung. Toppingannya taoge rebus, mentimun dan
kerupuk merah. Sausnya mirip saus siomay, yaitu kuah kacang yang kental dan
mendapat sentuhan kecap. Kecap menjadi penentu seberapa manis rasa yang
diinginkan.
Kupat
tahu Bandung juga menggunakan tahu Bandung yang sangat lezat. Kelezatan tahu
Bandung, atau produk tahu dari provinsi
Jawa Barat, memang tak tertandingi. Tidak ditemukan di provinsi lain. Penyebabnya
mungkin air untuk proses produksi tahu yang sangat khas.
Perpaduan
gurih, manis dan manis pada kupat tahu, yang berasal dari saus kacang, sambal dan
kecap kedelai membuat menu ini sangat kaya rasa. Nggak heran banyak banget
penggemarnya.
Di
Bandung ada beberapa aliran kupat tahu. Yaitu kupat tahu Singaparna dengan kuah
kacangnya yang kental. Kupat tahu Cianjur memiliki saus kacang dengan tekstur
halus. Sedangkan kupat tahu Padalarang menggunakan santan pada saus kacang
sehingga rasanya lebih gurih.
Namun
ada kesamaan dari beragam penjual kupat tahu tersebut yaitu mereka kompak
berjualan mulai dari pukul 6 pagi hingga
siang hari. Seperti kupat tahu Gempol dan kupat tahu Cicendo yang melegenda
sejak tahun 1967.
![]() |
source : detik.food |
Lontong Kari
Ingin
sarapan yang berkuah? Lontong kari jawabannya. Potongan lontong nasi disiram
sayur kari yang kental dengan potongan daging sapi yang pas. Ditutup taburan
kacang goreng serta emping. Wuih, sungguh perfecto!
Jika
ingin mencicip lontong kari spesial, bisa banget sarapan di Gang Kebon Karet
yang terletak di jalan Oto Oskandar Dinata, dekat jembatan penyeberangan menuju
Pasar Baru.
Atau
bisa juga mencicip lontong kari di kupat tahu Gempol serta kupat tahu Cicendo. Walau
tidak seterkenal kupat tahu, rasa lontong karinya boleh diadu.
![]() |
source: qraved.com |
Nasi kuning
Senasib
dengan 2 jenis menu di atas, nasi kuning juga dapat di temukan di kota
lain/provinsi lain. Bedanya ada pada campuran nasi kuning Bandung yang terdiri
dari bihun/sohun goreng, orek tempe, irisan tipis telur dadar, irisan mentimun,
daun kemangi serta sambel oncom.
Di
beberapa tempat, pembeli bisa menambah lauk pada sajian nasi kuning standar
tersebut. Umumnya berupa ayam goreng, rendang, semur jengkol serta risol (mirip lumpia goreng).
Penjual
nasi kuning dengan topping standar dapat
dengan mudah ditemukan di seantero Kota Bandung. Tidak hanya untuk
sarapan, banyak yang membeli untuk bekal makan siang di kantor atau di sekolah.
Sedangkan
penjual nasi kuning dengan tambahan istimewa bisa ditemukan di Nasi Kuning Ibu
Shelvy Jalan Pandu, Nasi Kuning Sumur Bandung, dan nasi kuning Rowi jalan Pandu
Bandung.
![]() |
serabi oncom dan telur |
Serabi
Jangan
bilang pernah ke Bandung jika belum mencicipi serabinya yang lezat. Pastinya
ada perbedaan dengan serabi Solo, yang
sama-sama berbahan tepung beras dan menggunakan pengembang baking powder serta
ragi.
Adonan
serabi Solo lebih encer. Ketika adonan bertemu cetakan panas akan timbul
selaput tipis yang lezat dan khas. Umumnya diberi topping serba manis seperti
muisjes, nangka atau kuah kinca.
Sedangkan
adonan serabi Bandung lebih kental. Adonan langsung dituang dan diberi topping
sesuai permintaan, seperti tumis oncom, telur atau muisjes. Bisa juga tanpa
topping. Pembeli menyantap serabi rasa plain tersebut dengan kuah kinca yang
terbuat dari larutan gula merah, ditambah irisan nangka.
Dengan
kata lain, serabi Solo serba manis, sedangkan serabi Bandung ada pilihan manis
dan asin/gurih (tumis oncom, telur).
Yang
menarik, gara-gara serabi Bandung tidak mensyaratkan adanya selaput tipis,
membuat pedagang serabi Bandung bereksperimen. Mereka tidak lagi menggunakan
anglo/tungku arang. Tetapi berganti dengan kompor gas dan cetakan serabi khusus
terbuat dari logam.
Memungkinkan siapapun bisa berjualan serabi. Juga bisa
berpindah tempat dengan mudah. Kondisi serupa pastinya sulit dilakukan serabi
Solo serta serabi Bandung era baheula.
Oh
ya, ada pergeseran juga dengan bahan baku serabi Bandung. Semula serabi Bandung
menggunakan bahan baku tepung beras. Kini penjual serabi Bandung bereksperimen
dengan tepung terigu yang diberi campuran santan dan kelapa parut. Tetap lezat
dan gurih, tapi beda. ^_^
Serabi
Bandung yang tetap mempertahankan orisinilitas rasa dan cara pembuatan, bisa
ditemukan di Pasar Cihapit, Jalan Aruna Pasar Ciroyom serta Jalan Pajajaran.
![]() |
gorengan tempe dan risol |
Gorengan
Yah
dimana-mana memang ada gorengan. Proses akulturasi etnis di Pulau Jawa dengan
beragam budaya yang datang, nyaris sama. Yang membedakan adalah pasokan bahan
baku yang menjamin kontinuitas barang dagangan.
Contohnya
ote-ote atau bakwan di Surabaya yang mendapat toping udang. Jelas, pedagang gorengan di Kota Bandung akan
kesulitan mendapatkan udang. Kalaupun ada, harganya pasti berfluktuasi.
Karena
itu mereka berkutat dengan bahan baku dengan harga terjangkau serta pasokan
terjamin, seperti kol, taoge dan daun kol. Banyaknya sayuran membuat nama “bala-bala”
ditahbiskan pada gorengan bakwan di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung.
Di
beberapa lokasi, pedagang gorengan menyajikan sambal kacang untuk mengudap
bala-bala. Namun mayoritas hanya menyediakan cabe rawit. Pengudap bisa
menyantap bala-bala dengan cabai rawit dan lontong nasi untuk sarapan pagi.
“Teman”
bala-bala yang acap dijual pedagang gorengan adalah cireng, tempe goreng, tahu
isi serta risol/lumpia goreng. Pisang goreng tidak menjadi sajian yang dominan
seperti gorengan di beberapa daerah. Ada alternatif lain, sesuai ketersediaan
bahan baku seperti ubi goreng dan tape singkong goreng.
Gimana?
Sudah meneteskan air liur melihat rangkaian sarapan pagi khas Kota Bandung?
Hayuk
atuh kesini. Kita bareng menikmati embunnya pagi sambil sarapan pagi.
Pasti enak bangat, pengen mencoba. tapi jauh..
ReplyDeleteNgiler banget sama serabinya dan penasaran juga. Apa ya bedanya sama serabi Jawa tengah dan Jawa Timur. Hehhee 💋
ReplyDeleteSerabinya bikin ngiler, pengen langsung menyantapnya. Sayang cuma bisa liat di gambar
ReplyDeleteWaduh membahas kuliner nih gak ada habisnya ya hehehe sukses bikim ngiler hahaha
ReplyDeleteDitunggu deh teh buat jajan makan siang dab makan malam di Bandung hihihi
Saat di bandung lalu sudah pernah nyoba smua kulinernya, kecuali serabi oncom..
ReplyDeletePenasaran sperti apa rasanya
Klo di surabaya, serabinya manis pakai kuah santan
Semua listnya favorit aku banget. Kalo di Padang gk semuanya ada jadi pengen uhuhuhuhuu
ReplyDeleteAku belum pernah ke Bandung..semoga suatu saat nanti diberi kesempatan untuk kesana biar bisa nyicip semua sajian yang disebutin Ambu tadi terutama bagian serabinya hehehe :D
ReplyDeleteSaya mau yang serabi karena belum pernah coba yang model begitu seperti di foto
ReplyDeleteSemoga diijabah keinginan saya ke Bandung
wah aku pernah bingung cari sa
ReplyDeleterapan di sekitar alun2.. nemunya batagor wkwk.. kalo ke Bandung lagi mau cari ketupat.
Mbak, itu kupat tahu ya bumbu kacang ya? Mirip gado2 ya sepintas. Jadi pingin banget deh cobain. Secara trah kupat tahu, lotek, gado2, saya suka semua 😬😬
ReplyDelete