![]() |
source: variety.com |
Pemimpin dibentuk, bukan
dilahirkan
Tau
ngga, siapa Menteri Perumahan RI sekarang?
Hihihi,
saya juga nggak tau.
Nah,
gimana jika tiba-tiba sang Menteri Perumahan (yang kita tidak tahu namanya :D)
menjadi Presiden RI?
Ngerasa
bingung? Kecewa? Merasa negara bakal
kacau karena dipimpin presiden yang tidak dikenal dan tidak kredibel?
Emang
sih, kecil kemungkinan terjadi di Indonesia. Di Indonesia, jika Presiden dan
Wakil Presiden Indonesia mangkat, berhenti atau berhalangan tetap, kontitusi mengatur adanya triumvirat : Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan bersama-sama memegang
tampuk pemerintahan selama 30 hari, hingga sidang MPR memutuskan Presiden
Beda
halnya dengan Amerika Serikat. Jika Presiden AS, dan wakilnya mangkat atau
berhalangan tetap, konstitusi mengatur adanya “designated survivor”. Sosok yang
ditunjuk dalam garis suksesi presiden. Biasanya anggota kabinet. Dia ditempatkan
pada lokasi rahasia dan dikawal ketat. (sumber: Wikipedia)
Salah
satunya ketika bom meledak di Capitol Building, menewaskan presiden yang sedang
berpidato di depan anggota konggres, anggota kabinet, termasuk wakil presiden. Sehingga
terjadi kekosongan pemimpin. Team Secret Service harus segera bergerak,
mengamankan “designated survivor” agar
suksesi berjalan lancar.
Tom
Kirkman, Menteri Perumahan AS sedang selonjoran kaki, asyik menonton pidato presiden sambil makan
kacang dan minum bir. Tiba-tiba mendapati dirinya harus menjadi presiden
Amerika Serikat. Negara adikuasa dengan 50 negara bagian.
Juga
harus menjadi panglima tertinggi yang memiliki kuasa atas tombol nuklir. Dia
juga punya kuasa atas perang, termasuk jika menghendaki perang dunia ketiga.
Bingung?
Pastinya. Bahkan saking stresnya, dia muntah-muntah.
Untunglah,
atau sayangnya? Situasi tersebut hanya terjadi di drama televisi “Designated
Survivor” besutan awak televisi Amerika Serikat dengan 53 episode dalam 3
musim. Sejak tahun 2017 hingga 2019.
Dikatakan
untunglah/sayangnya, karena jika benar terjadi,
presiden ad interim tidak disiapkan sebagai presiden yang dipilih
rakyat, yang punya tugas segambreng banyaknya.
Namun
juga bisa termasuk keberuntungan. Sang presiden ad interim bebas membuat
keputusan. Keputusan yang lebih adil dan memihak rakyat. Karena dia ngga terikat janji politik. Nggak
harus berbohong pada rakyat demi memuaskan pihak yang mendukung selama kampanye.
Termasuk
nggak berbohong ketika dalam suatu siaran langsung, ada pertanyaan: “Benarkah
Presiden memecatnya sebelum berangkat ke Gedung Capitol untuk pidato
kenegaraan?”
Jawaban
“iya” yang dilontarkan Presiden Tom Kirkman membawa petaka. Kompetensinya sebagai
presiden diragukan. Sebagai menteri aja
dipecat, manalah bisa memegang tampuk kepresidenan? Kurang lebih seperti itu
opini para gubernur negara bagian, pejabat militer dan sebagian besar rakyat
Amrik.
Sosok
jujur dan lugu presiden Tom Kirkman sungguh bertolak belakang dengan presiden
yang kini menjabat, Donald Trump. Namun bukan berarti si jujur nggak bisa
mengerjakan tugas kepresidenan.
Berbekal
dukungan istrinya, Alex Kirkman yang pakar hukum imigrasi, anak-anaknya Leo
serta Penny, trio sekawan: Aaron Shores, Emily Rhodes dan Seth Wright, tak
ketinggalan agen Secret Service yang selalu mendampinginya, Mike Ritter, Tom Kirkman
menunjukkan kelihaiannya berdiplomasi dan menyelesaikan tugas kenegaraan.
Agak
mengagetkan memang. Tom Kirkman, menteri perumahan yang “nothing” tiba-tiba
berubah menjadi sosok presiden yang “something” banget.
Mungkin
karena “Designated Survivor” ingin memberi pesan bahwa sosok yang bersahaja pun
bisa memimpin Amerika Serikat, asalkan tulus dan tegas. membuat keputusan untuk
kepentingan rakyat, bukan kolusinya. Dan pastinya tahu banget, seperti apa
kebutuhan rakyat yang dipimpinnya.
Kiefer
Sutherland
sebagai Presiden Tom Kirkman, menteri perumahan yang tidak pernah
diperhitungkan. Keberadaannya sebagai “designated survivor” merupakan bagian
konpirasi penggulingan tampuk pimpinan negara Amerika Serikat.
Kirkman
yang dianggap paling lemah dalam jajaran anggota kabinet diprediksi akan
menjadi presiden boneka, hingga waktunya digantikan Peter MacLeish, anggota
konggres yang selamat dari musibah pengeboman dan dianggap hero.
Tak
seorangpun menyangka, kejujuran Tom Kirkman menjadi senjatanya untuk memperkokoh
kedudukan sebagai Presiden Amerika Serikat.
![]() |
source: cinemablend.com |
Natascha McElhone sebagai Alex Kirkman, First Lady yang cantik dan pandai. Keahliannya dalam bidang hukum dan imigrasi sangat membantu ketika suaminya mengalami problem terkait.
Peran
First Lady Amerika Serikat cukup banyak ditampilkan, tidak hanya sebagai sosok
pendamping presiden, juga sebagai ibu negara yang ucapannya menjadi sorotan
media.
Adan Canto sebagai Aaron Shore, kepala
staf Gedung Putih menggantikan pendahulunya yang dinyatakan hilang dalam
peristiwa pengeboman Gedung Capitol.
Sosok
cerdas pendamping Presiden Park ini berani mengambil langkah ekstrim untuk
membela sang boss. Walau sempat mengundurkan diri dan bergabung dengan pihak
oposisi, Kimble Hookstraten, Aaron Shore kembali bergabung dengan team Tom
Kirkman.
Italia Ricci sebagai Emily Rhodes, staf
ahli menteri yang diangkat menjadi staf ahli Presiden Tom Kirkman. Karirnya menanjak
menjadi kepala staf Gedung Putih paska Aaron Shore mengundurkan diri.
Perubahan
dramatis muncul di musim kedua, Emily nampak sophisticated, dibanding musim
pertama sebagai perempuan kantoran dengan fashion standar kantoran.
Kal Penn sebagai Seth Wright.
Keturunan muslim dari garis ayah yang bekerja sebagai Kepala Biro Komunikasi
Gedung Putih. Dari hasil kerja kerasnya muncul pidato presiden yang mendapat
banyak pujian, atau justru sebaliknya.
Seth
Wright juga piawai meredam isu tentang kepresidenan termasuk keluarga presiden.
Karena sebagai jubir, dia juga bertanggungjawab mengeluarkan taklimat Gedung
Putih secara periodik.
Seth
Wright terkena getahnya jika muncul huru hara dengan isu komunitas muslim
sebagai penyebab. Beruntung dia selalu
mengantongi kartu pengenal Gedung Putih.
Maggie Q sebagai Hannah Wells, perempuan
cantik, cerdas dan seksi yang bertugas sebagai FBI Special Agent. Kekasihnya
menjadi korban pengeboman Gedung Capitol.
Berkat
keuletannya Hannah berhasul membongkar konspirasi pengeboman Gedung Capitol dan
menjadi agen yang paling diandalkan Presiden Tom di setiap kasus.
Penampilan
Hannah yang hampir mendominasi selama 3 musim, membuat penonton betah. Ngga
hanya cantiknya yang kebangetan, aktingnya juga bagus banget. Bandingkan dengan
Kang Han Na yang berperan sebagai agen NIS, Han Na-Kyung di “Designated
Survivor: 60 Days”, hihihi kebanting deh Kang Han Na. ^_^
Bak
setampah jajan pasar nan lezat, demikian perumpamaan yang saya tulis di Designated Survivor: 60
Days, (Bukan) Presiden Boneka mengenai “Designated
Survivor” versi asli ini. Karena setiap tokoh ditampilkan utuh. Ngga ditujukan
menyelesaikan satu kasus besar seperti versi remake.
Hal
ini membuat beberapa sosok seperti Peter MacLeish yang ditemukan masih hidup
diantara reruntuhan, tidak mendapat banyak porsi banyak. Beda halnya dengan Oh
Young-Seok dalam kasus sama, yang hadir di versi remake.
Kedua
drama memang dibuat sesuai kultur, yang menjadi kekuatan masing-masing drama.
Kita bedah yuk perbedaan tersebut:
![]() |
versi asli, presiden nampak sungguhan bukan drama |
Versi remake
lebih dramatis.
Dalam
versi remake, presiden Park Moo Jin yang berlatar belakang ilmuwan, ditampilkan
selalu menggunakan data untuk menyelesaikan masalah, sehingga terasa reasonable.
Gesture
Park Moo Jin yang gemetaran ketika berhadapan dengan dewan jendral serta sering
menggaruk-garuk kaki, terasa pas banget transformasinya. Mengajak penonton,
menggerakkan kepalan tangan dan berseru:”yes!” ketika akhirnya sang presiden berhasil
memenangkan pertikaian
Adegan
dramatis juga banyak muncul di versi remake. Seperti kisah kasih pertemuan Park
Moo Jin dengan perempuan yang menjadi istrinya, Choi Kang-Yeon, perempuan
korban KDRT. Serta bagaimana hubungan batin Park Moo Jin dan anak tirinya terbentuk.
Dalam
versi asli, Leo Kirkman sesungguhnya anak kandung Tom Kirkman yang lahir di
luar pernikahan. Jadi sudah seharusnya saling menyayangi ya? Dan wartawan yang
mau menulis beritanya dianggap wartawan kepo penyuka gosip.
Pemeran watak
Setiap
pemain “Designated Survivor” versi asli merupakan
pemeran watak, karena ditampilkan utuh, bukan tempelan. Alex Kirkman, sang
First Lady yang cantik, pandai dan memiliki karir di bidang hukum, kerap muncul
di ruang oval Gedung Putih. Tidak hanya untuk memberi masukan pada presiden
juga membantu anggota team, salah satunya Seth Wright yang bertugas menyusun
pidato presiden.
Seth
Wright, Aaron Shore dan Emily Rhodes tidak hanya muncul sebagai pembantu
presiden, juga membawa kompleksitas kehidupannya masing-masing. Dan pastinya si
cantik sexy Hannah Wells yang menyedot animo penonton sebagai anggota FBI yang
sering harus berhadapan dengan lawan. Adegan yang bikin dag dig dug .... ^_^
Mungkin
jumlah 53 episode yang cukup banyak membuat penulis skenario leluasa menitik
beratkan pada karakter tiap tokoh.
![]() |
Efek 2D dan 3D yang membuat reruntuhan Gedung Capitol nampak ciamik |
Sinematografi
yang ciamik.
Dalam
beberapa review drama Korea, saya kerap memuji sinematografi Korea Selatan yang
patut diacungi jempol. Namun, ketika disandingkan dengan hasil karya sinema TV
Amrik, terasa jomplang.
“Designated
Survivor” versi asli tidak hanya mengambil angle yang tidak biasa, juga sangat
detail. Decit ban mobil yang mampu menerbangkan dedaunan, hingga reruntuhan
Gedung Capitol yang nampak nyata. Membuat setting versi remake terasa
main-main, bukan reruntuhan sungguhan. #maaf
^_^
Kepiawaian
menset kamera, lampu dan pengambilan angle versi asli akan membuat penonton
terperangah, dan memuji: “Keren banget!”
Sayang
perolehan rating yang terus menerus menurun,
dan peran Alex Kirkman yang “dimatikan” di musim ke-2, membuat versi
asli hanya hanya mampu bertahan hingga musim ke-3, dengan 10 episode.
Sebelumnya setiap musim 21 episode.
Bagus
mana?
Keduanya
bagus, keduanya recommended. Selain alasan kultur yang membuat penonton mungkin
lebih memilih “Designator Survivor” versi remake, yeng mendapat tambahan “60
Days”, juga versi aslinya hanya terbatas
bisa ditonton di saluran berbayar Netflix.
Profile
Genre: Political thriller, Political drama, Conspiracy thriller
Created by David Guggenheim
Country of origin United
States
Original language(s): English
No. of seasons: 3
No. of episodes: 53 (list of
episodes)
Production location(s) Toronto, Ontario , Washington, D.C.
Cinematography: M. David
Mullen David A. Harp
Editor(s): Michael
Schweitzer
Release Original network:
ABC (seasons 1–2)
Netflix (season 3 worldwide;
seasons 1–2 outside North America)
Original release: September
21, 2016 –
June 7, 2019
Keren banget nih dramanya. sayang kudu nonton di neflix, ya?
ReplyDeleteNontonnya di Netflix, ya ampuun aku udah nggak berlangganan😂 tapi aku lebih suka yang versi dramatis ini, bisa bikin emosi nontonnya
ReplyDeleteKok tertarik banget yaaa. Jadi pengen liat dan nonton sendiri
ReplyDeleteCoba dibikin film layar lebarnya yah mbu da klo serial otomatis bakalan bosen hehehe
ReplyDeleteFilm seri ya ini? Bagus sih ceritanya, bikin penasaran dengan endingnya. Jadi pengen langganan netflix.. Hihi.
ReplyDeleteAwal membacanya aq kira beneran in pnh terjadi di Amrik hhh, ternyata di film tp baca Reviewnya kok berasa nton yah, duh jd penasaran
ReplyDeleteAku ingin ikutan nonton ih tapi gak langganan Netflix,hiks hiks. Para pemerannyajuga ganteng dan cantik membuat nonton menjadi betah yah.
ReplyDeleteAku selalu suka nontom serial ataupun film yg bercerita ttg presiden As.
ReplyDelete.
Semuanya menarik2, tapi yg ini aku blm nonton..
Reviewnya bikin pgn ntn
Ambu, saya tuh selalu salut sama serial luar negeri, selain ceritanya digarap dengan ciamik, sinematografi juga diperhatikan, jadi nggak asal.
ReplyDeleteAmbu, saya tuh selalu salut sama serial dari luar negeri, selain ceritanya digarap dengan ciamik, sinematrografi juga diperhatikan.
ReplyDeleteAmbu, saya tuh selalu salut sama serial dari luar negeri, selain ceritanya digarap dengan ciamik, sinematrografi juga diperhatikan.
ReplyDeleteAku nggak langganan Netflix :( Jadi kayaknya udahlah cukup puas aja dulu dengan ulasan Ambu ini.
ReplyDeleteSaya tuh belum langganan Netflix.. Apa langganan aja ya biar bisa puas nonton..
ReplyDelete