Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us


Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya (Wikipedia)

Kok ngambil definisi “ghibah” dari Wikipedia sih?

Karena lebih mudah mengaitkan dengan tausiah Ustaz Aam Amirudin yang menjelaskan bahwa walaupun apa yang dikatakan mengenai seseorang itu, benar adanya, tapi jika yang bersangkutan ngga suka, namanya ghibah. Nah hukuman atas dosa ghibah semua orang tau kan ya?

Selanjutnya tentang Ustaz Aam Amirudin: Percikan Iman, Memercik Kalbu Menuju Kedamaian Hati

Namun, ada kalanya diperbolehkan membicarakan perbuatan seseorang. 

Misalnya tentang Ibu Yati, seorang pemulung yang sekuat tenaga menabung agar bisa berkurban. Akhirnya Ibu Yati berhasil. Ngga hanya satu, tapi dua ekor kambing. 
Nah perbuatan ibu Yati ini diperbolehkan malah dianjurkan untuk dibicarakan pada orang lain. Agar yang mendengar/melihat/membaca terinspirasi untuk melakukan perbuatan tersebut. (sumber)

Beda halnya jika membicarakan perbuatan seseorang yang tidak patut ditiru. Bahkan jika bukan perbuatan tercela, namun tidak disukai yang bersangkutan, maka hukum Allah berlaku.

Dalam Film 99 Nama Cinta, Acha Septriasa berperan sebagai Talia, produser sekaligus presenter gosip, alias acara ghibah yang banyak disorot para ustaz. Namun justru merupakan acara yang disukai masyarakat Indonesia. Terbukti ratingnya tinggi banget.

Nah, gimana kalo orang di belakang dunia gosip, dunia  yang dilaknat semua ustaz di pengajian, bertemu dengan anak kyai yang gaul nan ganteng? Mirip kopi susu mungkin ya? Dunia hitam bertemu dan berpadu dunia putih bersih.

Titik inilah yang menjadi daya tarik film “99 Nama Cinta”. Sesudah dibombardir  film Islami yang nampak tak terjangkau, kini hadir film kekinian yang masuk akal.

Iyalah, film religius yang sebelumnya hadir, dipenuhi “malaikat”. Sosok prianya baik banget, kaya raya dan ganteng kelewatan. Sedangkan sosok perempuan cantik luar biasa. Baik hati. Pengalah. Bahkan dengan sukarela mau dipoligami.

Menimbulkan tanya: ada ngga sih pangeran berkuda yang sesempurna itu? 
Kalau ada, mau dong satu  😊😊

Beda halnya dengan “99 Nama Cinta”. Banyak banget sosok seperti Talia. Juga sosok religius, santun dan kekinian seperti Kiblat. Membuat tayangan ini begitu mengena dan membawa pesan moral yang kuat ketika layar ditutup dan penonton beranjak pulang.

Masyarakat umumnya enggan ditunjuk sebagai pendosa akibat menonton acara yang dituduh sarat ghibah. Harus dengan cara yang manis, yang mengena tanpa menuduh. Yang makjleb tanpa membuat malu.

Jadi, jika sedang mencari film yang menghibur sekaligus bergizi, “99 Nama Cinta recommended banget”! Buatannya Garin Nugroho gitu lho.
 
source: tribunnewswiki.com
Acha Septriasa sebagai Talia, perempuan cantik yang berkarir sebagai presenter sekaligus produser acara gosip. Perpaduan ambisi dan kepandaian yang dimiliki membuat acaranya selalu memuncaki rating.
Namun justru hal tersebut membuat hatinya terasa kosong.

source: idntimes.com

Deva Mahenra sebagai  Gus  Kiblat, Lulusan Kairo Mesir yang kembali ke Indonesia untuk mengurus pesantren di Kediri, tempat dia menimba ilmu, sehingga kerap dipanggil ustaz Kiblat.

source: MNC Pictures

Susan Sameh sebagai Candra, pesaing Talia di kantor. Membuat adegan film “99 Nama Cinta” terjalin dinamis, karena Chandra juga ingin seperti Talia, menjadi primadona di kantor.

source: MNC Pictures

Adinda Thomas sebagai Mlenuk, kreatif program yang diproduseri Talia. Mlenuk merupakan staf Talia yang paling loyal, serta kerap memberikan ide-ide segar.  

Mlenuk menggambarkan generasi milenial yang tak pernah lepas dari gadget, kreatif dan kerap berpenampilan unik.

source: dream.co.id

Chikita Fawzi sebagai Husna, anak seorang guru kyai yang melanjutkan pendidikan ke Korea untuk mengambil jurusan fashion.
Sebagai sosok yang ramah dan ceria, Husna  gemar  menyebarkan dakwah melalui lantunan lagu-lagu yang indah.

Sinopsis @womantalk.com
Bagi Talia (Acha Septriasa), agama bukanlah hal utama dalam dirinya. Berprofesi sebagai produser acara gosip di sebuah televisi swasta, ia memandang kebutuhan dunia sebagai tujuan utama dalam hidupnya. 

Lika-liku Talia dalam menjalani hidup ternyata berujung pada pertemuannya dengan seorang pria bernama Kiblat (Deva Mahenra), yang perlahan mengubah cara pandang Talia dalam memaknai arti agama.

Talia produser acara gosip yang tiba-tiba didatangi Kiblat, ustad muda dari pesantren yang akan mengajarkan agama. Film religi ini penuh konflik lucu dan menggemaskan ketika Talia mencoba menghindar dari Kiblat, hingga akhirnya mereka dekat.


Review:
Drama cinta yang diramu dalam film  “99 Nama Cinta” sebetulnya sangat sederhana. Dan mungkin banyak terjadi. Yaitu tentang seorang wanita karir, bernama Talia, bertemu dengan teman semasa kecil, Kiblat.

Menjadi menarik ketika Kiblat ternyata datang untuk memberi pelajaran agama pada Talia, sesuai amanah ayah Talia sebelum meninggal.

Tak berselang lama, paska pertemuan, timbul beberapa masalah kecil yang membuat karier Talia merosot jatuh. Dalam kondisi terpuruk,  Kiblat muncul,  membantu Talia  hingga bangkit kembali.

“Witing trisno jalaran seko kulino”, situasi seperti itulah yang dialami Talia yang selama ini terasa kosong. Berbareng dengan pemahamannya mengenai keilahian.

Sayang, selalu ada hambatan untuk kebaikan. Muncul isu bahwa Kiblat akan dijodohkan dengan Husna, seorang pengajar baru di pesantren milik keluarga Kiblat.

Bagaimana kelanjutannya?

Sabar, tunggu tanggal mainnya di bioskop kesayangan.

Tapi pastinya bakal menarik, karena seperti diulas di paragraf-paragraf awal, “99 Nama Cinta” lebih membumi, cair dan manis. Ditambah kehadiran komedian Dzawin Nur sebagai Ustaz Bambu, yang membuat netizen menyuarakan keinginan menonton film ini,  karena penasaran ingin melihat akting Dzawin.

Wah jadi ikut penasaran ya?

Dan jangan dilupakan kehadiran  Chiki Fawzi yang mencuri perhatian. Putri tercinta pasangan aktor/aktris senior Ikang Fawzi dan Mariza Haque ini  sudah mengenal dunia seni sejak lama. Namun baru mulai berakting dalam “99 Nama Cinta”.

 Anehnya dia merasa malu untuk bertanya dan belajar pada kedua orang tuanya. Acha Septriasalah yang banyak membantu. Acha meminjaminya buku pelajaran akting dari Rusia.

Ternyata menarik ya kehidupan para aktris di belakang layar?

Jadi makin ngga sabar nunggu tanggal 14 November untuk lihat akting mereka.


Profile 99 Nama Cinta

Directed by  Danial Rifki
Written by  Garin Nugroho
Executive Producer : Valencia Herliani Tanoesoedibjo,  Mohammad Soufan
Starring : Acha Septriasa, Deva Mahenra, Adinda Thomas, Chiki Fawzi, Susan Sameh, Dzawin, Robby Purba,  Ayana Moon
Music by
Cinematography
Edited by
Production companies : MNC Pictures
Release date  : 14 November 2019
Country :          Indonesia
Language :     Indonesia





sumber: Pinterest.com (MollyWeasley)

Pelanggan GoClean mendapat kenikmatan semudah Molly Weasley mengayunkan tongkat sihir. Rumah jadi kinclong, nyaman, semangat kerja berkobar kembali.

Kenal Molly Weasley?

Mungkin sahabat nggak kenal Molly Weasley, tapi tahu dong sosok penyihir cilik, ”Harry Potter”, sosok karangan JK Rowling  yang terkenal di seantero dunia?

Harry Potter si anak yatim, selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Voldemort, raja penyihir hitam, membuat keluarga Weasley sangat menyayanginya. Terlebih Ron Weasley, salah satu anak mereka menjadi sahabat Harry Potter. Bahkan di akhir kisah, Ginny Weasley berpasangan dengan Harry Potter.

Nah, diantara semua adegan Harry Potter, yang paling menakjubkan adalah ketika Molly Weasley, ibu Ron Weasley, sang ratu rumah tangga Weasley, menggunakan sihirnya untuk membersihkan rumah dan memasak makanan.

Dengan kemampuan sihir dan bantuan tongkat sihir, Molly Weasley memerintahkan peralatan sapu dan pel membersihkan rumah. Juga sewaktu anak-anaknya datang, Molly  Weasley mengobrol sambil menjentikkan jari ke arah panci-panci dan piring, yang dengan segera membersihkan diri.

Namun yang paling mengasyikan adalah proses masak memasak yang serba sim salabim dan membuat lidah berdecak. Dalam sekejap, berbagai menu makanan tersaji di meja makan.

Sungguh bikin mupeng!

Dan saat ini saya benar-benar mendamba kedatangan Molly Weasley.
Saya baru pulang dari Kendal, Semarang. Badan lesu kurang tidur. Ingin tidur tapi kerjaan menumpuk. Target penyerahan tugas hanya tersisa 2-3 hari.  Rasanya stres banget!

Stres bertambah melihat rumah yang berantakan. Lama nggak dipel. Membuat suasana kerja jadi tak nyaman. Ditambah perut keroncongan minta diisi. Kosentrasipun buyar, kerjaan semakin lama selesai.

Beruntung, untuk urusan perut ada GoFood. Semudah Molly Weasley menjentikkan tangan untuk memerintah tongkat ajaibnya. Saya menjentikkan ujung jari pada aplikasi Gojek, meng-klik GoFood, memilih menu masakan yang disuka, dan dalam sekian menit, hidangan favorit terhidang.

Karena ketika pemesan mengirim pesanan, merchant segera memproses. Sehingga “ngga pakai lama”, driver segera menerima pesanan dan mengirimkannya. Bak sihir Molly Weasley di era digital!

Bagaimana dengan urusan bersih-bersih rumah?

Gampang, sihir Molly Weasley pun bekerja disini. Berikut langkahnya:
  •  Install aplikasi GoLife dari Google Play Store atau Apple App Store. Jika telah siap, buka dan klik fitur GoClean.
  • Pilih kategori layanan, apakah mau memesan layanan reguler, atau layanan spesial yang meliputi paket kost, paket apartemen dan setrika.
  • Jika memesan layanan reguler, bisa memilih paket dengan menggunakan peralatan GoClean atau peralatan pribadi.
  • Saya memilih peralatan pribadi karena kebetulan semua peralatan saya miliki.
  • Pilih durasi pengerjaan. Bisa 1 jam, 1,5 jam, 2 jam dan seterusnya.
  • Pilih preferensi penyedia jasa (Ada pilihan: tidak ada, perempuan atau pria).
  • Jangan lupa  klik “Ok, saya mengerti” pada “Syarat dan Ketentuan”.

Ada penjelasan khusus untuk pilihan saya, yaitu:
  • Order lebih lama, harga lebih murah.
  • Estimasi pengerjaan 20m -30 menit untuk setiap ruangan.
  • Area yang dibersihkan meliputi : kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, kulkas, menyetrika pakaian (estimasi 8 – 12 pakaian/30 menit), membersihkan teras/balkon.

Sesuai waktu yang ditentukan, petugas GoClean datang, namanya Yuyun. Menggunakan seragam, penampilannya rapi dan sopan. Setelah mengecek identitas, saya menunjukkan peralatan yang saya miliki,  area yang harus “lebih” diperhatikan,  yang dijawab dengan anggukan mantap.  Membuat saya tanpa ragu meninggalkan Yuyun untuk meneruskan pekerjaan. Saya harus mengejar tenggat waktu.

Tanpa banyak cakap, Yuyun segera membersihkan area yang saya maksud. Yaitu jendela-jendela yang tebal sekali debunya, lantai yang kotor, serta area di bawah lemari es yang mengerak hitam, akibat kerap basah oleh air yang mengalir dari lemari es. 

Dan sim salabim!



Serasa menghadirkan Molly Weasley, rumah saya kinclong seketika. Mirip sihir. Bedanya ini nyata. Bukan mistis, terlebih musyrik. Karena dikerjakan manusia nyata. Yang bergerak dengan bantuan kecanggihan teknologi komunikasi yang digunakan Gojek dengan sebaik mungkin.


Dengan kata lain Gojek membuat “lompatan peradaban” dengan menghadirkan “GoClean”. Yaitu menemukan kebutuhan masyarakat, memotong jalur distribusi yang merugikan dan mempertemukan supply dengan demandnya. 
Sehingga pelanggan memperoleh banyak manfaat sebagai berikut:

sumber: stringfellow.com

Minum Susu Tanpa Harus Beli Sapinya

Bagi generasi milenial ini ungkapan yang aneh, beda halnya dengan angkatan baby boomers atau generasi yang belum tersentuh keajaiban era digital.
Jika membutuhkan bantuan petugas pembersih, mereka harus mencari asisten rumah tangga, menggajinya, memberi tunjangan hari raya dan bonus.

Tidak hanya itu, majikan harus menyiapkan makanannya, tempat tidur serta kebutuhan keseharian. Pastinya juga memperhatikan kesehatannya, kebiasaan yang berbeda, serta kebutuhan akan hiburan yang mungkin berlawanan.

Repot banget ya? Kehadiran petugas GoClean menjadi anugerah tak disangka-sangka. Selamat tinggal semua kerepotan.

sumber: supplychainquarterly.com 

Memotong Jalur Distribusi yang Mahal

Ingin rumah bersih? Berarti harus punya asisten rumah tangga. Maka Anda harus menghubungi penyalur tenaga kerja. Membayar sejumlah biaya administrasi dan transportasi.

Bertambah rumit ketika sang tenaga kerja merasa nggak betah, atau kabur. Terpaksa harus balik lagi ke penyalur, dan mengulang proses. 

Banyak kejadian calon tenaga kerja nggak langsung “jadi” dan betah.
Kok ribet banget? Emang! Urusan mencari tenaga kerja ini menjadi kisah sedih berkepanjangan. Tak terlupakan.

Beruntung ada GoClean. Rumah bersih seketika. Semua kisah pencarian asisten rumah tangga yang menghabiskan uang, waktu dan tenaga,  hanya tinggal kenangan.


Tenaga Kerja Profesional

Sudah dapat tenaga kerja, bukan berarti yang bersangkutan siap bekerja. Mereka harus mendapat latihan untuk mengoperasikan mesin cuci, cara menyetrika, cara mencuci peralatan dapur, hingga cara menyapu dan mengepel.

Mosok sih nyapu dan ngepel aja harus diajarin? Iya banget. Penyebabnya banyak diantara mereka yang tinggal di pelosok,  dengan kehidupan yang sungguh berbeda. 

Ada yang tinggal di rumah berlantai tanah, jadi bagaimana berharap mereka punya keahlian menyapu dan mengepel? Juga ada yang mengandalkan air sungai untuk mandi cuci kakus, membuat gegar budaya ketika berhadapan dengan kucuran air dari PDAM.

Beda halnya dengan petugas GoClean, mereka pekerja profesional. Ngga perlu ngajarin mereka bekerja. Jangan-jangan malah pelanggan yang diajari mereka cara membersihkan ruangan. ^_^

sumber: entrepreneurhandbook.co.uk

Efisiensi Waktu

Banyak banget biayanya?

Mungkin demikian komentar Anda mengetahui sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh asisten rumah tangga. Sedihnya bukan hanya boros rupiah, juga boros waktu.

Harus bolak balik ke penyalur tenaga kerja. Harus mengajari mereka kerja.  Terkadang harus mulai dari nol ketika sang asisten rumah tangga pulang.
Terpaksa mencari gantinya, mengajari lagi. Sungguh boros waktu dan bikin capek hati!

Adanya petugas GoClean, pelanggan bisa menggunakan waktu untuk me time , memberi quality time  pada keluarga, atau menyelesaikan tunggakan job  seperti yang saya lakukan.

sumber: cchange.no

Tak heran, apa yang dilakukan Gojek dengan GoCleannya bisa ditahbiskan sebagai “lompatan peradaban”. Kini, tak perlu lagi menghabiskan waktu mencari asisten tenaga kerja agar rumah selalu bersih. Terlebih tak perlu bermimpi kedatangan Molly Weasley. Mimpi yang tak mungkin terwujud.

Karena cukup dengan sentuhan jari, petugas GoClean seperti Yuyun akan datang. Sosok profesional yang mendengarkan instruksi dengan cermat, kemudian bekerja penuh cekatan. Baru berhenti ketika pekerjaan usai. Hebat bukan?

Tentang Gojek

Mengatasi tantangan sehari-hari dengan teknologi yang memberi dampak sosial positif, demikian tekad Gojek yang tercantum dalam situsnya. Bernaung dibawah bendera PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, perusahaan yang yang dididirikan Nadiem Makarim pada tahun 2010, memperkenalkan cara cerdas menggunakan smartphone pada masyarakat Indonesia.

Smartphone tidak hanya digunakan untuk mengunduh aplikasi game, situs berita serta media sosial, juga aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti kebutuhan transportasi, makanan, e-wallet, layanan membersihkan rumah, laundry, layanan pijat,  rekreasi hingga filantropi.

Ada 3 prinsip yang diterapkan Gojek,  yaitu:
  • Speed (kecepatan).  Memberikan layanan  tercepat. Grup Gojek terus belajar dan tumbuh dari pengalaman.
  • Innovation (inovasi) . Grup Gojek bekerja keras untuk terus meningkatkan layanan dan memberi  lebih banyak kemudahan bagi pengguna.
  • Social Impact (dampak sosial). Grup Gojek berupaya menciptakan dampak sosial sebanyak mungkin bagi penggunanya.

Sehubungan dengan dampak sosial, sebuah riset yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut Gojek telah memberi kontribusi Rp8,2 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra pengemudi. 

Gojek juga berkontribusi Rp1,7 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra UMKM. Penelitian yang melibatkan 3.315 responden di 9 wilayah tersebut menunjukkan rata-rata penghasilan mitra pengemudi mencapai Rp3,31 juta lebih tinggi dari UMK 9 wilayah itu yang hanya Rp2,8 juta.(sumber Wikipedia)

Tak heran perusahaan telekomunikasi asal Indonesia yang masuk dalam ketegori unicorn ini mampu mengepakkan sayap  hingga Singapura, Vietnam (dengan nama Go-Viet) dan Thailand (dengan nama GET). Tercatat kini Gojek tersedia di 167 kabupaten dan kota di Indonesia, 2 kota di Vietnam dan 14 distrik di Bangkok, Thailand.





 
Masa depan tidak datang padamu
Kamu harus membangunnya
Banyak yang terheran-heran sewaktu Mulan Jameela dan Krisdayanti melenggang ke Gedung DPR untuk dilantik sebagai anggota DPR. Mereka penasaran, apa sih yang dilakukan/diomongin Mulan dan Krisdayanti selama kampanye?

Ternyata sesuai kapasitasnya. Krisdayanti kerap bernyanyi di hadapan konstituennya. Pemilihnya pun tak keberatan, lha iya daripada memilih caleg lain yang nggak dikenal dan nggak jelas prestasinya, mending pilih Krisdayanti. Jika ternyata nggak jelas hasil kerjanya, pemilihnya maklum. Bisa menerima.

Daripada memilih calon legislatif lain. Boro-boro terdengar atau berprestasi. Minimal  berkiprah sebagai ketua RT pun tidak. Bahkan banyak yang nggak pernah bersosialisasi. Nggak pernah mau ikut kerja bakti.

 Hihihi .... iya kan? Ada sekitar 575 anggota DPR yang resmi ngantor di Senayan, tapi kok yang dikenal cuma Fadli Zon dan Fahri Hamzah? 😑😑😎😎

Ah sudahlah kita tinggalkan sejenak kisah para anggota DPR kita yang nampaknya bakal seru jika dibuat drama. Tanpa berusaha akting, mereka sudah drama banget.

Ternyata Korea Selatan juga punya banyak kisah anggota parlemen. Paling tidak, penulis skenario melihat kasus mereka bisa banget diangkat. Baik ketika pra pemilihan maupun seluk beluk setelah mereka jadi anggota parlemen.

 Jujur, saya kurang bisa menikmati kegiatan paska pelantikan, sehingga pause sebentar dari menonton “Aide”, walau pemeran utamanya favorit saya banget, Shin Min Ah.

Beda halnya dengan “My Fellow Cetizens” dengan Choi Si Won sebagai pemeran utama, serta  “The Great Show”, yang dibintangi Song Seung Heon. Kedua drama ini berkisah tentang pra pemilihan. Jadi masih membumilah kasusnya.

Yang bikin menarik, kedua drama berkisah tentang pencitraan, lebih tepatnya pencitraan yang penuh kebohongan agar mereka terpilih sebagai anggota legislatif.

Ketika akhirnya hati nurani bicara, mereka dihadapkan pada pilihan: mengaku atau tidak!


Selebihnya, penampilan para pemain yang ganteng dan cantik-cantik, bersliweran, bikin betah nonton. Kedua drama juga dikemas secara manis, berbumbu komedi yang segar.

Kebohongan,  strategi licik,  aroma kolusi yang dilakukan para tokoh senior untuk bagi-bagi harta dan kekuasaan, nampaknya terjadi dimana-mana. “The Great Show” hanya membingkainya dan merangkainya dengan kisah lain yang berhubungan dengan pertarungan ajang pemilihan anggota legislatif.


Sayang, dibanding “My Fellow Cetizens”, The Great Show gagal meraup penonton. Ngga begitu jelek sih, tapi ngga sebagus rating “My Fellow Cetizens”. Kuat dugaan persaingan ketat yang menjadi penyebabnya. Kini, setiap saluran di Korsel berlomba menyajikan tontonan terbaik.

Andaikan terjadi di Indonesia ya?

Baca juga: My Fellow Citizens, Suamiku Seorang penipu



Song Seung-Heon sebagai Wie Dae-Han, calon anggota legislatif yang ingin memperjuangkan nasib wong cilik. Sayang langkahnya selalu dijegal secara licik oleh calon legislatif lain yang lebih senior.

Wie Dae Han dijebak sebagai anak yang durhaka. Empat tahun kemudian, dia dijegal lagi ketika publik sudah memujanya sebagai “ayah nasional”.


Roh Jeong Eui sebagai Han Da-Jung, anak SMA yang mengaku anak Wie Dae Han. Da Jung terpaksa minta bantuan Dae Han karena ibu kandungnya sudah meninggal, sementara ayah tirinya melarikan diri dari kejaran rentenir.


Lee Sun-Bin ebagai Jung Soo-Hyun, cinta pertama Wie Dae Han yang kandas. 
Soo Hyun memutuskan hubungan dengan Dae Han karena merasa bersalah.  Adik kandung Soo Hyun meninggal dalam kecelakaan lift sebuah mall, di hari pertama kencan mereka.

Soo Hyun lah yang menyuruh adiknya ke mall tersebut, demi memenuhi janji menonton bareng Wie Dae Han.


Lim Ju-Hwan sebagai Kang Joon-Ho, teman seangkatan Wie Dae Han yang selalu kalah peringkat. Lahir dengan sendok emas, ungkapan anak tajir, tak membuat Joon Ho sombong.

Joon Ho berbanding terbalik dengan ayahnya, Kang Kyung-Hoon, politisi yang selalu menjegal Wie Dae Han. Membuat Dae Han menyimpan dendam pada ayah Joon Ho , bahkan sejak masih SMA.

Sinopsis Plot oleh Staf AsianWiki ©
Mantan anggota parlemen Wie Dae-Han (Song Seung-Heon) mengalami kesulitan keuangan, namun dia bertekad untuk mengikuti pemilihan umum lagi.

 Suatu hari, seorang gadis berusia 18 tahun Da-Jung (Roh Jeong-Eui) datang kepadanya, dan mengatakan bahwa Wie Dae Han adalah ayah kandungnya. Ibunya membesarkan empat anak, termasuk Da-Jung, sendirian, sayang, dia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari. Kini, Da-Jung tinggal sendirian dan harus  merawat 3 adiknya.

 Wie Dae-Han terpaksa menerima Da-Jung dan 3 adiknya. Dia mendapat ide untuk menggunakan situasi ini sebagai "The Great Show" menuju kursi  anggota parlemen lagi.



Review The Great Show

Apa yang terjadi jika kamu seorang bujangan, tiba-tiba datang gadis belasan tahun yang mengaku sebagai anak kandung? Ngga cukup itu, Han Da Jung nama si gadis, datang bersama 3 adik kandung dengan 2 anak terkecil masih berusia 8 tahun dan 9 tahun.

Situasi itulah yang menimpa Wie Dae Han, mantan anggota parlemen yang gagal maju di periode berikutnya karena dijegal lawan yang lebih senior. Keuangan Dae Han juga tidak bagus, membuatnya terpaksa harus menjadi supir pengganti.

Persoalan bertambah rumit ketika ke – 4 anak piatu disatroni preman yang menagih utang ayah mereka. Ngga hanya menagih, para preman mengancam dengan cara kekerasan. Apesnya, Jung Soo Hyun, mantan kekasih Dae Han mengira bahwa Dae Han lah ayah kandung Da Jung.

Membalik kemalangan menjadi keberuntungan, Wie Dae Han akhirnya mendapat ide pencitraan bagi karir politiknya. Seorang calon legislatif yang family man, pasti disukai.

Dan ternyata benar. Wie Dae Han didapuk menjadi “Ayah Nasional”. Tidak saja karena membingkai diri sebagai ayah yang dikelilingi anak-anaknya.
 Juga berhasil menyelesaikan masalah Da Jung yang hamil diluar nikah. Serta Han Tak yang terancam dibui sesudah dituduh sebagai penganiaya.

Bagaimana akhir kisah perjalanan Wie Dae Han? Ternyata unpredictable. Ngga papa sih, ending kisah memang selalu mengasyikkan untuk dibahas. 

Namun yang bikin baper  penonton, ketika Wie Dae Han mengadakan konferensi pers untuk mengaku bahwa dia memanfaatkan anak-anak sebagai pencitraan.

Nggak mudah lho ngurus 4 orang anak, terlebih bukan anak kandungnya. Mana ayah kandung 3 bocah,  bolak balik memeras Dae Han. Bener-bener bikin sebel.

Jadi boleh dong dapat imbas positif sebagai family man? Ngga ada salahnya bukan?

Tapi ya begitulah drama. Butuh rasa pedas manis asem, yang membuat penonton ingin menonton lagi dan lagi.

Yang bikin saya terheran-heran,  Song Seung-Heon nampak tua di drama ini, tetep ganteng sih.  Terakhir nonton When a Man Loves tahun 2013 nampak macho banget. Sesudah diintip ternyata oppa Song Seung Heon lahir 1976, atau udah berusia 43 tahun.

Hihihi  pantesan! 😭😭


 

Profile The Great Show

Revised romanization: Widaehan Sho
Hangul: 위대한 쇼
Director: Shin Yong-Hwi
Writer: Sul Joon-Suk
Network: tvN
Episodes: 16
Release Date: August 26 - October 15, 2019
Runtime: Monday & Tuesday 21:30
Language: Korean
Country: South Korea 
(Sumber: asianwiki.com)

Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...

Featured Post

Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang

  Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang Media sosial Indonesia geger. Seorang dokter kecantikan berseteru dengan sesoso...

Categories

  • lifestyle 198
  • review 131
  • drama korea 97
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 41
  • review kuliner 39
  • Environment 30
  • budaya 21
  • travelling 19
  • beauty 18
  • Zero Waste Lifestyle 17
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (52)
    • ►  April (9)
    • ►  March (14)
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ▼  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ▼  October (8)
      • Film 99 Nama Cinta, Saat PresenterAcara Ghibah Jat...
      • GoClean Bak Sihir Molly Weasley di Era Digital
      • The Great Show, Pengakuan Calon Anggota DPR
      • Jadi Juragan Nanas Dengan Wakaf Produktif Dompet D...
      • Zakat Mengantar Bank Sampah "Motekar" Meraup Omze...
      • Designated Survivor, (Bukan) Presiden Karbitan
      • Menggoyang Lidah dengan Korean Foods di Fat Oppa
      • Designated Survivor : 60 Days , (Bukan) Presiden ...
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
    Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu   Pernah dengar kisah “pakde” di zaman orba? Bernama asli Muhammad Siradjudin, pakde berprof...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
      The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri Yang Mencuri CD   Tahu arti mimpi digigit ular? Ternyata banyak artinya. Bisa berm...
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
      Sering ikut lomba  di perayaan Hari Kemerdekaan? Kebetulan saya belum pernah ikut. Penyebabnya, rumah kami di kota Sukabumi berjauhan de...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
    Akhirnya nonton drama China (lagi) Saya sebut (lagi) karena sebelum kerap menikmati drama Korea, saya biasa mengisi me time deng...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates