![]() |
source: Efi Fitriyyah |
Vlog?
Yup, Vlog merupakan singkatan dari video blog. Kiat membuat vlog dan editingnya, menjadi materi arisan ilmu yang digelar
Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan sisternet. KEB sendiri merupakan komunitas
perempuan berprofesi blogger. Eksis sejak tahun 2012, KEB memiliki tagline: “Kami
Ada Untuk Berbagi”. Keren banget, ya?
Nggak
heran secara periodik KEB menyelenggarakan arisan ilmu. Iya, bukan arisan uang,
seperti yang biasa menjadi kegiatan kaum emak, melainkan arisan ilmu. Agar para
emak blogger selalu meningkatkan kemampuannya. Lebih profesional, nggak asal
tulis, dan tambah keren pastinya. ^_^
Sebetulnya
Vlog bukan aktivitas baru. Menurut Akang Wikipedia ^_^ , Adrian Miles memposting vlog pertamanya tahun
2000. Tahun sekian pastinya Indonesia
masih ketinggalan di bidang internet dan teknologi kamera, ya?
Baru
meledak pada tahun 2009 , sewaktu aktris dan penyanyi Marshanda,
membuat video berisi curhatnya, mirip para blogger yang menulis dalam blognya.
Setelah itu tak terelakkan, situs YouTube dipenuhi vlog dengan berbagai macam
kreasinya.
Jika ingin menjadi blogger profesional, seorang
blogger diharapkan mampu membuat vlog. Karena seperti yang dikatakan Yasinta Astuti, manfaat membuat vlog
adalah:
- Pelengkap artikel/tulisan blog
- Promosi produk/jasa
- Konten independent yang berdiri sendiri
- Dekorasi/Estetika
Tentang
Yasinta
Yasinta
Astuti, pemateri di arisan ilmu KEB pada tanggal 18 Agustus 2019 lalu, sungguh
bikin bangga. Usianya baru 28 tahun tapi sudah malang melintang di dunia
fotografi dan videografi. Bareng suaminya, Parmadi Budiprasetyo, Yasinta mengerjakan
fotografi coorporate bagi perusahaan besar seperti Traveloka.
Nggak
heran materinya sangat bergizi, bikin saya terkagum-kagum. Terlebih workshop di
Crowne Plaza Bandung ini, KEB
bergandengan tangan dengan sisternet, salah satu layanan XL yang bertujuan
memangkas kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam hal teknologi.
Sehingga
sudah tidak ada alasan bagi seorang blogger perempuan untuk berlindung dibalik
kata “gaptek”. Karena ekosistemnya sudah berkembang pesat. Mulai dari pemateri,
komunitas, akses internet, kamera yang selain bertambah canggih, juga murah.
Serta peralatan pendukung.
Beberapa
peralatan pendukung kamera yang dianjurkan Yasinta untuk dimiliki adalah:
Harganya
variatif. Mulai dari yang murah (Rp 50.000 an) hingga mahal pisan (jutaan rupiah). Bagi
pemula, ya yang murah dulu deh. Setelah banyak order bisa dipertimbangkan untuk
memiliki peralatan berharga selangit. Toh, ada uang ada barang. Hasil akhir
menggunakan peralatan lengkap (beberapa diantaranya berharga mahal) pasti tak
mengecewakan.
Yuk mulai
ngevlog!
Yup,
yang penting adalah memulainya. Percuma punya kamera dan peralatan mahal tapi
ragu-ragu bahkan malas menggunakannya.
Menurut
Yasinta, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat footage, atau clip rekaman.
Secara
sederhana footage dibagi 2:
- Main Footage, berisi informasi utama
video seperti cara menggunakan makeup ke wajah. Sifatnya wajib serta biasanya
berdurasi panjang.
- B-Roll atau disebut juga Insert, merupakan
video tambahan yang bertujuan mempercantik video. Misal: Video close up saat
tutup wadah makeup dibuka, video close up saat menyapukan kuas, video
menampilkan kondisi lingkungan di sekitar objek atau detail lainnya. Sifatnya
optional tapi jika ada bisa menjadikan video menjadi lebih keren dan cinematic.
Biasanya durasi pendek-pendek tapi banyak.
Peralatan yang dimaksud untuk menunjang:
- Peralatan Audio. Sering banget ngerekam
adegan di lokasi yang berisiknya minta ampun. Festival makanan, misalnya.
Eventnya kan langka. Nggak setiap waktu bisa dikunjungi. Nah keberadaan peralatan
pendukung audio sangat membantu, agar suara perekam yang mendominasi, bukan
suara musik/MC di lokasi acara.
- Peralatan Lighting. Kerasa banget nih ketika
memotret makanan. Nggak tau kenapa, penerangan resto kalo nggak remang-remang, suka aneh. Seperti sinar kuning di bakmi GM. Mau memindah makanan ke
lokasi yang terkena sinar matahari, kok sungkan. Terlebih jika pengunjung resto
sedang banyak. Bisa dipelototi pengunjung lain deh.
- Stand. Urgent banget pastinya. Hasil
rekaman saya sering goyang-goyang, walau sudah diakali agar shoot sehalus
mungkin. Tapi namanya mahluk hidup kan bergerak ya? Jadi goyangan bakal tak
terelakkan. Apalagi jika merekam sambil jalan dan melewati medan jalan yang
gronjalan. Grupyak. Wah kacau deh hasilnya. :D
- Background. Nampaknya modal green screen harus dimiliki jika pingin hasil akhirnya bagus. Saya pernah upload penggunaan back ground sederhana untuk pengambilan gambar produk.
Untuk
pengambilan footage dan b-roll, Yasinta memberi tips berikut:
- Untuk main footage, usahakan mengambil dengan pencahayaan yang cukup, serta tanpa menggunakan efek aneh-aneh, serta senatural mungkin
- Untuk insert atau b-roll, di sini kita lebih bisa memainkan kreatifitas dengan pengambilan sudut yang tidak biasa, penggunaan fitur ekstra yang disediakan kamera atau smartphone (Misal: slow motion, timelapse).
Mulai ngedit
deh ...
Aplikasi
apa yang sebaiknya digunakan?
Yasinta
bilang, silakan aja sih yang mana juga boleh. Aplikasi kan sekarang banyak
banget, lengkap dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Yasinta
sendiri menggunakan software editing video sesuai gadgetnya:
- Smartphone: Kinemaster, Power director. Viva video, dan aplikasi lainnya
- PC: Adobe premiere, FinalCut, Windows movie maker, Filmora, dan software lainnya.
Sedangkan
langkah-langkah proses pengolahan video meliputi:
- Import file video ke aplikasi editing video
- Penyusunan video mentah dalam timeline
- Proses pemotongan video mentah
- Penambahan Efek dan transisi
- Penambahan judul & tulisan
- Audio mixing
- Penambahan Backsound
- Rendering & tayang
Berabe
kan? Makanya jangan semuanya diborong sewaktu rekaman, kecuali beberapa efek
khusus seperti slow motion, timelapse.
Awal
mula editing, saya menggunakan aplikasi Quick. Super mudah nih. Kirim aja semua
hasil rekaman video dan foto, kemudian ..... taraaaa.....hasilnya langsung
jadi. Umumnya cuma 1-2 menit aja, lumayanlah.
Tapiii...,
ya itu dia, namanya instan kan suka-suka si Quick deh jadinya. Dia sering
motong/cutting adegan yang penting. Yah maklum aja si Quick ini kan nggak punya
perasaan ya? :D :D
Jadi
jangan berharap lebih dari robot, mesin atau apapun. Otak manusia diatas
segalanya.
Beruntung,
hasil tanya sana, tanya sini saat pelatihan Danone Blogger Academy (DBA), saya
dapat info aplikasi bagus. Yaitu Vlogit dari narsum, dan InShot dari teman
akademia DBA 2018.
Khusus
InShot lebih mudah digunakan, ini hasilnya:
Sedangkan Vlogit, ya ampun seharian ngoprek sampai
kepala kleyengan. Terjadi karena belum terbiasa. Sehingga sudah setengah jalan,
eh ada yang terhapus. Atau bahkan ngga tau cara menghapus, kepaksa deh mulai
lagi dari awal. Ini hasil Vlogit. Omaygat!!
Sedangkan
hasil Quick, ini dia:
Kelihatan
banget beda hasilnya ya? Hihihi yang penting bikin dulu deh, jangan kebanyakan
mikir yang berakhir cuma mikir doang. :D
Kiat khusus
Yasinta
Ada
beberapa kiat khusus yang diberikan Yasinta
agar bisa menghasilkan vlog yang oke, yaitu:
1. Pencahayaan.
Kunci
dari kualitas video yang baik adalah pencahayaan yang baik. Pencahayaan ini
terbagi menjadi 2 kategori dasar, pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
- Pencahayaan alami. Sumber cahaya yang paling baik adalah matahari, jadi pastikan melakukan perekaman video pada tempat yang cukup cahaya. Tidak harus dibawah terik matahari, tetapi lebih baik rekaman dekat jendela yang besar dibandingkan jika rekaman di ruang tengah yang biasanya jauh lebih gelap.
- Pencahayaan buatan. Apabila masih kurang terang, dapat ditambahkan cahaya tambahan, paling mudah menggunakan lampu belajar atau lampu led yang disambungkan ke powerbank
- Gambar bintik-bintik, khususnya di area gelap akan terlihat bintik kecil-kecil
- Gambar menjadi kurang tajam
- Gambar berbayang (Gerakan jadi tidak halus) karena kamera berusaha melakukan kompensasi atas kurangnya cahaya dengan memperlambat kecepatan shutternya –
- Sulit Fokus (Objek blur, tapi malah backgroundnya yang tajam)
2. Kualitas
Audio
Seringkali,
kualitas audio yang baik lebih penting dibandingkan kualitas video. Iya lah,
kesel banget ketika lihat video bagus, tapi audionya buruk, nggak jelas apa
yang mau disampaikan.
Masalah utama yang dihadapi pada pembuatan video, khususnya menggunakan smartphone adalah banyaknya suara lingkungan sekitar yang ikut terekam dan seringkali membuat suara pembicara menjadi tidak terdengar, khususnya di lingkungan yang berisik.
Untuk
menyiasatinya, Yasinta menyarankan penggunaan lavalier.
Fungsi
dari lavalier di atas adalah untuk melakukan perekaman suara sedekat mungkin
dengan pembicara (biasa diletakkan di kerah baju) sehingga suara yang tidak
diinginkan dari lingkungan sekitar tidak ikut terekam telalu besar.
Sip,
lengkap banget penjelasan Yasinta untuk pemula seperti saya ya?
Saya
sih bersyukur banget dengan kehadiran banyak aplikasi dan tumbuh suburnya
kiat-kiat membuat vlog serta editingnya. Karena saya pernah bikin video yang
bikin kepala nyut-nyutan selama beberapa hari. Dimulai dengan menyusun foto di
Power Point, kemudian hasil clipnya diedit sebagai berikut:
Hihihi
horor banget deh jika inget masa-masa itu :D :D
Jadi,
jangan sia-siakan kemajuan teknologi dan gadget yang kamu miliki, ya?
Yuk
move on, bikin vlog yang bermanfaat untuk negeri kita.
Minimal
untuk teman-teman kita.
Setuju?
Mantuuulll banget nih materinyaaaa
ReplyDeleteVlog tuh emang lebih susah dari blog, karena melibatkan hal2 teknis dan mood bgt :D
Moga2 arisan ilmu KEB juga nyampe di Surabayaaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Wah lengkapnya ilmu jadi vloger, semua detail mulai dari piranti hingga editing memang harus diketahui dulu.
ReplyDeleteWah udah lama gak ketemu teh Yashinta, sekarang sudah mulai menjadi pembicara... Mantap lah
ReplyDeleteMenarik buat dipaktikan. Clip on itu mesti masuk daftar belanja, deh.
ReplyDeleteSaya sampai saat ini belum berani ngevlog. Masih ragu dan malu.. Hihi.. Tapi baca artikel ini jadi semangat untuk mencoba. Terima kasih sharing ilmunya..
ReplyDeleteManfaat banget postingan ini. Penting buat disave. Aku baru tahu kalau vlog sepenting ini
ReplyDeleteManfaat banget postingan ini. Penting buat disave. Aku baru tahu kalau vlog sepenting ini
ReplyDeletewihh pematerinya keren... ilmunya juga keren banget.. mengenal alat2 untuk ngevlog penting banget yak.. kadang kita pake tapi gak tau namanya.. kadang gak ngeh juga buat apa aja hehe
ReplyDeleteEmang ya kalau mau hasilnya maksimal selain niat maksimal juga peralatan harus maksimal biar hasilnya juga maksimal :D
ReplyDeleteSebenarnya yang bikin saya malas adalah editing-nya
ReplyDeleteMemberikan efek dan lain-lain untuk mempercantik hasil video itu yang beneran butuh energi lebih
Tipsnya sangat menarik soal vlog
ReplyDeleteBelajar NgeVLOG itu aku kadang semangat. Tapi ntar eksekusinya masih suka jiper, hahahaa
ReplyDeleteKeren sih sharing belajar VLOG bareng Yasinta, rata-rata sama ya kudu perhatian dnegan perlengkapan juga
Kemon ambu kapan kapan kita ngevlog bareng hehehe
ReplyDeleteSerunya acaranya. Kapan ya KEB ngadain acara di Banjarmasin? Heu. Saya juga pengen banget nih bisa ngevlog dengan lebih profesional.
ReplyDeleteAh, bermanfaat banget ilmunya mbak. Karena saya juga baru mulai vlogging nih. Menyalurkan bakat public speaking saya yang sempat terkubur. Makasih banyak ya sudah sharing ilmu. Bahkan ada beberapa istilah yang saya baru tahu nih.
ReplyDeleteWaaaa bu Maria udah rajin ngevlog eeeuy.
ReplyDeleteBebrapa bulan lalu aku semangat bikin video, tapi skrg males soalnya males ngeditnya. LOL. Pusing duluan kalau kelamaan di depan hp. Enggak pernah edit di komputer karena butuh waktu khusus tanapa direcoki bocah plus ga bisa mobile kan.
Bermanfaat pisan Ambu reviewnya detail dan superlah . . . sukses
ReplyDeleteJadi mau belajar Vlog
ReplyDelete