“Lagi
dapet”
Kalimat
samar semacam itulah yang biasa diucapkan seorang perempuan ketika menyatakan
bahwa dirinya sedang mendapat siklus bulanan. Kalimat yang menyembunyikan fakta
sebenarnya. Seolah malu.
Tak
heran, sebuah survei global menemukan bahwa
73 persen perempuan menyembunyikan menstruasi mereka dari orang lain, sementara
68 persen perempuan enggan membicarakan menstruasi mereka dengan pasangannya.
Boleh
saja kultur dituduh sebagai penyebabnya. Karena kultur pula yang menyebabkan suku
Naulu di Indonesia Timur mengasingkan perempuan yang sedang datang bulan. Para
perempuan ini baru boleh pulang ke rumah
setelah masa haidnya selesai. Kejam nian ya?
Kondisi
ini menyebabkan kaum perempuan kurang memahami apa yang terjadi pada organ
kewanitaannya, dan berakhir sebagai korban iklan. Termakan iklan pembalut yang
gencar mempromosikan kelebihannya. Anti bocor, anti bau, anti selip.
Sebelum
termakan iklan, perempuan harus paham apa sih yang dimaksud dengan menstruasi? Dikutip
dari parenting.orami.co.id, dr. Yohana Margarita menjelaskan:
Menstruasi atau haid adalah proses meluruhnya dinding rahim dengan tanda keluar darah melalui vagina selama 3 – 7 hari. Terjadi setiap 21 – 35 hari. Volume darah yang keluar rata-rata sekitar 3 sendok makan dalam sehari.
Dilihat
intensitas dan volumenya, proses haid yang terjadi setiap bulan harusnya
ditanggapi dengan wajar. Nggak usah heboh. Ada saat darah haid mengalir deras,
namun hanya 1-2 hari saja. Sehingga tidak harus menelan mentah-mentah apa yang
dikatakan iklan.
Iklan
pembalut sekali pakai memang dibuat membahana agar konsumen membeli. Semakin
sering dan banyak dibeli, semakin senanglah produsen, karena berarti omzet
penjualan melaju kencang.
Konsekuensinya,
sampah pembalut bermunculan di area tumpukan sampah. Ada yang sudah
tercabik-cabik, ada pula yang masih berdarah-darah. Membuat kawanan anjing liar
tertarik untuk memainkannya.
Selain
masalah sampah, nggak semua perempuan cocok dengan pembalut sekali pakai. Mereka
kerap mengalami gatal-gatal dan iritasi.
Sayang, akibat ketidak pahaman, gejala tersebut dicuekin, penderita enggan ke
dokter dan nrimo aja.
Padahal
ada banyak alternatif lainnya, seperti reusable pad atau menstrual pad yang
ternyata banyak kelebihannya lho. Apa saja? Ini dia:
Aman Bagi
Kesehatan
Publik
pernah dihebohkan dengan temuan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) kandungan klorin pada beberapa merk pembalut
dan panty liner yang dijual di
Indonesia. Bahan tersebut bisa memicu iritasi dan bahkan kanker terutama kanker
terkait organ reproduksi wanita.
Apa
sih klorin?
Klorin
adalah unsur senyawa kimia yang sering digunakan sebagai alat / bahan pemutih
pada industri kertas, pulp, dan tekstil, untuk manufaktur pestisida dan
herbisida, misalnya DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC),
plastik , bahan pembersih, dan untuk pengolahan air bersih dan air limbah.
Klorin
digunakan produsen agar pembalut nampak putih kinclong. Jika tidak, pembalut
terbuat dari campuran kapas dan rayon akan berwarna kuning kusam. Nah, justru
pembalut berwarna kuning kusam ini (tidak berklorin) dituduh sebagai pembalut
bekas yang didaur ulang.
Ribet
banget yak?
Walau
pengalaman saya sebagai periset sampah di lapangan menyangsikan adanya pembalut
daur ulang (kita kupas dalam tulisan lain), solusi terbaik agar tak terpapar
klorin dan terhindar dari gatal-gatal, serta iritasi ya menstrual pad.
Menggunakan
bahan katun warna-warni, menstrual pad ngga butuh klorin, sehingga amat tepat
bagi kesehatan vagina. Menstrual pad juga berulang kali dicuci sehingga
meluruhkan bahan kimia yang mungkin tersisa usai proses finishing.
Oh
ya pengalaman bekerja di perusahaan tekstil membuat saya mengetahui bahwa
produk tekstil dan turunannya (termasuk pembalut), membutuhkan proses finishing
untuk hasil akhir. Kulit sebagian orang tak menunjukkan reaksi ketika
bersentuhan dengan bahan kimia yang tersisa, sebagian lagi gatal-gatal dan
kemerahan, tergantung tingkat sensitivitasnya.
Aman Bagi
Lingkungan
Pernah
nggak ngebayangin sampah pembalut kamu berserakan di tempat sampah, dipegang
oleh petugas sampah dengan tangan telanjang? Karena walau telah diikat erat
dalam kantong plastik, tikus dan kucing yang kepo lihat bungkusan, akan
mengigit dan mengorak-arik sampah.
Sampah
pembalut sintetis seharusnya menjadi tanggung jawab produsen, sesuai
undang-undang nomor 18 tahun 2008. Tapiiii....., seperti yang kita ketahui, di
Indonesia nggak ada produsen yang melaksanakan tanggung jawabnya.
Hingga
saat ini, belum ada penelitian resmi mengenai jumlah sampah pembalut di
Indonesia. Yang pasti komponen plastik pada pembalut tak akan terurai di alam,
karena tak ada bakteri yang mau makan plastik. Sampah plastik hanya akan hancur
menjadi mikroplastik, mencemari bumi, udara dan lautan.
Dibandingkan
pembalut yang menggembung ketika digunakan, menstrual pad tipis, mengikuti
lekuk organ, namun mampu menampung darah haid, karena ada lapisan dibagian
tengah untuk menyerap darah haid.
Tiwi
Arsianti, pengguna menstrual pad yang saya wawancarai berkisah bahwa sebelum
menggunakan menstrual pad, dia sempat merasa takut bocor. “Nyatanya asyik aja
tuh, bahkan sering harus ke lapangan kala haid. Ngga pernah bocor. Malah
nyaman. Ngga kerasa ada yang menggembung di bagian bawah”.
Seperti
baju yang berulang kali dicuci, begitulah rasanya kenyamanan menggunakan
menstrual pad.
Bahasa
Sunda mengenal kata “ngekep”, yang menggambarkan kondisi terperangkap. Kurang
lebih seperti itulah yang terjadi pada vagina ketika sedang menggunakan pembalut
sekali pakai.
Bermaksud
anti bocor tapi malah “ngekep” karena tidak berpori, membuat vagina
mengeluarkan bau tak sedap. Terlebih jika menggunakan celana dalam polyster,
bukan katun, maka lengkaplah sudah penderitaan vagina.
Dalam
keseharian, vagina memiliki aroma khas yang tidak mengganggu. Intensitas aroma vagina
akan berubah sedikit tajam selama menstruasi, namun dalam tahap wajar. Jika darah haid berbau busuk maka pemiliknya
harus memeriksakan diri ke dokter. Beberapa kemungkinan penyakit yang
menyebabkan bau tak sedap adalah:
1.
Servisitis
2.
Radang Panggul
3.
Kanker Servik
4.
Penyakit Menular Seksual .... dll
Jadi
ada perbedaan ya, antara bau menyengat akibat darah haid, dengan bau dari
sekitar vagina akibat salah menggunakan pembalut dan celama dalam.
Murah
Berapa
pengeluaran tiap bulan untuk membeli pembalut sekali pakai? Rp 25.000? Rp
50.000? Tergantung merk dan kebiasaan mengganti pembalut ya?
![]() |
sumber: cnnindonesia.com |
Tapi
tahukah bahwa jika dikalkulasi dalam kurun waktu 10 tahun, maka jumlahnya
mencapai jutaan rupiah? Dari infografis yang diambil dari cnnindonesia.com, ada
perbedaan yang menyolok antara biaya pambalut sekali pakai, menstrual cup (kita
bahas dalam tulisan lain) dan menstrual pad.
Biaya
pembelian menstrual cup memang mahal Rp 400.000 – Rp 700.000 tapi awet hingga 10 tahun
kemudian. Sedangkan menstrual pad umumnya dijual per set, bisa juga eceran.
Berbeda dengan pembalut sekali pakai yang harus diganti jika terasa “penuh”, 1
buah menstrual pad bisa digunakan seharian. Sehingga nggak perlu stock
banyak-banyak.
Harga
dan ketahanan menstrual pad pun beragam. Ada yang mengklaim awet selama 5
tahun, namun ada juga yang hanya 2-3 tahun. Pilih yang hanya berbahan 100 %
cotton, lebih bagus lagi jika 100 % organic cotton karena ditanam tanpa
pestisida.
Masih
ragu? Gunakan bertahap, misalnya hanya di hari-hari terakhir haid atau sewaktu
tidak bepergian ke luar kota agar tidak was-was sepanjang perjalanan.
Atau
ragu-ragu karena harganya “lumayan”? Jika Anda berdomisili di Kota Bandung atau
sedang berada di kota kembang ini, bisa membeli eceran di Toko Organis YPBB
Bandung Jalan Batik Uwit nomor 1 Bandung.
Instagram
: @tokoorganisypbb
CP
: +62 853 2118 4929 (WA)
Buka
Senin – Jumat, pukul 09.00 WIB – pk 17.00 WIB
Merupakan
fasilitas edukasi YPBB Bandung, kamu bisa menanyakan apapun yang berkaitan
dengan gaya hidup organis.
Bagaimana?
Ternyata banyak pilihan ya untuk perempuan milenial? Berbeda banget dengan
perempuan generasi baby boomers yang harus nrimo dengan pembalut sekali pakai.
Atau apesnya menggunakan pembalut kain jadul yang pastinya sering selip dan
bocor.
Yang
harus dilakukan adalah mengenal miss V masing-masing, karena setiap orang
berbeda, sehingga kebutuhannya pun berbeda. Jagalah agar terjamin kesehatan dan
kebersihannya. Jangan tergiur iklan. Setiap produsen pastinya akan mengiklankan
produknya seunggul mungkin. Konsumenlah yang harus waspada terhadap
kekurangannya.
Informasi banget deh bagi saya sekalipun saya cowok. Jaga2 buat calon istri nanti hehe
ReplyDeleteAku juga sudah mulai nyobain pakai menstrual pad nih biar hemat dan mengurangi konsumsi plastik soalnya yang seklai buang itu kan banyak bahan plastiknya...
ReplyDeleteNuhun mbu infonya. Cowok juga harus tahu dan bisa mengedukasi pasangannya klp sudah menikah.
ReplyDeleteJadi pengen nyoba setelah baca artikel ini. Banyak penghematan plastik kalau sudah pakai ya?
ReplyDeleteTemenku baru saja beli, Kak. Menurutku ini lebih aman dibanding yang cup. Kalau ini aku mau pakai, gak masalah, tinggal cuci bersih sebersih bersihnya. Nah kalau cup itu sungguh aku masih galau.
ReplyDeleteTemenku baru saja beli, Kak. Menurutku ini lebih aman dibanding yang cup. Kalau ini aku mau pakai, gak masalah, tinggal cuci bersih sebersih bersihnya. Nah kalau cup itu sungguh aku masih galau.
ReplyDeletewah infromasi banget ini
ReplyDeletebisa jadi informasi buat siswi saya yang masa remaja untuk mulai menggnakan ini biar bisa menyelamatkan lingkungan
wah aku udah lama pengen pake ini.. tapi belun terlaksana.. Mau mengenalkan ke anak2 juga sejak dini..
ReplyDeleteAmbu...kalau moon cup, ada gak yaa...?
ReplyDeleteAman gak untuk kesehatan organ intim wanita?
Aku punya mens cup, Ambu...tapi belum banyak.
Jadi makenya masih campur sama yang sekali pakai.
Yeah, aku tuh salah satu perempuan yang rempong saat mensturasi datang karena selain perut sakit juga kondisi mood pun gak stabil. Kemudian, biasanya juga pakai kain yang bisa dicuci gitu dan lebih ringan daripada pakai pembalut yang kadang bisa buat lecet bagian selangkangan. Tapi produk ini informatif sekali dan bisa dicobain deh nanti.
ReplyDeleteSudah lama kepikiran ganti pembalut sekali pakai dengan menstrual pad tapi masih ragu fengan daya serapnya. Baca ini semakin manteb, agae lebih sehat, aman, dan ramah lingkungan.
ReplyDelete