Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us
Temu Blogger Kesehatan 2017


Lho…..lho judulnya kok rame banget, ada GERMAS, kang Emil, panggilan untuk Ridwan Kamil, Walikota Bandung yang sedang moncer namanya dan perilaku hidup sehat.
Tentunya saling berkaitan, GERMAS merupakan singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, suatu gerakan untuk mensosialisasikan kampanye Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat.


Diperkenalkan pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 yang jatuh pada 12 November 2016, GERMAS terwujud karena Kementerian Kesehatan RI mendapat temuan mengenai pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir. Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare. Namun sejak 2010, penyakit tidak menular (PTM) seperti Stroke, Jantung, dan Kencing manis memiliki proposi lebih besar di pelayanan kesehatan.

Kuat dugaan perubahan gaya hidup menjadi penyebabnya. Terjebak dalam mobilitas tinggi dan kemacetan lalu lintas, setiap setiap individu yang tinggal di daerah perkotaan sangat terbantu dengan kemajuan teknologi. Mereka mencari solusi termudah, praktis dan cenderung instan. Dulu, seorang ibu rumah tangga harus bergegas ke pasar tradisional atau retail modern untuk berbelanja, kini cukup mengusap layar smartphone maka apapun yang dibutuhkan akan tiba di depan halaman rumah. Mulai dari sayuran, peralatan rumah tangga, produk fashion hingga masakan matang. Sungguh memanjakan, melenakan sekaligus merusak.


Tak heran seperti yang dikatakan drg Oscar Primadi MPH, Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat, jumlah pasien penyakit tidak menular mencapai 57 persen, yang diakibatkan perubahan pola gaya hidup:
1.      Jarang melakukan aktivitas fisik,
2.      Jarang mengonsumsi buah dan sayur
3.      Mengonsumsi makanan gorengan dan berlemak
4.      Minum minuman bersoda
5.      Merokok
6.      Minum alcohol
7.      Malas

Penjelasan drg Oscar Primadi tersebut mengemuka dalam Temu Blogger Kesehatan berlangsung pada hari Jumat 21 April 2017, di Savoy Homann Bandung.

Lebih jauh dikemukakan bahwa perubahan pola gaya hidup menimbulkan gangguan kesehatan lain yaitu obesitas, gangguan pencernaan, kanker paru, jantung, kerusakan organ, stroke hingga kematian.

Pergeseran pola penyakit ini mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan negara. Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengobati PTM selain membutuhkan biaya tinggi juga membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga Kementerian Kesehatan mengajak seluruh elemen masyarakat  mendukung GERMAS sebagai tindakan preventif, dengan mengkampanyekan dan melakukan beberapa tindakan yang dianjurkan. Yaitu:

1.      Melakukan aktivitas fisik
2.      Mengkonsumsi buah dan sayur
3.      Tidak merokok
4.      Tidak mengonsumsi alcohol
5.      Memeriksa kesehatan secara rutin
6.      Membersihkan lingkungan
7.      Menggunakan jamban


Nah apa hubungannya dengan Kang Emil? Selain  karena Walikota Bandung yang banyak membuat terobosan ini diundang pada acara Temu Blogger Kesehatan, juga sebagaimana diketahui Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, sangat concern terhadap gaya hidup sehat. Tidak hanya memberi contoh, tapi juga membangun ruang-ruang public agar warga masyarakat bisa beraktifitas fisik.


Selain itu Kang Emil juga mewacanakan Bandung Kota Sepeda. 

"Mari kita rebut kembali Bandung sebagai kota sepeda. Bandung sudah terebut sebagai kota mobil. Padahal zaman dulu, tahun 1930-an, Bandung adalah kota sepeda," ujarnya, padahal negara-negara Eropa, yang kebanyakan negara maju, mulai meninggalkan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. "Di negara maju, seperti negara-negara Skandinavia, sudah tidak naik mobil lagi, sudah terlalu mainstrem. Mereka ganti naik sepeda. Semakin kaya orang di sana, mereka justru pakai sepeda.”


Minimal tiga perilaku hidup sehat yang harus dilakukan setiap individu jika ingin terhindar dari penyakit tidak menular yaitu mengonsumsi buah dan sayur secara teratur, melakukan pemeriksaan secara teratur dan melakukan aktivitas fisik. . Indra Rizon, Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Kemenkes RI memberi kiat mudah untuk memantau kecukupan aktivitas fisik sehari-hari yaitu dengan mengunduh aplikasi pedometer prefs yang akan menunjukkan apakah kita sudah mencapai 10.000 langkah per hari.

Wah jalan kaki ya? Mengapa jalan kaki? Berikut ini manfaatnya:

1.       Rata-rata, jalan kaki setiap menit dapat memperpanjang hidup 1,5 sampai 2 menit.
2.       Jalan kaki selama 20 menit setiap hari akan membakar 7 pound lemak per tahun.
3.       Jalan kaki lebih lama setiap hari selama 40 menit adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan.
4.       Jalan kaki cepat dari 20 sampai 25 menit akan memberikan kondisi yang baik bagi jantung dan paru-paru.

Kegunaan  jalan kaki lainnya adalah sebagai berikut:

1.       Memperbaiki efektivitas jantung dan paru-paru.
2.       Membakar lemak dalam tubuh.
3.       Meningkatkan metabolisme sehingga tubuh membakar kalori lebih cepat.
4.       Membantu mengontrol selera makan.
5.       Meningkatkan energi.
6.       Membantu menyembuhkan stress.
7.       Memperlambat penuaan.
8.       Menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
9.       Menurunkan tingkat darah tinggi.
10.    Membantu mengontrol dan mencegah diabetes.
11.    Menurunkan beberapa resiko kanker seperti kanker prostat dan payudara.
12.    Membantu rehabilitasi dari serangan jantung dan stroke.
13.    Memperkuat otot kaki, paha dan tulang.


   Ternyata banyak sekali manfaatnya ya?  Menurut penelitian, jalan kaki  jauh lebih disenangi di banding lari atau jogging karena mampu mengurangi stress pada bagian tubuh termasuk paha, lutut dan kaki.

Jangan lupa untuk melakukan pemanasan sebelum berjalan kaki, dan pelemasan sesudahnya. Dan  …… selamat menjalani hidup sehat, hidup yang berkualitas. 


 sumber:
Kemenkes RI
Melinda Hospital




Temans muslimah, sudahkan berhijab syar'i?
Ternyata berhijab syar'i tidak sekedar menggunakan kerudung hingga menutupi sebagian besar tubuh lho, kalo hanya itu sih kita hanya dianggap memakai khimar.



Berhijab syar'i harus mematuhi beberapa kaidah. Pertama, ia menutupi seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Ini definsi yang sangat jamak dipakai. Tapi itu saja belum cukup. Syarat lain, tidak boleh ketat hingga menampakkan lekuk-lekuk tubuh, termasuk tonjolan buah dada.

Pemakaian khimar tujuannya bukan sekedar menutupi kepala, tapi juga agar terjulur ke bawah menutupi dada. Tentu saja pakaian tidak boleh tipis menerawang. Terakhir, tidak boleh menyerupai laki-laki. Begitu ketentuan yang sering disampaikan para ulama.

Lebih lanjut Hasanudin Abdurakhman menjelaskan dalam blognya sebagai berikut :

 Istilah hijab syar’i sebenarnya sebuah istilah yang rancu. Hijab adalah pakaian wanita sesuai tuntunan syariat Islam. Kalau sesuatu disebut hijab, maka ia sudah sesuai ketentuan syar’i. Jadi tidak perlu ditambahi lagi dengan kata sifat syar’i. Adapun sesuatu yang tidak sesuai kaidah, bukanlah hijab.

Kesalahan istilah ini bermula dari salah persepsi. Banyak orang menganggap selembar kain penutup kepala itulah hijab. Kain itu sebenarnya disebut khimar. Memakai khimar tidak sama dengan berhijab. Nah, kalau mau diberi embel-embel syar’i, khimar lebih cocok. Ada pemakaian khimar sesuai syar’i ada yang tidak.

Bagaimana ketentuan hijab menurut syariat? Pertama, ia menutupi seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Ini definsi yang sangat jamak dipakai. Tapi itu saja belum cukup. Syarat lain, tidak boleh ketat hingga menampakkan lekuk-lekuk tubuh, termasuk tonjolan buah dada. Pemakaian khimar tujuannya bukan sekedar menutupi kepala, tapi juga agar terjulur ke bawah menutupi dada. Tentu saja pakaian tidak boleh tipis menerawang. Terakhir, tidak boleh menyerupai laki-laki. Begitu ketentuan yang sering disampaikan para ulama.

Nah, apakah pakaian muslimah di sekitar kita sudah sesuai ketentuan itu? Terus terang, saya jaran melihat yang sesuai. Hampir 100% masih terlihat punggung tangannya. Itu sudah salah. Kemudian tidak sedikit yang terlihat sampai ke lengan dan betis. Sangat banyak pula yang ketat. Salah kaprah yang umum adalah mengira khimar itu hanya untuk menutup kepala atau rambut. Maka banyak yang bakai khimar yang ujungnya dililitkan ke leher, tidak menutupi dada. Buah dada bertonjolan jadinya. Kemudian pakai pula celana ketat, hingga tidak hanya pantat yang jelas kelihatan lekuknya, tapi juga tonjolan di daerah kemaluan. Imi semua salah kaprah.

Lho, kok jadi nyinyir ngurusin baju orang? Bukan, ini bicara soal bagaimana seharusnya kalau syariat dijadikan standar. Artinya apa? Artinya, banyak orang yang mengaku atau merasa sedang menjalankan syariat, tapi sebenarnya tidak. Baik karena dia tidak tahu, atau karena merasa bahwa yang sesuai ketentuan syariat secara penuh itu merepotkan.

Ya, kita jujur saja, kalau mau dipenuhi 100% akan repot benar. Bagaimana menutupi punggung tangan? Pakai sarung tangan? Wanita-wanita Arab biasanya menempatkan tangannya di balik khimar, sehingga punggung tangan yang tidak tertutupi oleh lengan baju terlindung di situ. Tapi kan repot jadinya? Ya, memang. Karena itulah di Arab Saudi gerak wanita di ruang publik dibatasi.

Kita bisa bayangkan betapa sulit bahkan mustahilnya bagi wanita untuk melakukan hal-hal yang biasa kita lihat dilakukan oleh wanita dalam kehidupan sehari-hari kalau mereka berhijab, dalam pengertian 100% sesuai ketentuan tadi. Mau naik turun kendaraan saja sudah sulit. Bekerja hampir mustahil kalau tempat kerjanya tidak diset khusus untuk perempuan.

Tak heran bila kemudian banyak yang menuduh bahwa ketentuan pakaian ini sebenarnya adalah alat pengekang agar wanita tidak keluar rumah. Tuduhan ini dibantah. Tapi kalau kita ikuti alur logika tadi, memang begitulah adanya.

Bagaimana kita memaknai fakta ini? Kita hidup di abad 21, dengan sejumlah orang yang mencoba menerapkan ketentuan-ketentuan yang diperkenalkan pada abad ke 7. Kita hidup di berbagai belahan dunia dengan aneka ragam budaya, dengan sejumlah orang yang mencoba menerapkan aturan-aturan yang diperkenalkan kepada masyarakat Arab abad ke 7. Benturan itulah yang terjadi dan kita saksikan.

Dalam benturan-benturan itu terjadilah koompromi dalam berbagai bentuk. Ada yang kompromi, punggung tangan boleh terlihat. Ada yang mentolerir lengan terlihat. Begitu seterusnya. Dengan berbagai kompromi itu orang masih percaya diri bahwa dia sedang melaksanakan syariat. Apa iya? Embuh.

Syariat compang camping seperti itu adalah wajah Islam saat ini. Sudah berulang kali saya tulis, orang mengaku anti riba, tapi memakai uang kertas (uang nominal, fiat money), yang jelas-jelas adalah produk riba.

Tapi kan itu darurat? Bukan. Darurat itu sifatnya sementara, yang ini tidak. Orang Islam secara natural akan digiring untuk menjauh dari syariat. Bukan karena ada usaha sistematis oleh orang-orang yang membenci Islam. Bukan. Bukan itu. Semata karena kita memang sudah sangat jauh dari Arab abad ke 7, dan akan semakin menjauh.

Lalu bagaimana? Saya orang sekuler. Saya tidak punya niat untuk menjalankan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Saya hanya tertarik untuk menjadikan Quran dan Islam sebagai referensi moral untuk menegakkan nilai-nilai universal, seperti keadilan dan kemanusiaan. Selebihnya saya hidup sesuai tuntunan akal saya.

Yang merasa wajib menjalankan syariat, silakan. Yang penting Anda sadar bahwa yang Anda sebut syariat itu wujudnya compang camping, sehingga pada titik tertentu sudah sulit untuk disebut sebagai syariat.

disitat dari
 http://abdurakhman.com/hijab-syari/






Sebetulnya Think disini adalah singkatan  kiat untuk menangkal berita hoax, yaitu
 T , is ist true. H , is it helpful. I, is it inspiringN, is it necessary.K, is it Kind
 Atalia Praratya, istri Ridwan Kamil Wali Kota Bandung mengucapkannya  dalam deklarasi anti berita hoax di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day Dago Bandung, Minggu (8/1/2017). 
Dalam kesempatan tersebut, Lia, panggilan Atalia Praratya, juga membaca dan menandatangani piagam masyarakat Bandung Anti Hoax. Piagam Masyarakat Bandung Anti Hoax ini berisi ajakan agar masyarakat mengurangi penyalahgunaan media sosial, menggalang kekuatan seluruh elemen bangsa untuk mengurangi pesan bernada kebencian, mengolaborasikan seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama melawan hoax.

Keberadaan berita hoax memang sudah dalam taraf darurat. Media sosial yang semula menjadi ajang silaturahmi berubah fungsi menjadi ladang subur penyebaran hoax dan provokasi. “Saya sebagai pengguna media sosial merasa bahwa deklarasi ini penting sekali, terutama untuk pengguna internet di Indonesia, khususnya Kota Bandung. Lebih dari 50 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet dan dari jumlah tersebut mayoritas perempuan,“ ungkap Lia seusai deklarasi.

 “Kesulitan yang dihadapi masyarakat saat ini bukan memperoleh tapi memilih informasi. Sehingga perlu ada pemahaman dan pencerahan pada masyarakat agar pintar dan cerdas ketika mendapat informasi,“ lanjut Lia. Menurutnya, adanya gerakan ini akan membantu masyarakat lebih kritis dan cermat dalam menerima informasi. tidak akan menilai suatu masalah dari satu sudut pandang saja sehingga masyarakat lebih aman dan tidak mudah terprovokasi.

Senada dengan Lia, pendiri Indonesian Hoax Busters, Citra Pratiwi mengungkapkan kekhawatiran terhadap pengaruh informasi hoax, fitnah atau propaganda yang cukup besar pengaruhnya di Indonesia, khususnya Kota Bandung. diharapkan masyarakat bisa berhati-hati terhadap informasi atau berita yang masuk.
 “Saat ini kaum ibu yang memiliki smartphone, rata-rata menggunakan Whatsapp dengan berbagai grup. Menjadi penting edukasi anti hoax untuk perempuan karena dalam cluster tertutup seperti ini hoax sangat mudah disebar, bahkan jauh lebih cepat dibanding media social seperti Facebook dan Twitter. Kita ga mau toh anak-anak kita kedepannya seperti pentul korek, digesek langsung menyala. Begitu disuguhi kabar anu langsung percaya. Maka peran perempuan amat besar dalam melawan penyebaran hoax ini,” pungkas Citra.

Tidak hanya Kota Bandung, seruan anti hoax diserukan bersama di 6 kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, dan Wonosobo. Bergabung dalam Indonesian Hoax Busters, Masyarakat Anti Hoax dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), menyiratkan sebagian masyarakat telah bergerak bersama untuk mengedukasi masyarakat dan memperbaiki kerusakan akibat hoax. Karena pemerintah hanya bisa menutup situs-situs penyebar hoax yang akan muncul kembali dalam wajah lain.

Sosialisasi anti hoax dan anti provokasi di Car Free Day Dago dimeriahkan senam sehat anti hoax, penandatangan bersama dan acara gembira bersama Firman Indonesian Idol dan Jimmy Jangkrix serta penghibur lainnya. Ada ciri khas masyarakat kota Bandung disini yaitu senang melawak, menyanyi dan joget bersama. 


dok tribunnews.com




dok. IHB


dok. YouTube.com



Newer Posts Older Posts Home

Pageviews last month

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Dating in the Kitchen, Saat Paman Jatuh Cinta Pada Keponakan
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Roti Susu Kental Manis, Gampang Bikinnya Legit Rasanya

    Saya sedang mengudap roti susu kental manis (SKM), lho. Sambil ngetik tulisan ini, ada secangkir kopi kental dan seloyang roti sisir...

Categories

  • lifestyle 193
  • review 111
  • drama korea 78
  • kuliner 74
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 35
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (8)
    • ►  January (8)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ▼  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ▼  April (3)
      • Germas, Kang Emil dan Perilaku Hidup Sehat
      • Hijab Syar'i Itu Yang Gimana Sih?
      • “Think Before Share” Kiat Atalia Praratya Untuk A...
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates