Lho…..lho judulnya kok
rame banget, ada GERMAS, kang Emil, panggilan untuk Ridwan Kamil, Walikota
Bandung yang sedang moncer namanya dan perilaku hidup sehat.
Tentunya saling berkaitan,
GERMAS merupakan singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, suatu gerakan
untuk mensosialisasikan kampanye Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup Sehat,
Indonesia Kuat.
Diperkenalkan pada
peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN) ke-52 yang jatuh pada 12 November 2016, GERMAS terwujud karena
Kementerian Kesehatan RI mendapat temuan mengenai pergeseran pola penyakit
(transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir. Pada era 1990-an, penyebab
kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare. Namun sejak 2010,
penyakit tidak menular (PTM) seperti Stroke, Jantung, dan Kencing manis
memiliki proposi lebih besar di pelayanan kesehatan.
Kuat dugaan perubahan gaya hidup menjadi penyebabnya. Terjebak dalam
mobilitas tinggi dan kemacetan lalu lintas, setiap setiap individu yang tinggal
di daerah perkotaan sangat terbantu dengan kemajuan teknologi. Mereka mencari
solusi termudah, praktis dan cenderung instan. Dulu, seorang ibu rumah tangga
harus bergegas ke pasar tradisional atau retail modern untuk berbelanja, kini
cukup mengusap layar smartphone maka apapun yang dibutuhkan akan tiba di depan
halaman rumah. Mulai dari sayuran, peralatan rumah tangga, produk fashion
hingga masakan matang. Sungguh memanjakan, melenakan sekaligus merusak.
Tak heran seperti yang dikatakan drg Oscar Primadi MPH, Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat, jumlah
pasien penyakit tidak menular mencapai 57 persen, yang diakibatkan perubahan
pola gaya hidup:
1.
Jarang melakukan aktivitas fisik,
2.
Jarang mengonsumsi buah dan sayur
3.
Mengonsumsi makanan gorengan dan berlemak
4.
Minum minuman bersoda
5.
Merokok
6.
Minum alcohol
7.
Malas
Penjelasan drg Oscar Primadi tersebut mengemuka dalam Temu Blogger
Kesehatan berlangsung pada hari Jumat 21 April 2017, di Savoy Homann Bandung.
Lebih jauh dikemukakan bahwa perubahan pola gaya hidup menimbulkan
gangguan kesehatan lain yaitu obesitas, gangguan pencernaan, kanker paru,
jantung, kerusakan organ, stroke hingga kematian.
Pergeseran pola penyakit ini
mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan negara. Sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengobati PTM selain membutuhkan biaya tinggi juga membutuhkan
waktu yang panjang. Sehingga Kementerian Kesehatan mengajak seluruh elemen
masyarakat mendukung GERMAS sebagai
tindakan preventif, dengan mengkampanyekan dan melakukan beberapa tindakan yang
dianjurkan. Yaitu:
1. Melakukan aktivitas fisik
2. Mengkonsumsi buah dan sayur
3. Tidak merokok
4. Tidak mengonsumsi alcohol
5. Memeriksa kesehatan secara rutin
6. Membersihkan lingkungan
7. Menggunakan jamban
Nah apa hubungannya dengan Kang Emil? Selain karena Walikota Bandung yang banyak membuat
terobosan ini diundang pada acara Temu Blogger Kesehatan, juga sebagaimana
diketahui Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, sangat concern terhadap gaya hidup sehat. Tidak hanya memberi contoh, tapi
juga membangun ruang-ruang public agar warga masyarakat bisa beraktifitas
fisik.
Selain itu Kang Emil juga mewacanakan Bandung Kota Sepeda.
"Mari kita rebut kembali Bandung sebagai kota sepeda. Bandung sudah terebut sebagai kota mobil. Padahal zaman dulu, tahun 1930-an, Bandung adalah kota sepeda," ujarnya, padahal negara-negara Eropa, yang kebanyakan negara maju, mulai meninggalkan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. "Di negara maju, seperti negara-negara Skandinavia, sudah tidak naik mobil lagi, sudah terlalu mainstrem. Mereka ganti naik sepeda. Semakin kaya orang di sana, mereka justru pakai sepeda.”
"Mari kita rebut kembali Bandung sebagai kota sepeda. Bandung sudah terebut sebagai kota mobil. Padahal zaman dulu, tahun 1930-an, Bandung adalah kota sepeda," ujarnya, padahal negara-negara Eropa, yang kebanyakan negara maju, mulai meninggalkan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. "Di negara maju, seperti negara-negara Skandinavia, sudah tidak naik mobil lagi, sudah terlalu mainstrem. Mereka ganti naik sepeda. Semakin kaya orang di sana, mereka justru pakai sepeda.”
Minimal tiga perilaku hidup sehat yang harus dilakukan setiap individu
jika ingin terhindar dari penyakit tidak menular yaitu mengonsumsi buah dan
sayur secara teratur, melakukan pemeriksaan secara teratur dan melakukan
aktivitas fisik. . Indra Rizon, Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga
Kemenkes RI memberi kiat mudah untuk memantau kecukupan aktivitas fisik
sehari-hari yaitu dengan mengunduh aplikasi pedometer prefs yang akan
menunjukkan apakah kita sudah mencapai 10.000 langkah per hari.
Wah jalan kaki ya? Mengapa jalan kaki? Berikut ini manfaatnya:
1. Rata-rata, jalan kaki setiap menit dapat memperpanjang
hidup 1,5 sampai 2 menit.
2. Jalan kaki selama 20 menit setiap hari akan membakar 7
pound lemak per tahun.
3. Jalan kaki lebih lama setiap hari selama 40 menit
adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan.
4. Jalan kaki cepat dari 20 sampai 25 menit akan
memberikan kondisi yang baik bagi jantung dan paru-paru.
Kegunaan jalan
kaki lainnya adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki efektivitas jantung dan paru-paru.
2. Membakar lemak dalam tubuh.
3. Meningkatkan metabolisme sehingga tubuh membakar
kalori lebih cepat.
4. Membantu mengontrol selera makan.
5. Meningkatkan energi.
6. Membantu menyembuhkan stress.
7. Memperlambat penuaan.
8. Menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
9. Menurunkan tingkat darah tinggi.
10. Membantu mengontrol dan mencegah diabetes.
11. Menurunkan beberapa resiko kanker seperti kanker
prostat dan payudara.
12. Membantu rehabilitasi dari serangan jantung dan
stroke.
13. Memperkuat otot kaki, paha dan tulang.
Ternyata banyak sekali manfaatnya
ya? Menurut penelitian, jalan kaki jauh lebih disenangi di banding lari atau
jogging karena mampu mengurangi stress pada bagian tubuh termasuk paha, lutut
dan kaki.
Jangan lupa untuk melakukan pemanasan sebelum berjalan
kaki, dan pelemasan sesudahnya. Dan ……
selamat menjalani hidup sehat, hidup yang berkualitas.
sumber:
Kemenkes RI
No comments