Fany Efrita, Sosok Disabilitas Penuh Inspiratif

maria-g-soemitro.com
sumber:instagram.com/@fanyefrita

Fany Efrita, Sosok Disabilitas Penuh Inspiratif

Sepintas, saudara sepupu saya tak berbeda dengan perempuan lainnya. Cantik. Kulitnya putih. Tubuhnya tinggi semampai dengan mata mirip burung hong, serta pipi sedikit chubby. Andai ada kekurangan, dia memiliki keterbatasan tak bisa mendengar, atau tuna rungu.

Meskipun tunarungu, saudara sepupu saya ini seolah tak ingin menyusahkan lawan bicara. Dia bisa membaca gerak bibir. Sejak usia SD, dia telah masuk ke sekolah khusus tuna rungu di Wonosobo Jawa Tengah.

Berkat kemampuan tersebut, dia berhasil menyelesaikan S1 nya di Fakultas Teknologi Informasi dari perguruan tinggi swasta di Ciledug, Jakarta Selatan.

Sedihnya, semua itu hanya nampak di permukaan. Dalam beberapa kali obrolan intens, saudara sepupu saya menumpahkan beban hatinya. Selama ini ternyata dia mengalami tekanan yang sangat berat.

Tak mudah hidup di “dunia sunyi” Dia harus berjuang agar bisa memahami pembicaraan orang sekitarnya. Terlebih di masa kuliah, masa ketika pengajar mengharapkan mahasiswanya untuk mandiri.

Hal ini membuatnya minder. Tidak percaya diri. Tekanan bertambah berat sewaktu dia harus berjuang mencari pekerjaan. Lamaran kerjanya berulang kali ditolak, membuat saudara sepupu saya semakin terpuruk. Bahkan pernah tercetus ingin mengakhiri hidup.

Andai dia mengenal Fany Efrita!

Baca juga:

Bersama Griya Schizofren, Triana Rahmawati Menuju Indonesia yang Berkelanjutan

Dengan Social Entrepreneur, Taufan Bantu UMKM dari Jerat Rentenir

Daftar Isi:

  • Perjuangan Hidup Disabilitas, Sungguh Berat!
  • Fany Efrita Berjuang Mengatasi Penolakan
  • Apresiasi SATU Indonesia Award

Fany Efrita merupakan salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 untuk bidang Pendidikan, atas inisiatif pengembangan keahlian Content Creator Disabilitas di Banten.

Fany sendiri seorang disabilitas, dia seorang tuna daksa. Atau dengan kata lain, tidak seperti saudara sepupu saya, “keterbatasan” Fany terlihat. Bagian kiri kaki Fany mirip kaki gajah, lebih tepatnya dia menderita kelainan makrodistrofi lipomatosa, suatu kondisi langka yang menyebabkan ukuran kaki kirinya lebih besar dari ukuran normal. Akibatnya, anggota gerak Fany menjadi tidak proporsional.

Saya memiliki seorang teman disabilitas, tuna daksa juga. Dia mengalami lumpuh kaki akibat terserang polio ketika masih anak-anak. Keterbatasan yang dianggap “aneh”, sewaktu  berjalan di kekeramaian, orang-orang akan memperhatikan kakinya, dan caranya melangkah.

Dengan pedih, sang teman pernah curhat bahwa anak-anak kecil kerap mengikutinya dari belakang, sambil meniru cara sang teman berjalan. Ketika sang teman berbalik dan memarahi mereka, anak-anak kecil itu malah tertawa-tawa mengejek, bahkan melempari sang teman dengan kerikil. Duh!

Akibat perundungan, banyak teman-teman disabilitas yang menyerah, mereka memilih berlindung dibalik kenyamanan perlindungan keluarga, seperti yang dilakukan saudara sepupu saya.

Andai memaksa keluar, tidak hanya perundungan, fasilitas dan infrastruktur juga tidak mendukung. Bahkan seperti yang dikatakan teman saya, pengemudi angkutan umum pun enggan berhenti dengan alasan gerak langkah teman disabilitas terlalu lambat!

Namun Fany Efrita enggan  menyerah. Dia berjuang untuk mengatasi penolakan. 

maria-g-soemitro.com
sumber: Instagram.com/@fanyefrita

Fany Efrita Berjuang Mengatasi Penolakan

Berhasil meyelesaikan S2 Hukum Bisnis dan dan diterima bekerja di sebuah bank di Pontianak, rupanya hanya kemenangan sesaat bagi Fany, setelah melalui perjuangan berpuluh kali lipat dibanding non disabilitas.

Bank tempatnya bekerja menerapkan peraturan memakai rok pendek pada karyawannya, sementara Fany terpaksa menggunakan rok panjang untuk menutupi kondisi kakinya yang tidak normal.

Tuntutan penampilan fisik dibanding kemampuan bekerja ini membuat Fany tersisih. Beruntung kepercayaan diri dan dukungan dari keluarga tidak membuat Fany putus asa. Setelah rehat selama 3 bulan, Fany memutuskan berangkat ke Jakarta, dengan pertimbangan kota metropolitan ini akan memberi lebih banyak kesempatan.

Keputusan perempuan kelahiran 1991 ini sangat tepat. Jakarta memberi lebih banyak peluang, sekaligus rintangan. Di Jakarta dia harus naik kendaraan umum, naik busway, naik gojek dan bertemu orang yang mungkin bermaksud memuji, tapi malah menyakiti hati, seperti: “Kasian ya kamu, sayang ya kamu cantik-cantik cacat kayak gitu”.

Namun Jakarta juga memberi kesempatan mengembangkan diri. Fany bergabung dengan ThisAble Enterprise, sebuah social enterprise yang didirikan Angkie Yudistia.

Seperti diketahui Angkie Yudistia seorang penyandang tuna rungu, dia mendirikan ThisAble Enterprise agar para penyandang disabilitas memiliki wadah untuk mengembangkan kelebihannya, termasuk menyalurkan mereka ke berbagai perusahaan. 

Fany pun mengikuti inkubator bisnis selama 6 bulan, setelah itu, sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikannya, Fany mulai merintis bisnis produk kecantikan. Pertimbangan Fany, masyarakat mulai peduli perawatan tubuh dan kecantikan sehingga pangsa pasarnya sangat besar.

Maka, sejak tahun 2016 dengan menggunakan label “Thisable Beauty Care'” Fany membangun bisnis beberapa produk kecantikan seperti lotion, lulur, sabun, dan beauty oil. Produk-produk tersebut mengantongi izin BPOM dan telah lulus sertifikasi halal dan dijual di apotek serta mall. 

Seolah mendapat tempat yang tepat untuk bersemai dan tumbuh, energi positif Fany seolah tak terbendung, dia menjadi co-founder Alunjiva Indonesia, sebuah organisasi sosial yang memiliki misi memberdayakan penyandang disabilitas dan kelompok marjinal. 

Tak cukup sampai di situ, Fany menggunakan media sosial dengan cermat. Sebagai content creator, dia berbagi kesehariannya yang sangat menginspirasi. Seperti bagaimana menggunakan sepatu khusus dalam menjalankan aktivitasnya.

Sepatu tersebut membuat Fany nampak “aneh”. Hal yang diabaikannya, karena kepercayaan dirinya tumbuh seiring  perjalanan hidup yang tidak mudah. Fany nyaman dengan dirinya sendiri.

Konten-konten Fany yang menginspirasi teman-teman disabilitas untuk menerima keterbatasan dan mulai melangkah menuju masa depan yang lebih baik, rupanya mendapat apresiasi dari Astra.

Astra memberi Fany Efrita penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2024, khususnya dalam bidang “Pengembangan Keahlian Content Creator Disabilitas di Indonesia”.

Tujuannya tentu saja tidak hanya untuk menginspirasi penyandang disabilitas, juga mengajak masyarakat luas yang kerap mengalami ketakutan sewaktu harus mengatasi rintangan dalam bentuknya masing-masing.

Untuk itu, dalam media sosial Instagramnya, Fany  berbagi:

Rasa takut tidak akan pernah hilang selama kita terus bertumbuh.

Satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa takut melakukan sesuatu adalah dengan keluar dan melakukannya.

Bukan hanya saya yang akan mengalami rasa takut setiap kali berada di wilayah yang asing, tetapi juga semua orang. 

Menembus rasa takut tidaklah menakutkan dibandingkan hidup dengan rasa takut yang mendasarinya yang berasal dari perasaan tidak berdaya

Apresiasi SATU Indonesia Awards

“Satukan Gerak, Terus Berdampak" menjadi tema aksi kolaboratif penerima apresiasi  SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2025, seiring pemberian apresiasi bagi generasi muda inspiratif di seluruh Indonesia di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi yang berlangsung sejak 2010.

Tema ini diambil karena tahun ini Astra tidak hanya membagikan penghargaan, namun juga melakukan aksi kolaborasi lintas sektor, untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperluas dampak sosial. Hasil akhirnya diharapkan bisa mempercepat terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.

Baca juga:

Marissa Haque dan Inspirasi Hidupnya

Keberlanjutan, Kunci Sukses Berkebun Vania Febriyantie

Sumber: di sini dan di sini


5 comments

  1. Luar biasa ya semangat Fany Efrita, walau memiliki keterbatasan, sering dipandang sebelah mata, tapi dengan mental yang kuat dan tentu saja dukungan keluarga, dia terus bertahan. Bahkan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi penyandang disabilitas lainnya

    ReplyDelete
  2. Salut banget dengan Fanny. Tetap kuat, percaya diri, dan yakin dengan kekuatan serta kelebihan plus nilai positif yang dia miliki. Semua pasti tak mudah di awalnya. Apalagi buat seorang disabilitas. Salut juga buat THISABLE ENTERPRISE yang sudah jadi wadah yang inspiratif bagi para disabel

    ReplyDelete
  3. Kenapa ya, sebagian besar orang kalau memuji harus ada embel-embel di belakang yang menyakitkan. Fany memang cantik sekali.

    Perjuangannya untuk survive di dunia kerja sekaligus membangun komunitas semakin membuatnya terlihat cantik.

    Btw, salam buat sepupunya ya Ambu. Semangat selalu!!

    ReplyDelete
  4. Inilah contoh mereka yang disabilitas bisa juga berdaya bahkan berkarya dengan gemilang. Salut, Kak Fanny.

    ReplyDelete
  5. ceritanya sangat inspiratif,
    memang kalau dibayangkan pasti berat,
    tapi untungnya masih tetap semangat

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan memberi komentar
Mohon menggunakan akun Google ya, agar tidak berpotensi broken link
Salam hangat