Energi dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

 
energi dari sampah

Energi Dari Sampah, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

“Sekarang saya ngirit gas, jarang beli,” kata seorang ibu di perumahan Griya Cempaka Arum. Bandung Jawa Barat sambil menunjuk kompor biogas. Apinya biru!

Di dapurnya yang resik ada 2 kompor. Satu kompor LPG, satunya lagi kompor biogas hibah dari pemerintah Kota Bandung. Berkat kompos biogas, sang ibu bisa menghemat 50 % biaya bahan bakar untuk memasak.

Bagaimana cara perawatannya?

“Gampang kok. Setiap hari saya memisahkan sampah organik dalam ember plastik. Ada 2 ember, sampah organik hari ini dan kemarin. Sampah organik kemarin saya masukkan lewat corong. Kemudian saya bersihkan dengan air. Sudah hanya itu.” 

“Ada sih perbedaan lain. Kompor biogas harus menggunakan pemantik api, sedangkan kompos LPG tidak. Tapi yah itu mah sepele atuh,” lanjut sang ibu dengan tertawa.

Pengadaan kompor biogas merupakan peluang green jobs yang potensial. Jawaban bagi tingginya angka pengangguran terbuka di Indonesia.

Paska pandemi  Covid 19, menurut Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (sumber), akibat pandemi terjadi pengangguran sebanyak 2,67 juta orang. Yang berarti menambah angka pengangguran sebelumnya menjadi total 9,77 juta pengangguran terbuka.

Isi
Green Jobs, Solusi Cerdas Paska Pandemi Covid 19
Energi dari Sampah, Green Jobs yang Terabaikan
Energi dari Sampah di Kawasan, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs
Peran Energi dari Sampah Dalam SDGs

Jumlah yang luar biasa besar dan harus segera dicari jalan keluar. Pengangguran akan berimbas pada sektor lain seperti kesehatan, pendidikan serta memicu kriminalitas. 

Solusi yang paling tepat adalah meninggalkan ekonomi konvensional dan beralih ke pembangunan ekonomi hijau. Ekonomi yang selaras dengan kemajuan digital. 

Ekonomi keberlanjutan atau ekonomi hijau menjadi keniscayaan karena cadangan energi fosil akan habis. Sesuai yang dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif (sumber)

“Jika tak ada penemuan baru, minyak bumi di Indonesia akan habis dalam waktu 9 tahun. Gas bumi akan habis dalam waktu 22 tahun, dan batu bara akan habis dalam waktu 65 tahun.”

Sebelum energi fosil benar-benar habis, meramu green jobs atau pekerjaan yang berkaitan dengan ekonomi hijau menjadi pekerjaan rumah semua pihak. Baik pemerintah, perusahaan, UMKM dan organisasi nirlaba.

“Green jobs are decent jobs that contribute to preserve or restore the environment, be they in traditional sectors such as manufacturing and construction, or in new, emerging green sectors such as renewable energy and energy efficiency  (ILO, 2016)

sumber: mariagsoemitro


Energi dari Sampah, Green Jobs yang Terabaikan

Banyak yang menyesalkan sewaktu pemerintah mengonversi minyak tanah ke Liquified Petroleum Gas (LPG). Karena LPG merupakan bahan bakar impor yang berarti Indonesia harus berutang untuk membelinya.

LPG juga energi fosil yang sebentar lagi akan langka dan habis. Padahal sumber energi terbarukan melimpah di Indonesia. Salah satunya adalah waste to energy atau energi dari sampah. Atau lebih mudahnya disebut “biogas”. 

Di lapangan sering rancu dengan “biodigester”. Biodigester merupakan alat untuk mengubah sampah organik menjadi biogas. Dalam jumlah kecil biogas dapat digunakan untuk memasak (skala rumah tangga), sedangkan produksi biogas skala besar bisa bermanfaat sebagai penghasil listrik. 

Pelaku biogas adalah bakteri metanogen, pengurai sampah organik yang melepaskan gas. Sewaktu melakukan proses fermentasi, bakteri metanogen menghasilkan metana (55-75%),  karbon dioksida (25-45%), nitrogen (0-0.3%), hydrogen (1-5%), hidrogen sulfida (0-3%), dan oksigen (0.1-0.5%). (sumber

Mirip buang angin ya? 😀😀 

Jadi alih-alih menyebabkan gas rumah kaca (GRK), gas metan yang dihasilkan melalui digester digunakan sebagai bahan bakar/energi yang sama kualitasnya dengan gas alam. 

Pada tahun 2015, kota Bandung mendapat hibah 100 biodigester berkapasitas 150 kilogram sampah organik dari pengusaha Arifin Panigoro. Sayang, proyek tersebut mangkrak. Hanya beberapa buah yang tersisa dan masih berproduksi hingga kini. 

Apa saja penyebabnya?

  • Pengguna biodigester tidak memilah sampah. Sampah anorganik seperti popok bayi dimasukkan ke dalam biodigester, sehingga proses fermentasi dan pembuangan slurry tidak berjalan lancar.
  • Pengguna biodigester tidak memahami bahwa dia sedang “berternak” bakteri metanogen yang butuh asupan sampah secara teratur. Harus dibedakan antara biodigester berisi bakteri penghasil biogas dengan kompor LPG yang notabene benda mati.
  • Pembagian hibah biodigester di Bandung umumnya bersifat top down. Beda halnya jika pengguna mengajukan diri untuk menggunakan biodigester. 
  • Paska diterimanya biodigester, tidak ada fasilitas hotline atau penjelasan berupa buku petunjuk. Akibatnya ketika pengguna mengalami kesulitan, operasional biodigester terganggu, akhirnya terbengkelai.

Bisa dilihat, penyebab tidak lancarnya operasional biodigester adalah faktor human error. Harusnya bisa diatasi dengan mudah. Cukup sentuhan kreativitas pelaku green jobs, serta regulasi pendukung, maka waste to energy di Indonesia memiliki prospek yang cerah.     

Perlu diingat, waste to energy yang dimaksud adalah di kawasan sampah dihasilkan. Bukan PLTSa (pembangkit listrik tenaga sampah) yang selama ini diusulkan pemerintah.
PLTSa bukan solusi yang tepat untuk ekonomi hijau, karena:

  • Proyek PLTSa membutuhkan energi fosil untuk mengangkut sampah dari rumah ke TPA.
  • Proyek PLTSa juga menggunakan energi fosil untuk operasional.
  • Biaya yang dibutuhkan PLTSa untuk menghasilkan listrik lebih mahal dibanding harga listrik PLN. Agar berhasil, PLN diharuskan membeli walau merugi. Praktek buruk untuk keberlanjutan.



Energi dari Sampah di Kawasan, Menunggu Sentuhan Pelaku Green Jobs

Biogas atau energi dari sampah sangat potensial untuk dikembangkan. Bukan saja disebabkan bahan bakunya, yaitu sampah, akan selalu tersedia selama manusia beraktivitas. Juga faktor ketersediaan LPG yang semakin berkurang dan langka. 

Pemerintah harus mulai menghentikan LPG bersubsidi dan menggantinya dengan biogas. Khusus untuk golongan tak mampu, pemerintah bisa membagikan biodigester secara gratis.

Agar bisa terlaksana dengan mulus, banyak hal bisa dilakukan pelaku green jobs, misalnya:

  1. Merancang biodigester yang lebih fashionable.
  2. Merancang aplikasi yang membantu konsumen/calon konsumen. Aplikasi berisi tempat membeli, layanan hotline, cara perawatan serta rangkuman tanya jawab mengenai biodigester.
  3. Membangun pertanian organik karena slurry atau ampas biogas merupakan pupuk alami yang dapat menyuburkan tanaman.
  4. Membangun perusahaan yang menyediakan jasa perawatan biodigester. Atau layanan jasa paska pembelian.

Terkait energi dari sampah di kawasan, baru 4 potensi perusahaan yang bisa dibangun. Tak tertutup kemungkinan akan ada jenis perusahaan lain yang muncul untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

sumber: sdg2030indonesia.org

Peran Energi dari Sampah dalam SDGs

Guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan, para pemimpin dunia, termasuk Indonesia menyepakati rencana aksi global MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015, dan diteruskan dengan Social Development Goals (SDGs) 

SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Energi dari sampah sangat berhubungan dengan 6 target SDGs, yaitu:

  1. Nomor 1. Menghapus kemiskinan, karena energi dari sampah menciptakan lapangan kerja. Mulai dari sektor persampahan hingga proses produksi biogas.
  2. Nomor 4. Pendidikan bermutu. Dengan adanya penghasilan, penduduk Indonesia bisa menyekolahkan anak/keluarganya setinggi mungkin.
  3. Nomor 7. Energi bersih dan terjangkau. Konsumen biogas cukup sekali mengeluarkan uang, sesudah itu gratis. Sampah dihasilkan rumahtangganya, tidak harus membeli bahan baku untuk menghasilkan biogas.
  4. Nomor 8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Banyak yang tidak menyadari bahwa sistem kumpul, angkut, buang sampah yang sekarang berlaku, sangat memarjinalkan petugas sampah. Sampah yang tercampur plastik menimbulkan bau busuk yang menempelpada petugas sampah. Pemilahan sampah sebagai syarat proses biogas, akan memanusiawikan petugas sampah. Tubuhnya tidak terkena air sampah yang berbau busuk. Bau busuk yang sulit hilang.
  5. Nomor 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Pemilik biodigester dan pelaku green jobs mengurangi jejak ekologi karena tidak lagi membeli energi fosil hasil impor. Sampah yang dihasilkan pun diproses di kawasan tersebut, tidak membutuhkan energi fosil. Selain itu, adanya ampas biogas membuat pelaku pertanian organik tidak membeli pupuk dari daerah lain. 
  6. Nomor 13. Penanganan Perubahan Iklim. Seperti diketahui sampah yang tidak dikelola dengan benar akan menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Kontribusinya pada pemanasan global mencapai 15 %. Bahkan menurut Indeks Potensi Pemanasan Global,  sampah organik yang dibuang ke TPA (tempat pembuangan landfill terdekomposisi secara anaerob ) menghasilkan gas metan yang efeknya 21 kali lebih beracun daripada gas karbondioksida.

Semua nampak bagus, mengapa waste to energy di kawasan belum diterapkan? 

Yang pertama tentunya disebabkan keberadaan energi bersubsidi dari pemerintah. Kita dinina bobokan dengan harga murah, padahal pemerintah harus mengimpor dan berutang untuk penyediaannya. 

Yang kedua adalah kesalahan paradigma bahwa teknologi menyelesaikan semua masalah. Contohnya PLTSa yang dianggap akan menyelesaikan semua masalah, dengan menafikan faktor sosial.ekonomi dan budaya. Sementara negara maju seperti Jerman menerapkan peraturan pemilahan sampah pada warganya. 

Sudah seharusnya SDGs menjadi impian semua penduduk bumi, bukan sekadar angan para pemimpinnya. Agar terwujud dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan/UMKM/pelaku green jobs dan organisasi nirlaba.

keterangan

sumber gambar cover: freepik.com

48 comments

  1. Artikel yang sangat menggugah dan sarat ilmu nih mbak Maria. Di atas segala permasalahan yg mbak ungkapkan kenapa waste to energy blm diterapkan, ku rasa hal paling mendasar adalah kita tidak terbiasa dengan budaya mengolah sampah ini. Semoga ada pemimpin yang pro green yang bisa menularkan semangat menghijau ke masyarakat luas, jadi bisa terwujud waste to energy ini.

    ReplyDelete
  2. Artikel yang sangat menggugah dan sarat ilmu nih mbak Maria. Di atas segala permasalahan yg mbak ungkapkan kenapa waste to energy blm diterapkan, ku rasa hal paling mendasar adalah kita tidak terbiasa dengan budaya mengolah sampah ini. Semoga ada pemimpin yang pro green yang bisa menularkan semangat menghijau ke masyarakat luas, jadi bisa terwujud waste to energy ini.

    ReplyDelete
  3. sosialisasi seperti ini harus sering dan tidak kenal lelah
    karena ketergantungan kita akan sampah plastik juga belum bisa ditinggalkan
    tapi sepertinya makin banyak yang peduli
    semoga bumi kita semakin sehat dan sampah juga makin berkurang

    ReplyDelete
  4. benar sekali ya mbak, salah satu peluang green jobs adalah sumber energi terbarukan, energi yg ramah lingkungan
    harus mulai ada kesedaran menjaga lingkungan, salah satunya adalah mulai memilah sampah dari kawasan

    ReplyDelete
  5. Baru tau tentang besarnya peluang green jobs ini di masa depan, selama ini taunya tentang green lifestyle saja. Btw saya pernah baca tentang gas metan yang meledak di kawasan TPA, teenyata bisa difungsikan sebagai energi biogas ya

    ReplyDelete
  6. Konon awal kemunculan konversi minyak tanah ke lpg juga meninbulkan ketidaksiapan pengguna seperti mudah meledak dan semacamnya sehingga banyak penentangan perubahan seperti ini. Perubahan pengelolaan sampah menggunakan teknologi semoga saja diiringi kesiapan sdm atau infrastrustur lainnya.

    ReplyDelete
  7. Sudah banyak contoh negara yang hanya fokus memanfaatkan energi dari alam. Lama-kelamaan akan kehabisan sumber energinya. Jangan sampai negara kita seperti itu. Dari pemaparan green jobs ini bisa memberikan jalan lain untuk memandapatkan energi dan sadar akan lingkungan dari diri sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya banget Via, jangan menunggu energi fosil langka dan mahal karena akan menambah bengkak utang luar negeri kita ^^

      Delete
  8. Semuanya kembali ke pribadinya ya. Orang Indonesia nya sendiri yg seperti nya kok susah banget dibiasakan hidup sesuai dengan aturan itu. Memilah sampah, memberlakukan gaya hidup yang ramah lingkungan, itu semua tantangan nya berat banget. Padahal di luar negeri mereka sudah terbiasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. asalkan pemerintah mau tegas dalam law enforcement sebetulnya pasti bisa kok teh Okti

      atau mungkin menunggu sampai kepepet: energi fosil langka dan mahal^^

      Delete
    2. Sepertinya begitu Mbu. Orang kita mah udah kejadian dulu, baru kepikiran... Semoga saja langkah kita ini mulai banyak dirasakan dan terasa manfaatnya ya

      Delete
  9. Artikel yang rinci banget Mbak Maria. Saya belum pernah mengadaptasi pengetahuan tentang dunia penanganan sampah ini. Ternyata menarik juga ya. Merujuk dari 6 tujuan/target SDGs seharusnya urusan sampah bisa memberikan pengaruh kehidupan dari hulu ke hilir. Mulai dari urusan perut sampai ke efek yang lebih besar yaitu pemanasan global dan keterbelangsungan sumber daya alam dan kehidupan itu sendiri.

    ReplyDelete
  10. Salah satu program langit biru adalah sampah selain BBM Ramah Lingkungan, karena itu kita mulai dari rumah untuk membedakan sampah organik dan non organik, sehingga bank sampah lebih mudah untuk mengelolanya. semoga indonesia lebih baik lagi untuk lingkungan yang bersih

    ReplyDelete
    Replies
    1. 70 % sampah kita terdiri dari sampah organik mbak Sumiyati

      Jadi andai 70 % sampah organik tersebut berhasil diselesaikan, maka nggak perlu lagi keberadaan bank sampah

      Delete
  11. potensi yang sangat besar mengingat jumlah penduduk dan sampah yang terkumpul setiap harinya, semoga yang memiliki keahlian banyak yang tergerak untuk membuat biodigester yang bisa juga untuk skala rumah tangga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha ini memang untuk rumah tangga mbak

      Menggantikan gas LPG yang selama ini kita pakai, lihat foto dan video di atas deh

      Delete
  12. Energi dari sampah, tak hanya menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan juga sampah akan berkurang. Sayangnya memang belum optimal dikembangkan.Beralih dari LPG ke biogas dan membagikan biodigester secara gratis untuk golongan tak mampu...Sungguh sebuah langkah yang tak mudah yang semoga bisa segera direalisasikan.
    Pemaparan yang lengkap dan menarik, menjadikan saya paham apa itu green jobs, trims Ambu:)

    ReplyDelete
  13. kalo ga salah, gagasan ini sudah ada sejak dulu. karena aku dari jurusan Teknik Limbah (which is 30 tahun lampau) maka gagasan memproduksi biodigester untuk rumah tangga sudah ada. Dinilai lambat penanganannya ... yes, because of the human factor!

    Secara sederhana, sebenernya dalam satu RT bisa mengadakan biodigester mereka masing masing, toh di RT ada bagian yang menangani sampah

    Tapi yaaa itulah, tidak semua the X factor (baca : pak RT) tanggap dan MAU

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar ya mbak
      sebenarnya sangat mudah untuk bisa mengelolah sampah menajdi banyak hal yg bermanfaat, seperti energi alternatif misalnya
      tapi memang butuh dukungan banyak pihak, salah satu nya ya pejabat setempat a.k.a pak RT

      Delete
  14. keren ya ambu itu yang bisa memanfaatkan energi dari sampah tuh, jadi alternatif bahan bakar jadinya yang lebih ramah lingkungan

    ReplyDelete
  15. Aku setuju sih untuk menjadikan SDGs ini sebagai impian juga. Aku juga pro green dan sangat salut untuk orang-orang yang serius dalam mendukung dan menjalankannya seperti mbak ini. But, sekarang aku mulai ke hal-hal yang lebih basic dulu. Banyak belajar dari postingan ini.

    ReplyDelete
  16. tanpa kita sadari, banyak loh kerjaan yang terkait dengan green jobs
    arsitektur landscape, itu kan wajib mendesain dengan syarat 30% hunian harus berupa lahan hijau

    ReplyDelete
  17. Yak, patut disayangkan bangeeettt, mayortas masyarakat Indonesia (termasuk akuuu, hiks) belum terbiasa dengan budaya mengolah sampah.

    Paling baru nyampe tahap memilah dan memilih sampah RumTang doang.
    Semoga Green Jobs ini semakin menggurita idenya, dan bisa bisa menularkan semangat ke masyarakat umum yaaa

    ReplyDelete
  18. Setuju bahwa kita butuh kolaborasi semua pihak dalam memanfaatkan sampah ini. Mungkin dimulai dari rumah sendiri ya. Kudu dikasih pengetahuan pengelolaanya. Semoga setelahnya Green Jobs jadi lancar

    ReplyDelete
  19. Ketika membaca "petugas tidak memilah sampah dengan benar" seketika saya berpikir itu bisa menambah jenis pekerjaan, dimana pemulung (mohon maaf) bisa diberi pekerjaan dengan gaji yang layak. Mereka lebih profesional dan biogas bisa menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan. Keren artikelnya.

    ReplyDelete
  20. ternyata bandung sudah ada namun terbengkalai.. sayang banget ya mbak.. dan memang untuk biogas rumah tangga aku juga sering mikir, di sekitarku banyak yg punya sapi gtu, dan kotorannya numpuk aja bikin bau. kalau bisa dimanfaatkan setidaknya bisa gantiin keberadaan LPG di rumah. cuma edukasi ke masyarakat yang belum sepenuhnya terlaksanna

    ReplyDelete
  21. Di kotaku baru ada bank sampah aja, belum sampai ke pengelola sampah menjadi gas yang bisa sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari hari bila dikelola dengan benar. Seandainya ada pengelolaan seperti itu pasti makin baik untuk ke depan karena sampah sudah menjadi masalah bersama.

    ReplyDelete
  22. Saya sudah pernah baca nih di blog lain, semoga green jobs semakin diminati oleh anak-anak generasi muda yang ingin mencari pekerjaan serta bermanfaat untuk memulihkan lingkungan menjadi lebih baik

    ReplyDelete
  23. wah keren tulisanya selengkap ini...exactly, didaerah rumahku aja bank sampah belum berjalan maksimal. semoga kedepannya banyak sentuhan tangan2 kita yang bosa mengelola sampah menjadi lebih bermanfaat untuk kita sendiri juga

    ReplyDelete
  24. aku kurang paham mbak soal issue ini, mgkin aku hrs byk mencari referensi soal hal tsb. Yang pasti aku sangat tertarik dengan penghematan energi dan pelestarian lingkungan

    ReplyDelete
  25. Benar sekali energy sampah jadi sentuhan dari para milenial untuk dapat mengolah dengan start up bahkan dengan suatu teknologi terbarukan.

    ReplyDelete
  26. di Kota Malang dan Brebes sudah memanfaatkan gas metana dari sampah menjadi bahbahan bakar alternatif. ag saya bingung kenapa di Jakarta belum bisa ya? apa terkendala lahan? atau oknum berkepentingan?

    ReplyDelete
  27. Sayang banget, udah dikasih alatnya tapi berakhir mangkrak. Kayaknya kurang sosialisasi juga tuh, pengguna belum paham betul, bagaimana menggunakan alat biodigester tersebut. Aku beneran merasa sayang banget. Padahal tinggal menjalankan aja. Hiks

    ReplyDelete
  28. Kolaborasi dari berbagai pihak dan kesadaran kolektif akan sampah ini yang menurut saya harus didahulukan. Selama yang peduli tidak lebih banyak dari yang tidak peduli, nampaknya hanya sebatas angan.

    ReplyDelete
  29. biogas ini padahal wacana yang panjang dari puluhan tahun lalu saat aku masih s1 sekitar tahun 2008, mbak maria. memang perlu banyak sentuhan green jobs ini biar makin jelas arah dan tujuannya ya

    ReplyDelete
  30. Hi kak Maria salam kenal, ya.
    Aku setuju banget, kita harus mulai bergerak ya kak. Minimal bagi diri dan lingkungan sekitar dulu. Kita tidak tahu kedepannya pekerjaan yang kita kerjakan sekarang akan beralih fungsi. MInimal kita menjaga dan ikut melestarikan lingkungan, yes.

    ReplyDelete
  31. Tentang Biogas ini saya pernah liat pengolahannya waktu di Bali, memakai kotoran babi.
    Oleh masyarakat sana dipakai untuk kompor.
    Andai biogas bisa dimanfaatkan di banyak tempat pasti lebih hemat energi

    ReplyDelete
  32. Ngiri banget sama bandung dan kota yang sudah mengembangkan sampah jadi lahan yg manfaat buat alam. Dua faktor kesalahan yang Ambu sebutkan memang nggak bisa ditampik yaa, lewat tulisan para blogger ini semoga bisa tersampaikan dan lebih bnyk org yg peka terhadap alam dan sampah.

    ReplyDelete
  33. iyaak, baru kapan hari aku lihat ada postingan sampah bisa jadi batubata gitu. memang perlu diuji lagi bagaimana kekuatannya, tapi itu udah jadi solusi banget kaan..

    ReplyDelete
  34. ini bisa menjadi energi alternatif ya ambu menggantikan energi bbm yang lama kelamaan bisa langka krn dieksploitasi terus nih

    ReplyDelete
  35. Beberapa tahun lalu, aku pernah mendengar isu SDGs yang terus didengungkan. Memang sangat penting misi ini membawa dampak perubahan, salah satunya terhadap lingkungan. Semoga energi dari sampah bisa menjadi energi terbarukan yang menyelamatkan lingkungan dan kita sebagai makhluk hidup yang juga berpijak di atas bumi.

    ReplyDelete
  36. Lihat sampah itu emang mengesalkan ya ambu. Tapi, kalo ada anak muda yang mau bergerak, kita harusnya merasa beruntung karena banyaknya sampah yang bisa di pakai sumber energi.

    ReplyDelete
  37. Suka banget baca tulisannya mbak, aku juga setuju banget nih mbak. Setau aku dulu pernah sempat disosialisasikan untuk memilah dan memisahkan sampah ke kalangan masyarakt. namun belakang ini malah sepertinya sudah jarang ada yang melakukan hal ini. Semoga dengan adanya Profesi Green Jobs ini prilaku masyarakat indonesia bisa berubah menjadi masyarakat yang sadar akan pentingnya lingkungan

    ReplyDelete
  38. Saya mau deh pake biogas organik. Gampang bgt ya ternyata cara menghasilkannya. Cuma sayangnya di Jkt kok blm disosialisasikan secara menyeluruh huft..

    ReplyDelete
  39. Seneng sekarang sudah banyak yg peduli dengan penghijauan.. semoga makin banyak lagi terlebih dengan pengelolaan sampah nih ini masih miris karena masih banyak yg ga peduli ... mudah2an dgn banyak edukasi makin banyak org yg peduli dgn sampah ..

    ReplyDelete
  40. Masya Allah, kreatif sekali ya bisa memanfaatkan sampah jadi energi :) semoga bumi kita sehat selalu kalau penghuninya semakin peduli gini :)

    ReplyDelete
  41. Tema yang pas banget sama keseharian Ambu yaa..
    Suka banget sama penjelasana Ambu dan aku harap, bisa ada sosialisasi mengenai Green Jobs ini ke sekolah-sekolah. Sehingga cita-cita anak sekarang semakin berkembang lagi...

    ReplyDelete