Anak Susah Makan? Pahami 7 Pedoman Berikut!

 

sumber: freepik.com



Anak Susah Makan? Pahami 7 Pedoman Berikut!

 

Rabu siang, di tengah aktivitas urban farming yang berlangsung di pemukiman padat penduduk kota Bandung, seorang ibu asyik menyuapi anaknya. Sang anak, balita usia 4 tahun, menerima suapan ibunya sambil memanjat pagar.

Isi piring sisa separuh. Terdiri dari nasi merah dengan lauk, hmmm …. mungkinkah itu chiki? Sang ibu mengangguk.

“Iya ini, anaknya cuma mau makan kalo pakai chiki”.

Menu ajaib bukan? Saya kok dapat kesan bahwa anaklah yang salah karena hanya mau makan dengan lauk chiki. Lha siapa yang ngenalin chiki pada anak yang masih polos ini?

Seperti kita ketahui, Chiki merupakan nama brand kudapan berbentuk bola-bola terigu dengan zat perasa tambahan (rasa keju, barbeque, dan lainnya). Saking boomingnya, kini muncul chiki-chikian home made yang bisa dibeli kiloan.

Baik Chiki brand maupun buatan rumah, dibuat untuk camilan iseng. Zat perasa dibubuhkan agar bola-bola tepung yang rasanya tawar, menjadi enak. Dan nagih tentunya. Miskin gizi juga gapapa, karena tujuannya bukan untuk lauk pauk.

Beda halnya  dengan lauk pauk, khususnya untuk anak balita. Panganan anak balita harus terpenuhi syarat gizi agar perkembangan otak tidak terganggu, demikian pula  fisik serta psikisnya.

Bayangkan andai si anak ingin sekolah setinggi mungkin, tapi apa daya, kemampuan otaknya tidak memenuhi syarat. "Teu ka otakkan" istilah Bahasa Sundanya sih.

Kasihan kan? Bukankah sudah kewajiban orang tua membekali anaknya dengan otak, fisik dan psikis yang mumpuni? Agar mereka siap menatap masa depan yang begitu kompetitif.

Situasi tambah rumit selama masa pandemi Covid 19. Keharusan melakukan kegiatan di rumah saja, jika tidak disikapi dengan bijak akan menimbulkan masalah yang multi kompleks. Karena itu pada 30 September 2020, Danone Indonesia menggelar webinar dengan topik: “Bicara Gizi – Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja”.

Beberapa narasumber yang memberikan materi adalah

  • Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia.
  • dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinis
  • Putu Andani, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi
  • Soraya Larasati, Aktris, Model dan ibu dua anak

Isi webinar saya rangkum dalam 7 pedoman memahami masalah anak susah makan, khususnya selama pandemi covid 19,  sebagai berikut:

7 Pedoman Anak Susah Makan Selama Pandemi Covid 19

sumber: freepik.com


1.     Cerdik Ibunya, Cerdas Anaknya

Seorang teman menerapkan kebijakan ketat, yaitu tidak mengenalkan mi instan, serta kudapan miskin gizi lain pada anak-anaknya. Dia beralasan: “Agar tidak tercemar sejak dini, toh kelak lingkungannya akan mengenalkan  junk food seperti itu”.

Cara hebat yang bisa ditiru ya?

Andaikan waktu bisa dibalik, saya akan mengikuti jejaknya. Karena nggak ada kerugian apa-apa. Tidak perlu ketrampilan khusus untuk makan junk food. Keahlian masak junk food pun dengan mudah akan bisa dilakukan anak cerdas.

Beda halnya dengan pola makan gizi seimbang. Ibu harus cerdik, membuka kamus gizi dan berkolaborasi dengan sosok ayah agar anak tidak keberatan makan makanan yang disajikan.

Terlebih seperti yang dikatakan dr. Juwalita Surapsari:

Momen di rumah saja merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan anak mengenai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang sesuai dengan panduan “Isi Piringku”.

Selanjutnya dr. Juwalita Surapsari menegaskan bahwa ada 4 prinsip yang harus dilakukan (Pedoman Gizi Seimbang, Kemenkes, 2014) , yaitu:

  • Keanekaragaman pangan
  • Aktifitas fisik
  • Perilaku hidup bersih
  • Mencapai BB normal untuk mencegah masalah gizi

Agar pertumbuhan anak optimal,  pastikan sebanyak 12 hingga 15 persen dari porsi makanan hariannya merupakan sumber protein . Protein berguna untuk membantu pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan tubuh anak.

sumber: freepik.com


2.     Kreatif Ibunya, Cerdas Anaknya

Selama pandemi saya  beli frozen food aja,” kata seorang teman.

Padahal frozen food berada di puncak piramida makanan lho. Atau sebaiknya menghindari/mengurangi frozen food.

Strategi seorang kerabat mungkin bisa ditiru. Seminggu sekali dia belanja daging sapi/ayam/udang/seafood. Terutama jika sedang diskon. 😀😀

Sesampainya di rumah, sumber protein diolah dengan rempah bawang bombay, bawang putih, merica bubuk dan sedikit garam. Hasil olahan dibagi dalam beberapa plastik siap olah sebelum disimpan dalam freezer.

Nah, proses memasak di hari-hari super sibukpun menjadi lebih mudah dan nggak ngabisin banyak waktu. Stok daging/ikan olahan bisa menjadi isian martabak, omelette, campuran mi goreng, nasi goreng, bihun goreng, cap cay, bahkan tumisan sayur sederhana.

sumber: freepik.com


3.     Bebaskan Anak Dari Stres

Di rumah aja bikin stres. Sang ibu rindu pakai lipstik 😀😀 anak-anak ingin bermain dengan teman-temannya.

Baca juga: Covid19, Bikin Kangen Pakai Lipstik

Yang perlu dicermati, kesehatan saluran cerna dapat mempengaruhi kesehatan psikis. Menurut penelitian 95% hormon serotonin )yang berfungsi memengaruhi suasana hati) diproduksi di usus

Atau dengan kata lain, anak yang tidak menerima asupan gizi seimbang berpotensi mengalami kecemasan. Secara rinci Putu Andani, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi, memaparkan:

Salah satu cara mengatasi rasa bosan anak adalah dengan mencoba keterampilan atau pengalaman baru dengan interaksi yang menyenangkan bersama anggota keluarga. Melibatkan anak dalam menyiapkan menu gizi seimbang sesuai dengan usia dan kemampuan anak bisa menjadi alternatif kegiatan menyenangkan yang juga edukatif”.

Implementasi dalam kegiatan sehari-hari bisa dilakukan dengan melibatkan anak dalam proses memasak. Anak-anak usia kecil diajarkan mencuci buah dan sayur, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan.

Anak-anak yang lebih besar tentunya masuk kelas advance, mereka diajak memotong, mencampur adonan, mengenalkan dan mencampur bahan, menentukan porsi makan dan menata peratan makan di meja.

Kegiatan yang nampak sederhana ini apabila dilakukan bersama-sama dan tanpa distraksi dapat mengasah perkembangan kemampuan kognitif, fisik, sosial dan emosional anak serta meningkatkan bonding antara ibu dan anak-anak.

sumber: freepik.com


4.     Orang tua, Role Model Bagi Anak- anaknya

“Pantesan supnya enak,” puji ayahanda sesudah ibunda memberitahu bahwa saya membantunya masak di dapur. Padahal, yaelah … saya cuma membantu mencuci sayuran. Namun ayahanda langsung meng-klaim bahwa masakan jadi enak. 😀😀

Pujian yang hingga kini melekat dalam ingatan.

Sesuai banget dengan yang dikatakan Putu Andani:

“Sepanjang tahap kehidupannya, anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain: merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga”.

Dr. Juwalita Surapsari menambahkan bahwa orang tua harus meluangkan waktu untuk makan bersama. Idealnya sih 3 kali sehari, minimal sekali- dua kali sehari. Karena di meja makan mereka melihat panutannya makan sayuran, protein dan lainnya, dengan ekspresi menyenangkan.

Jangan salahkan anak susah makan jika orang tua pemilih dalam hal makanan, serta enggan makan bersama.

sumber: freepik.com


5.     Ngebolang Sumber Nutrisi Lain

Pernah merasa bosan dan ingin mencoba kuliner baru?

Tentunya anak juga merasakan hal sama. Bedanya, dia belum bisa menjelaskan dan menyampaikan keinginannya.

Soraya Larasati, pembicara  ketiga dalam webinar mengisahkan pengalamannya menyajikan makanan dengan pola gizi seimbang bagi keluarga:

 “Saya belajar untuk kreatif dalam menyajikan makanan maupun menyiapkan berbagai kegiatan agar anak tidak bosan di rumah saja. Selain saya ajak anak terlibat dalam menyiapkan makanan, saya juga mengenalkan anak dengan sumber nutrisi yang belum pernah ia coba”.

Soraya rupanya telah menerapkan nasehat dr. Juwalita Surapsari, yaitu:

“Saya sering membuatkan menu makanan nabati. Ragam makanan nabati yang sangat bervariasi dari jenis kacang-kacangan dan sayuran baik untuk dikenalkan pada anak-anak. Biasanya, saya lengkapi dengan nutrisi untuk anak berbasis soya yang difortifikasi dengan serat, vitamin, dan mineral lainnya karena nutrisinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak. Saya percaya bahwa pangan nabati sama pentingnya dengan pangan hewani”.

Di era digital ini, proses ngebolang sumber nutrisi sehat sangat mudah dilakukan. Buka saja Google dan ketik keyword, kacang hijau misalnya. Maka akan keluar banyak resep masakan  berbahan kacang hijau.

Ingin tahu cara pembuatannya?

Sangat mudah. Cukup buka aplikasi YouTube maka berbagai macam olahan kacang hijau akan muncul, mulai dari dessert hingga makanan utama. Bisa dipilih prosesnya, ada yang mudah, ada pula yang njlimet dengan bahan baku yang baru kita tahu.

sumber: freepik.com


6.     Tumpeng Gizi Seimbang untuk Panduan

Sebelum ngebolang nutrisi, jangan lupa untuk menengok tumpeng gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang yang diedarkan Kemenkes, 2014 diketahui bahwa untuk anak 1-3 tahun dalam per harinya mengonsumsi:

  • 3 porsi makanan pokok (batasi gula, garam, minyak)
  • 2 porsi lauk pauk (protein nabati dan hewani)
  • 3 porsi buah-buahan
  • 1,5 porsi sayuran

Jangan dilupakan 4 pilar gizi seimbang yang harus dipatuhi:

  • Mengonsumsi makanan beragam
  • Perilaku hidup bersih
  • Melakukan aktivitas fisik
  • Pertambahan TB dan BB sesuai usia
sumber: freepik.com


7.     Serat Untuk Anak Sehat

Anak enggan makan sayur dan buah-buahan?

Ada solusi yang mudah. Dr. Juwalita Surapsari memberi contoh pada anak yang enggan makan makanan mengandung serat:

“Ingat nggak waktu susah BAB? Sakit dan perutnya nggak enak kan? Nah, harus makan sayur dan buah supaya BAB nya lancar. Nggak sakit lagi”.

Dalam webinar juga terungkap bahwa:

  • Pada anak yang asupan seratnya tinggi, ternyata asupan lemak total dan lemak jenuhnya lebih rendah daripada anak yang asupan seratnya rendah.
  • Asupan B-6, agnesium, besi dan kalium lebih tinggi pada anak yang asupan seratnya tinggi.
  • Asupan serat yang tinggi didapat dari sayur, buah, kacang-kacangan, polong-polongan dan biji-bijian.

Bagaimana?

Sebetulnya mudah ya? Karena pemahaman 4 sehat 5 sempurna sudah kita ketahui sejak di bangku sekolah. Kemenkes menyempurnakannya menjadi pola gizi seimbang, kemudian menyebarkannya.

Salah satunya melalui webinar yang diadakan Danone, agar orang tua dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang dibutuhkan anak, melalui pengaturan pola makan, pemberian nutrisi yang cukup, serta olahraga yang rutin.

Baca juga: Atasi Stres Dengan 5 Hobi Penghasil Uang Ini, Yuk Coba!

19 comments

  1. Iya betul, aku juga kurang suka makan ikan krn sejak kecil ikan adl lauk yg jarang dimasak ibu. Makanya aku skrg sejak jd ibu masak segala rupa biar anak ga jd picky eater 😘

    ReplyDelete
  2. Pengalaman liat ponakan ada dua tapi pola makannya beda banget. Abangnya makan apa aja. Badannya besar. Adeknya malas makan, dan cenderung lebih kurus. Bagus juga ini pedomannya. Dapat diterapkan nanti ketika punya anak :)

    ReplyDelete
  3. Yang paling mudah memang mencontohkan ya Mba, cukup kita lakukan duluan, anak-anak bakalan mengikuti apa yang ortu lakukan.
    Seperti suka makan sayuran, anak juga bisa ikutan suka :D

    ReplyDelete
  4. mendengar sharing dari teman-temanku punya anak sama, kalau anaknya picky buat makan sebagai orang tua pusing juga ya. Cuma ada tips misalnya ajak anak buat masak bareng makanan kesukaannya gitu biar dia tergoda buat makan.

    ReplyDelete
  5. Bener Ambu... orang tua harus meluangkan waktu makan bersama anak, dan no gagdet di meja makan jd anak2 bs diperhatikan sepenuhnya makannya gimana dan makin semangat lho kl makannya bareng hehe...nice share, tks

    ReplyDelete
  6. Orangtua merupakan role model .yap Mpo setuju. Kita yang harus perbaiki pola makan kita agar kelak anak bisa mengikuti jejak makan dengan pola sehat dan tidak pilih makanan sehingga tidak ada lagi mengalami anak yang susah makan

    ReplyDelete
  7. Biasanya anak memang susah makan, ya,Ambu. Yang saya perhatikan sama anak, dia itu meniru ortunya. Sering makan buah, bikin anakku suka buah-buahan. Jadi penting mengenalkan makanan sehat sama anak.

    ReplyDelete
  8. Tidak mengenalkan mi instan, serta kudapan miskin gizi lain pada anak-anaknya. Ini nih, yang patut dicontoh buibu sejagat timeline! Salah satu "Dosa"-ku ngenalin makanan nir-gizi ke anakku hiks hiks
    Jadi... walopun aku udah kasih contoh makan buah-sayur-dkk, anakku tetep prefer yg nir-gizi

    ReplyDelete
  9. Saya sempat ngalamin frustasi menghidangkan makanan untuk anak yg sulung. Picky banget sampe saat ini. Tapi dulu gak patah semangat. Saya sengaja hire pengasuh yang pernah belajar soal gizi. Pinter banget dia ini. Rajin nyoba beberapa menu sampai akhirnya nemu kesukaan anak saya.

    Yang terjadi adalah anak saya ini penyuka wortel import yang kecil-kecil itu. Lauk atau sayur apapun (nasi lembek/bubur olahan sendiri) dia maunya ada wortel nya. Dihancur-hancur kemudian dicampurkan. MashaAllah lahapnya. Kemudian ditambah dengan keju slice. Setiap hari rutin 2 slices. Jalan keluar karena anak saya konsumsi susunya gak begitu banyak. Malah cenderung kurang dibandingkan anak-anak seusianya.

    Intinya sih ibu dan para pasukan yang membantu kudu kreatif, jangan putus akal, dan selalu bersabar.

    ReplyDelete
  10. Terkadang ada juga trauma anak pada makanan, akhirnya dia emoh untuk makan makanan yang bikin dia trauma. Entah ketulangan, bikin tenggorokan sakit, dll. Emak harus pinter muter otak ini supaya asupan terpenuhi, bahannya sama tapi dalam bentuk yang beda.

    ReplyDelete
  11. Nah aq nih yang merasa kurang variatif saat masak buat anak. Tapi alhamdulillah tiap apa yang aq masak dia selalu suka, apalagi tentang sayur auto lahap

    ReplyDelete
  12. Nah aq nih yang merasa kurang variatif saat masak buat anak. Tapi alhamdulillah tiap apa yang aq masak dia selalu suka, apalagi tentang sayur auto lahap

    ReplyDelete
  13. Nah aq nih yang merasa kurang variatif saat masak buat anak. Tapi alhamdulillah tiap apa yang aq masak dia selalu suka, apalagi tentang sayur auto lahap

    ReplyDelete
  14. Ternyata anak-anak tuh bisa stress juga ya ambu, yang berpengaruh ke pola makannya. Sedih deh aku kalo anak lagi gak nafsu makan tuh

    ReplyDelete
  15. Ah terima kasih tipsnya ya mbak..
    Anak2ku susah makan..
    Suka gtm dan picky eater , syedih jadinya

    ReplyDelete
  16. Memang di masa pandemi ini asupan nutrisi anak harus seimbang ya. Terima kasih reminder dan infonya, Mbak. Soalnya anak-anakku sekarang jadi makin picky makannya huhuhu.

    ReplyDelete
  17. Pe-per banget nih buat saya yang punya bayi lagi MPASI dan anak 6th yang sudah mulai lebih suka jajan dibanding makan di rumah hiks.

    Sy jg yg termasuk tidak mengenalkan moe instant, minuman kemasan dan jajanan miskin gizi pada anak, taoi ya karena lingkungan akhirnya sekarang mulai sering minta.

    ReplyDelete
  18. Memang jadi ibu harus kreatif ya, kak.. Biar anaknya doyan makan dengan menu yang berganti dan bernutrisi.

    ReplyDelete
  19. Aduh pas banget deh aku punya keponakan 6 orang semuanya susah makan juga dan makannya pun super duper lama.
    Yang ada naik tensi deh mamanya

    ReplyDelete