Stigma Janda dan 6 Cara Mengatasinya

 

Stigma Janda dan 6 Cara Mengatasinya

 

“Dia kan janda,” kata Bebi Romeo, pencipta lagu “Bunga Terakhir” saat berbincang dengan istrinya, Meisya Siregar. Untuk sesaat keduanya terpaku sebelum menyadari bahwa Meisya juga janda sebelum menikah dengan Bebi.

Stigma janda memang kejam. Seperti dosa yang tak termaafkan. Padahal siapapun tahu, tak ada perempuan yang ingin menjadi janda. Saat melangkah ke gerbang pernikahan mereka mengharapkan kehidupan yang langgeng bersama pasangannya, saling melengkapi, dan saling merajut kebersamaan.

Happily ever after lah. Atau kehidupan sakinah mawadah warohmah sampai maut memisahkan.

Tapi apa mau dikata, skenario pernikahan tidak seindah drama Korea. Seperti yang dialami salah seorang sahabat saya. Enggan “dilangkahi” adiknya, dia setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya.

“Bobot, bibit, bebet” terpenuhi. Sang lelaki pilihan bekerja sebagai PNS, sarjana, lahir dari keluarga ningrat dan beragama sama dengan sahabat saya, ternyata tidak menjamin kebahagiaan. Tak disangka dia adalah homoseks. Dia juga gemar memukul, menendang, menyundut istrinya dengan rokok serta perlakuan keji lainnya.

Semula sahabat saya menutupi semua perlakuan suaminya. Dia selalu berdoa agar suaminya berubah. Dia ingat nasihat ustaz untuk selalu sabar menghadapi suami,  agar mendapat surga seperti yang dialami istri Firaun.

Keluarga besarnya nggak terima. Mereka bercerai dan otomatis sahabat saya menjadi janda muda. Janda muda yang rentan cibiran akibat stigma negatif. Terlebih jika janda muda tersebut bertubuh semlohei, putih dan cantik.

Kuat dugaan, stigma negatif disebabkan  janda  pernah merasakan kegiatan suami istri,  sehingga muncul tuduhan janda gatel, suka menggoda suami orang, serta tuduhan negatif lain. Padahal nggak harus jadi janda untuk berprofesi sebagai pelakor alias perebut suami orang, ya?

Sedihnya stigma nggak hanya diarahkan pada janda muda, janda tua juga mengalami. Almarhum ibunda yang harus menjanda di usia 36 tahun sesudah ayahanda meninggal, justru mendapat tuduhan sesudah usianya menginjak ke-50.

Mungkin sewaktu masih muda, ibunda nampak lusuh karena harus pontang panting cari nafkah, sambil ngurusin 6 orang anak yang masih kecil-kecil. Di umur 50 tahun kan udah santai, anak-anak bisa membantu tugas rumah tangga sehingga bedak ibunda awet, dan bajunya nggak mudah lecek. 😊😊

Baca juga: Menyelami Fikih Perempuan Bersama Channel Aam Amirudin

Allah SWT melarang suudzon lho!

The single biggest problem in communication is the illusion that it has taken place

George Bernard Shaw

Sebagai muslim, pastinya tahu, Allah SWT sangat tidak menyukai umatNya yang suudzon atau berburuk sangka terhadap sesama muslim. Suudzon memunculkan iri hati, prasangka buruk,  gosip, fitnah  dan perbuatan buruk lainnya.

Termasuk memberi stigma negatif pada janda. Secara tegas kitab suci Umat Islam mencantumkan bahwa berburuk sangka merupakan dosa. Sangat menjijikkannya, hingga disamakan dengan memakan bangkai saudaranya yang sudah mati.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

 

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Siapapun yang memiliki prasangka buruk terhadap sesama muslim, maka ia wajib bertobat kepada Allah SWT.


6 Tips Menghadapi Stigma Janda

Menangkis stigma negatif emang susah-susah gampang. Mau dicuekin, kok terdengar. Mau didengerin dan dijawab takutnya malah berakhir jadi debat kusir.

6 Tips yang dikutip dari fimela.com ini bisa jadi cara jitu dalam menyikapi stigma negatif terhadap janda.

S – Singkat dan Sederhana

Ilusi sudah kadung menghinggapi anggota masyarakat yang memberi stigma negatif. Ilusi bagai awan yang mengukung mereka hingga sulit berkomunikasi dengan cara sehat dan bermartabat.

Berhematlah dalam berkata-kata dan bersikap pada mereka. Percuma memberi penjelasan panjang lebar, sebab dalam benak mereka sudah terbangun gambaran tentang janda. Yang bisa mengubahnya hanya mereka sendiri. Jadi nggak perlulah berbincang yang malah jadi blunder.

T – Tegas

Dalam ilusi mereka yang memberi stigma negatif, hanya ada gambaran tentang janda yang lemah dan sangat bergantung pada pria. Ketiadaan suami membuat janda menjadi kalap mencari penggantinya.

Untuk mengatasinya, ambillah sikap tegas dalam berkata-kata dan bertindak. Tampilkan sikap yang menunjukkan bahwa mereka salah orang. Mereka tak perlu khawatir akan kehadiran janda. Jangan biarkan mereka membully dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

I –  Inspiratif

Dalam beberapa kali tausiahnya, ustaz kondang Aa Gym kerap berkata: “Semakin berharap kepada manusia semakin mudah resah, kecewa dan sakit hati. Maka berharaplah sepenuhnya kepada Allah”

Jangan berharap pada  anggota masyarakat yang memberi stigma negatif. Tunjukkan sikap positif dan perilaku inspiratif yang tulus, tidak pamrih.

G- Grouping

Bergabung dengan komunitas yang memberi dukungan, bisa menjadi salah satu alternatif.  Komunitas seperti ini biasanya mempunyai program pengembangan diri dan diskusi motivasi yang membantu meningkatkan kepercayaan diri.

Tidak semua anggota masyarakat memiliki stigma negatif. Masih banyak kok yang justru bersimpati dengan nasib dan perjuangan yang harus dilakukan para janda.  Mereka ini bisa banget jadi teman dan sahabat sejati.

M – Motivasi Diri

Stres dan merasa terpuruk menjadi penyakit mental tak terhindarkan seorang janda. Dia harus berjuang mengatasi masalah yang timbul akibat prahara rumah tangganya, eh malah dirisak pula oleh anggota masyarakat yang hidup dalam stigma negatif.

Akibatnya timbul perasaan rendah diri, minder, sedih tak berkesudahan dan kemarahan yang tak terlampiaskan.  Beban psikologi ini sulit disembuhkan jika yang bersangkutan tidak memiliki motivasi diri.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, diantaranya berkonsultasi dengan psikolog dan bergaul dengan kelompok positif yang mendorong untuk pengembangan diri. Mulailah pelajari pengetahuan baru atau perdalam ilmu yang telah dimiliki. Dengan cara ini kepercayaan diri akan tumbuh kembali, bahkan mungkin bisa menjadi solusi ladang nafkah yang baru.

A – Analisa dan Alihkan Diri

Tidak ada insan yang luput dari kesalahan. Sebaliknya tidak ada insan yang tidak memiliki kelebihan. Menjauhkan diri dan melakukan analisa kemudian melakukan serangkaian adaptasi, harus dilakukan setiap insan, termasuk janda.

Andai dulu, sebelum menyandang status janda, bergabung dengan komunitas yang mempunyai stigma negatif pada janda, apa salahnya keluar dari komunitas tersebut. Juga komunitas yang tidak memiliki empati dan aktivitasnya cuma sekedar kumpul-kumpul.

Hanya bergabung dengan komunitas yang memberi manfaat harusnya menjadi pedoman. Atau segeralah pulang sesudah acara inti, jangan tergoda ngobrol-ngobrol yang berakhir saling gosip. Maksimalkan waktu untuk hal-hal berguna.

Janda, sebetulnya hanya status. Setiap status memiliki bebannya masing-masing. Jangan terpaku pada status. Orang yang berperilaku positif  akan mempengaruhi sekelilingnya. Mereka akan segan dan terbawa aura positif. Sebaliknya jika dia bertindak negatif, orang sekelilingnya akan merespon negatif juga.

Baca juga: Perempuan Jangan Cengeng! Your Life is Your Choise


 

29 comments

  1. Dan para istri sangat protektif lo kalo suaminya pny teman yang berstatus janda hehe.

    Setuju bu, perlu menghindari suujon

    ReplyDelete
  2. Setiap perempuan yang menikah pasti tidak mengharapkan pernikahannya berakhir lalu bercerai dan menjadi janda. Stigma yang terbentuk di masyarakat memang kadang tidak seperti kenyataannya. Saya salut malahan sama single mom yang kuat dan bisa melanjutkan hidupnya. Pasti enggak mudah buat mereka.

    ReplyDelete
  3. predikat janda memang terkadang jelek dimata masyarakat, apalagi bila janda tersebut menjadi pelakor, namun kita ga boleh suujon terhadap janda ya ...

    ReplyDelete
  4. Su'udzon itu akar kejahatan manusia ya Ambu.
    Aku berkawan akrab dgn beberapa single parents dan mereka sosok yg hebat dan setroongg!

    ReplyDelete
  5. Begitulah nasib perempuan ya... kalo duda malah ga ada yang mempermasalahkan. Malah kadang dicap duren, duda keren. Kadang dibanggain, ga ada yang mencibir. Beda nasibnya sama janda. Kalo cantik malah dianggap gatel. Sedih...

    ReplyDelete
  6. Benar sekali mbak, orang masih selalu negatif dgn stigma janda..
    Tulisan ini sangat membantu buat org2 yg menyandang status janda, terima kasih sudah berbagi mbak

    ReplyDelete
  7. Kalau memikirkan omongan org pasti bikin stress dan merasa terpuruk lama2 bisa down mental, seorang janda selalu dianggap miring tetep semangat intinya dn percaya diri y mba💗

    ReplyDelete
  8. Sedihnya yang sering punya stigma negatif terhadap janda itu ya sesama perempuan. Tapi laki-laki juga gitu, kalau ada temen yang janda suka pada kegatelan godain. Padahal ya semua yang menikah itu akan jadi janda/duda cerai/mati pada waktuNya. Mbok ya saling menghormati aja.

    ReplyDelete
  9. Bagus 6 tips. Yang sangat menarik Analisa dan Alihkan diri. Lbh baik tidak bergosip ...

    ReplyDelete
  10. Sedihnya yang sering punya stigma negatif terhadap janda itu ya sesama perempuan. Tapi laki-laki juga gitu, kalau ada temen yang janda suka pada kegatelan godain. Padahal ya semua yang menikah itu akan jadi janda/duda cerai/mati pada waktuNya. Mbok ya saling menghormati aja.

    ReplyDelete
  11. Saya sering banget mendengarkan curhatan teman-teman yang berstatus janda. Sering serba salah menurut mereka. Apalagi jika menghadapi mereka-mereka yang belum apa-apa sudah suudzon dulu

    ReplyDelete
  12. Tidak ada wanita yang menginginkan terjadi perpisahan di tengah pernikahannya. Pasti kita berharap sehidup sesurga dengan paksu. Tapi Allah punya rencana yang lebih indah.
    Di masyarakat terjadi double standard ya, mba. Jadi janda dapet stigma negatif tapi kalau jadi duda biasa aja, huhuhu...
    Kita sebagai sesama wanita harus terus support buibu yang 'terpaksa' jadi janda dengan cara yang positif...

    ReplyDelete
  13. Tidak ada yang salah dengan janda, saya 3 tahun berkolaborasi dengan komunitas perempuan kepala keluarga, perempuan itu kuat! Saya dibesarkan single mom juga 🤗 malah bisa banyak belajar tentang bagaimana menerima keadaan dan dan menunjukkan pada publik kalo stigma itu tidak selalu tepat💙 semoga perempuan Indonesia selalu kuat 🤗🤗 kakak juga sehat2 selalu ya

    ReplyDelete
  14. Dalam masyarakat kita, janda muda dengan penampilan fisik menarik emang rawan gossip ya. Terkadang jandanya baik-baik saja, bisa membawa sikap, berhubung dirinya mudah menimbulkan rasa cemburu, jadinya ya gitu deh. Untuk teman-teman yang mengalami masalah yang sama, semoga selalu tabah ya. Dan tips di atas bagus banget kalau diterapkan

    ReplyDelete
  15. serba salah ngomong soal ini terlebih budaya kita kuat akan patriarkhi dan mungkin akan begitulah adanya. yang paling bisa di lakukan lebih merubah mindset diri kita sendiri aja

    ReplyDelete
  16. Semuanya pasti mengharapkan pernikahan yang bahagia ya bu tapi kita juga nggak pernah tahu apa yang akan terjadi makanya kita berusaha dan berdoa, lagian juga status janda terhormat karena menikah sesuai syariat agama, masih banyak jalan menuju kebahagiaan, semangat semuanya 😘

    ReplyDelete
  17. sedih banget sih aku dengan stigma Janda ini, temenku ada yang Janda juga, dan pastinya beliau juga nggak pengen ngalamin hal tersebut, tapi yang namanya stigma emang susah banget dihilangkan yaa huhuhu

    ReplyDelete
  18. Senang sekali bisa mampir kembali ke tulisan Ambu. Dan ya ... kadang stigma negatif seringnya bikin ngeri dan menghakimi sekali. Padahal nggak selalu demikian. Jadi, memang pandai pandai bawa diri dan menemukan lingkungan yang tepat dan positif, rasanya bisa mengurangi lelah hati.

    ReplyDelete
  19. Stigma atau prejudice ini bikin kesel apalagi tentang status seperti janda atau yg masih single. Kita dinilai dari amal perbuatan bukan dari prasangka orang.

    ReplyDelete
  20. Di komplek saya ada komunitas tegar mandiri, tapi cuma untuk janda yang ditinggal meninggal. Padahal yang janda karena cerai juga pasti hati kecilnya mah enggak ingin begitu ya...

    ReplyDelete
  21. Jadi ya Ambu, menurutku semua akan jadi janda atau duda pada waktunya. Karena hidup kan nggak abadi, dan semua udah digariskan. Ini ngingetin aku sama drama korea When Camelia Was Bloom di mana stigma negatif janda bukan hanya di negara kita melainkan di sana juga.

    ReplyDelete
  22. Saya setuju banget nih dengan kutipan di kalimat terakhir. Berlakulah positif karena lingkungan sekitar pun akan merespon sikap kita dengan positif. Anjing menggongong kafilah pun berlalu

    ReplyDelete
  23. saran yang sangat bagus,tulisan inspiratif

    ReplyDelete
  24. Menjadi janda memang berat. Serba salah baik dengan perempuan atau laki-laki. Saya sepakat dengan tips Ambu. Buat diri bahagia saja dengan bermartabat :)

    ReplyDelete
  25. Kenapa yah kok penilaian sama janda seperti itu, padahal manusia tuh jangan dilihat dari statusnya ya bu maria

    ReplyDelete
  26. Wah Idea STIGMA ini bisa berguna banget, akan saya sampaikan ke teman-teman saya yang mengalami hal serupa ambu

    ReplyDelete
  27. Sampai saat ini pun stigma janda masih saja negatif. Kadang kasian. Seperti yang mbak bilang,kan itu bukan kehendaknya. Beberapa orang terdekatku juga pernah janda. Bahkan ibuku sendiri beberapa kali menjanda. Dan Alhamdulillah sekarang beliau baik-baik saja dengan anak yang sudah besar-besar.

    ReplyDelete
  28. Sedih, Ambu.
    Ibukku janda baru 3 tahun ini. Dan perlakuan serta omongan tetangga dinilai brbeda sejak Bapak meninggal.
    Semoga Allah melindungi selalu.

    Ujiannya berat, Ambu.

    ReplyDelete
  29. Entah kenapa ya kok stigma negatif itu cenderung melekat di perempuan. Kayak misal janda ini. Perasaan duda mah gak digituin amat...

    ReplyDelete