Sukabumi?
Itu mah dekat atuh?
Justru
karena dekat, saya selalu menunda. Padahal banyak yang saya ingin kerjakan di
Kota Sukabumi. Bahkan jika merunut catatan yang sudah dibuat, nampaknya
seminggu nggak bakalan cukup deh.
Mulai
dari nyekar, wajib nih mengunjungi makam almarhum ibunda, ayahanda, dan si
bungsu Hudi. Kemudian kulineran ke beberapa lokasi yang saya kangenin. Ditambah
tujuan kuliner gara-gara “racun” Youtuber Nex Carlos.
Saya
juga ingin banget mengunjungi "Batik Sukabumi”. Masa belasan tahun hidup di
Sukabumi, saya nggak tahu bahwa kota kecil ini penghasil batik?
Yups,
saya lahir dan dibesarkan di Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Kota yang kental akan akulturasi bangsa Belanda, etnis Tionghoa, Sunda, dan etnis lainnya, salah satunya suku Jawa seperti saya.
Ada
gula ada semut, kata Sukabumi yang konon berasal dari Bahasa Sunda, yaitu “Suka-Bumén” yang berarti kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman
sehingga orang-orang suka bumén-bumén (membangun rumah tangga alias menetap).
Paling
tidak, sejarah mencatat beberapa keputusan penguasa di eranya, yang membuat
kota dengan luas 48, 42 km ini mempunyai daya pikat:
Perkebunan.
Perkebunan teh biasanya di kawasan perbukitan seperti Ciwidey, Lembang,
Cobodas. Nah di tengah Kota Sukabumi masih kebun teh. Tolong bayangin kebun teh
di jalan Dago Kota Bandung. Seperti itulah kota Sukabumi.
Pusat
agama Katolik (1948 – 1961). Hebat bukan, mengingat pesantren terkenal yang
digawangi alm KH Abdullah Syafi’ie juga berada di Kota Sukabumi. Toleransi
beragama sangat kuat di Kota Sukabumi. Jika sekarang ada keributan intoleransi, bisa
dipastikan berasal dari luar Sukabumi.
Akabri
Kepolisian. Sebelum pindah ke Semarang, Akabri Kepolisian (1959 – 1980) pernah melaksanakan proses pendidikan calon
Ipda (Inspektur Polisi Dua) di Sukabumi. Yang paling saya ingat adalah ketika
team marching band Akabri Kepolisian berlatih melewati rumah kami di Jalan
Siliwangi. Keren banget. Terlebih saat sang majorette memainkan sticknya. Ganteng
pula. ^_^
Bisa
kebayang kan betapa meriahnya (dulu) Kota Sukabumi? Nggak heran banyak pabrik
di sini. Juga pertokoan. Karena sesudah Belanda (pemilik perkebunan) meninggalkan
Indonesia, banyak aset yang jatuh ke etnis Tionghoa, yayasan Katolik serta
pemerintah daerah Kota Sukabumi.
Bangunan
bekas Belanda dilestarikan dan digunakan sebagai kantor pemerintahan, sekolah
serta rumah sakit. Sedangkan beberapa rumah bekas warga Belanda digunakan yayasan
sebagai rumah dinas, termasuk keluarga saya, serta rumah milik pribadi. Salah
satunya milik orang tua Laksamana Sukardi, mantan Menteri BUMN era Gus Dur dan
Megawati Soekarnoputri. Konon mereka masih kerap berlebaran di Kota Sukabumi.
Kokoh dengan dinding kayu dan bambu yang tebal. Ubin bercorak atau polos berwarna hijau army. Kaca jendela dan pintu bermozaik yang berlapis tiga, menjadi ciri rumah bekas warga Belanda. Umumnya berada di sekitar sekolah, rumah sakit dan pabrik, sebagai penanda alasan mereka berada di kota kecil Sukabumi.
![]() |
source: tirto.id |
Sebagai
konsekuensi keberadaan warga Belanda di Kota Sukabumi, maka di kota ini juga
ada Kerkhof atau kuburan. Paska Belanda
pergi, kerkhof yang memiliki pengertian
harfiah halaman gereja, menjadi pemakaman penduduk yang beragama Nasrani.
Aroma
akulturasi sangat terasa di kawasan kerkhof yang terletak di perbukitan.
Bangunan makam warga Belanda yang megah dengan lempengan batu pualam
bertuliskan nama, tanggal lahir dan tanggal wafat, bercampur dengan pemakaman
etnis Tionghoa yang khas dengan warna merah, gundukan berumput yang rapi, serta
tentu saja hio/dupa wangi yang dinyalakan oleh keluarga yang ditinggalkan.
Pernah
ada peristiwa unik di kerkhof. Seorang dokter etnis Tionghoa yang cukup
terkenal di Kota Sukabumi, merasa terpukul ketika istrinya meninggal dunia. Saking
merananya, dia memutuskan tidur di makam sang istri. Agar nyaman, sang dokter tidak saja membawa perlengkapan tidur, juga televisi.
Tapi tentu saja, tidur di
pemakaman sungguh tidak menyenangkan. Sang dokter pun menyerah. Terlebih
kemudian dia menikah lagi. Sehingga semua perlengkapan tidurnya,
termasuk televisi, dibawa pulang. ^_^
Namun
yang pernah bikin almarhum ibunda ketar ketir ialah berhembusnya rumor akan
dibangunnya perumahan mewah di perbukitan tersebut. Para ahli waris
dipersilakan mengangkut tulang belulang keluarganya. Untung batal. Bisa
dipahami andai bukan rumor, view kerkhof bagus banget, mengingatkan saya pada pekuburan
Bergota Semarang.
Kuliner, Destinasi Kedua di Sukabumi
Apa
yang muncul ingatan sewaktu mendengar kuliner Sukabumi?
Moci?
Bubur Sukabumi? Bangket jahe?
Emang
banyak banget kuliner unggulan di kota kecil ini. Penyebabnya tentu saja
keberadaan etnis Tionghoa dan warga Belanda. Warga Belanda mewariskan bangket
jahe, bandros dan roti Priangan yang eundeus kacida. Etnis Tionghoa dengan
moci, bikaambon, bubur ayam dan mie bakso yang laziz.
Nah,
Nex Carlos yang punya motto “Keliling Dunia Untuk Makan”, melalui videonya
memberi tahu destinasi kuliner yang wajib dicoba. Apa saja? Ini dia:
![]() |
source: instagram.com/@warnashajiempud |
Warung Nasi
Haji Empud
Terkenal
dengan daging kepala sapi, Warung Nasi H. Empud sebetulnya terletak di luar
Kota Sukabumi. Tepatnya di jalan Gandasoli- Sukaraja, alias Sukabumi coret.
Hah,
daging kepala sapi? Bener banget. Nex Carlos mencoba rasa potongan daging
kepala sapi, khususnya bagian pipi sapi. Serem-serem gimana gitu ya? Mungkin
karena belum terbiasa. Selain daging kepala sapi, warung nasi H. Empud
menyediakan menu standar di warung nasi khas Sunda, seperti gepuk/empal daging
sapi, ayam goreng serta beragam oseng sayur.
Sayang
beberapa video Nev Carlos kurang informasi. Seperti ketika meliput Warung Nasi
H. Empud, Nex malah asyik menu masakan
yang dipilihnya. Padahal pastinya penonton ingin tahu juga menu lainnya, serta sambal yang biasanya disediakan di warung
nasi.
![]() |
source: youtube.com/@nexcarlos |
Mie Goreng
Acoy
Menyadari
bahwa subscribernya terdiri dari berbagai lapisan, Nex Carlos tak lupa memberi
tahu penonton tentang halal tidaknya kuliner yang diekspose. Termasuk sebelum
me-review “Mie Goreng Acoy” yang terletak di Jalan Ahmad Yani – Nyomplong –
Kota Sukabumi.
Saya
juga baru tau ada chinese food halal di Kota Sukabumi. Jika merunut kisah yang
telah saya uraikan di atas, Kota Sukabumi “diserbu” pendatang etnis Chinese
yang berniaga paska bangsa Belanda menghuni kota kecil ini. Maka restoran Chinese
Food halal cukup sulit ditemukan.
Selain
halal, keunggulan mie goreng Acoy lainnya adalah porsinya yang banyak,
menggunakan mie khas Sukabumi yaitu berwarna kuning dan berbentuk lebar.
Dimasak dengan tungku dan cara khas, membuat hasil akhir yang top markotop.
![]() |
source: instagram.com/@buburayampengkolan_official |
Bubur Ayam
Pengkolan
Baru
tahu saya tentang bubur ayam Pengkolan. Padahal letaknya cukup dekat dengan rumah adik saya yang
berdomisili di Sukabumi. Mungkin kalah pamor dibanding Bubur Ayam Bunut dan
Bubur Ayam Odeon.
Bubur
ayam khas Sukabumi umumnya kental, agar mudah disantap dengan sumpit, serta
gurih yang berasal dari kaldu ayam/daging sapi. Sayangnya ada pergeseran
menjadi encer dan gurih micin.
Untunglah, Bubur Ayam Pengkolan yang konon sudah berjualan selama 30 tahun, masih memegang teguh kebiasaan membuat bubur ayam yang kental. Jika ingin menambah lauk, tersedia beberapa macam topping seperti sate usus, pepes usus dan lain lain.
![]() |
source: instagram.com/@batiklokatmala |
“Bercak hitam yang tampak pada permukaan bulan purnama adalah seorang nenek yang tak henti-hentinya menenun. Nenek tersebut bernama Nenek Anteh karena memintal benang kantih. Selama menenun, Nenek Anteh selalu ditemani seekor kucing yang bernama Candramawat. kain hasil tenunannya kelak akan diberikan pada aki yang sedang menyadap di bumi.”
Demikian
kurang lebih makna motif batik Sukabumi di atas.
Terangkatnya
pamor batik membuat beberapa daerah memunculkan batik khasnya. Unik juga,
mengingat kedatangan etnis Tionghoa dengan tekstilnya, (ada pabrik tekstil di
Kota Sukabumi), membuat kebutuhan sandang terpenuhi. Besar kemungkinan, Batik
Sukabumi muncul sebelum era kolonial.
Fonna
Melania, pemilik batik Lokatmala merupakan satu dari segelintir pemilik usaha
batik di Sukabumi. Dengan 8 motif yang dipatenkan, Fonna mengisahkan batik
Sukabumi yang mayoritas mengambil keaneka ragaman hayati Sukabumi seperti biji
pala, wijayakusuma, melati dan masih banyak lagi.
Berlokasi
di Jalan Kenari – Selabatu, Cikole, Batik Lokatmala membandrol batiknya dengan
harga Rp 100.000 (batik cap) – Rp 1.000.000 (batik tulis). Sayang postingan terakhirnya
di Instagram tertanggal 18 September 2018. Sementara kita tahu, seiring
digunakannya batik sebagai busana nasional menjadi pertanda keberlanjutan
industri batik, karena setiap orang akan mencari batik. Batik akan selalu
menjadi trend. Perubahan hanya terjadi pada disainnya.
Penutup
Bagaimana? Asyik banget bukan perjalanan ke Sukabumi kali ini? Padahal belum berkisah tentang mojang Sukabumi anu gareulis lho, juga tempat wisata, oleh-oleh khas dan tentu saja jembatan Situgunung yang kini menjadi trend.
Akhir tahun kmrn aku ke Sukabumi Krn suami ada pertandingan tenis meja di sana. Sempet juga makan buburnya yg terkenal, tp ga banyak ngerasain kuliner Sukabumi. Krn waktu terbatas juga. Lain kali mau banget balik kesana lagi. Aku penasaran Ama daging kepala sapi. Sbnrnya di Aceh dulu bagian kepala sapi dan kambing memang banyak dipakai untuk masakan, biasanya dlm bntuk gulai. Nah aku blm coba yg h.empud ini dimasak seperti apa :).
ReplyDeleteKmrn itu aku sempet salah duga, kirain bubur Sukabumi yg pake telur mentah di dasarnya. Tp ternyata bed, yg pake telur itu bubur Cirebon kalo ga salah. Kalo sampe pake telur mentah, udh dipstikan aku ga bakal mau makan, geli :p.
Menggiurkan banget bubur ayam pengkolannya mbak. Jadi pengen tahu lebih banyak tentang sukabumi. Kali aja nanti berkesempatan berkunjung ke sana. ^^
ReplyDeleteWuah, jadi pengen ke SUkabumi, belum pernah saya merasakan semua masakan di dalam tulisan ini. Kalau di Makassar itu ada jenis kuliner yang namanya "bubur ayam Bandung" entah ya apakah sama dengan bubur ayam yang di Sukabumi.
ReplyDeleteKe sukabumi baru sekali seumur hidup tapi langsung bikin nagih. Semoga saya bisa berkunjung juga ke salah satu dari tempat rekomendasi di atas, khususnya bagian kuliner, hehehe.
ReplyDeleteWah, Sukabumi ini nggak terlalu jauh dari Jakarta, bisa naik kereta. Jadi teringat beberapa tahun lalu, saya pernah ke Sukabumi naik kereta api. Ternyata, di sana akan makanan khasnya ya, Haji Empud. Pengen nyobain kalau ke SUkabumi lagi.
ReplyDeleteDulu pernah ke Sukabumi, ke curug apa gitu lupa 😅
ReplyDeleteOiya, bubur ayam sukabumi terkenal juga di Medan. Saya ngikuti juga si nex carlos, seru sih 😁
Saya pernah ke Sukabumi dulu pas SD, ke Pantai Pelabuhan Ratu aja, enggak ke mana-mana. Banyak juga kuliner enak di sana, ya. Baru tahu ada batik tulis Sukabumi, bagus motifnya. Saya suka.
ReplyDeleteAmbu, aku benar-benar asing loh sama informasi tentang Sukabumi yang ditulis di sini. Semua tentang Sukabumi tuh yang selalu aku ingat adalah wisata alamnya. Duh, duh, padahal Bogor dekat banget sama Sukabumi. Eh malah nggak tahu kalau di sana akulturasi etnis Tionghoa juga kental. Kukira betul-betul didominasi sama suku Sunda.
ReplyDeleteJadi belajar banyaaak. Makasih, Ambu ...
Aku suka nonton YouTube Carlos yang keliling dunia untuk nyoba kulineran. Nah sejarah Sukabumi ini aku baru tahu, kalo Akabri Kepolisian dulunya dari sini. Aku suka juga lihat marching band Akpol. Musiknya rancak dan kompak
ReplyDeletekulinernya benar-benar bikin ngiler, nih, Mbak...Wajib banget wisata kuliner di Sukabumi kalau covid-19 sudah pergi, ya. Belum pernah traveling ke sana, jadi satu pun belum ada kuliner yang pernah saya coba. Sayang banget kalau dilewatkan begitu saja. Rasanya kangeen udah lama nggak jalan-jalan..
ReplyDeleteEheuheu, waktu ke Sukabumi nggak sempet keliling-keliling dulu euy. Cuma sempat bawa mochi aja. Enak banget mochinya.
ReplyDeleteTernyata banyak banget lokasi yang bisa kita kunjungi kalo ke Sukabumi, bisa jadi impian kalo wabah ini udah berlalu.
ReplyDeleteMakasih infonya ya ambu..
Suamiku juga suka banget sama Nex Carlos. Jadi pengen ke sukabumi deh
ReplyDeleteKoh Nex mah gak diragukan lagi, dia favorit abis kalau urusan Makan-makan.
ReplyDeleteBtw kuliner nya terlihat enak2 ya di Sukabumi.
Ditunggu cerita Mojang Sukabumi nya ya kak, xixixi