Pesan Dari Foto Telanjang Tara Basro
Tara Basro unggah foto
telanjang di twitter!
Mendadak saya teringat seleb
lain yang juga melakukan, puluhan tahun silam. Sophia Latjuba, Sarah Azhari, dan Ayu Azhari. Bahkan foto Ayu tanpa selembar benang, hanya ditutupi daun pisang, hingga
kini masih dapat diakses dengan mudah.
Bedanya ...
Para seleb tempo dulu tersebut
dibayar untuk mempertontonkan kemolekan tubuh. Sedangkan Tara Basro mengunggah
foto atas kemauan sendiri, dengan tujuan mengajak perempuan mencintai diri sendiri.
Sehingga fotonya menampilkan lipatan perut dan stretch mark.
Hasilnya?
Mereka yang melihat foto Sophia
Latjuba, Sarah Azhari, Ayu Azhari akan berdecak kagum sekaligus iri, “Duh,
andai wajahku cantik dan tubuhku putih mulus seperti dia”.
Beda halnya dengan foto Tara
Basro, alih-alih cemburu malah mengundang helaan napas lega’ “Ah, ternyata
perut seleb sekelas Tara Basro juga berlemak”.
Tentu saja reaksi ini yang
diharapkan Tara Basro. Dunia hiburan dipenuhi wajah dan tubuh yang nyaris
sempurna. Sebagian besar seleb tidak mau mengakui bahwa tubuhnya hasil operasi
plastik. Hanya sebagian yang mau mengakui, contohnya Krisdayanti dan Nita
Thalia yang menghabiskan milyaran rupiah untuk mengubah penampilannya.
![]() |
instagram.com/@tarabasro |
Pesan Tara Basro Tentang Body Shamming
Punya pengalaman memutihkan
wajah atau semacamnya?
Saya pernah.
Awalnya saya risau pada
bercak di bawah wajah yang semakin hari bertambah besar. Walau kerabat membesarkan hati dengan bilang "Ah nggak papa", saya nekad mengunjungi
sebuah
salon kecantikan di kawasan Antapani Bandung. Di sana saya menjalani serangkaian
perawatan, termasuk membeli produknya. Sepaket pembersih wajah, krim pagi dan
krim malam serta krim penghilang noda.
Hasilnya?
Kinclong dong! Hingga
teman-teman pengajian mengagumi kulit wajah saya. Sayang si bercak masih ada,
untuk menghilangkannya, dokter memberi perawatan laser berulang kali.
Sayang, kekinclongan hanya
bertahan 2 tahun. Sesudah itu, walau menggunakan krim penghilang noda level
tertinggi, wajah saya tidak bisa kinclong lagi.
Dokter Tauhid Nur Azhar, founder
fakultas kedokteran Unisba Bandung yang kerap memberi kajian Islam dalam
perspektif kesehatan, menjelaskan bahwa krim pemutih seperti itu melakukan “tindakan
pemaksaan” agar kulit wajah berganti sebelum waktunya.
Sayang, wajah memiliki
keterbatasan untuk berganti kulit. Sehingga ya itu tadi, kulit wajah saya tidak
bisa sekinclong seperti awal perawatan. Sudah kehabisan kulit muda mungkin ya?
Pengalaman yang harus
ditebus cukup mahal, karena (dulu) sekali perawatan laser wajah saya harus
merogoh kocek IDR 600 K belum termasuk perawatan standar dan skin care. Untung
nggak saya teruskan, padahal sempat kepincut untuk tanam benang dan sedot lemak
perut lho.
Jika saya punya banyak
uang, mungkinkah saya akan melakukan semua perawatan yang menelan jutaan rupiah
tersebut? Mungkin, sangat mungkin. Saya nggak mau muna.
Karena biayanya mahal,
beberapa orang yang terbatas finansialnya, nekad membeli produk murah. Di pasaran banyak
beredar produk illegal yang menjanjikan wajah putih mulus dan tubuh langsing
tanpa diet dan olah raga.
Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, wajah
menjadi bengkak dan memerah, tubuh dehidrasi, mereka enggan melapor. Tak heran penjualan
produk-produk seperti ini tetap merajai pasar.
Body shamming yang menjadi
penyebabnya. Kaum perempuan umumnya terbelenggu streotip perempuan cantik
adalah yang berkulit putih, dan langsing.
Berlangsung turun temurun.
Mungkin masih ingat penggambaran perempuan cantik tempo dulu? Wajah putih mulus, tubuh tinggi langsing,
rambut panjang terurai dan seterusnya.
Faktanya, mayoritas
perempuan Indonesia berkulit sawo matang. Tak heran, mereka menjadi tak percaya
diri, merasa jelek, merasa tak bahagia.
Tara Basro termasuk mereka
yang berkulit sawo matang. Model dan artis berdarah Bugis Makassar ini beberapa
kali ditolak ketika casting. Dia juga sempat ikut terpengaruh, menilai seseorang dari bentuk
tubuh mereka, turut mengkritik dan menjelekkan.
Namun kemudian, Tara Basro
berpendapat lain:
"Jadi memang awalnya
aku mumet banget lihat dimana-dimana foto di sosial media polished banget.
Orang berlomba-lomba mengejar kesempurnaan. Nah kemarin peak-nya pas aku lihat
info soal cream pemutih yang bikin kulit pemakainya stretch mark kayak macan,
bener-bener parah banget”.
Tara mengajak semua orang
untuk menerima fisiknya, apa adanya. Serta tidak menilai orang sebatas fisik.
"Setelah perjalanan
yang panjang gue bisa bilang kalau gue cinta sama tubuh gue dan gue bangga akan
itu. Let yourself bloom," kata
Tara Basro.
Dalam Instagramnya @tarabasro menulis:
“Andaikan kita lebih
terbiasa untuk melihat hal yang baik dan positif, bersyukur dengan apa yang
kita miliki dan make the best out of it
daripada fokus dengan apa yang tidak kita miliki”.
Untuk unggahannya di sosial
media, Tara Basro memiliki alasan tersendiri:
"Dan selama ini kalau
aku ngomong di social media soal self love banyak banget yang bilang, 'Ah lo
mah enak artis dll' karena mungkin mereka nggak percaya karena kelihatannya aku
perfect terus di mata mereka," ujar Tara Basro.
Karena itulah, dia berani
memposting foto telanjangnya dengan menampilkan lipatan perut hingga stretch
mark.
"Nah aku pikir ya sudah
aku pengen post foto bener-bener the real me yang nunjukkin semua bagian-bagian
yang potensi insecurities. Contohnya celulites, big thighs, big arms, lemak,
stretch marks dll. Biar orang bisa lihat kalau kita itu semua sama," tutur
Tara Basro.
![]() |
source: wikimedia commons/Carlos Latuff |
Tara Basro dan Pelanggaran UU ITE
Sayang, tidak semua sependapat.
Salah satunya Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menganggap ulah Tara
Basro sebagai pelanggaran terhadap Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE), khususnya UU ITE Pasal 27 ayat 1 mengenai kesusilaan.
Dalam hal ini, tanpa sadar
Kemenkominfo telah melakukan penilaian double standard.
![]() |
instagram.com/@kimhawt |
Mengapa Kemenkominfo diam
saja melihat foto seperti ini? Foto Dewi Sanca Ular dan pasangannya tersebut pastinya
bukan bertujuan positif. Hingga tulisan ini saya posting, masih belum ditake
down. Masih terpampang jelas di akun tersebut, tanpa diblur.
Sehingga tak berlebihan Institute
for Criminal Justice Reform ( ICJR) melayangkan protes. ICJR meminta
Kemenkominfo menarik kembali pernyataan mereka bahwa foto aktris Tara Basro
yang diunggah di akun Twitter pribadinya mengandung unsur pornografi dan
melanggar UU ITE.
Dikutip dari Kompas.com,Peneliti
ICJR Maidina Rahmawati mengatakan:
"Kominfo belum
sepenuhnya memahami batasan hukum tentang kesusilaan, tidak mendukung pesan
baik yang disampaikan dan justru menciptakan iklim ketakutan dalam berekspresi
dan berpendapat”.
"Aparat penegak hukum
dalam penerapan pasal ini harus menilai dengan seksama ukuran kesusilaan dengan
konteks perbuatan yang dilakukan, harus dipastikan pula bahwa perbuatan
dilakukan dengan sengaja untuk merusak kesusilaan tersebut," lanjutnya.
Dalam KUHP, seseorang
dinyatakan menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan tulisan/gambar yang
melanggar kesusilaan, hanya jika orang tersebut mengetahui bahwa isi tulisan,
gambar, patung dan benda-benda yang dibuat tersebut melanggar perasaan
kesopanan/kesusilaan.
Maidina menjelaskan bahwa
yang dilakukan Tara Basro bukan perbuatan merusak kesusilaan ataupun mengetahui
bahwa unggahannya merupakan konten yang melanggar kesusilaan.
Unggahan Tara Basro
merupakan ekspresi yang sah dari seorang perempuan yang mendukung pandangan
positif terhadap keberagaman seseorang termasuk perempuan yang seharusnya
didukung.
Seperti diketahui UU ITE sudah
lama diperdebatkan karena memuat “pasal karet”.
Masih ingat kasus Baiq Nuril?
Baiq Nuril seorang guru honorer yang
mengalami pelecehan seksual dari atasannya, kepala sekolah SMA di Mataram, NTB. Karena
merasa tidak nyaman sekaligus untuk mendapatkan bukti, Baiq Nuril merekam perbincangan mesum
yang dilakukan kepala sekolah yang saat itu merupakan atasannya.
Alih-alih terhindar dari
kelakuan mesum atasannya, Nuril malah dijebloskan ke dalam penjara dengan
tuduhan pelanggaran UU ITE, khususnya Pasal 27 Ayat 1 juncto Pasal 45 Ayat 1 UU
ITE. Pasal karet yang juga menjerat Tara Basro.
Nuril mengajukan PK, namun
ditolak. MA menyatakan Nuril pantas menerima ganjaran kurungan karena telah
merekam dan/atau mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya percakapan mesum dengan seorang pimpinan sekolah menengah atas
di kota Mataram, sehingga membuat malu keluarga yang bersangkutan.
Baiq Nuril tetap dihukum 6 bulan penjara dan denda Rp 500
juta subsider 3 bulan kurungan atas perbuatan merekam aksi pelecehan seksual
yang dilakukan oleh kepala sekolah tempat dirinya bekerja.
![]() |
source: google doodle |
Rasanya nyesek, dan bisa
merasakan kepedihan yang dialami Tara Basro serta Baiq Nuril, Gara-gara UU ITE, keduanya mengalami nasib malang. Gerakan Tara Basro untuk mencintai diri sendiri, terganjal. Baiq Nuril harus masuk bui demi melindungi diri dari pelecehan seksual.
Padahal apa yang dilakukan Tara Basro berdampak besar dan positif. Andai orang awam yang melakukannya, mungkin hanya akan mengundang tawa dan dianggap pansos.
Kasus ini saya tulis untuk memperingati “International
Women’s Day, 8 Maret 2020.
Perjuangan kita masih
panjang, kawan. Agar keluarga bahagia, lingkungan kita bahagia, mari kita mulai menerima fisik kita apa adanya dengan selalu mengingat:
Saya cantikSaya menerima diri saya seutuhnyaSaya bahagia
aku ikutan nyesek bacanya, speechless
ReplyDeleteso sorry ga bermutu banget komenku kali ini ya ambu
Ugh.. Tulisan yang menarik Kak.
ReplyDeleteSaya telah membaca beberapa sudut pandang tentang foto Tara Basro ini.
Sayangnya (maaf) terkesan lucu UUD ITE ini.
Hanya menyerang orang tertentu. 😖
Setuju kak, terkadang perawatan yang berlebihan malah kesannya memaksa, dulu sempat beberapa kali pelling malahan timbul flex, dilaserpun nggak ada hasilnya 😂😂😂, kalau ingat rasanya sedih banget
ReplyDeleteaku setuju mba, masih banyak yang musti dibenahin tentang peraturan ini. sedih ngeliat nya, akhir zaman kayanya yah
ReplyDeleteBener, mulai menerima fisik apa adanya lebih bahagia jadinya. Apalagi sebagai perempuan yang sudah melahirkan tentunya fisik berubah tidak seperti dulu lagi.
ReplyDeletetulisan yang bagus mbak, very up to date. Aku berpikir tara basro hanya ingin campaign perihal body shaming, bukan ingin berpornografi.. Namun beda-beda pendapat ya mbak hmm..
ReplyDeleteHieks iya ya. Sampe sekarang kulit putih kayanya udah pakem ukuran kecantikan. Padahal kulit orang indonesia rata-rata sawo matang.
ReplyDeletePun tara basro. Terlepas dari hujatan soal pamer aurat aku melihatnya itu sbg bentuk penyemangat buat org org yg insecure sm dirinya
Meni lengkap banget Buuun... Tp memang body shaming seringkali mewarnai jd bercandaan yg dianggap wajar, padahal itu bs menyakiti jg
ReplyDeleteSaya cantik, saya menerima diri saya seutuhnya, saya bahagia.
ReplyDeleteDi luar masalah etika, norma dan lainnya saya suka dengan pesan moral yang disampaikan Tara Basro. Let yourself bloom. Kalau bukan kita yang mencintai diri kiat sediri siapa lagi. Terima diri apda apa adanya dan tidak menilai orang sebatas fisiknya...
Ini berawal dari persepsi masyarakat bahwa cantik itu harus langsing, putih bla bla bla..padahal tampilan luar tidak lebih penting dibanding isi didalam nya
ReplyDeleteaku sebelum keluar pernyataan kominfo udh lihat postingan Tara Basro deluan dan suka dengan captionnya yg seharusnya menyadarkan kita para wanita jangan terlalu mengejar kesempurnaan terima diri apa adanya, setuju dengan bu maria bahwa banyak akun-akun lain yg lebih vulgar
ReplyDeleteSeharusnya Kominfo teliti melihat case by case, jangan hanya sekedar melihat foto nude lantas di banned dan kena UUITE, kalo saya jujur saya support Tara Basro karena dia mau menggaungkan tentang body shaming dan kampanye untuk mencintai diri sendiri apa adanya. Selama ini kita sudah terframing oleh media mengenai standar cantik yang itu-itu saja.
ReplyDeleteYg aku tangkap dari postingan Tara Basro: self love, Stretch Mark itu normal, begitupun dengan lemak di badan. Jangan sampai stres karena tidak bisa menerima keadaan. Padahal banyak banget artis yg fotonya lebih menjurus ke 'situ'. Kadang bingung sama dunia ini
ReplyDeleteYa ampn mba, aku bahagia baca tulisanmu, emang ya nggak harus tampil cantik untuk jadi diri yang bukan kamu. Justru Tara Basro ini, sungguh luar biasa niatnya. Postiif banget.
ReplyDeleteSaya dulu saat usia belasan juga terpengaruh pakai pemutih. Gara-gara diajakin teman sekamar saat kost. Hasilnya, wajah teman saya memang berangsur putih, cocok lah sama kulitnya yang kuning langsat.
ReplyDeleteSementara saya, wajah malah jadi bengkak.malah harus perawatan ke dokter
Sejak saat itu, saya berusaha menerima diri saya apa adanya.
Iya, baik tara basro maupun baiq nuril viral, meski case keduanya berbeda tapi bener2 UU ITE kita ini ga dewasa, ga telaah, ga nyimak..
ReplyDeleteMacam kacamata kuda cara liatnya
kudu bersyukur dgn jadi diri sendiri ya.
ReplyDeleteKemenkominfo juga kudu terapkan standar yg bagus.
Perempuan harus menerima kodrat, paska melahirkan pasti tubuhnya tidak sebagus masih muda. Jadi haris terima apa adanya
ReplyDeletememang tak ada ayng sempurna tapi kita selalu terkena sugesti kalau cantik itu ya hrs putih, rambut bagus itu yang panjang. akhirnya malah selalu jadi gak percaya diri
ReplyDeletePesan yang bagus banget ya sebenarnya dari Tara Basro.
ReplyDeleteMakasih banget bikin tulisan ini Ambu. Saya jadi lebih nambah wawasan.
Saya sependapat dengan Ambu. Standarisasi itu membuat kaum perempuan lelah.
ReplyDeleteProud for Tara,, kadang memang hukum selalu standar ganda
ReplyDeleteTerimakasih tulisannya ambu
Meski kemkominfo melakukannya kurang profesional tp saya tidak sepakat dg mempertontonkan tubuh
ReplyDeletehendaknya perempuan merdeka diberi akses informasi luas yg dia butuhkan utk bertahan hidup, tanpa terus-menerus mempermasalahkan tubuhnya
dengan aksi ini tara malah mengajak orang utk melihat tubuh perempuan lg, bahkan perempuan itu sendiri
Selflove sangat penting untuk diri kita masing-masing. Setuju banget sama Tara yang sudah menyuarakan ini, bahwa kesempurnaan hanya sebatas rasa syukur dan cinta ke diri sendiri.
ReplyDeleteSaya suka kok dengan pesan yang disampaikan, emang bagus banget..mengingatkan kita untuk belajar mencintai diri sendiri. Tapi sedikit banyak emang ngaruh ke orang (bahkan teman) yang kemudian posting foto yang sangat terbuka :(
ReplyDeletePadahal bisa kok disampaikan tanpa mesti memposting foto begitu juga. Tapi kembali lagi, akun ya akun mereka juga.
Ah bener banget
ReplyDeleteAkupun merasakan di momen gitu
Apalagi ketika berat badan naik karena stress, terus kulit hitam setelah pulang liburan (padahal happy) dan terakhir karena bekas luka di jidat ku.
Kalau mencari 'cinta' dari orang lain susah, kenapa gk mulai dari diri sendiri?
Btw itu DS kapan sih IG nya di take down
Yes, menurutku sih Tara ingin memberikan pesan bahwa wanita lebih mencintai dirinya sendiri. Kalau tidak dari diri sendiri, bagaimana bisa orang lain mencintai kita.
ReplyDeleteYa, begitulah. Selama ini cantik yang digambarkan orang-orang itu entah ambil dari mana. Padahal kalau cantiknya orang Indonesia ya beraneka rupa warna kulitnya. Tergantung dia dari suku mana. Meskipun rata-rata kulit orang Indonesia kebanyakan sawo matang ya. Semoga saja kampanye yang dilakukan tara ini, tepat sasaran agar wanita bisa mencintai diri sendiri apa adanya. Bukan ditangkap beda oleh masyarakat lainnya.
ReplyDeleteFoto ak bilang biasa saja, mungkin karna beliau publik figur jadinya serasa JD sensasi..... Tp dlm foto itu banyak pesan yg tersampaikan
ReplyDeleteNiatnya bagus tapi tidak semua orang berpikiran jernih. Mungkin yg kontra ini melihat foto Tara Basro penuh hasrat jadi piktor. Sedangkan liat yg sengaja menjurus, mereka biasa-biasa aja. Entah.
ReplyDeletePadahal pesannya bagus yang dibuat Tara ini, khususnya buat para wanita agar tidak malu dengan bentuk tubuhnya
ReplyDeleteSaya sih setuju banget ini. Pesannya buat cinta pada diri sendiri sampai banget.
ReplyDelete