![]() |
sumber: charityaustralia.org.au |
“Ibu-ibu,
saya melaporkan uang setoran anggota bank sampah “Motekar” yang disimpan pinjam
per 31 Desember 2018, jumlahnya mencapai
tiga ratus tiga puluh juta rupiah”
Suara
Ketua Bank Sampah Motekar, Ibu Komala, dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) terdengar
merdu di telinga. Bukan karena yang bersangkutan membaca laporan sambil
bersenandung, tetapi lebih disebabkan campuran rasa yang membuncah kebahagiaan.
Tak
seorangpun mengira, sampah yang kerap menjadi masalah berubah membawa berkah. Bermula
dari sepuluh orang yang memilah dan menyetor sampah, kini ratusan orang melakukannya. Imbasnya, saldo
yang semula hanya ratusan ribu rupiah berkembang menjadi ratusan juta rupiah.
Tak
heran manfaat bertambah. Anggota bank sampah dengan mudah bisa memperoleh modal
usaha. Bisa menyekolahkan anaknya. Membeli laptop yang semula tak terjangkau. Hingga ada yang meminjam untuk mengirimkannya pada orang tua.
Aktivitas
mereka mirip Grameen Bank yang dicetuskan Muhamad Yusuf dari Bangladesh, dengan
versi lebih unggul. Grameen Bank
mendapat suntikan dana dari Muhamad Yusuf. Sedangkan bank sampah “Motekar”
memberi pinjaman bagi anggotanya dari hasil pengumpulan sampah. Serta sedikit
biaya operasional dari zakat
yang harus keluarga saya bayar setiap bulannya.
Dikatakan
sedikit, karena saya harus membaginya dengan beberapa komunitas pengelolaan
sampah, yang saya bentuk dan bina sejak
2011. Dari begitu banyak komunitas, bank sampah “Motekar” paling unggul.
Anggota
bank sampah “Motekar” merupakan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan “Bandung
Berkebun”, gerakan yang digagas Ridwan Kamil, sebelum yang bersangkutan menjadi
Walikota Bandung 2013-2018.
Manusia
berusaha, Allah SWT menentukan. Mereka setuju ketika tahun 2011 saya mengajak
membentuk komunitas pengelola sampah. Berlanjut hingga kini. Bank sampah “Motekar”
yang berlokasi di RW 02 Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi Kota Bandung,
kerap menjadi rujukan bagi mereka yang ingin belajar membentuk bank sampah.
![]() |
sampah anorganik dikumpulkan dan dicatat rupiahnya |
Mengapa Bank
Sampah?
Siapapun
tahu, Indonesia sedang mengalami darurat sampah. Sampah menumpuk dimana-mana.
Sistem persampahan yang berlaku hanya mengumpulkan sampah, mengangkutnya
kemudian membuang sampah ke tempat lain. Dengan kata lain, tumpukan sampah
hanya berpindah tempat.
Begitupun,
tak semua sampah terangkut. Terbentur biaya, hanya sekitar 75 % yang berhasil diangkut
pemerintah daerah setempat ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Malahan di
beberapa kawasan seperti pinggiran Kota Bandung dan kawasan terpencil Jabar
serta Banten, tidak ada kegiatan “kumpul, angkut, buang” sampah.
Kondisi
ini memaksa penduduk membakar sampah atau membuang sampah di lahan kosong dan
saluran air. Tak heran, hasil riset Dr Jenna Jambeck yang dipublikasikan pada
jurnal “Science” 12 Februari 2015, menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara
penyumbang sampah terbesar kedua di lautan. (sumber)
Padahal,
andai penduduk Indonesia mau memilah sampah anorganiknya, maka Indonesia tak
perlu menanggung malu, dianggap tak becus mengurus sampah.
Mengapa
harus memilah sampah? Karena masalah sampah baru muncul setelah plastik dan
bahan tambang diproduksi besar-besaran untuk kebutuhan konsumsi.
Sementara
kita tahu, mikroorganisme enggan mengurai sampah plastik. Hanya proses fisika serta
kimia yang mampu mengubah sampah plastik menjadi mikroplastik, materi tak kasat
mata yang justru lebih berbahaya. Mikroplastik menjadi polutan yang mencemari
air, udara dan tanah.
Sesuai
budaya Indonesia, keberadaan komunitas bank sampah menjadi solusi. Kegiatan
utama anggota bank sampah adalah memilah sampah anorganik di rumah
masing-masing, kemudian menyetorkannya. Mirip
komunitas arisan, bedanya yang dikumpulkan adalah sampah, bukan uang.
Kelanjutan
aktivitas disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan anggota bank sampah.
Apakah menyimpan uang setoran sampah sebagai tabungan? Atau mengelolanya dalam koperasi
simpan pinjam? Atau bisa juga menjadi koperasi yang menjual sembako kebutuhan
anggota.
Alternatif
simpan pinjam dan penjualan sembako murah banyak diminati, karena sangat
membantu mobilitas anggota bank sampah. Selain itu, keuntungannya bisa digunakan untuk memberi
honor pengurus bank sampah.
Bisa
dilihat, ide penyediaan dana seperti
yang dicetuskan “Grameen Bank”, berpadu
dengan aktivitas koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia,
menghasilkan elemen keuangan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin.
Masyarakat
miskin di Indonesia umumnya tidak bankable. Mereka terpaksa harus meminjam ke rentenir untuk
mendapatkan modal dan memenuhi kebutuhan lainnya. Tentu saja, dengan suka hati
rentenir memberi pinjaman dengan bunga mencekik leher.
Membuat
masyarakat miskin semakin miskin. Di beberapa kawasan, saya menemukan banyak
kepala keluarga terpaksa menjual rumah dan tanah untuk membayar hutang ke
rentenir.
![]() |
sumber: propakistani.pk |
Zakat Berbuah Zakat
Pada
paragraf awal sudah saya singgung bahwa untuk kebutuhan operasional, saya memenuhinya
dengan zakat, juga infak dan sedekah. Beberapa teman pengajian menitipkan
sedekahnya, begitu mengetahui aktivitas
saya sebagai pendamping komunitas.
Ustaz
Achmad Chumaedi lah yang pertama kali menyarankan agar zakat, infak dan sedekah
disalurkan dalam kegiatan produktif dan berkelanjutan. Salah satu guru dalam
pengajian Majelis Taklim Az Zahra ini kerap memberi anjuran yang solutif dan
inovatif.
Beliau
juga menyarankan agar kami mulai berwakaf secara patungan. Uangnya bisa berasal
dari hasil arisan, uang THR dan uang “kaget” lainnya. Alih-alih belanja barang branded yang tak akan dibawa ke liang
kubur, bukankah lebih baik digunakan untuk berwakaf, demikian kurang lebih
penjelasan Ustaz Ahum, nama panggilan ustaz Achmad Chumaedi.
Zakat
yang saya gunakan untuk membiayai operasional bank sampah “Motekar” ternyata
berbuah zakat. Setiap tahunnya, sisa hasil usaha yang berhasil dikumpulkan dipotong
2,5 persen
untuk zakat, sebelum dibagikan pada anggota bank sampah.
Sungguh
membuat trenyuh, zakat yang jumlahnya tak seberapa ternyata berhasil membuat
anggota bank sampah untuk berzakat juga.
![]() |
sumber: backgroundcheckall.com |
Amal YangBerkelanjutan
Hanya
seorang mualaf yang berusaha memberi pendidikan agama Islam secara kaffah pada
anak-anaknya, itulah saya. Tapi apakah kelak, ketika saya sudah menghadapNya,
anak-anak akan mendoakan saya? Tidak ada jaminan.
Demikian
juga ilmu yang bermanfaat, saya tak yakin memilikinya. Namun saya bisa
mengusahakan amalan ketiga, sesuai hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah (sumber)
Rasulullah
SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ،
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “
Ketika
seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara) :
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya.”
Sebelum
menjadi mualaf, saya mendapat ajaran bahwa sedekah yang disumbangkan si miskin
lebih “dihargai”, dibandingkan sedekah
si kaya yang memberi dalam jumlah banyak. Mungkin pertimbangannya, sedekah si
miskin merupakan jerih payah menyisihkan rezeki.
Sekarang,
saya memahami bahwa bersedekah, khususnya zakat merupakan keharusan. Zakat
hanyalah rezeki yang dititipkan dalam bentuk penghasilan yang saya terima. Sebesar
apapun jumlah penghasilan, saya pasti bisa menghabiskannya. Jadi harus segera
dikeluarkan, jangan sampai terpakai.
Karena
Allah SWT memberi ganjaran atas kesadaran tersebut. Kesadaran bahwa semua benda
duniawi yang nampak berharga, tak ada gunanya ketika pemiliknya mati.
Mungkin
ada yang bertanya, jika zakat bisa
bermanfaat sebanyak itu, mengapa tidak melakukan replikasi?
Pastinya
saya lakukan. Seperti sudah saya tulis di atas, saya membentuk banyak komunitas
pengelola sampah karena yakin, sampah pasti diolah dan memberi manfaat bagi
pelakunya.
Sayang,
walau berniat baik, tidak semua kegiatan komunitas berjalan lancar. Banyak
penyebabnya. diantaranya:
Uang Yang
Melenakan
Saat
pemilu, beberapa calon anggota legislatif melihat keberadaan komunitas bank
sampah sebagai sarana menangguk suara. Tanpa saya ketahui, mereka memberi uang
pada ketua bank sampah, dengan pesan agar anggota bank sampah mau memilih
mereka.
Tentunya
bukan perbuatan terpuji. Pengurus bank sampah harus netral agar anggota tetap
mau menabung sampah. Terlebih, alih-alih melaporkan adanya sumbangan dari calon
legislatif pada saya dan pengurus lainnya, ketua bank sampah malah menggunakan
untuk kepentingan pribadi.
Ketulusan,
kejujuran dan transparansi menjadi kunci suksesnya keberlangsungan komunitas.
Jika 3 prinsip tersebut dilanggar, kehancuran komunitas hanya soal waktu.
Senior yang
Enggan Regenerasi
Harta
dan usia, membuat seseorang kerap dianggap senior atau mendapat penghargaan
lebih dalam kultur yang berlaku di Indonesia. Mereka bisa menjadi solusi
sekaligus hambatan dalam membentuk pengurus komunitas.
Kepengurusan
dengan mudah dibentuk. Sayangnya, tidak semua dari mereka memiliki kompetensi.
Walau mengaku lulusan SMP, ternyata tidak bisa baca tulis. Atau mereka begitu
banyak kegiatan, sehingga kerap absen dalam pertemuan. Sedihnya, pengurus lain pakewuh ketika usulan mengganti sang
senior digulirkan.
Jangan heran ketika aktivitas bank sampah berubah, masuk dalam kondisi “hidup enggan, mati tak
mau”.
Salah Paham
Akibat
Kang Emil nama panggilan Ridwan Kamil menggelontorkan dana Rp 100 juta per
tahun untuk setiap RW, disusul Presiden Jokowi dengan dana desanya, saya
terkena tulah.
Anggota
komunitas (umumnya yang baru dibentuk) mengira saya datang dengan membawa dana
hibah Kang Emil atau disponsori dana desa. Mereka tidak percaya bahwa modal
saya hanya semangat tulus dan sedikit zakat, untuk biaya operasional. Tidak ada
sepeserpun uang dari pemerintah.
Sia-sia
saya memberi penjelasan hingga berbusa-busa bahwa jangan terlalu berharap pada
dana hibah. Yang penting keberadaan bank sampah yang membantu warga agar
mandiri sampah. Mereka tetap curiga. Jika sudah begini, biasanya saya menyerah.
Terlebih ketika pejabat setempat enggan mendukung dengan memberi penjelasan
pada warganya.
![]() |
Saya dan pengurus bank sampah "Motekar" |
Tahun
2020 sudah diambang mata, meninggalkan 2019 dengan segala dinamikanya. Dan saya
tetap melangkah, melalui jalan berbatu, mengetuk pintu untuk mengajak warga
membentuk komunitas bank sampah.
Tidak
kapok?
Tentu
saja tidak. Bahkan ketagihan. Karena setiap tetes ilmu yang saya bagikan, saya
mendapat feedback 1000 buntalan ilmu.
Dan pastinya keyakinan bahwa setiap rupiah yang saya gunakan untuk mendampingi
mereka, menjadi tiket pesawat menuju ke abadian.
Alhamdulilah
tulisan “Zakat Mengantar Bank Sampah
"Motekar" Meraup Omzet Ratusan Juta Rupiah” mendapat penghargaan
Juara Harapan 2 dari Kementerian Agama.
Penghargaan
diserahkan langsung oleh Menteri Agama, Fachrur Razi dan Dirjen Bimas Islam,
Muhammadiyah Amin di Hotel Royal Kuningan, 10 November 2019
Salut dengan perjuangan Bank Sampah Motekar. saya juga pernah mengelola bank sampah di sekolah. programnya tukarkan sampahmu jadi buku. tetapi di perjalanannya sulit untuk menjelaskan pada anak, bahwa uang itu bukan segalanya , walaupun ini namanya bank.
ReplyDeletesaya malah pengen untuk mengubah konsepnya jadi sedekah semacam itu.
KABAR BAIK!!!
DeleteNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Mungkin pendekatannya yang kurang tepat mbak
ReplyDeleteTujuan membentuk bank sampah kan agar mereka terbiasa memilah sampah
Nah perlu rangsangan agar mereka bersemangat
Mungkin mereka ngga tertarik dengan buku.
Dari pengalaman menemani beberapa komunitas, setiap bank sampah memiliki keinginan yang berbeda, walau mereka tinggal di kota yang sama
Apalagi jika ada perbedaan wilayah dan usia.
Wow keren euy bank sampah. Salut utk motekar. Sukses terus yah. Semoga jadi jalan kebaikan utk ambu yaa. Aamiin
ReplyDelete
ReplyDeleteAamiin ya rabbal 'alamin
haturnuhun suppotnya teh Yayu
Salut dengan kepedulian Ambu terhadap keberadaan sampah dan masyarakat di lingkungan sekitar. Manfaat yang diperoleh tentu sangat besar. Di luar itu, pahala berlimpah InsyaAllah sudah disiapkan untuk Ambu.
ReplyDeleteAku kepengen banget nih program Bank Sampah juga ada di lingkungan sekitarku. Ingin belajar memilah sampai sendiri. Kalau dari satu rumah saja, mungkin nggak akan terlalu berdampak besar. Alangkah baiknya kalau satu lingkungan melakukan hal yang sama, kan? Semoga nanti ada jalan nih menuju kesana.
Masya Allah. Salut sama perjuangan Mba. Semoga segala perjuangan Mba berganjar pahala.
ReplyDeleteBy the way, bank sampah di tempat tinggal saya nampaknya nggak jalan. Tempatnya selalu saja tutup dan kelihatan nggak ada aktivitasnya.
Amazing banget sharing tentang bank sampah motekar. Berbagi dan berbagi, itulah berkah yang sesungguhnya
ReplyDeleteSeru sekali ya, Mbak bisa berzakat sekaligus mengurangi sampah. Semoga dimudahkan untuk ke depannya. -Aprilia-
ReplyDeleteSampah akhirnya jadi rupiah ya mba, luar biasa. Salut atas pengelolaan bank sampah ini.
ReplyDeleteAmbuuu keren sekali iniii
ReplyDeleteMasyaAllah TabarokAllah
Aku jadi ingat bank (atau asuransi?) sampah yg digagas dokter di Malang itu lhooo
Yang bikin dia diundang Pangeran Charles di UK
Masyaallah luar biasa Ambu bank sampah motekar ini ya. Dari sampah bisa menjadi uang ratusan juta rupiah dan bisa dipinjam untuk warga sekitar ya. Mana udah dipotong uang zakat pula. Sukses selalu Ambu dan timnya, semoga menjadi ladang pahala yang terus mengalir :)
ReplyDeleteMemang kerja sosial itu banyak cobaannya ya mbak. Semangat terus dengan konsisten di jalur bank sampahnya. Semoga jadi jalan amal yang terus bermanfaat, aminnn
ReplyDeleteMasya Allah sekali perjuangannya mbak. Siapa sangka yaa dari sampah gitu malah jadi uang dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat sekitar.
ReplyDeleteSampah menjadi permasalahan yang sangat pelik, karena setiap harinya siapa sih yang ga menghasilkan sampah?
ReplyDeleteSaya berharap bs ikut andil dalam program seperti ini...
Dari zakat berbuah zakat. Maa syaa Allaah menginspirasi sekali nih mbak. Banyak berkah yang didapat dari komunitas Bank Sampah ini ya Mbak. Komunitas yang benar-benar keren. Salut dengan kontribusi Mbak dalam membangung komunitas Bank Sampah ini bahkan tanpa mengandalkan danah hibah. In syaa Allaah jadi amal jariyah
ReplyDeleteKeren ya bank sampahnya...
ReplyDeleteSampah bisa diolah menjadi bahan yg bernilai ekonomi ya..
Bisa memajukan ekonomi umat juga
Wow,,, sampe seharga satu unit mobil gitu yaa saldo bank sampahnya ya Mbak Maria... ckck gak bs dipandang sebelah mata lg nih si bank sampah. Udah keren dan bisa2 menyamai bank beneran. lingkungan bersih, kreativitas tersalurkan dan membawa peningkatan ekonomi bagi masyarakat ya. Sipp
ReplyDeleteSepertinya bank sampah dan tempat lain di Jakarta yang belum punya mesti belajar pada Bank Sampah Motekar ini. Salut sekali. tentu jika ada program seperti ini bisa jadi salah satu solusi pencegah banjir yang saat ini terjadi
ReplyDeleteSenang banget lihat partisipasi ibu-ibu mengelola bank sampah ya, semoga makin banyak perempuan yang peduli Lingkungan. Lumayan kegiatan ini membantu umat untuk lebih sejahtera.
ReplyDeleteKeren dan profesional banget ini pengelolaan bank sampahnya. Saldonya sampai ratusan juta rupiah. Keren ambu punya kesadaran cinta lingkungan yang tinggi ternyata
ReplyDelete