sumber: eufic.org |
Inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un,
telah berpulang sahabat
kita, Diana ...
Berita
duka menyentak. Diana meninggal? Bagaimana mungkin? Rasanya baru kemarin
bercanda usai pengajian. Lutut terasa lemas. Ada sembilu yang menyengat. Ada
penyangkalan, hingga datang penerimaan.
Keluarga
yang ditinggalkan berkisah, Diana meninggal karena serangan jantung. Ada plak
pada pembuluh darah. Terlambat diketahui. Bahkan tak sempat ucapkan kata
perpisahan. Penyakit kardiovaskuler, penyebab kematian tertinggi di dunia, menunjukkan tajinya. Tak peduli kaya atau
miskin.
Akibat
pola hidup tak sehat, plak mengintai. Kolesterol
menumpuk dalam pembuluh darah, mengakibatkan sakit jantung dan stroke. Stroke?
Duh, jangan sampai menimpa saya. Penderita stroke umumnya mengalami kelumpuhan.
Sungguh menakutkan. Hidup tergantung bantuan orang lain, harus disuapi dan
diceboki.
Diana,
saya dan banyak kawan lain yang tinggal di Jawa Barat sebetulnya penyuka lalap,
sambal dan pepes ikan. Sayang, budaya modern yang mengagungkan kepraktisan
membuat kami memilih frozen food untuk pengisi lemari es, serta cenderung jajan
junk food dibanding karedok leunca
dan pepes tahu.
Umur,
sungguh rahasia Illahi. Ada yang
meninggal ada pula yang ditinggalkan. Namun jika boleh memilih, pastilah
lebih menyukai hidup panjang dan sehat.
Ternyata
ada solusi panjang umur, yaitu GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), suatu
tindakan preventif yang digulirkan Kementerian Kesehatan RI. Sebetulnya masyarakat sudah tahu sih, karena
merupakan kebiasaan yang diturunkan nenek moyang. Yang terlupakan ketika
generasi milenial terbuai aplikasi gadget nan melenakan.
Apa
saja aktivitas GERMAS yang dianjurkan?
Terdiri atas 6 jenis aktivitas, yaitu:
1.
Intervensi gizi 1000 hari pertama kehidupan
2.
Memperbaiki pola konsumsi gizi seimbang seluruh keluarga
3.
Meningkatkan aktiftas fsik teratur dan terukur
4.
Meningkatkan pola hidup sehat
5.
Meningkatkan lingkungan sehat
6.
Mengurangi konsumsi rokok dan alkohol
Namun
dipermudah menjadi 3 aktivitas utama, yaitu:
sumber: kompasiana.com |
Melakukan
Aktivitas Fisik
Dunia
digital sungguh membuai. Perlu transaksi
keuangan? Nggak usah ke bank, cukup buka ponsel, dalam hitungan menit semua
beres. Ingin makanan tertentu? Tak perlu repot ke pasar dan memasak. Buka saja
aplikasi di ponsel, pilih makanan yang diinginkan, bayar, tak lama kemudian
makanan terhidang. Begitu mudahnya. Bahkan bisa sambil tiduran.
Namun
ada harga mahal yang harus dibayar untuk semua kemudahan tersebut. Yaitu
kelebihan lemak yang tak digunakan, yang seharusnya dibakar menjadi energi.
Kawan
jadi lawan. Dalam jumlah yang tepat, lemak dibutuhkan tubuh. Namun jika
berlebih akan menumpuk bersama kalsium, kolesterol dan produk buangan lain.
Mereka beramai-ramai membentuk plak yang mengancam kelancaran fungsi pembuluh
darah.
Solusinya
tentu saja harus melakukan aktivitas fisik. Nenek moyang kita tak pernah
dihantui penyakit kardiovaskuler, karena
selalu olah fisik sejak bangun tidur, hingga menjelang tidur di malam hari. Kala itu
air bersih harus ditimba dari sumur. Bahan bakar berupa kayu bakar harus dicari
hingga tengah hutan.
Sekarang
tentu saja tak perlu mengganti kompor gas/kompor listrik dengan kayu bakar.
Cukup melakukan aerobik, jalan sehat, bersepeda serta banyak pilihan olah raga
lainnya.
Atau
seperti yang saya lakukan, olah tubuh sambil menyalurkan hobi yaitu urban
farming atau berkebun di wilayah perkotaan. Dikutip dari kompas.com, berkebun selama satu jam
dapat membakar kalori sebanyak 330 kalori.
Lebih banyak dibanding berjalan cepat yang membuang 280 kalori per jam.
Senangnya ...^_^
Berkebun
juga merupakan aktivitas olah raga yang mudah dan murah. Tidak perlu sepatu dan
baju khusus, bahkan berbaju daster bolongpun bisa. ^_^
Tak heran ada ungkapan:
“Gardening is cheaper than therapy, and you get tomatoes”
Konsumsi Sayur
dan Buah
Pernah
ngga timbul pertanyaan: “Mengapa harga sayuran lebih murah dibanding kerupuk?” Harga
kerupuk dalam plastik Rp 17.500 sedangkan harga seikat bayam hanya Rp 2.500.
Itupun sering ditawar menjadi Rp 1.000/ikat.
Banyak
alasan seseorang lebih memilih makanan miskin gizi dibanding sayuran dan buah.
Diantaranya karena tambahan pewarna dan penyedap makanan yang mengadiksi. Padahal hanya lidah yang tak dapat melepaskan diri dari penyedap rasa. Tubuh
tidak butuh.
Diperlukan perjuangan untuk mengubah pola makan. Beberapa kelompok masyarakat melakukan
hipnoterapi. Mereka menstimulasi pikiran
dengan bayangan makanan miskin gizi sebagai sampah tak berguna, atau bisa juga
sebagai monster perusak tubuh.
Proses
selanjutnya lebih mudah dijalani. Berkat kesadaran masyarakat yang semakin
meningkat, kini resep makanan/minuman sehat dengan mudah ditemui. Cukup ketik
kata kunci yang diinginkan, misalnya “broccoli juice”, maka muncul ratusan atau
mungkin ribuan resep membuat jus brokoli.
Di
area urban farming, saya menanam pakchoy dan sawi, 2 jenis tanaman sayur yang
relatif mudah dibanding brokoli. Juga tomat, cabai dan jeruk nipis. Sangat
menunjang kebutuhan sayuran jika tukang sayur cuti.
Sedangkan
buah-buahan, saya memilih sesuai musim. Stoknya berlimpah dan harganya murah. Buah
naga, manggis, mangga, merupakan sebagian buah-buahan favorit. Mengapa tak
menanam pohon buah-buahan di area urban farming? Karena seperti rumah di
perkotaan lainnya, lahan urban farming sangat sempit. Adu kepentingan dengan
jemuran dan tempat parkir sepeda motor.
Memeriksa
Kesehatan Secara Rutin
Berobat
kan mahal?
Ternyata
tidak. Saya terkejut ketika berobat ke Puskesmas Bandung dan hanya
membayar Rp 3.000 saja, untuk biaya
pemeriksaan oleh dokter serta obat-obatan. Jadi kabar yang mengatakan: “orang
miskin dilarang sakit” tak bisa dibuktikan.
Keuntungan
berlipat akan didapat peserta BPJS. Pasien akan gratis ... tis ... tis, alias
tak dipungut biaya sama sekali. Termasuk memeriksa kesehatan jantung dengan
peralatan EKG yang mengukur aktivitas elektrik otot jantung. Peserta BPJS bisa menikmati
fasilitas setahun sekali, agar dapat
segera diambil tindakan jika ada yang mengancam kerja jantung.
sumber: dinkeskalteng.go.id |
Dikutip
dari kompas.com,
American College of Cardiology's 65th
Annual Scientific Session merilis hasil penelitian yang menyatakan bahwa usia
penderita penyakit jantung kian memuda. Penelitian juga menjelaskan aktivitas
preventif dengan diet makanan sehat dan olah raga, berhasil menjaga kesehatan
jantung.
Secara
terperinci disebutkan, mereka yang hanya
kehilangan setidaknya 7 persen berat badan dapat mengurangi risiko penyakit
jantung sebesar 22 persen. Sungguh wow bukan?
Atas
penemuan ini, peneliti memperkirakan berat badan memicu kerusakan mikroskopis
pembuluh darah dan jaringan lainnya. Penurunan berat badan akan direspon tubuh
dengan memperbaiki kerusakan akibat peradangan. Respon dapat berkontribusi
untuk pengembangan plak di arteri yang menyalurkan darah, oksigen dan nutrisi
ke otot jantung untuk bisa bekerja dengan baik.
Aktivitas
preventif dengan diet dan olah raga tersebut kita kenal sebagai GERMAS. Jauh lebih murah dibanding aktivitas kuratif,
atau pengobatan setelah dokter mendiagnosa sakit. Aktivitasnyapun bisa
dilakukan bersama anggota keluarga lain, atau disesuaikan kebiasaan
masing-masing.
Apakah
dengan jalan kaki ke pasar, agar bisa olah raga sekaligus membeli sayuran dan
buah-buahan segar. Atau menggunakan tangga dibanding lift, berjalan kaki ketika
harus menempuh jarak dekat dan membawa bekal yang berisi sayuran serta
buah-buahan.
Pilihan
ada pada pemilik tubuh. Jika dia memilih malas berolah raga dan memanjakan lidah dengan junk food, maka risiko sakit
jantung serta stroke di depan mata. Juga kebahagiaan anggota keluarga yang
terenggut karena harus merawat pasien jantung/stroke.
Setuju?
Di sini setiap beberapa bulan sekali ada kegiatan donor darah, ada senam manula, ada cek gula darah, dll. Datangnya penyakit emang gak disangka, tapi gaya hidup juga berpengaruh
ReplyDeleteSetuju banget. Masalah orang kota biasanya kurang gerak. Tapi dengan memilih kendaraan umum seperti bus atau kereta, sebetulnya aktivitas fisik juga bertambah. Tapi pemeriksaan kesehatan rutin tuh, yang agak susah. Benar-benar harus menyisihkan waktu untuk ke dokter.
ReplyDeleteAku juga berkebun Kaaak, senang sekali karena banuak sayuran hijau dan cabe gak pernah beli hihi, tiga perilaku germas diatas yg masih susah adl cek kesehatan scr berkala :(
ReplyDeletePekerjaan kadang membuat kita mengabaikan untuk hidup sehat, kbnyakan sekarang akibat bekerja pola makan tidak teratur. Bner ya harus sayang diri sendiri ya
ReplyDeleteWah luar biasa. Jadi seakan menjadi pengingat kembali. Sangat bermanfaat Mbak
ReplyDeleteTernyata menjaga kesehatan itu sebenarnya cukup mudahnya..hanya perlu menjaga gaya hidup saja sebenarnya..
ReplyDeleteSaya udah rutin gerak kalo belanja pilih jalan kaki, karena hanya itu aja saat bisa aktivitas fisik. Seharian duduk ngetik, tapi saya usahakan tiap 1 jam gerakkan tubuh di sebelah meja
ReplyDeleteSebagai masyarakat kota besar, aku pun nggak menutup kemungkinan buat selalu konsumsi junkfood dalam setiap situasi. Melihat info ini, kayaknya aku merasa tertampar. Sudah waktunya buat berubah. 😂 Info Germas ini sungguh membuatku terbantu. Terima kasih banyak. Bakalan dicoba!
ReplyDeleteSetuju banget, Ambu. Emang lebih baik (dan lebih murah) mencegah daripada mengobati ketika udah telanjur sakit :( Semoga kita tetap sehat ya.
ReplyDeleteSetidaknya harus rajin olahraga. Mulai dari diri sendiri hehehe
ReplyDeleteSalam
Kidalnarsis.com