![]() |
source: ippmedia.com |
“Setiap tujuh detik, setidaknya ada satu gadis cilik
berusia di bawah 15 tahun yang menikah”
Demikian laporan terbaru Save the Children, kelompok pegiat anak
internasional. Penelitian ini menyebutkan gadis-gadis cilik berusia 10 tahun
dipaksa untuk menikah dengan pria yang jauh lebih tua di sejumlah negara
seperti Afghanistan, Yaman, India dan Somalia.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Pastinya kita belum lupa dengan kasus Syekh Puji,
pria 51 tahun yang menikah dengan Lutfiana Ulfa (12 tahun). Walaupun Syekh Puji
akhirnya dijebloskan ke penjara karena terbukti melanggar melanggar Pasal 81 UU
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, namun nasib Lutfiana tidak
berubah. Tetap menjadi istri Syekh Puji dan
lahir 2 anak dari perkawinan tersebut.
Juga kasus sejoli dari Kecamatan Bantaeng, Sulawesi
Selatan, antara anak laki-laki berusia 15 tahun dan perempuan 14 tahun. Tidak ada satupun dari calon mempelai yang
memenuhi syarat minimal usia sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang
Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.
Kesetaraan gender adalah wujud kesamaan kondisi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.
Dalam talkshow "Kesetaraan Gender dalam Wujudkan
Indonesia Sehat" yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, pada 22 Desember
2018 di Savoy Bidakara, Bandung
terungkap bahwa pernikahan dini berakibat buruk bagi perempuan. Yaitu:
· Semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.
· Rentan KDRT. Sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
· Risiko meninggal. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
· Terputusnya akses pendidikan. Pernikahan dini mengakibatkan sang anak perempuan tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
· Rentan perceraian. Pasangan yang menikah terlalu muda rentan perceraian dengan berbagai alasan sebagai pemicunya.
Mencegah terjadinya pernikahan dini sungguh tidak
mudah. Menurut Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada
perlindungan dan pemberdayaan anak, 33,5
persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada
usia 15-16 tahun.
Fakta yang menakutkan!
Membayangkan bagaimana masa depan mereka. Dan apa
yang terjadi dengan anak hasil pernikahan dini,
karena sel telur sang gadis cilik belum siap dibuahi juga untuk
menjalani proses lanjutan.
Apa solusinya?
Masih dari hasil talk show "Kesetaraan Gender dalam Wujudkan
Indonesia Sehat", terungkap bahwa pemerintah tidak bisa sendiri dalam
menyosialisasikan pencegahan pernikahan dini untuk mewujudkan keluarga sehat.
Butuh banyak peran.
Peran
Pemerintah
Dinas Kesehatan Kota Bandung memiliki beberapa
gebrakan, diantaranya Puskesmas yang
memiliki program curhat bersama remaja. Serta kegiatan KEKASIH, akronim dari
kendaraan konseling silih asuh. Para remaja bisa curhat pada beberapa konselor
yang hadir setiap 2 minggu sekali di Dago Car Free Day dan Taman Dewi Sartika.
Peran
Individu
Yoga Andika, pemuda asal Desa Tosari, Pasuruan merupakan
salah satu contoh individu yang bergerak
setelah mengetahui ada masalah di masyarakat. Yaitu tingginya angka pernikahan
usia dini di desanya.
Penyebabnya adalah minimnya pengetahuan tentang
berbagai dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini. Kegelisahan Yoga berubah
menjadi aksi dengan mewujudkan Posyandu
Remaja pada tahun 2015 dan menyasar para remaja usia SMP hingga SMA.
Program yang dimiliki Posyandu Remaja bernama “Laskar Pencerah”, dengan kegiatan berupa penyuluhan
secara berkala mengenai pemberdayaan kesehatan remaja. Materinya meliputi pengetahuan tentang
pernikahan dini, bahaya seks pra-nikah, efek negatif miras dan nikotin, serta
budaya hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
Saat ini sudah berdiri 8 Posyandu Remaja di delapan desa Kecamatan
Tosari. Setiap Posyandu memiliki
struktur organisasi, jadwal rutin
bulanan, serta rencana kurikulum komunikasi, informasi, dan edukasi. Kaderisasi bagi para remaja juga dilakukan “Laskar Pencerah” agar kegiatan
ini berkelanjutan.
Peran
Blogger
Dengan gaya bertutur yang khas, diharapkan blogger
bisa menjadi influencer yang efektif. Menyosialisasikan mudaratnya pernikahan
dini, terlebih untuk kaum perempuan.
Masyarakat harus mengetahui bukti-bukti bahaya
pernikahan dini untuk kesehatan dan banyak lainnya. Juga kenyataan bahwa pernikahan dini menjadi salah satu penyebab perceraian.
Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa hasil survey
2017 menunjukkan 89,35 % layanan diakses melalui dunia maya. Dan yang paling
mengagetkan 27 % dari 1.000 berita hoax adalah berita kesehatan.
Iya sih banyak banget berita kesehatan bersliweran di
WA Grup. Setiap anggota WAG seolah berlomba menyampaikan “berita” baru tanpa
menyaringnya terlebih dulu. Jika sudah demikian, tidak hanya blogger yang harus
berkepala dingin. Tapi juga semua anggota. Harus berani menegur dan ditegur.
sumber: tribunnews.com
Gak kebayang deh anak 13 tahun harus hamil dan melahirkan
ReplyDeleteAku banget mba, setiap berita di wag sekolah anakku sering aku komenin. Terlebih soal info hoax. Apalagi kemarin pas berita tentang Corona. Banyak banget berseliweran berita hoax. Aku cuek aja ngasih link kalo berita yang dikirim gak bener .
ReplyDeleteBiarlah orang mikir "sok paling bener" yang penting jadinya orang tau kalo berita itu hoax
Semua lapisan masyarakat dan pemerintah harus saling membantu dalam sosialisasi akan dampak negatif dari pernikahan dini ya mbak, dari segi kesehatan maupun kematangan mental. Sepertinya peningkatan kualitas pendidikan juga diperlukan. Karena dari orang tua yg terdidik juga dapat memutus pola rantai pernikahan dini ini.
ReplyDeleteIbu saya menikah di usia 14 -15 th kayaknya, tapi unt jaman skrg sptnya masih kecil bgt yaaaa
ReplyDeleteikuti saja aturan demi kesehatan juga hehe
Pernikahan itu tak hanya butuh kesiapan fisik, tapi juga mental dan materi..
ReplyDeleteDan anak2 memang vlm waktunya menikah
Edukasi seperti ini diperlukan tidak hanya pada orangtuanya saja tapi untuk anak-anak yang masih dibawah umur berkeinginan menikah muda, agar bisa memahami faktor risikonya
ReplyDeletePernikahan dini banyak terjadi di daerah. Saya pernah tinggal di sulawesi, rata2 disana menikahnya sangat mudah. Ada malah yang belum lulus smp ud menikah
ReplyDeletePernikahan usia dini itu menurut saya lebih banyak merugikan pihak perempuan.
ReplyDeleteSemoga dengan ada kegiatan seperti ini, makin banyak masyarakat yang sadar bahwa efek pernikahan dini itu tidak baik
Menurut saya penyuluhan yang tepat adalah penyuluhan parenting. Menyadarkan orang tua untuk bisa mendidik anaknya sesuai dengan fitrah. Orang tua yang sadar cara mendidik anak dengan baik akan menghasilkan anak yang sadar akan cara menjaga diri, cara menghargai diri, cara membuat keputusan yang tepat, dll. Jadi dia berani untuk menolak dan bertindak (melaporkan ke pihak yang berwajib) saat ada pemaksaan atau hal2 pendidikannya yang dirampas.
ReplyDeleteDi tempat saya juga masih banyak anak-anak di bawah umur yang telah menikah. Terkadang saya oun memikirkan bagaimana mereka dengan begitu yakin ingin menapaki bahtera rumah tangga yang begitu rumit? Saya juga terbilang menikah di usia muda, tetapi setidaknya tidak di bawah umur.
ReplyDeleteSeringkali pernikahan dini juga andil dari ortu. Seolah ortu cuci tangan, segera menikahkan anak perempuan, spy ada yg menanggung. Miris, ternyata ada masalah kesehatan yg mengancam...
ReplyDeleteEh eh baru nyadar ada aku di foto itu. Hehehe... lupa deh. Kepengen deh bisa ngumpul banyakan lagi kayak gini. Dan dapet ilmu yang bermanfaat ya, Ambu
ReplyDelete