SOURCE: thewebsilo.com, |
Media Sosial, Antara Benci Tapi Cinta
“Foto-fotonya diupload
di facebook ya”?, kata moderator workshop “Zero Waste Event”, usai acara di
salah satu ruangan kampus ITB.
Facebook
Jiahh..., apaan sih
facebook?
Ternyata yang dimaksud adalah media
sosial yang bisa digunakan untuk berteman, ngobrol, menyimpan berita/ foto, membagi berita/ foto, membuat catatan pendek. Layaknya tempat tinggal yang dihuni untuk bertutur.
Untuk berbagi. Bedanya ini di dunia maya.
Oh oke, mumpung di rumah
sedang memasang speedy, sayapun segera membuat akun facebook. Tahun itu, tahun
2009. Awal saya belajar membuat email sendiri. Penuh perjuangan. Butuh seharian
hanya untuk membuat email.
Berhasil membuat email,
berikutnya register di facebook . Lebih mudah. Tak seribet membuat email, juga lebih mengasyikkan. Bisa
membuat status, upload foto dan menambah teman.
Pastinya suggest
pertemanannya peserta event, yaitu mahasiswa Teknik Kimia, Teknik Lingkungan dan
Biologi. Kemudian merambah ke teman-teman mereka, bahkan dosen mereka. ^_^
Selesai? Belum.
Pertemanan saya bertambah setelah teman-teman pengajian mulai mengenal facebook
juga. Foto-foto mulai bervariasi. Memenuhi album. Jika awalnya hanya event ke event, berkembang menjadi dokumentasi kegiatan
harian mendampingi komunitas.
Di tahun 2009, bersama
Bandung Green and Clean, saya sudah
mulai sharing pengetahuan mengenai pengelolaan sampah. Di tahun 2011, barulah
membentuk komunitas pengelola sampah sendiri. Bertepatan dengan pembentukan
Yayasan Perempuan Kaisa Indonesia.
Mungkin karena intens
posting dan upload foto tentang pengelolaan sampah, media mainstream mulai
melirik. Ada yang menayangkan di media cetak, juga di media elektronik.
Ketika itu saya
mulai sadar. Betapa dahsyatnya dunia
maya. Hanya berbekal foto dan caption disana-disini, semua orang tau apa yang
saya lakukan. Dan saya pun mulai
mengerem pertemanan. Ngga asal confirm
seperti sebelumnya.
source: creativetensionmarketing.com |
Twitter
Selalu ada alasan untuk
memulai. Saya terpaksa membuat akun twitter ketika Kompasiana mensyaratkan sharing
ke twitter , untuk setiap tulisan yang ikut lomba. Register di Twitter lebih
mudah pastinya. Karena waktu itu saya telah menggunakan email sebagai alat
korespondensi. Ngga sekedar syarat membuka akun media sosial.
Twitter ternyata sangat membantu jika seseorang
ingin mengetahui berita terbaru. Ada
banyak akun-akun media mainstream yang saya ikuti. Jika ingin baca berita, cukup buka Twitter. Maka
berbagai link mengenai berita terbaru
akan terlihat. Memenuhi time line.
Keramaian dunia twitter
mulai saya rasakan ketika masuk masa pilpres. Gara-gara memihak salah satu calon. Saya sering berkonfrontasi
dengan mereka yang tak setuju. Bahkan
untuk hal sepele. Dampaknya, followers
saya bertambah banyak.
Namun malang tak dapat
ditolak. Suatu kali, tanpa dikehendaki,
saya mengalami tweetwar dengan lovers Yusril Ihza Mahendra. Soalnya sepele.
Saya bilang pada Yusril bahwa saya lihat dia mengatakan “A” di televisi. Yusril menyanggah.
Mengatakan sebagai saksi sejarah yang dilakukannya adalah “B”. Lha jaman reformasi, internet belum secanggih
sekarang. Tidak ada link Youtube yang bisa membenarkan keyakinan saya.
Males banget diskusi
tanpa data. Daripada harus menghadapi bullying lovers Yusril, mending saya
mengurangi aktivitas ngetweet.
source: mesoshealth.com |
Instagram
Kembali dengan suatu
alasan, saya menekuni Instagram. Dikatakan menekuni karena akunnya telah lama
ada. Tapi jarang saya jamah. Males. Ngabisin kuota.
Berhubung
rekan-rekan #Bebassampah.id mengharapkan
untuk campaign di Instagram, sayapun mengalah. Sepulang dari lapangan, saya selalu upload foto
terbaru.
Ternyata sangat
mengasyikkan. Saya merasa tertantang lagi menekuni pelajaran fotografi. Dulu, pernah
ikut grup Kompasianer hobby Jepret (Kampret) yang berisi pakar fotografi dan
newbie seperti saya, yang punya kamera tapi asal jepret. ^_^
Mulailah saya
mengingat-ingat pelajaran para suhu. Sayangnya saya malas memakai kamera.
Sementara hasil foto kamera ponsel, ya gitu deh
^_^
Namun berhubung
keputusan saya menekuni bertepatan dengan internet murah, dengan cepat,
temanpun bertambah banyak. Aneka jenis foto tampil. Juga beragam lomba.
Terlebih ketika video
pendek bisa diupload. Juga serangakaian foto sekaligus. Makin betah deh.
Akhirnya
...
Ngga hanya facebook, twitter
dan instagram, saya juga punya akun Path yang kini tutup. Selain itu, akun medsos mirip facebook tapi berbayar. (Lupa
namanya). Jadi pemilik akun akan mendapat bayaran untuk setiap penggunaan
akunnya.
Youtube pun tak aman dari eksperimen saya. Didukung
aplikasi membuat vlog yang mudah, minimal sebulan sekali, saya mengupload
karya. Namun, 3 sekawan: facebook, twitter dan instagram, tetap tak
terkalahkan.
Dan diantara ketiganya,
facebook menempati posisi pertama. Walau di akun ini, saya kerap berbantahan, kerap dibully,
berantem untuk berbaikan kembali. Facebook tetap di hati.
Karena saya bisa
bersilaturahmi dengan intens. Melihat teman menikah, mengandung, melahirkan,
dan hamil lagi. Mengetahui banyak yang sukses.
Termasuk juga mengetahui,
rekan- rekan saya, satu persatu, menutup mata untuk selama-lamanya.
Facebook sungguh bak rumah. Tempat saya ingin berbagi, namun
sewaktu-waktu bisa saya umpetin ketika suasana menjadi tidak kondusif. . Sewaktu-waktu jendela dan pintunya bisa
ditutup. Agar “tetangga” yang suka gosip ngga lungak longok.
Dan di facebook pula,
saya berkenalan dan bercengkrama dengan banyak blogger. Komunitas yang membuat
saya nyaman.
Bagaimana dengan Anda?
Klo ditanya, saya jawabnya sama. Karena media sosial membuatku nyaman dan punya banyak teman
ReplyDeleteBenci... Benci tapi sayang ya mbak.. �� kalo kita pinter mengelola yang positif pasting sangat menguntungan sekali.. Tpi kalo salah arah.. waduh, bikin puyeng.. hahaha.
ReplyDeleteKalau Mpo pernah berantem sama k-pop lovers tentang kasus artis bunuh diri.
ReplyDeleteTanggapin santai aja alhamdulillah baik-baik aja sampai sekarang twitter Mpo. Social media tergantung si pemakai. Mpo pendiam ya sosmed juga pendiam
Ambuuu, seruu banget ih, ceritanya :D
ReplyDeleteAku doyan medsos, yg paling suka apa yaaa, hmmm, FB juga kayaknya
Soale banyak grup Drakor wkwkwkw
Twitter dan IG buat stalking Han Ji Pyeong doang sih wkwkwk
Yang jelas, medsos tuh ibarat pisau ya. Kalo kita manfaatkan buat "memasak" konten positif, insyaALLAH hasilnya juga positif!
Masya Allah sedihnya saya baca 😕 rumah dunia maya saya memang FB dan Instagram, sementara villa atau rumah peristirahatan saya atau beranda tempat saya ngintip "seseruan" berita adalah Twitter.
ReplyDeleteSaya juga menyaksikan ketika satu demi satu tetangga dunia maya meninggalkan dunia ini selamanya, saya menyaksikan ketika teman teman menikahkan anaknya, dan lain lain
Saya tidak terlalu benci sekaligus juga tidak terlalu cinta, karena inilah rumah dumay yang seharusnya saya tempati, sehingga saya kondisikan untuk senyaman mungkin
Semua platform yang disebutkan kuanggap sebagai tempat yang menyenangkan. Perihal di sana nanti ada ketemu sama akun2 yang ga menyenangkan karena ada saja yang suka menyebarkan ujaran kebencian, bahas hal-hal negatif mulu, atau apapun yang sifatnya bertentangan dengan hal-hal baik, semua tergantung dari akunya apakah mau peduli atau abaikan saja.
ReplyDeleteMeski sama menyenangkan, tapi perlakuanku kepada FB, Twitter dan IG berbeda. IG utama buat share konten2 tertentu dengan foto/video dan caption yang ga asal posting. Aku selektif di IG. Kalau di twitter itu ibaratnya asyik buat ngebacot apa aja haha tapi masih kujaga karena di sana otomatis public ya pemirsanya. Kalau share sesuatu di FB bisa disetting untuk friend atau orang tertentu saja.
Banyakan cinta atau benci? Hmm...sama-sama biasa aja. Ibaratnya, kalau semua platform itu lenyap, aku gak merasa kehilangan. Nah kalau blog, baru kehilangan :D
Dulu daku juga ogah-ogahan buat akun medsos, Ambu, karena masih kerja sebagai bankers saat itu, jadi biar nggak ketahuan banget aktivitas saya ngapain aja, Hahah.. pas resign dan menekuni sebagai konten kreator baru deh mantap dengan medsos
ReplyDeletei lop youlah, ambuuu ^^ canggih. saiyah kalah jauh haha.. btw sebelum facebook sempat frenster-an juga ga? kalo saya kepake banget fesbuk. IG sm twitter diaktifin lagi baru dua tahun terakhir.
ReplyDeletebenar banget ya mbak
ReplyDeletesbg blogger juga harus punya medsos yg lengkap
path uda g ada ya mbak?
klo aq sampai skrg sih masih suka bgtnya sama facebook
mgkn karena lbh simple, hehe
Toss, bikin FB pertama 2009, dibikinin adik ipar (yang dulu teman sebangku saya) gara-gara saya ibu rumah tangga dan ketinggalan dunia di luar sana (adik ipar wanita karir). Terus beberapa waktu mulai terima pertemanan...dan jadi krisis percaya diri. Si A sudah jadi ini, si B sudah sukses itu, si C makin keren euy...sementara saya di rumah berkutat di dapur-sumur-kasur kwkwkw
ReplyDeleteTapi lama-lama jadi sadar itu semua dunia maya. Yang nampak gemerlap bisa saja di dunia nyata kebalikannya. Pokoknya jadi makin menikmati bahkan makin cinta. Karena dari aktif di media sosial saya jadi punya banyak teman dan dapat tambahan penghasilan:)
Saya dulu pertama pakai medsos itu friendster. Lalu facebook, twitter dan terakhir IG.
ReplyDeleteTapi yang paling sering di tengok ya facebook, baca-baca aja status teman, klo update status jarang
Medsos mendekatkan yang jauh, serasa tanpa batas dunia maya. Pertama mengenal dunia maya ketika ada tugas sekolah kemudian mulai mengenal lebih jauh pelan tapi pasti mulai fb, twitter, ig dan semacamnya. Sedihnya ketika daring tidak disupport sinyal namun perlu cermat dan bijak menggunakan sosmed begitu konon
ReplyDelete