![]() |
source: balipost.com |
Bandung, awal tahun 2018
Pengemudi sepeda motor itu melaju kendaraannya dengan
kencang. Dari arah Lanuma Husen Sastranegara. Berhenti tepat di depan lintasan
kereta api yang tak berpalang. Sebelah kanan. Palang hanya ada di bagian kiri
jalan. Di sebelah kanan hak pengguna berlawanan
arah.
Rangkaian gerbong kereta api melintas. Melaju kencang.
Menyisakan debu berterbangan.
Sang pengendara sepeda motor segera tancap gas, melaju
melewati rel dengan kencang.
Tapi ....Sang pengendara tidak mengetahui ada 2 rel
kereta api. Keduanya akan dilalui. Hanya berselisih sepersekian menit,
rangkaian gerbong kereta api kedua, melintas.
Bak naga yang melaju bersama pusaran angin topan,
rangkaian gerbong kereta api itu memangsa tubuh sang pengendara. Lenyap dengan
cara tragis.
Ngebut, Ngga Sekedar Benjut
Mungkin karena sangat mengerikan, video tertabraknya
pengendara motor tersebut kini hilang dari medsos. Walau, tetap meninggalkan bekas.
Setiap melalui pintu lintasan kawasan Halteu, bulu kuduk saya meremang. Ngeri.
Saya membayangkan keluarga yang ditinggalkan. Bagaimana
rasanya mendapati jasad anggota keluarga yang menjadi serpihan daging?
Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor
2 terbesar di dunia. Lainnya adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung,
kanker dan diabetes melitus.
Yang mengenaskan, 72 % kecelakaan lalu lintas di Indonesia
melibatkan sepeda motor (Sumber: Data IRSMS, 2017). . Dan mayoritas korban meninggal
kecelakaan lalu lintas karena cedera
pada bagian kepala.
Jalan Bukan Rimba
Pernah tertabrak sepeda motor? Saya pernah. Ketika
menyeberang Jalan Suci, tiba-tiba muncul sepeda motor yang melaju dengan
kencang. Padahal sebagai pedestrian, saya selalu berhati-hati. Tidak hanya
lihat kiri dan kanan, juga melambaikan tangan pertanda mau lewat.
Naas. Saya bertemu dengan pengendara sepeda motor yang
menganggap jalan raya bak rimba belantara. Melaju dengan kencang,seolah jalan
milik dia sendiri.
Sepeda motor itu menyerempet saya hingga jatuh. Begitu
kerasnya mengenai aspal, celana jeans yang saya kenakan sobek. Dan saking
kencangnya, salah satu sendal yang saya gunakan, terpental. Terbawa sepeda motor tersebut.
Rasa terkejut belum hilang. Sayapun masih dalam posisi
duduk. Merasakan nyeri. Ketika Pengendara sepeda motor datang lagi. Bukan untuk
meminta maaf dan menolong saya. Tapi
hanya untuk mengembalikan sendal.
Kemudian berbalik, melaju kencang pergi. Seolah tak punya rasa.
Sejuta sumpah serapah rasanya ingin saya lontarkan. Tapi percuma bukan?
Menurut WHO, 49 % kematian akibat kecelakaan lalu
lintas menimpa pengendara sepeda motor dan pedestrian (pejalan kaki) seperti
saya.
Malangnya, 90 % kematian akibat kecelakaan lalu lintas
terjadi pada masyarakat menengah kebawah. Terbayang betapa nelangsanya keluarga
yang ditinggalkan, ya? Apakah korban seorang suami, satu-satunya pencari nafkah keluarga.
Atau seorang ibu yang sangat diperlukan untuk merawat anak-anaknya.
Juga anak, anggota keluarga yang merupakan kebanggaan
keluarga. Ditimang sejak bayi agar tumbuh sehat dan menjadi kebanggaan
keluarga. Nyatanya, korban yang
meninggal karena kecelakaan lalu lintas berusia 15 tahun – 29 tahun. Sementara kita tahu, usia 15 tahun kan belum
berhak memiliki Surat Izin Mengemudi.
![]() |
source: gunungkidultv.id |
Apa Yang Harus Dilakukan?
1.
Mengurangi kecepatan hingga 5% ternyata dapat mengurangi kecelakaan fatal hingga 30 %.
2.
Indonesia termasuk 47 negara ayng sepakat implementasikan kecepatan di wilayah perkotaan
maksimum 50 km/jam.
3.
Kecepatan kendaraan harus di bawah
30km/jam, ketika berbaur dengan pejalan kaki dan pesepeda.
4.
Jangan menggunakan ponsel saat
mengemudi.
5.
Jangan berbonceng lebih dari 2 orang.
6.
Pengguna sepeda motor harus selalu
menggunakan helm standar dengan benar.
7.
Pengguna kendaraan roda 4, harus
selalu menggunakan safety belt.
Pekan Nasional Keselamatan Jalan 2018
Untuk menyosialisasikan
keselamatan berkendara dengan aman, pada tanggal 21 Oktober 2018 Kementerian
Perhubungan menggelar “Pekan Nasional Keselamatan Jalan 2018 di Soreang,
Kabupaten Bandung. Secara terperinci,
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menjelaskan:
“Kegiatan ini masif kami gelar
diseluruh Indonesia. Dan kebetulan untuk minggu ini di Soreang. Jadi ini
sebagai bentuk kampanye dari pemerintah, untuk mengurangi angka kecelakaan
dalam berlalu lintas. Untuk kecelakaan ini, 70 persennya memang dialami oleh
anak muda tingkat pelajar dan mahasiswa, bahkan untuk Bandung angkanya cukup
tinggi. Itu karena memacu kendaraan dengan kecepatan berlebihan. Makanya kami
kampanyekan kurangi kecepatan untuk menyayangi nyawa."
Berlangsung meriah, event ini
diikuti 4000 orang dan mayoritas anak sekolah. Tentunya dengan lomba-lomba yang
menyentuh keseharian mereka, seperti lomba bersepeda santai, lomba mewarnai dan
lomba berpidato. Dengan terlibatnya anak
sekolah dalam loba pidato, diharapkan tema
“Sayangi Nyawa, Kurangi Kecepatan”, tidak sekedar slogan, tapi juga diterapkam
dalam kegiatan sehari-hari.
“Melalui kegiatan sosialisasi
keselamatan jalan ini, saya harapkan bisa menggugah masyarakat untuk
meningkatkan keterampilan berkendara, sadar untuk berperilaku aman dan selamat,
dan menjaga ketertiban dengan menaati peraturan yang ada,” lanjut Budi Karya.
“Ini hari puncaknya, sebelumnya
sudah didahului oleh sosialisasi ke sekolah-sekolah. Karena kampanye ini terus
secara masif kami lakukan, Saya mengharapkan jumlah kecelakaan setiap tahun
turun. Jadi memang awereness-nya harus kita jaga dengan baik,” tutup Menhub.
Jangan Tergesa- gesa
Jika mau ditelisik lebih dalam, penganut
agama Islam seharusnya memahami bahwa ngebut yang diartikan juga sebagai
tergesa-gesa, sangat dilarang.
Ayat yang menyifati manusia dengan
sifat tergesa-gesa, sehingga menyebabkan manusia itu mendoakan keburukan bagi
dirinya sendiri di saat kondisi marah sebagaimana dia mendoakan kebaikan untuk
dirinya sendiri. Yaitu yang terdapat pada surat Al-Isra’ ayat 11:
وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
Artinya: “Dan manusia berdoa untuk
kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat
tergesa-gesa.”
Faktor penyebab manusia melakukan
hal tersebut adalah kekhawatiran, ketergesa-gesaan, dan sedikitnya kesabaran
yang ada padanya. Atau bisa juga makna dari ayat di atas adalah manusia yang
berlebih-lebihan dalam meminta sesuatu dalam doa yang dia yakini merupakan yang
terbaik untuknya. Sedangkan pada hakikatnya hal itu adalah sebab kebinasaan dan
keburukan baginya dikarenakan kebodohannya akan keadaan yang sebenarnya. Hal
ini hanyalah terjadi karena sifat ketergesa-gesaan dan sudut pandangnya yang
sempit terhadap sesuatu.
Jelas sudah, syariat Islam mencela sifat tergesa-gesa dan melarang pemeluknya untuk memiliki sifat
tersebut, sebagaimana Islam juga mencela dan memperingatkan kaum muslimin dari
sifat malas dan berlambat-lambat dalam sesuatu.
Jadi, masih mau ngebut?
aku pernah jatuh dari motor saat boncengan karena ada pengendara motor yg tidak tertib mau belok kanan tp main melitas dan dia sudah tau mau ke kanan malah ambil kiri terus kesel banget ambu :p
ReplyDeletebtw itu yg kecelakaan rel serem banget astagfirullah :(
Tah eta bener, bun.. Harus betul-betul diingatkan masalah ngebut ini. Apalagi motor sekarang udah jadi alat transport utama..
ReplyDeletegak ngerti lah sama yang suka ngebut2 gitu teh bu,
ReplyDeleteGak menghargai nyawa sendiri.
Aku tuh kalo bawa motor saking hati2 malah cenderung lelet dan ambil kiri terus hahaha.
Tes komen
ReplyDeleteGak ngerti lah sama yang suka ngebut2 kayak gak menghargai nyawa sendiri.
ReplyDeleteAku tuh saking hati-hati kalo bawa motor pelan banget cenderung lelet dan ambil kiri terus hahah
Serem banget ya, semoga kita semua lebih bijak dan dilindungi selalu oleh Tuhan, aamiin
ReplyDeleteJadinya serem ya bu, pada seenaknya aja dijalan itu, mereka punya nyawa cadangan kali yah huhuhuh
ReplyDeleteKalo naik ojek online, saya juga suka ngingetin sama drivernya biar ga ngebut. Kadang ada yg jadi kesel, trus ngeremnya jadi sembarangan, tapi ada yg nurut dan dia nyetirnya santai. Suka sebel kalo dapet driver yg ugal2an.
ReplyDeleteNyebelin banget ya mbak Herva? Kita udah hati-hati, eh ketemu pengandara yang ngawur.
ReplyDeleteIya, sampai lama lho saya trauma naik angkot melewati lintasan KA Halteu, takut pisan.
Sayangnya iya, mbak @Ayu, mau nyaranin pakai sepeda aja apa ya?
ReplyDeleteKomen masuk neng Erry ... :D :D
ReplyDeleteWalau dimarahin orang karena jalan pelan ya teh Erry?
ReplyDeleteBiar lambat asal selamat, saya pikir bukan quote usang lho
Daripada nyawa melayang?
Iya mbaj Sandra, karena itu agama menganjurlan berdoa sebelum bepergian
ReplyDeleteNahan ngga ngebut kalo dia pengemudi, dan selamat kalo dia bukan pengemudi
aku dulu pernah kecelakaan motor hal itu bikin aku trauma bawa motor sendiri dan bikin cedera di tangan sampai sekarang :(
ReplyDeletePaling ngeri bu kalau udah liat video yang ketabrak kereta. Aku pernah lihat yang di rel andir, itu ibu-ibu korbannya gara-gara dia nggak sabaran mau melintas dan nggak. Ya Allah, semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya ketika diluar rumah. 🙏
ReplyDeleteSe urgent-urgentnya alasan, emang nggak bisa mwmbenarkan orang buat ngebut ya
ReplyDeleteYa Bun, sebaiknya kalau mau berpergian persiapan waktunya proposional ya agar tidak tergesa-gesa. Namanya di jalan ya Bun, banyak tipe pengendara, jadi saya pilih untuk berada di sisi kiri dengan kecepatan 20-40 KM/jam. Meski begitu, tetap suka kaget kalau ada Bapak-bapak yang ngebut dan melampaui jalurnya dari arah berlawanan. Saya pikir harusnya antri saja ya ga perlu nyalip sampai makan jalur sebelah, bisa bahaya gitu. Tapi itulah di jalan ada banyak hal tidak terduga, kita perlu hati-hati :) Banyak belajar dari kehidupan di jalan saya.
ReplyDeleteVideo kecelakaan ngeri pisan ya , Ambu. Aku sekarang nggak berani ngebut ah kalo naik motor.
ReplyDeleteSaya paling sebal sekaligus sangat kuatir tiap lihat pengemudi berkendara sambil nelpon atau main ponsel. Duuh...
ReplyDeleteMasalah ngebut ini memang soal kesadaran ya, Teh :)
ReplyDeleteSemua pengendara harus sadar bahwa jalan milik bersama