Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us
Michelle Obama sumber : www.huffingtonpost.com

Resolusi? 

Gaya betul? Bukankah setiap resolusi sering ngga konsisten sehingga sulit terwujud.
Resolusi mau menurunkan berat badan, eh masih aja menyantap masakan padang yang kaya santan dan lemak. Resolusi mau bikin buku, eh jumlah tulisan seret nambahnya.
Keburu dicuri deh leptopnya.

Namun kali ini berbeda. Saya merasa sering sakit. Mudah flu, batuk dan pusing. Banyak penyebabnya, mulai dari kurang gerak karena terlalu lama bekerja di depan komputer. Hingga kurang asupan makanan bergizi.

Polusi udara juga diduga membuat warga perkotaan seperti saya, mudah sakit. Menurut data The Guardian, polusi udara merupakan  salah satu pembunuh terbesar. Enam  juta orang meninggal per tahun. Di Indonesia, korban tewas karena polusi udara mencapai 61 ribu orang, atau rata-rata 25 orang meninggal per 100 ribu kapita.
Serem banget ya?

Karena itu resolusi 2018 saya adalah perubahan gaya hidup agar sehat jasmani dan rohani. Untuk mencapainya harus ada perubahan pola jenis makanan dan cara olah raga yang diterapkan. Dan saya memilih cara ber-urban farming/berkebun ala Michelle Obama sebagai pijakan agar resolusi tidak sekedar angan.

Michelle Obama? First Lady Amerika Serikat yang ke 55 dan 56?

Yups betul dia. Perempuan berkepribadian menarik, cantik dan smart ini ternyata sangat visioner. Pada awal suaminya menjabat, tepatnya tahun 2009, dia menggulung bajunya dan mulai memperkenalkan urban farming di Gedung Putih. Tujuannya tidak hanya agar keluarganya sehat tapi juga seluruh warga Amerika Serikat.

Keren ya?
urban farming di White House (sumber: treehugger.com)

Setelah saya pelajari urban farming ala Michelle Obama ini  sangat memungkinkan dipraktekkan oleh siapapun yang ingin hidup sehat. Apa saja keuntungannya? Ini dia:

1.      Menjamin pasokan makanan sehat.
Sudah lama saya gamang jika berbelanja sayuran. Penyebabnya ngga yakin, amankah sayuran yang saya konsumsi?  Tahu sendiri kan, sayuran yang membanjiri kota, khususnya Kota Bandung tempat saya berdomisili, datang dari pinggiran kota? Dan, ya ampun! Sayuran tersebut ditanam di antara buangan air pabrik yang pastinya penuh cemaran. Bau dengan warna berganti-ganti. Terkadang merah, biru atau kuning. Mengerikan!

Bagaimana dengan sayuran organik? Kini memang banyak ya supermarket yang menyediakan sayuran organik. Namun selain harganya mahal, saya punya kebiasaan jelek. Setiap berbelanja sayuran organik, eh ada plus-plusnya. Seperti minyak goreng yang sedang diskon, buah naga diskon, kopi, dan ......ya ampun, tiba-tiba penuh deh keranjang belanjaan. Gara-gara sekalian belanja. #hiks.

2.      Olah raga
Pernah baca disini, ternyata berkebun mampu membakar 306 kalori per jam. Menyenangkan ya? Ngga harus terpaku hitungan sekian jam harus berlari/berjalan memutari kompleks perumahan. Cukup menyiram, menyiangi rumput, memunguti daun kering atau menggeburkan tanah, tak terasa waktu berlalu, kaloripun terbakar.

Jika melihat foto-fotonya Michelle Obama, berkebunpun bisa keren dan stylish lho. Ngga kalah dengan mereka yang jogging atau ngegym.

3.      Pemulihan eko sistem
Ada hal menarik yang dilakukan Michelle Obama, yaitu berkebun dengan cara ori atau asli ala petani konvensional. Bukan instalasi mahal seperti hidroponik. Sehingga isi dompet aman, ekosistem terjaga.

Keberadaan belalang, capung, kupu-kupu bahkan cacing dan ulat, menunjukkan ekosistem berjalan dengan semestinya. Jika belum ada, bisa dipulihkan dengan menanam beberapa macam tumbuhan penyerap polutan. Dan hasilnya bisa dinikmati bersama, saya dan tetangga sekitar hidup sehat, lepas dari polutan.

4.      Ngga nyampah
Ber-urban farming di rumah berarti ngga perlu plastik pembungkus dan kantong plastik yang umumnya diberikan gratis oleh supermarket. Sehingga jumlah sampahpun berkurang.

Selain itu, dengan ber-urban farming, saya juga ngga harus keluar rumah, menghabiskan BBM atau energi fosil. Penghematan bagi anak cucu. Nampaknya sepele ya? Tapi bisa dibayangin deh jika banyak yang melakukan aktivitas urban farming, akan banyak pula penghematan yang terjadi.


Tapiiiii......,
Bukannya urban farming ala Michelle Obama pun membutuhkan anggaran tinggi?

Ngga juga jika mau kreatif.  Setelah melihat-lihat akun gardening  di Instagram, saya berencana:
urban farming sederhana (sumber ; Instagram @gardenactivist)

1.      Alih-alih membuat kotak-kotak  berkebun, saya akan menggunakan keranjang bekas buah yang murah harganya. Juga ada beberapa plastik kemasan minyak goreng yang bisa saya gunakan sebagai pot.
2.      Tanah dan pupuk, saya beli dari pedagang tanaman yang sering lewat di depan rumah. Simbiose mutualisme nih, hubungan saling menguntungkan antara saya dan penjual tanaman hias. Dia senang mendapat keuntungan, sedangkan saya senang tidak perlu bersusah payah mencari dan membeli media tanam.  
3.      Benih. Wah, banyak banget biji cabai, tomat, pepaya bahkan melon yang bisa ditanam. Selain itu ada toko online yang menjual bibit seribuan.


benih bawang merah siap ditanam
Sip, nyaris lengkap bukan?

Saya sudah mulai mencicil. Tadi sebelum hujan turun, pedagang tanaman mengantarkan 5 karung tanah. Di dapur, sudah siap beberapa wadah plastik berisi biji cabai rawit dan cabai merah kering. Sayapun sudah membeli beberapa kotak bekas buah lengkeng.


Belajar kok ngeri-ngeri sedap sih?

Maksudnya gini lho. Bayangin deh kita gagal memotret sepiring pisang . Warnanya bukan kuning keemasan, tapi kuning menyolok. Gambarnyapun pecah, hingga ngga jelas bentuknya. Ngeri kan ya? Boro-boro nyicipin deh. Berbeda jika berhasil. Pisang goreng nampak menggiurkan, bikin ngiler. Hasil akhir memotret makanan (food photography) haruslah menampakkan makanan yang sedap. Membuat siapapun ingin melahap habis.

Bisa memotret dengan baik, sangat penting untuk blogger. Agar tulisan lebih bermakna, lebih mudah dipahami. Kebetulan pekerjaan saya mendampingi komunitas pemberdayaan perempuan juga memerlukan ketrampilan tersebut.

Karena itu  beberapa tahun lalu, saya bergabung dengan komunitas “Kampret”, singkatan dari Kompasianer Hobi Jepret. Komunitas yang memberi banyak manfaat bagi anggotanya. Setiap minggu ada topik baru. Anggota dipersilakan mengeksplorasi dan diberi arahan. Sehingga hasil jepret menjadi lebih lumayan untuk dinikmati.

Sayangnya komunitas ini bubar, #hiks.

Tapi ya sudahlah. Yang bubar jangan ditangisi  :D.

Lebih baik cari peluang belajar di setiap kesempatan. Jadi kebayang kan, betapa  senengnya ketika seorang rekan blogger  berhalangan hadir dan menawarkan posisinya di  acara ” Food Styling & Smartphone Photography With Prime 7”  #Breakresistant. Bertempat di Ngopi Doeloe, jalan Setiabudi 187 Bandung pada 21 Desember 2017.

Menghadirkan food blogger beken, Felicia dan Meidy, acara berlangsung terlambat. Maklum pembicara dan panitia datang langsung dari Jakarta. Perjalanan  Jakarta- Bandung  memang sulit diprediksi. Bisa cepat hanya 4 jam. Bisa juga 6-7 jam bahkan sering lebih. Sambil menunggu,  para peserta memaksimalkan waktu dengan melatih photography. Ada yang berfoto selfie, memotret makanan, minuman. Hasilnya? Ya ampunnnnn sungguh mengecewakan.



Ngga banget ya?

Karena itu ketika Felicia dan Meidy akhirnya tiba, saya berusaha memaksimalkan kesempatan yang berharga ini. Kedua pembicara, gadis muda cantik yang nampak imut. Mereka bercerita, awalnya hanya sekedar memotret makanan dan mengunggah di Instagram. Ternyata akun mereka, @foodaffair  disukai, banyak yang bertanya dimana makanan bisa diperoleh, bla….bla…. ..Sehingga akhinya mereka memutuskan untuk professional, total menekuni food blogger . Followersnya kini sangat  fantastis: 69.000, keren ya?

Atas: Felicia dan Meidy ; Bawah :
Dedew Blogger sedang praktek foodphotography


Apa saja tips photography yang mereka share. Saya coba catat berikut ini:

Cahaya
Ada adagium menarik diantara para food photographer:”Shoot Your Lunch, Enjoy Your Dinner”. Artinya dianjurkan memotret pada siang hari saja, jangan lakukan di malam hari.
Tatkala mentari menyinarkan cahayanya, tangkaplah dengan meletakkan makanan di dekat jendela. Khususnya pada saat emas, yaitu pada jam 8-10 pagi atau jam 4-5 sore. Cahaya matahari yang berwarna keemasan akan memberikan kesan hangat dan sedikit dramatis.

Reflector/cahaya tambahan
Hanya digunakan jika pencahayaan alami gagal dilakukan. Gunakan reflector untuk memberikan penerangan yang cukup untuk subjek/makanan.

Matikan camera flash
Flash kamera memberikan efek kurang bagus pada hasil food photography. Penyebabnya adalah jumlah cahaya yang  berlebihan sehingga makanan nampak terlalu berminyak. Flash kamera juga akan memberikan gambaran bayangan yang aneh dan tidak menarik.
Food photography akan terlihat baik dengan pencahayaan yang lembut yaitu dengan sebaik mungkin memanfaatkan jumlah cahaya alami dilingkungan sekitar pemotretan.

Shoot the fresh food
Pingin nyruput  sup yang terlihat  masih mengepul? Atau ingin melahap habis setumpuk  ice cream? Agar diperoleh hasil potret demikian, kita harus segera memotret makanan sesaat setelah disajikan. Jangan ditunda.

Angle

sumber: wartasumedang.com

Ada pesan yang ingin disampaikan hasil foto Anda? Tentukan gambar makanan yang ingin ditampilkan. Kemudian pilih anglenya. Bisa eye level atau top angle. Eye level adalah memotret gambar dengan sejajar dengan mata. Tekstur makanan akan nampak detail, membuat makanan nampak menggoda.  Sedangkan top angle adalah memotret dari atas.

Jangan gunakan Zoom
Akibat  posisi yang tidak menguntungkan, saya kerap terpaksa menggunakan zoom, hasilnya ternyata pecah. Sangat jelek.
Penyebabnya ternyata kamera ponsel yang  cenderung memperkecil obyek foto. Jadi selalu usahakan agar memotret dari jarak yang cukup sehingga keseluruhan obyek bisa memenuhi frame tanpa harus menggunakan zoom.

Rule of thirds
Salah satu cara cerdas memotret makanan agar nampak menarik adalah dengan rule of thirds.
Area foto dibagi menjadi 9 kotak dengan 2 horizontal dan 2 vertikal, akan ada 4 titik pertemuan garis tersebut. Letakkan obyek utama  Objek utama pada salah satu titik. Aturannya, 1/3 bagian dari frame digunakan untuk objek utama dan 2/3-nya digunakan untuk background.

Editing
Seorang pakar photography di Kampret, pernah bilang bahwa editing hanyalah pintu terakhir. Jangan diandalkan. Yang terpenting adalah konsep foto dan hasilnya.
Demikian juga Felicia dan Meidy, editing hanya proses akhir untuk membuat potret makanan lebih hidup atau sebaliknya lebih redup. Mereka menyebutnya dengan istilah colour for mood.
Gunakan aplikasi filter dengan seksama hingga menemukan  satu hasil yang dapat meningkatkan warna dan suasana hati. Pilihan filter warna yang lebih hidup akan menambah semangat dan kegembiraan
Filter yang polos dan warna kalem cenderung menciptakan suasana yang lebih tenang, membuat gambar secara keseluruhan “lebih lembut.”
Jika tidak ingin menggunakan filter, cobalah alat penyesuaian untuk individu. Atur kesatuan warna, penyesuaian serta keseimbangan warna. Penyesuaian ini akan membantu memperbaiki pola warna sehingga diperoleh hasil foto makanan dengan  tampilan yang diinginkan.

#Breakresistant
sumber: selular.id

Apa sih  yang dimaksud dengan #breakresistant, seperti  yang tercantum di topik acara kali ini?  Rupanya #breakresistant
atau tahan banting  merupakan kelebihan Polytron Prime 7.
Prime 7 terbukti tahan terhadap benturan sekalipun dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan terlindas mobil. Ketika launching,  Prime 7 dijatuhkan dari ketinggian tujuh meter, atau dari lantai dua mal, setelahnya smarthpone anti-banting ini tetap bisa menyala. Begitu juga, ketika demo video yang disuguhkan, Prime 7 berada pada posisi dilindas mobil, Prime 7 juga tetap menyala.
Keren bukan?
Mengedepankan fitur break resistant, Polytron Prime 7 menggunakan Nano Molding Technology (NMT) yang membuat smartphone ini tahan banting. Perpaduan antara IPS Retina Display dan Gorilla Glass dengan Native Damage Resistant yang dikenal dengan kekuatan pelindung display yang sudah teruji.
Polytron Prime 7 untuk food photography
sumber: tribunnews.com

Pastinya ini yang saya tanyakan. Apa hubungannya Polytron Prime 7 dengan kegiatan memotret makanan? Apakah hasilnya lebih bagus? Ini jawabannya:
Dengan kamera 13 MP dan resolusi gambar 4160 x 3120 pixel, kualitas gambar yang dihasilkan Polytron Prime 7 sangat optimal. Cahayapun nampak merata berkat Dual Tone Bright LED Flash yang memberikan hasil foto lebih terang dan jelas di setiap kondisi.
Polytron Prime 7 dibekali Anti Flare Lens Construction, yang berguna untuk mengurangi efek flare pada saat memotret dekat dengan sumber cahaya. Juga memaksimalkan penangkapan cahaya dari lingkungan sekitar sehingga kualitas gambar lebih optimal.

Polytron Prime 7 sebagai lifestyle (sumber: selular.id)


Wah mupeng banget ya? Secara sejak tahun lalu, saya ngga punya ponsel. Ketika itu smartphone tercintah jatuh di depan rumah kawan dan hilang. Padahal hanya sekian menit lho saya menyadari ponsel terjatuh.
Dan sekarang saya bertahan dengan tablet yang layarnya retak karena sempat mau diambil maling bareng laptop dan tas tangan. Tablet dia lempar untuk mengalihkan perhatian sehingga  layarnya retak. #hiks sedih banget ya?

 Polytron Prime 7 harus masuk daftar nih untuk target pembelian smartphone, karena selain kualitasnya mumpuni, tahan banting,  harganya murah, hanya 2,6 juta rupiah saja.
#sip bener-bener keren.

teman-teman langsung praktek food photography, sungguh mengasyikkan





Ada anak sedang asyik menghiasi wajahnya dengan lipstick, eyeshadow dan bedak tabur hingga cemong ngga karuan. 
Ada anak menjerit kemudian bernyanyi-nyanyi di depan microphone yang tanpa sengaja “diketemukan” 
Ada pengasuh anak yang seperti kehilangan akal  merayu anak asuhnya. 
Dan ada anak yang tertidur dengan nyenyaknya di kursi narasumber, tak hirau dengan kebisingan disekelilingnya.
Sementara itu ada tumpahan teh, bedak yang terserak, tisu, kapas, ditingkah bermacam perlengakapan make up seperti eyebrow, eyeliner, mascara dan make up kit di meja dan kursi dalam acara “Mother’ s Day Gathering With Wardah” di jalan Ir H. Juanda 99 Kota Bandung pada tanggal 23 Desember 2017.

Rame ya?

Rame banget!

Iya rame banget, saya pikir ngga akan ada ada “peserta” anak-anak. Ternyata selain Blogger Bandung, undangan lainnya adalah sekumpulan mamah muda mirip "girl squad" nya Nia Ramadhani. Cantik dengan usia anak di bawah lima tahun (balita).
Tak heran yang dibahas adalah parenting bersama psikolog Nurul Istiqomah, sesi ini ramai diisi oleh curhat ibu muda yang rupanya masuk dalam pusaran perubahan cara mendidik anak. Ya iyalah, zaman dulu tuh bayi didublak agar badannya gemuk. Dublak itu mmmm….gimana ya, bayangin aja bayi 6 bulanan digendong trus mulutnya dijejeli campuran bubur pisang dan nasi.

Ya jelaslah bakalan gemuk, karena bayi dipaksa mengonsumsi karbohidrat sebanyak –banyaknya. Sedangkan pengasuhan zaman now bisa dilihat dari Instagramnya penyanyi Andien. Bayi dibebaskan belajar apa saja termasuk diperbolehkan memilih makanannya. Metode Baby Led Weaning (BLW) ini mengundang banyak kontroversi, mulai dari keunggulan agar bayi tidak pilih-pilih makanan hingga ketakutan metode tersebut tidak baik bagi balita.

Curhat lainnya mengenai apakah sebaiknya menjadi IRT murni  atau IRT sambil berkarir. Kemudian bunda Intan bercerita tentang putra putrinya yang berjumlah 12, sehingga anak-anak harus mandiri. Tidak hanya mengurus hal privasi, namun ngambil raporpun anak-anak disuruh melakukan sendiri. Kontras banget ya dengan cara didik yang serba dibantu. Seragam disediakan. Kebutuhan ketrampilan dipenuhi orangtuanya tanpa si anak ikut pusing harus beli dimana. Sehingga anak kurang tangguh menghadapi problem solving kehidupan.

Sedang saya bertanya tentang metode pengukuran intelegensi dengan test finger print yang ngga akurat , namun anak saya ‘dipaksa’ mengikutinya. Semoga para ibu muda yang mengikuti acara kali ini, lebih beruntung. 

Pertanyaan lainnya apakah sebaiknya tes minat serta bakat dimulai sejak dini? Ternyata test IQ cukup sejak sekolah lanjutan, selebihnya biarkan anak mencoba berbagai ekstrakuler karena ada dampak positif yang tidak kita sadari. Ekskul paskibra misalnya, bermanfaat untuk melatih kepemimpinan, problem solving dan kerjasama. Jadi ngga sekedar baris berbaris.

Kuisnyapun unik. Peserta yang membawa produk Wardah terbanyak akan diberi hadiah. Ups, apa sih yang biasanya kita bawa? Umumnya lipstick dan  bedak aja ya? Namun kali ini ada yang membawa hingga 6 item. Iya juga kalo membawa lipstick lebih dari satu, eyebrow, dan eyeliner. Jaga-jaga jika luntur.

Mmmm….untuk yang terakhir ini kurang tepat karena Wardah mengeluarkan banyak produk yang tahan lama. Salah satunya lipstick yang sedang saya pakai. Dengan segera jadi favorit saya nih. Tau sendiri kan, sekarang ngumpul bentar dengan kawan sambil makan cemilan, eh diajak welfie. Dan hasilnya? Ngga banget! Wajah pucet karena lipstick habis. Dengan memakai  exclusive matte lip cream  Wardah, wajah tetep kinclong. Kamu tetep pede berwelfie walau habis menyantap sepotong pisang goreng dan secangkir kopi.  

Usai diskusi parenting, foto bersama dan ISHOMA (istirahat, sholat dan makan), mulailah beauty class. Aha, asyik banget sesi yang saya gambarkan diawal tulisan. Hebohh!!! Justru anak-anak lah yang bikin meriah, khususnya  karena mereka masih balita. Pastinya sulit menitipkan mereka pada pihak lain. Tapi justru menyenangkan kok.

Sebagai pendamping komunitas pemberdayaan perempuan, saya selalu menganjurkan anak-anak dibawa dalam setiap kesempatan. Mengapa?

Karena merupakan salah satu cara bonding atau attachment. Bonding atau attachment adalah koneksi, atau hubungan antara satu atau dua orang tapi yang “deep” atau dalam dan lebih ke emosional. Bayangin balita Anda mengacak-acak lipstick hingga patah, eyeshadow bertaburan. Semua barang tersebut tidak ada artinya dibanding relasi yang begitu dekat yang tercipta.

Padahal ada cara instan yang bisa dipilih. Misalnya anak diberi ponsel agar anteng nonton fim di youtube, sementara ibunya asyik berdandan dalam beauty class. Tapi apa hasilnya? Anak ketiduran dengan impian tentang isi film, bukan mengenai sosok ibunya. Sayang banget kan?

Ternyata beauty class nyambung dengan diskusi parenting,  ya? Di acara beauty class, dua balita perempuan yang duduk di depan saya, asyik mendadani wajahnya. Bahkan sebelum beauty class dimulai. Mungkin, duo krucils ini meniru cara ibunya berdandan. Maka bisa dibayangkan kehebohan yang terjadi. Wajah mereka cemong ngga karuan.

Selain peristiwa kebersamaan anak dan ibundanya. Tutorial yang dipandu salah satu beauty advisor Wardah, sungguh sangat bermanfaat. Apa saja?
  • Tangan harus bersih. Penting banget namun sering terlupa. Kulit wajah sangat sensitive, jangan sampai tertular penyakit kulit. Selain itu ngga lucu juga jika wajah memerah karena tangan kotor bekas mengiris bawang dan cabai rawit. :D
  • Bersihkan wajah dengan seksama namun halus. Cleanser dibubuhkan di 5 titik wajah, pembersihan wajah dilakukan dengan gerakan memutar keluar. Bersihkan dengan tisu. Proses terakhir adalah dengan menggunakan toner yang telah dibubuhkan pada kapas.
  • Sekarang mulai deh menggambari  eh mendadani wajah. Dimulai dengan foundation yang harus dipulas merata karena merupakan penentu, apakah ingin wajah nampak cantik seperti Barbie atau sebaliknya.
  • Setelah itu eyeshadow, eyeliner, mascara dan terakhir adalah melukis alis dengan menarik garis simetris. Alis merupakan salah satu penentu seperti apakah wajah ingin ditampilkan. Galak? Ramah? Atau …

Terakhir adalah blush on, bedak dan lipstick. Hasilnya ini. Lumayan kan?


“Mendidik seorang perempuan, berarti mendidik bangsa”
Dan bagaimana seorang perempuan bisa mendidik anaknya jika tidak dibekali ilmu yang cukup. Perempuan pun harus bahagia, salah satunya dengan me time merawat dan mempercantik  diri.
Wardah sebagai inspiring beauty yang halal melengkapi kehidupan perempuan dengan earth, love dan life.
Elemen Earth, berdasarkan research laboratory Wardah hanya menggunakan  bahan-bahan alami untuk menciptakan produk kosmetik yang menjaga kecantikan alami perempuan Indonesia, sekaligus menjaga lingkungan dan alam.
Elemen kedua yaitu Love, secara berkelanjutan CSR Wardah berkiprah dalam wujud kepedulian dan saling berbagi dalam pengembangan dunia pendidikan, sosial, perempuan, kesehatan, dan bidang-bidang terkait lainnya.
Elemen ketiga, yang tidak kalah penting adalah elemen Life. Kehadiran Wardah ditengah-tengah masyarakat Indonesia secara konsisten terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan memberikan makna bagi orang lain.





Pernah mencoba rasa A***** brownies kukus yang terkenal dari Bandung? Nampaknya siapapun yang pernah beranjangsana ke Kota Kembang, pasti pernah membeli, minimal mencicipi rasanya.

Brownies kukus seperti itulah yang saya bayangkan ketika mendapat undangan launching Bolu Susu Lembang. Brownies kukus yang selama ini kita kenal lebih tepat disebut bolu, bukan brownies. Brownies harusnya lebih padat, bantat, sehingga acap disebut cake yang gagal.

Namun yang lebih membuat penasaran adalah pemilihan merknya yang Indonesia banget! Sungguh berbeda dengan berbagai merk cake artis yang akhir-akhir ini membanjiri kota-kota besar di Indonesia. Pemakaian istilah asing dan akronimnya membuat dahi mengernyit, dan timbul tanya: “Apaan sih itu? Makanan? Enak ngga?”

Beda halnya dengan kata bolu. Siapapun sepakat, bahwa bolu adalah kudapan berbahan baku tepung terigu, gula, dan telur. Agar empuk dan gurih, biasanya ditambahkan mentega atau margarine atau minyak goreng atau susu. Tak heran banyak yang menambahkan kata jadul dibelakang kata bolu.

Nampaknya bukan hanya saya yang penasaran pada bolu yang memiliki nama ‘biasa-biasa saja’ ini. Sesampainya saya di Ciwalk, jalan Cihampelas Bandung, ternyata sudah ada 2 antrian panjang dan mengular. Wow sungguh di luar dugaan!

Dan yang lebih membuat amat terbeliak, banyak pembeli yang memborong hingga beberapa keresek lho. Apakah karena nama kudapan bolu begitu familier, sehingga mereka tidak ragu? Bahkan Bolu Susu Lembang dinyatakan Sold Out, habis tandas pada jam 15.00. Padahal rencananya acara berlangsung hingga pukul 17.00. Berarti banyak pembeli yang pulang gigit jari. Tidak berhasil membawa pulang Bolu Susu Lembang.

Penasaran akan rasa Bolu Susu Lembang? Saya juga.  Sebagai anggota Blogger Bandung saya mendapat 2 boks Bolu Susu Lembang untuk dicoba, hayuklah kita unboxing cemilan Bandung yang sebentar lagi nampaknya bakal jadi oleh-oleh iconic ini.

Kemasan
Begitu menerima box persegi panjang ini saya terkesan akan pemilihan glossy paper yang menimbulkan efek mewah. Mirip kemasan coklat premium. Membuat saya ingin segera membuka dan menikmati isinya. Terlebih isi produk digambarkan dengan cerdas: potongan coklat yang yummy dan cairan susu nan sedap.

Bagian isi
lembaran penutup Bolu Susu Lembang

Wow, ada selembar kertas dengan logo Bolu Susu Lembang. Rupanya  Bolu Susu Lembang ingin mengurangi kemasan plastik agar ngga nyampah plastik. Lapisan kertas  justru membuat bolu ini nampak berkelas dan mahal. Padahal harganya cuma Rp 29.000.


Rasa
Harga murah, kemasan keren, bagaimana dengan rasanya? Dalam penjualan perdana ini baru 3 varian yang dijual yaitu rasa vanilla, rasa original dan  susu coklat. Kebetulan saya hanya sempat mencicipi 2 rasa, yaitu rasa original dan susu coklat.
Seperti apa? Cekidot:


Rasa original


bolu susu lembang rasa original

Semula saya pikir ini perpaduan vanilla dan coklat karena ada 2 layer, putih dan hitam. Ternyata bukan. Ketika mencoba layer putih tercecap rasa susu yang kuat. Gurih dan moist. Penyuka susu murni pasti akan terpuaskan.
Sedangkan layer coklat merupakan perpaduan bolu susu dan coklat yang banyak. Rasa coklatnya nampol pisan. Deudeuieun lah atau mau lagi dan lagi deh jika sudah mencicip bolu susu nan menyehatkan ini.

Susu coklat


Bolu Susu Lembang rasa susu coklat

Nampaknya Bolu Susu Lembang varian  ini akan menjadi favorit saya.  Karena seluruh bolu berwarna dan berasa coklat yang memuaskan penggemarnya.
Perbedaan lainnya dengan rasa original adalah lapisan tipis coklat ditengah bolu. Rasa coklatnya napol, manis dan sedikit mengeras. Membuat saya melupakan semangat diet karena makan lagi dan lagi.

Daya tahan
Penting banget nih soal daya tahan. Umumnya bolu yang dikukus hanya akan bertahan 3-4 hari, lebih dari itu berarti mendapat tambahyan zat pengawet. Ternyata Bolu Susu Lembang juga hanya bertahan 3- 4 hari dalam suhu ruang. Satu minggu jika disimpan di chiller dan awet hingga sebulan jika di freezer. 

Mewah. Demikian penilaian saya untuk keseluruhan Bolu Susu Lembang. Tidak hanya kemasan namun rasa bolunya sungguh tidak mengecewakan. Ada lapisan tipis di setiap bolu yang menurut manager Bolu Susu Lembang,  Syafei, merupakan elemen bolu yang mahal dengan resep rahasia.

Saya harus setuju dengan klaimnya. Karena belum pernah menemukan lapisan serupa pada cake’/bolu/brownies lain. Sehingga tidak bisa menebak.
Selain lapisan laziz nan mewah tersebut, setiap Bolu Susu Lembang mendapat topping keju yang banyak. Puas deh penyuka keju. Karena parutan keju memanjang ini benar-benar yummy.

Apalagi? Oh iya, rasa manisnya pas banget, ngga kemanisan. Manager Bolu Susu Lembang lainnya, Faizal mengatakan bahwa rasa manisnya sudah dipikirkan matang-matang agar penggemar Bolu Susu Lembang tidak terkena diabetes.

“Saya kehabisan”,  kata seorang perempuan setengah baya yang duduk disamping saya dalam perjalanan pulang dengan angkutan umum (angkot). Rupanya dia memperhatikan kegiatan saya menata kotak-kotak Bolu Susu Lembang yang terdesak diantara belanjaan lainnya.
“Wah, kok bisa?”, tanya saya.

“Iya, nyesel ngga berangkat pagi. Sesampainya disana malah nonton lomba menghias bolu susu. Ngga nyangka bakal keabisan. Padahal saya sengaja datang dari Cicadas”.

Wow, dari rumahnya  menyengaja  datang ke jalan Cihampelas hanya untuk membeli Bolu Susu Lembang? Nampaknya magnet Bolu Susu Lembang sungguh luar biasa. Perempuan di kiri saya juga bertanya, kok ngga lihat di Riau Junction, dia pingin beli.

Selain mereka, ada 2 perempuan lainnya di depan saya, nampaknya pegawai kantoran yang sedang istirahat makan dan ingin membeli Bolu Susu Lembang. Bahkan hanya dengan melihat kemasan, mereka sudah ingin beli, apalagi jika mengetahui harganya yang murah.Kepada mereka semua saya bagikan flyer tentang Bolu Susu Lembang (BSL)  yang dijual di outlet Mitra BSL yaitu:

  • Jalan Raya Bojong Soang nomor 108 B, Buah Batu
  • Jalan Jendral Amir Machmud nomor 218, Cimahi Utara
  • Jalan AH Nasution nomor 105, Bandung
  • Jalan Raya Jatinangor nomor 172
  • Jalan Malabar, Kosambi, Bandung.

Informasi lebih lengkapnya :
WA 08111500146
Instagram ; Facebook : bolulembang

Nah silakan hubungi dan nikmati kemewahan rasa ketika mencecap Bolu Susu Lembang. Bolu yang menyehatkan yang selalu mengingatkan akan Kota Bandung



Temu blogger selalu rame

sumber gambar: Dede Diaz Abdurahman


“Bapak-bapak MPR, where are you?”
Selama ini pertanyaan itu selalu berkecamuk dalam pikiran saya. Bukan tanpa sebab, anggota MPR merupakan  para pemegang tampuk lembaga tertinggi di Indonesia. Nampak jauh tinggi di awan. Tak terjangkau. Tugas mereka sungguh top of the top yaitu:
·         Mengubah dan juga menetapkan Undang-Undang Dasar
·         Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna. ...
·         Memberhentikan kekuasaan eksekutif, yaitu presiden dan juga wakil presiden dalam masa jabatan yang masih berjalan.
Bayangin, MPR lah yang bisa melantik dan memberhentikan Presiden. Sementara Presiden sendiri sosok yang sulit dijangkau. Dikelilingi paspampres yang siap memarahi kalo kita berani mencolek-colek presiden. Walah ngapain juga keisengan nyolek presiden ya? :D
Tak berlebihan jika saya merasa surprise akhirnya bisa bertemu Ketua MPR dalam acara Gathering Netizen MPR dan BloggerBdg, pada tanggal 11 Desember 2017 di Ballroom Hotel Aston Tropicana.
Acaranya pun santai. Beberapa kawan blogger berkisah bahwa dalam acara gathering sebelumnya, ada penjelasan mengenai 4 pilar. Cukup berat hingga memerlukan waktu berjam-jam.
Kali ini berbeda, Ketua MPRRI, Zulkifli Hasan, yang hadir bersama Sekretaris MPRRI,  Ma’ruf Cahyono, mempersilakan kami, para netizen untuk curhat.
Waw curhat?  Mau…mau …. :D
Tentu saja, seperti kita ketahui, anggota MPR adalah sosok yang sama dengan anggota DPR, yaitu wakil rakyat yang menjalankan aspirasi rakyat dalam bentuk undang-undang/regulasi.
Nah regulasi ini yang saya tanyakan. Kok undang-undang nomor 18 tahun 2005 tentang pengelolaan sampah ngga dijalankan? Terbukti masalah sampah belum pernah tuntas hingga sekarang. Pemerintah masih saja melaksanakan cara “kumpul, angkut, buang” sampah. Padahal luas bumi terbatas, sementara penduduk bertambah banyak. Kelak, manusia akan  rebutan lahan dengan sampah dong ya? Mengapa pemerintah tidak dijewer?
Dannnn…..
Pak Zulkifli rupanya amat menguasai lapangan. Beliau bertanya pada audience: “Siapa yang bertanggung jawab mengurus sampah?”
Rata – rata menjawab Dinas Kebersihan dan pemerintah dong ya.
Hingga pak Zulkifli memberi  2 opsi. “Pemerintah atau kita?”
Hehehe akhirnya sadar deh, itu pertanyaan jebakan. Karena jawabannya tentu saja adalah “kita”.
Yah, manusiawi banget ya? Menyalahkan orang lain atas problem yang penyebabnya adalah ulah kita. Contohnya ilustrasi ini nih. Pas banget bukan?


Tidak hanya masalah sampah, problem yang lainpun disinggung pak Zulkifli dengan pernyataan: “Jika semua diserahkan pada pemerintah maka masalah ngga akan kelar-kelar”.
Wow, memang sebaiknya kita instropeksi diri dulu sebelum mengkritik pihak lain. Masalah kelangkaan gas 3kg, misalnya. Harusnya ditanyakan pada hati nurani: “Apakah saya termasuk golongan masyarakat miskin hingga harus  menggunakan gas subsidi pemerintah?”
Jika kita tidak termasuk golongan miskin dan tidak menggunakan tabung gas 3 kg, bukankah ada solusi bahan bakar lainnya. Kompos listrik misalnya. Atau gas alam dari PGN. Dan yang terbaru adalah kompor berbahan baku gas metan, hasil pengolahan sampah organic
Acara  curhat dengan pak Zulkifli terasa begitu singkat. Waktu  terasa berhenti berputar. Tentunya kami para netizen sangat berharap di tahun-tahun mendatang akan bertatap muka lagi dengan Ketua MPR, baik bapak Zulkifli maupun Bapak Ketua MPR lainnya.
Selain itu, alangkah menyenangkan jika  MPR lebih down to earth dan  mendekatkan diri dengan warga melalui:
Surat Dari Rakyat
Bertemu hanya setahun sekali tentunya terasa amat kurang. Banyak warga memiliki sejuta pernyaan dibenaknya. Seperti saya :D
Betapa menyenangkan jika setiap warganegara memiliki kesempatan untuk bertanya, mengajukan usul, mengucapkan selamat atau apapun, mirip layaknya anak terhadap bapaknya. Atau lebih tepatnya, rakyat pada wakilnya.
Surat berupa SMS, tulisan di kertas/kartu pos via pos tersebut akan sangat indah jika bisa dikirimkan ke “rumah kebangsaan” yang digagas MPR. Satu rumah dimana kebangsaan dirajut kuat dengan ideologi Pancasila, UUD 1945,  Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Muncul di TV
Hanya mengirim surat, rasanya kurang afdol jika tidak dibaca dan dikomentari. Tentunya tidak semua. Silakan dipilih secara acak. Dan warga bisa menontonnya dengan berdebar di stasiun televise, entah TVRI atau stasiun tv swasta.
Pastinya acara membaca surat oleh salah satu Ketua MPR, akan membawa angin segar bagi perubahan acara televisi  yang lebih berkualitas. Sudah terlalu banyak sinetron, dan acara gossip bersliweran di televisi. Perlu reformasi agar penonton menjadi lebih cerdas.
Website yang humanis
MPR memiliki website yang begitu kaku. Mengingatkan akan rumah kuno yang dingin, menakutkan dan jauh dari rasa nyaman. Mengapa tak dibuat humanis dan dinamis dengan mengisinya dengan aliran twit bapak-bapak Ketua MPR?
Atau menyisipkan rubrik yang berisi tulisan-tulisan pendapat warga tentang MPR? Atau mengenai aktivitas warga yang bersinggungan dengan MPR? Atau bahkan sekedar curhat?

dok. Ali Muakhir

Yang telah dilakukan MPR dengan membuka pintunya, harus diacungi jempol. Agar warga merasa diayomi. Agar yakin suaranya didengar dan terwakili. Atau bahkan seperti yang terjadi di acara Gathering Netizen MPR yang baru lalu, warga pun harus introspeksi, jangan asbun.
Akhir kata, terimakasih Bapak Zulkifli Hasan dan jajarannya. Terimakasih telah datang ke Bandung dan mendengar curhat kami. Terimakasih telah datang ke dunia kami dan meyakinkan kami bahwa hanya dengan ideologi Pancasila, maka semua masalah akan terselesaikan. Dan kita akan menjadi bangsa yang maju yang patut diperhitungkan di dunia, terlebih di ASEAN.




Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
  • 5 Cara Cerdas Bekali Anak Agar Siap Menghadapi New Normal
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun

Featured Post

Hyena, Tentang Kisah Cinta Tom and Jerry

Hyena (Drama Korea) Tentang Cinta Tom & Jerry  Tom & Jerry, pasti familier dengan kisah mereka bukan? Tom, si kucing selalu berantem...

Categories

  • lifestyle 194
  • review 114
  • drama korea 81
  • kuliner 75
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 36
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (13)
    • ►  January (13)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ▼  2017 (53)
    • ▼  December (9)
      • My Resolution is Urban Farming Ala Michelle Obama
      • Belajar Food Photography yang Ngeri – Ngeri Sedap
      • Ada Anak Berwajah Cemong di Mother’s Day Gathering...
      • Kemewahan Rasa Dalam Satu Gigitan Bolu Susu Lembang
      • Bapak MPR, Selamat Datang di Dunia Kami
      • Moms, Yuk Ajak Keluarga Bikin Chicken Nugget dan K...
      • Me Time vs Kerja, Kerja, Kerja
      • Jalan Aspal Berbahan Baku Limbah Plastik, Inovasi ...
      • Sudahkah ZISWAF Menjadi Gaya Hidupmu?
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates