![]() |
bubur Kampiun |
Sedang
beranjangsana di Kota Bandung? di bulan Ramadan ini jangan lewatkan kesempatan
menikmati kuliner dadakan di sepanjang Kota Bandung. Dikatakan dadakan karena
hanya dapat ditemui di bulan puasa. Bermodalkan
meja seadanya mereka menggelar dagangan di sepanjang jalan-jalan strategis dan
kawasan pemukiman.
Selain penjual dadakan, ada pula pedagang yang
mengubah barang jualannya, menyesuaikan dengan minat pembeli. Pedagang ketupat
tahu misalnya menjadi pedagang kolak. Sedangkan pedagang seblak di dekat
pemukiman saya tinggal , mengubah dagangannya menjadi gorengan seperti tahu isi,
bala-bala/bakwan, pisang goreng dan kroket.
Seperti apa
kudapan yang mereka tawarkan? Cekidot.
![]() |
gorengan |
1.
Gorengan
“Siapa yang
buka puasa dengan gorengan seperti saya”tanya AHY dalam salah caption Instagramnya
ketika belum maju ke gelanggang pilkada DKI. Tentunya dengan tebar pesona ala
AHY. Yang menarik ibu Ani Yudhoyono ikutan komen : “Jangan lupa minum air putih
yang banyak”. Duh sweet memo ^^
Lha kok jadi
ngomongin AHY dan memonya. Ghibah ngga ya? ^^ Tapi gorengan memang menarik
untuk dibahas. Beberapa status di facebook memuji komoditas ini laris manis
tanjung kimpul, membuat saya mulai memperhatikan jualan yang menurut saya biasa-biasa saja, hingga bertemu
penjual gorengan yang menyertakan sambal kacang.
“Cuma di
bulan puasa saya menjual ini”, kata si teteh yang menjual gorengan dibantu
suaminya. Di hari biasa, dia menjual nasi kuning. Sedangkan khusus bulan Ramadan, dia berjualan kolak,
asinan dan gorengan bersambal.
Apa saja
jenis gorengan yang dijualnya? Banyak sekali, ada pisang goreng, tahu goreng,
tempe goreng, cireng dan bala-bala.
Selain pisang goreng, semua gorengan boleh dicocol dulu ke sambal kacang
sebelum dinikmati, dan rasanya sungguh
berubah. Hummm …. yummyyyy
![]() |
asinan |
2.
Asinan.
Walau
merupakan daaerah asal rujak, jarang sekali menemukan penjual asinan sayuran di
Kota Bandung. Tidak demikian halnya di bulan Ramadan, hampir di setiap pelosok
ada penjual asinan. Bermacam sayuran seperti kol, mentimun dan buah-buahan
(jambu, nenas, bengkuang) diserut atau diiris tipis-tipis kemudian direndam
dalam larutan asam jawa, gula merah, cabai, cabai rawit dan kacang tanah goreng
yang telah digerus.
Disajikan
dengan taburan kacang merah. Rasanya? Asam, manis dan pedas yang menyegarkan, terlebih jika disimpan dulu di lemari es. Sayangnya kebanyakan penjual membuat asinan
secara dadakan, tidak dibuat dulu sehari sebelumnya dan masuk lemari pendingin.
Alasannya karena ingin menyajikan asinan yang fresh, juga lemari es mereka
tidak mampu menampung asinan yang demikian banyak.
![]() |
kerupuk berbumbu |
3.
Kerupuk berbumbu
Jujur, saya
baru mencoba jajanan ini di bulan puasa tahun ini. Semenjak tahun lalu jajanan
ini sungguh menggoda. Kerupuk aci berwarna kuning yang kerap menjadi teman asinan
dan kerupuk pink ngejreng yang sering
ditangkupkan pada sepiring lotek-lotek atau gado-gado, disini dinikmati dengan
saus oncom. Sebetulnya agak sulit dinamakan saus karena bentuknya encer,
terbuat dari bawang merah, bawang putih, cabai, cabai rawit, gula, garam, oncom
yang dicincang kasar dan taburan daun bawang.
“Terserah
aja cara makannya sih, bisa dicocol atau diojaykeun”,
kata si teteh penjual kerupuk berbumbu. Yang dimaksud diojaykeun adalah disuruh berenang, jadi kerupuknya disuruh
berenang dalam cairan saus oncom. Ah si teteh mah aya-aya wae. Penasaran dengan
promosi si teteh membuat saya membeli kerupuk kuning yang dihargai Rp
1.000/buah dan kerupuk pink ngejreng Rp 1.500/2 buah.
Awalnya
saya coba makan kerupuk sambil dicocol ke saus oncom. Hmm….kurang menggigit.
Akhirnya saya remuk kasar (tidak terlalu kecil potongannya) hingga menjadi
gunungan kerupuk di mangkok, kemudian siram saus oncom diatasnya. Nah sekarang
rasanya barulah ,….. endes pisan…maknyuuss pokona mah ^^
![]() |
kolak kampiun |
4.
Kolak Kampiun
Nah kalau
yang ini hanya ada di rumah makan Padang “Sari Bundo”. Ada 2 di Bandung yaitu
di jalan Merak dan jalan Taman Pramuka.
Dikedua rumah makan itu kolak kampiun sudah bisa dibeli dan dibawa pulang sejak
jam 15.00, karena mereka tidak menerima pembeli yang makan di tempat kecuali
waktu Magrib, waktu berbuka puasa tiba.
Apa sih
kolak kampiun yang hanya dijual di bulan Ramadan? Hasil searching menyebutkan bahwa di daerah asalnya dinamakan bubur
kampiun. Merupakan kreasi nenek penjual bubur bernama Amai Zola yang mengikuti
lomba kreasi membuat bubur tanpa persiapan apa-apa. Karena itu sang nenek
memasukkan bubur-bubur yang tidak habis dijualnya dalam beberapa mangkok untuk
dicicipi juri. Tak disangka, bubur kreasi dadakan berhasil memenangkan perlombaan. Ketika ditanya, apa
nama buburnya? Dengan spontan sang nenek menjawab bubur Kampiun (Champion),
nama yang digunakan hingga kini.
Di Kota
Bandung, bubur yang terdiri dari ketan hitam, ketan putih, bubur sumsum,
potongan roti, kacang hijau dan kolak ini dinamakan kolak kampiun. Mungkin karena menonjol bentuk kolaknya ya? Entahlah,
yang pasti bubur ini enak banget, bahkan gurih santannya sangat menyolok,
membuat saya tidak bisa meneruskan makan makanan berat karena terlanjur
kenyang.
Pastinya
masih banyak kudapan khas Ramadan di Bandung yang belum saya ketahui sehingga
belum masuk postingan ini. Mungkin teman-teman bisa menambahkan?
semua foto milik pribadi
Terjemahan
bebas:
Aya-aya wae
: ada-ada saja
Endes pisan
: enak sekali
Saya penanasaran dengan kerupuk berbumbu itu mbak....kalau di daerah pantura ( Tegal, Brebes, Pkl, dan Purwokerto) biasanya hanya dibuat temen soto, lotek, nasi lengko dsb jadi tidak berdiri sendiri menjadi menu tersendiri...
ReplyDelete