Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us




Terkadang sulit sekali melaksanakan suatu keputusan yang baik.  Banyak halangan untuk memulainya. Misalnya ingin diet gula, eh kita malah banyak-banyak makan ice cream. Atau ingin mulai menabung untuk masa depan, eh malah tergoda membeli barang konsumtif. Agar tercapai, kita harus bersiasat dengan mencari  “teman”. Bisa siapa saja, dan dimana saja,  karena tujuannya justru untuk diri sendiri. Membicarakannya  dengan “teman” tersebut berguna mengingatkan diri kita secara terus menerus, syukur-syukur mendapat tambahan input atau kasus si “teman” bisa menjadi motivasi. Asyik, bukan?

Salah satu teman yang sering saya ajak ngobrol dan diskusi adalah supir angkutan umum (angkot). Karena kemanapun saya pergi selalu mengandalkan layanan transportasi publik ini. Untuk mengusir kebosanan akibat macet atau perjalanan jauh saya sering mengobrol banyak hal dengan mereka, dan jawaban-jawaban mereka  sering amazing. Berikut ini salah satunya: 



“Saya ikut arisan bu, sehari Rp 10.000, lumayan lah kalo kekumpul kan bisa untuk uang muka sepeda motor”, kata pak Asep.
Pak Asep seorang sopir angkutan umum (angkot) yang ramah yang kerap saya temui dalam perjalanan pulang/pergi dari  rumah. Dan untuk kesekian kalinya saya melihat dia memberikan sejumlah uang sambil bercanda dengan si penerima. Kuatir terkena pungli, sayapun memberanikan diri menanyakan tujuan pemberian uang tersebut.

Wow, ternyata bukan pungli tapi uang iuran untuk organisasi yang mengayomi mereka serta uang arisan. Uang arisan inilah yang membuat saya terpana, ternyata seorang sopir angkot bisa  menabung Rp 10.000/hari.
“Mang, kalo Rp 20.000 per hari bisa ngga?”
“Ya sebetulnya bisa, nanti mungkin saya mau ambil Rp 20.000 seharinya. Teman-teman banyak yang ngambil 2 atau 3, jadi tiap hari setor 20 ribu atau 30 ribu, narik arisannya bisa 2-3 kali.

Penjelasan supir angkot ini sangat menarik karena itu saya mencoba menanyakan beberapa hal lagi dan mencoba menyimpulkan:


  • Sebetulnya dia bisa menabung Rp 20.000/hari atau sekitar 500.000/bulan karena menurut penuturannya dia bekerja 25 hari-30 hari setiap bulannya.
  • Tujuan dia arisan hanya untuk mengumpulkan uang agar bisa membayar uang muka sepeda motor, seperti yang dimiliki teman-temannya, atau pembelian konsumtif. 
  • Memilih mengumpulkan uang secara konvensional yaitu arisan yang berarti tidak memiliki  kelebihan manfaat apapun. Jika terjadi sesuatu pada mereka, uang yang diterima hanya sebesar yang  berhasil dikumpulkan.
  • Pak Asep enggan menabung di bank karena takut habis untuk membayar biaya bunga (tentu maksudnya adalah biaya administrasi).
  • Investasi yang diketahuinya emas, tanah dan  deposito. Pak Asep hanya tertarik pada emas karena mudah dicairkan.
Sementara itu pak Asep harus memiliki:


  • Tabungan hari tua, simpanan  apabila terjadi kemalangan yang tidak diinginkan tapi tidak bisa dihindarkan seperti  meninggal, sakit kronis dan cacat tetap.
  • Tabungan untuk pendidikan anak, ketiga anaknya masih duduk di bangku SD dan SMP. Sementara biaya pendidikan mengalami inflasi 10 – 20 %.

Ironi seperti inilah yang banyak terjadi di masyarakat. Berjuta-juta jumlahnya. Seperti pemilik warung, pemilik kios  di pasar, pemilik toko kelontong, sebetulnya mereka bisa menyisihkan anggaran untuk masa depan, terlebih  di waktu-waktu tertentu mereka mendapat rejeki yang lumayan.  Sayang,  akibat  sedikitnya informasi mengenai pengelolaan uang secara bijak, banyak diantara mereka menghabiskan penghasilannya untuk barang konsumtif. 

Padahal jika sebagian uangnya ditabung dan diinvestasikan  maka biaya pendidikan anak-anaknya akan terjamin. Di usia pensiunpun mereka bisa hidup nyaman tanpa harus ngoyo bekerja demi sesuap nasi. 

Berbekal  ilmu merencanakan keuangan bersama Sun LifeIndonesia yang menghadirkan pakar keuangan, Safir Senduk, saya mulai berhitung bersama pak Asep. 

Penghasilan:
Penghasilan  bersih per hari setelah dipotong uang setoran, uang bensin, uang makan sebesar  Rp 100.000 bersih. Ditambah penerimaan bersih istrinya sebagai asisten rumah tangga sebesar Rp 25.000, maka total Rp 125.000 merupakan take home pay ( total penghasilan bersih )pak Asep.

Pengeluaran:
Pengeluaran terbesar umumnya untuk jajan dan biaya transport anak. Listrik , air dan biaya fasilitas umum lainnya patungan bersama keluarga mertuanya. Sehari-hari istrinya mendapat lauk pauk dari majikan sehingga bisa mengirit. Total pengeluaran kurang lebih Rp 65.000 – Rp 75.000.
 Jadi sisa  penghasilan per hari : Rp 125.000 – Rp 75.000 = Rp 50.000
Kelebihan uang inilah yang biasanya kurang jelas pos pengeluarannya sehingga seharusnya bisa dibagi dalam 2 pos anggaran:
Rp 30.000 (ditabung di bank karena sewaktu-waktu bisa diambil) + Rp 20.000 ( disimpan dalam lembaga asuransi untuk menjamin kebutuhan keuangannya  10 tahun mendatang)  = Rp 50.000 (total).

Saya memberitahu pak Asep bahwa sesuai ketentuan Bank Indonesia, setiap bank harus memiliki program “Ayo Menabung di Bank”. Program menabung yang nyaris sama dengan program asli bank bersangkutan, bedanya bebas biaya administrasi, nasabah tidak memiliki kartu ATM dan maksimal penarikan tunai hanya Rp 1 juta/hari.
Rupanya  fasilitas “Ayo Menabung di Bank” membuat  Pak Asep  tertarik dan antusias karena ingin mengumpulkan uang untuk membeli emas. Sebenarnya sudah lama dia gundah, antara ingin membeli sepeda motor atau emas sebagai investasi. Menurut Safir Senduk, pembelian tersebut harus produktif, apakah ingin sepeda motor untuk mengojek atau ingin membeli emas yang nilainya akan bertambah tinggi



Berikutnya saya mencoba menerangkan tentang asuransi. Umur pak Asep  41 tahun, sudah tidak muda, memiliki 1 istri dan 3 orang anak yang berusia 13 tahun, 8 tahun dan 5 tahun. Berarti 10 tahun lagi dia membutuhkan simpanan dana cukup banyak,  baik untuk biaya pendidikan, biaya pernikahan anak, atau bahkan jika rezekinya mencukupi bisa digunakan untuk ibadah haji.

Pak Asep  bisa mengalihkan uang arisannya agar terkumpul di bank dengan tujuan asuransi.  Kalkulasinya sebagai berikut:   25 x Rp 20.000 = Rp 500.000/bulan. Uang sebesar itu bisa digunakan untuk membayar premi setiap bulannya.  

Apa saja keuntungan yang didapat pak Asep? Tergantung jenis asuransi yang diambil tapi umumnya memberikan yang dibutuhkan seorang kepala keluarga yaitu uang pertanggungan. Misalnya pak  Asep mengambil uang pertanggungan Rp 100 juta maka jika meninggal keluarga pak Asep akan menerima uang tersebut sehingga anak-anak bisa terjamin sekolahnya.
Juga apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan cacat tetap, dan pak Asep tidak bisa menekuni profesinya, maka ia  akan menerima Rp 100 juta,  sehingga pak Asep  bisa tenang menjalani hari demi hari.

“Apakah uangnya nanti gampang diambil?” Pertanyaan ini acap menjadi momok warga masyarakat. Terlebih seperti kata pak Asep, ada  tetangga yang sulit sekali mencairkan polis,  dia harus menyertakan kartu keluarga dan berbagai surat keterangan lainnya.
Saya mencoba menjawab, bahwa surat-surat dibutuhkan untuk memproteksi nasabah. Lha  jika polis terselip hilang dan diklaim oleh orang yang tidak bertanggung jawab gimana? Karena itu dibutuhkan surat-surat lengkap agar uang pertanggungan diserahkan pada orang yang benar-benar berhak.

Saya juga menganjurkan pada pak Asep agar memilih perusahaan asuransi yang sudah teruji. Contohnya Sun Life Indonesia yang merupakan bagian dari Sun Life Finacial Inc. perusahaan jasa keuangan terkemuka di dunia  yang didirikan tahun 1865 di Toronto, Kanada dan telah beroperasi di seluruh dunia.
Tak terasa perjalanan jauh dari Caringin ke Dago terlewati. Sungguh tidak terduga, berbincang-bincang tidak hanya menghilangkan kebosanan perjalanan, juga bisa berbagi sedikit  pengetahuan. Mungkin pak Asep belum bisa mengambil keputusan dengan cepat, tapi setidaknya dia tahu bahwa dirinya punya banyak pilihan untuk merencanakan masa depan. Terlebih jika dia mau berbagi dengan rekan-rekannya tentang kemungkinan itu.
Semoga.



ilustrasi gambar : kaskus.co.id, baltyra.com,guzryant.com




 
Bunga Bangkai (Tahura Ir. H. Djuanda) dan Eco Camp

Banyak sekali tempat rekreasi yang very very recommended di kota Bandung. Baik milik pemerintah maupun yang dikelola swasta. Tapi dari sekian banyak, saya menyarankan 3 tempat  yang tidak hanya menyenangkan tapi juga bisa nambah pinter, sehat dan bakal semakin mencintai bumi Indonesia.
Kenapa? Banyak alasannya ….. yuk cekidot: 

Eco Camp

Ecocamp
Terletak di  jalan Dago Pakar barat nomor 3, Ecocamp bukan destinasi mainstream  dimana pengunjung akan menemukan sekedar patung gajah dan memetik strawberry…. ;) Tapi lebih dalem yaitu kita belajar bahwa ternyata bisa lho kita memasak dari hasil panen kebun sendiri . Bisa lho kita ngga tergantung PLN karena ada solar sel (energi matahari). Bisa lho menyimpan air hujan dan air sumur. Sehingga bisa berhemat dan ngga usah ngerasain krisis air, krisis energi dan krisis pangan. Bahkan cara mengelola sampahpun bisa kita pelajari  disini.
Tentunya harus pesan tempat sebelum datang, tapi gampang kok silakan reservasi  dengan mengklik websitenya  atau bisa lihat akun facebook dan twitternya  atau emailnya, ini dia : eco.learningcamp@yahoo.co

 Waktu itu saya kesana dalam rangka pertemuan peta persampahan , dan langsung betah bukan saja disebabkan bangunannya yang beratap tinggi terbuat dari  bambu sehingga sejuk dan  enggan pulang. Tapi juga karena makanan yang tersedia yang bikin terheran-heran,  bebas daging, bebas tambahan zat perasa, bebas dari zat pewarna, tapi enak bangetttsss .

Untuk makan siang disediakan sup, sayuran, sambal goreng kentang daaaannnn…… saya pikir daging ayam lho, ternyata jamur goreng tepung yang mirip banget dengan fried chicken. Mirip banget. Rasanya kurang lebih sama, daging ayam (khususnya bagian fillet) kan ngga ada rasanya, kecuali ayam kampung lho ya. Sayang saya lupa motret, keburu kesengsem sih  :)

Dari brosur yang saya baca, siapapun bisa lebih intensif gimana cara hidup ramah lingkungan, sehingga tidak hanya tubuh menjadi sehat tapi juga menumbuhkan 7 kesadaran ekologi yaitu hidup yang berkualitas, memiliki harapan tinggi, sederhana, hemat, mempunyai semangat berbagi, peduli dan bermakna. Wuizzz kerennn ….. :)

Sebagai  gambaran salah satu programnya adalah  From Garden To Plate. Peserta diajak ke kebun organic Eco Camp, memetik sayuran yang sudah siap panen secukupnya, kemudian masak bareng.  Beragam menu diajarkan mulai sate jamur, rawon jamur, ca buncis cingcang, wah bukti  bahwa manusia amat sangat kreatif ya?
Usai dari Eco Camp, saya mengajak ke:

Bumi Herbal Dago

Bumi Herbal Dago.
Begitu masifnya budaya instan, menyebabkan  kita lupa bahwa pada jaman baheula, tatkala profesi dokter belum dikenal luas, nenek moyang kita menngonsumsi  tanaman herbal sehingga tubuh mereka tidak mudah terserang penyakit.
Nah, di Bumi Herbal Dago yang terletak di jalan  Bukit Pakar Utara, Kampung Neglasari, Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Bandung di tanah seluas 8 hektar kita bisa melihat dan belajar tentang 250 jenis tanaman herbal. Juga mencoba lotek rasa unik karena sayuran kangkung, kubis diganti pagagan, sambung nyawa dan tanaman khasiat lainnya. Trus nyruput teh manis segar dari bunga rosella yang bermanfaat sebagai sumber antioksidan dan menurunkan tekanan darah. Hmmm ….. sedapppp 
Apa saja fasilitas yang tersedia?


  • Wisata Edu Herbal. Disediakan untuk semua kalangan, pengunjung bisa berkeliling kebun, menikmati pemandangan dan mendapat pengetahuan tentang berbagai tanaman obat.  Mulai dari pengenalan tanaman, khasiat yang dikandung, hingga proses pengolahan tanaman

  • Green house. Semua tanaman introduksi awalnya di semai disana. Selain itu tanaman dalam negeri yang rentan terhadap iklim & keadaan tanah di dataran tinggi juga diamati pertumbuhannya di green house

  • Laboratorium. Tanaman pilihan yang berpotensi untuk diolah menjadi produk jadi akan melalui serangkaian uji coba di laboratorium ini . Output yang dihasilkan antara lain adalah teh herbal, pangan fungsional atau minyak atsiri.

  • Kedai Bumi Herbal. Pengunjung tidak hanya bisa mencicipi makanan dan minuman sehat berbasis tanaman obat yang tumbuh di Bumi Herbal, juga bisa membeli membeli bibit tanaman obat dan produk simplisia.


makanan dan minuman herbal



 Yang ketiga adalah: 


Taman Hutan Raya Ir Djuanda

Atau sering disebut Tahura Ir. Djuanda. Menurut saya ini tempat yang teramat lengkap ….. kap….., banyak spot yang menarik disini yaitu  Monumen Ir. H. Djuanda, Museum Ir. H. Djuanda, Curug Dago, Curug Lalay, Curug Omas, Goa Belanda, Goa Jepang, Prasasti Batu Raja Thailand, Tebing Keraton,  jogging track ke Maribaya, dan Patahan Lembang.
Wah rasanya waktu seharian kurang deh untuk menjelajah di lahan seluas 526,98 hektar ini. maklum taman ini merupakan taman terbesar yang dibagun pemerintah Hindia Belanda, dan dulu bernama Hutan Lindung Gunung Pulosari. Pada  tahun 1963 berubah namanya menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda untuk menghormat jasa-jasa Ir. Djoeanda Kartawidjaya.
Tidak hanya berwisata sejarah dan alamnya tapi kita juga bisa belajar tentang keanekaragaman hayati disana. Klik dulu deh web Tahura Ir. Djuanda maka akan bertaburanlah informasi tentang Monyet Eko Panjang, Rusa, Burung Elang, Burung Kutilang, Burung Kepodang, Ayam Hutan, Mahoni Uganda, Bunga Bangkai, Cemara Sumatera, Meranti, Pohon Sosis, Eucalyptus …… dan masih banyak lagi. Jika beruntung kita bisa melihat bunga bangkai berbunga. Asyik ya?
 
bunga bangkai dan prasasti di Tahura
Ups udah banyak ini, harusnya emang satu destinasi aja, bukan tanpa sebab saya menulis tiga. Semula hanya mau merekomendasikan Eco Camp, tapi harus reservasi, duh kalo ngga bisa sementara udah pingin banget jalan ke Bandung, nah ada 2 tempat lainnya yang bisa dibuka-buka dulu web-nya sebelum ambil keputusan. Oke kan?  
sumber foto:
- dokumen pribadi
- Gustaff Hariman Iskandar (bunga bangkai)
- Eco Camp
- Bumi Herbal Dago
- Tahura Ir. H. Djuanda

Newer Posts Older Posts Home

Pageviews last month

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Dating in the Kitchen, Saat Paman Jatuh Cinta Pada Keponakan
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Roti Susu Kental Manis, Gampang Bikinnya Legit Rasanya

    Saya sedang mengudap roti susu kental manis (SKM), lho. Sambil ngetik tulisan ini, ada secangkir kopi kental dan seloyang roti sisir...

Categories

  • lifestyle 193
  • review 111
  • drama korea 78
  • kuliner 74
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 35
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (8)
    • ►  January (8)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ▼  2015 (25)
    • ▼  October (1)
      • Yuk Bijak Kelola Uang Untuk Masa Depan Yang Lebih ...
    • ►  September (14)
      • Nirwana di Kota Bandung
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates