Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us


“Bu, nanti sore ikutan ya?” tanya Elsa, salah satu admin Kompasiana.

Yang dimaksud ikutan adalah turut serta dalam obrolan Kompasiana TV.

Kompasiana punya TV?

Hihihi iya, tapi gak lama.  Cuma beberapa bulan, paling lama setahun deh, dan hanya tayang Senin – Jumat pukul 20.00 dengan motto “Esensi bukan Sensasi”

Isinya bincang-bincang dengan topik tertentu yang dipandu Cindiy Sistriyarani,  narasumber dan Kompasianer, sebutan untuk kontributor Kompasiana.com.

Acara yang berlangsung di tahun 2014 tersebut menggunakan Google Hangout. Beberapa orang admin yang terlibat selain Elsa adalah Nindy dan Yacob. Kevin Kevinalegion merupakan admin yang lebih banyak membantu teknis lapangan.

Karena banyak Kompasianer,termasuk saya, yang gaptek. Udah jelas judulnya Google Hangout, harusnya masuk dengan Google Chrome kan ya? Lha saya malah pakai Mozilla. Mungkin diseberang sana Kevin udah keluar tanduknya. :D

Bincang-bincang biasanya seputar kejadian yang sedang trend. Nah, berhubung saya banyak mengulas tentang sampah, saya sering diundang ikut mengomentari mengenai lingkungan hidup.

Dimulai Cindy yang melempar beberapa pertanyaan pada narasumber, ditutup komentar dari Kompasianer. Komentar atau pertanyaan inilah yang biasanya menjadi diskusi lanjutan antara Cindy dengan narasumber.

Mengapa Kompasiana TV tutup?

Nampaknya karena nggak berjalan mulus. Mungkin penggagasnya ingin membuat acara semenarik Indonesian Lawyers Club (ILC) yang sanggup menyedot banyak iklan.

Yup iklan berkorelasi dengan rating, dan rating tinggi terjadi akibat animo penonton terhadap tontonan tersebut. ILC dengan Karni Ilyas dan “narasumber” yang penuh kontroversial, jelas tak mudah ditiru, apalagi dikejar ratingnya.

Terlebih tampilan Kompasianer yang diharapkan “garang” seperti tulisannya, ternyata tidak bisa seperti itu. Kelemahan lainnya, lampu di lokasi Kompasianer jelas sangat jauh dibandingkan lighting studio.

Tik tok yang dilakukan Cindy juga kerap membingungkan. Pernah Mas Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet), COO Kompasiana.com (dulu),  yang berperan sebagai Kompasianer, meninggalkan lokasi karena jengkel. :D

Ah gara-gara work from home,  jadi bernostalgia deh dengan Kompasiana TV dan pengalaman menggunakan Google Hangout.

Beruntung dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, banyak aplikasi bermunculan untuk membantu mereka yang memutuskan bekerja dari rumah atau terpaksa #diamdirumah gara-gara pandemi Covid-19.

Nah Google kini punya Google Hangout Meet yang pastinya semakin canggih dan kerap diadu dengan zoom, aplikasi meeting yang mudah namun konon kerap “bocor” dan data penggunanya dibajak.


Google Hangout Meet

Apa itu Google Meet?

Merupakan platform yang cocok untuk bisnis, yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan nomor telepon untuk mengakses rapat, sehingga memudahkan pengguna dengan koneksi internet yang lam

Berbeda dibandingkan aplikasi pesan hangout pada umumnya, Google Hangout Meet bisa dimanfaatkan untuk menampung hingga 250 orang dan bisa juga menyiarkan live stream hingga 100 ribu penonton.

source:stackshare.io

Baca juga: AtasiStress Dengan 5 Hobi Penghasil Uang Ini, Yuk Coba!


Zoom                            

Apa itu Zoom?

Salah satu aplikasi video conference yang menyediakan sejumlah fitur yang memungkinkan yang pengguna  menggelar rapat secara online.

Salah salah satunya adalah fitur share screen. Dengan fitur ini, pengguna Zoom dapat membagikan tampilan desktop atau ponsel pribadi mereka kepada pengguna lainnya.

Dengan jumlah user maksimal bisa mencapai 1,000 partisipan, fitur ini sangat berguna untuk melakukan presentasi di hadapan pengguna Zoom lainnya secara online.

Ada pengalaman menarik menggunakan Zoom. Seorang teman bersikeras mengajak saya untuk melihat presentasi yang katanya punya “prospek bagus”. Naga-naganya sih saya udah bisa menebak, pasti skema piramida yang berujung money game.

Sebab, jika yang ditawarkan adalah MLM seperti Oriflame atau Amway, pasti jelas nama produknya. Ini sih cuma bilang bahwa produknya aplikasi digital payment, yang berpotensi membesar seperti Ovo, Gopay, dan seterusnya.

Wow, tambah curiga deh saya. ^_^

Sang teman wanti-wanti saya harus menggunakan baju rapi. Jangan bolong-bolong dan rebahan. Juga nggak boleh makan minum selama acara berlangsung.

Namun ditengah presentasi saya udah merasa bosan, terlebih setelah saat pembawa materi mengatakan beli starter kit sekian juta rupiah akan menghasilkan sekian juta rupiah per minggu, disusul banyak peserta yang bilang “top”, “hebat”, duh serasa lihat tukang obat di pinggir jalan.

Hari gini masih ada tukang obat nggak ya?

Ya kurang lebih begitulah, teknologi komunikasi dipakai banyak pihak. Baik untuk keperluan positif maupun merayu mangsa.

Baca juga: Vampire Money Game, Memangsa Korban Dengan Rayuan Maut

Kembali kei Zoom, konon aplikasi ini nggak aman. Akun pengguna rentan diretas, dan pernah terjadi dalam suatu conference tiba-tiba muncul gambar yang tak senonoh.

Tapi tentu saja Zoom tidak tinggal diam, pengembang terus melakukan pembaruan agar semakin unggul dibanding aplikasi lain.

Pengalaman mengikuti beberapa pengembang, pembuatan aplikasi memang tidak mudah, butuh waktu beberapa tahun.

Baca juga: Covid-19 Bikin Kangen Pake Lipstick

source: dailymail

Whatsapp

WhatsApp merupakan contoh yang saya sebut di atas. Didirikan oleh dua mantan karyawan Yahoo!, Brian Acton dan Jan Koum, WhatsApp diluncurkan pertama kali pada November 2009.

Harus bersabar melalui beberapa tahun bukan?

Kini WhatsApp digunakan oleh 1,5 miliar pengguna diseluruh dunia. Bahkan menurut lSensor Tower, WhatsApp menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Play Store dan App Store selama 2019.

Iyalah, sekarang aplikasi yang dibuka pertama kali di pagi hari, pastinya WhatsApp. Sayang kini pemiliknya bukan lagi Brian Acton dan Jan Koum. Mereka sudah menjual ke WhatsApp pada  19 Februari 2014, Facebook, Inc. senilai  USD19 miliar. Konon merupakan salah satu akuisisi terbesar saat ini.

Aplikasi WhatsApp cukup lengkap untuk work from home, seperti berkirim gambar, file,video, suara, video call, serta panggilan grup.

Untuk memenuhi kebutuhan meeting, WhatsApp memiliki WhatsApp Meeting atau group call serta group video call. Sayangnya baru bisa melibatkan 4 orang, walau sedang dirancang agar bisa digunakan oleh 8 orang.

Mau mencoba? Coba step berikut

Mulailah panggilan dengan salah satu pengguna,  kemudian tambahkan pengguna lainnya. Caranya dengan menekan ikon khusus bergambar telepon  bertanda plus (+).

Tombol terletak di pojok kanan atas di ruang group chat (obrolan grup). Pengguna cukup mengetuk tombol tersebut untuk memulai panggilan, kemudian pilih maksimal tiga anggota grup.

Ngobrol deh. ^_^

Baca juga: CampingDalam Rumah? Mengapa Tidak? Yuk Lakukan 5 Kegiatan Seru Ini Bareng Keluarga

source: pando.com

Skype for Business

Apa beda Skype for Business dengan Skype edisi standar?

Skype telah lama dikenal sebagai layanan pesan instan yang dibekali fitur video dan phone call. Sedangkan Skype for Business diciptakan dengan fitur business video conference, cloud PABX, remote desktop control, hingga penggunanya bisa berbagi file ketika conference call sedang berlangsung.

Demikian kurang lebih penjelasan Lucky Gani, Office Business Group Head Microsoft Indonesia, seperti dilansir liputan6.com. Skype for Business dikembangkan untuk kalangan perusahaan, mulai dari perusahaan rintisan (startup), Usaha Kecil Menengah (UKM), hingga perusahaan besar.

Hadir sejak April 2015, Skype for Business mampu menampung hingga 250 peserta dalam satu sesi meeting conference. Sedangkan untuk meeting broadcast bisa disampaikan ke 10.000 pengguna.


Baca juga: TiadaSehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah


Slack

Merupakan aplikasi chat yang dikembangkan oleh Stewart Butterfield, Eric Costello, Cal Henderson, dan Serguei Mourachov pada Bulan Agustus 2013. Nama Slack merupakan akronim dari “Searchable Log of All Conversation and Knowledge”.

Slack menjadi media yang tidak hanya mendukung komunikasi namun juga diskusi jarak jauh secara real time. Fitur lain yang dimiliki Slack adalah pengguna bisa melihat proses kinerja dalam mengelola proyek, berbagi data/berkas serta fitur-fitur lain yang dibutuhkan untuk produktivitas tim.

Pengguna Slack bisa berbagi data dalam berbagai format file, baik gambar maupun dokumen seperti pdf, word dan excel. Data yang dibagikan akan tersimpan baik di cloud milik Slack. Layanan ini juga terintegrasi dengan berbagai layanan cloud, seperti OneDrive, DropBox hingga Google Drive. Untuk memudahkan pencarian,  data yang dibagikan bisa ditandai dengan tanda bintang atau disematkan (pin).

Selain itu, pengguna Slack juga bisa mengirim link, video, gambar, file, code sehingga mengoptimalkan komunikasi tim dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Selain pin dan star, Slack juga menyediakan fitur hashtag dan mention layaknya Twitter, sehingga memudahkan untuk meminta respon seseorang dalam channel.

Yang dimaksud Channel, adalah pembagian ruang percakapan berdasarkan tim. Tiap tim dapat membuat percakapan grup sesuai dengan kebutuhan dan topiknya, ruang inilah yang mendapat istilah #channel.

Channel membuat diskusi tetap sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggota di dalamnya, sehingga bisa jadi channel merupakan nama tim, nama proyek, atau nama topik.

Seperti WhatsApp, Slack memiliki  fitur pencarian yang memudahkan untuk menemukan kembali hasil diskusi atau dokumen tertentu. Penyebabnya karena chat sudah terlalu lama hingga tertimbun chat baru. Untuk searching pengguna dapat memanfaatkan filter berdasarkan tanggal,  mention, dan star.

Masih banyak aplikasi/web yang dapat digunakan work from home. Tidak hanya sewaktu pandemi Covid-19, juga kelak, bekerja dari rumah bisa menjadi pilihan. Khususnya bagi para pekerja kreatif.

Sementara pekerjaan yang bersifat berulang-ulang akan diganti mesin. Beberapa perusahaan telah melakukannya.Termasuk bank. Mesin setor tarik uang dengan mudah ditemui. Dilanjutkan mesin penggantian kartu baru, print out dan pelayanan rekening baru secara online.

Jadi, pandemi covid-19 hanya mengingatkan, revolusi jenis pekerjaan sudah di depan mata. Bersiap-siaplah.

Baca juga: Kala Zakat Berbuah Zakat, Allahpun Tersenyum



“Rasanya dari pagi sampai siang, saya nggak ngerjain apa-apa”

Begitu status facebook seorang teman tersebut dipublish, banjir deh komen dan reply dari teman-temannya yang merasa “senasib”.

Episode #diamdirumah jika tidak dikelola dengan baik memang akan berdampak negatif. Karena berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, #workfromhome merupakan pilihan, bukan paksaan seperti sekarang.

Mereka bisa merasa sangat kesepian dan terisolasi. Nicholas Bloom memberi analogi yang tepat untuk kondisi ini:

“Anda harus terjun payung pada waktu makan siang,  Anda diberi parasut dan terlempar keluar dari pesawat. Tanpa pelatihan, tanpa persiapan”.

Baca selanjutnya di: Atasi Stres Dengan 5 Hobi Penghasil Uang, Yuk Coba!

Namun jangan lupa, bukan hanya ibu rumah tangga dan kepala keluarga yang merasa tertekan, anak-anak juga. Mereka mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan teman-temannya. Justru aneh jika anak-anak diam saja, pasif dan tidak melancarkan protes.

Bagaimana jika mengisi keharusan #dirumahsaja dengan kegiatan bersama anggota keluarga lain? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini 5 ide aktivitas seru yang bisa dilakukan di dalam rumah.

Jangan lupa lakukan rembuk keluarga:

  1. Jelaskan bahwa usai melakukan tugas sekolah, mereka bisa melakukan kegiatan seru. Tujuannya agar mereka bersemangat menyelesaikan tugas yang biasanya ogah-ogahan.
  2. Buat daftar kegiatan seru yang bisa dilakukan, dan biarkan mereka memilih. Mempercayai anak membuat pilihan membuat anak mengetahui konsekuensi setiap pilihan.
  3. Geser beberapa furnitur dan buat ruangan luas. Bisa di ruang tengah, ruang tamu atau ruang makan. Anak-anak akan merasa excited banget, dan terdorong segera menyelesaikan tugas sekolahnya.
  4. Buat perjanjian dengan anggota keluarga mengenai pembenahan paska kegiatan bareng. Misalnya ayah harus menyapu, adik membuang sampah, kakak dan ibu mencuci peralatan rumah yang kotor.

Baca juga: Covid -19,  Bikin Kangen Pakai Lipsitick

source: freepik.com

Berkemah Dalam Rumah        

Camping atau berkemah selalu menyenangkan. Suasana yang bisa diciptakan sebagai pengganti liburan ke luar kota, yang hilang akibat pandemi Covid-19.

Tapi kan gak punya tenda? Ya bikinlah dengan menarik tali dan menggantung seprei/taplak/kain apapun yang bisa digunakan. Isi dengan hamparan  karpet/tikar/kasur tipis, juga bantal dan boneka kesayangan.

Sudah?

Belum, buat lingkungan alam buatan seperti membuat jalan landai, bukit, serta sungai dari karton, kursi pendek/dingklik (bahasa Jawa), ban bekas serta apapun yang dimiliki, kemudian tutup dengan kain bersih.

Buat jaring laba-laba dengan benang wol, tali rafia, pita, sesuai barang yang ada di rumah. Jaring laba-laba dibuat agak tinggi agar anggota keluarga yang melewati harus merangkak atau jalan memutar. Mirip rintangan alam pada camping sungguhan.

Perosotan. Punya handuk bekas atau selimut bekas? Bisa banget membuat perosotan dengan cara menumpuk kasur dan meletakkan handuk/selimut bekas diatasnya.

Permainan monopoli, halma, scrabble, umumnya dimiliki setiap keluarga. Bisa dikeluarkan dan dimainkan seperti saat berkemah yang sesungguhnya. Jika tidak ada, banyak alternatif lainnya:

  • Permainan hewan bayangan dengan menggunakan senter dan mematikan lampu.  Bisa juga membuat teropong, seolah sedang mengintai binatang dengan menempatkan beberapa buku bergambar di dinding yang berseberangan.
  • Perburuan harta karun.  Senter juga bisa digunakan untuk membuat permainan perburuan harta karun. Sembunyikan suatu barang yang disepakati sebagai harta karun. Matikan lampu. Perburuan harta karun dimulai dengan menggunakan senter. Pemenang adalah yang paling dulu menemukan “harta karun”.
  • Permainan kaus kaki. Sebar kaus kaki, khususnya beberapa buah yang tidak cocok, kemudian buat game adu cepat. Pemenang adalah yang paling dulu dan paling banyak mengumpulkan pasangan kaus kaki.
  • Musik. Jika ayah atau anggota keluarga lain ada yang mahir bermain musik, bakal asyik lah ya? Kebiasaan bermalam di tenda kan ngobrol sambil dengerin yang main gitar.
  • Tidak ada? Gunakan saja panci dan wajan, sendok, lonceng, botol kosong sebagian diisi dengan kacang kering,sebagai pengganti alat musik, kemudian membuat lingkaran untuk bernyanyi dan menari.

Baca juga: TiadaSehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah

sumber: freepik.com

Olah Raga Dalam Rumah

Sewaktu anak-anak masih kecil, saya punya kegiatan favorit bareng mereka,   yaitu balap lari! Khususnya bareng anak-anak laki, sebab si bungsu Mabelle masih bayi/balita.

Pastinya saya sering kalah. Tapi kok ya nggak kapok, selalu ngajak mereka balap lari (lagi) dan kalah (lagi). :D

Olah raga balap lari bisa dilakukan di ruangan yang telah dikosongkan.Agar suasana balap lari lebih meriah, gunakan sarung untuk peserta lomba balap dan catat score.

Banyak sekali pilihan olah raga bareng keluarga, seperti

  • Lomba Agustusan: Lari dengan sendok isi kelereng, makan kerupuk.
  • Sepakbola. Buatlah gawang dari tali rafia. Bola sepak bisa menggunakan bola seadanya. Permainan ini memang membutuhkan 4 orang, 2 lawan 2, namun 1 lawan 2 (ayah lawan 2 anak juga tak apa, asalkan seimbang).
  • Badminton/bulutangkis. Anggota keluarga sangat menyukai bulutangkis? Bisa banget menggunakan tutup panci andai tidak memiliki raket. Untuk bola bulutangkis/kok/shuttlecock bisa dibeli di e-commerce secara online  atau darurat menggunakan bola plastik kecil. Walau pilihan terakhir ini jelas kurang nyaman
  • Golf.  Permainan golf dalam ruangan bisa dilakukan dengan menggunakan bola pingpong atau membuat bola dari kaus kaki bekas. Untuk pemukul bisa menggunakan tongkat mini atau alat pemukul lalat. Buat kerucut berbahan karton untuk menyimpan “bola golf”, juga bisa menggunakan corong plastik jika memilikinya.
  • Bola voli. Seperti bulutangkis, permainan bola voli juga bisa dilakukan dalam ruangan. Bentangkan tali sebagai pengganti net. Sebagai bola voli sungguhan, gunakan balon atau bola plastik.
  •  Melempar bola ke dalam ember merupakan permainan yang bermanfaat meningkatkan kemampuan konsentrasi anak. Sewaktu anak-anak masih kecil, saya membeli ember plastik dan dan banyak bola plastik kecil untuk melatih anak-anak yang memiliki daya konsentrasi pendek. Coba deh, dan lihat hasilnya.

Baca juga: LunaMaya dan Blunder Covid-19

source: freepik.com

Mencuci Mainan Dalam Gelembung

Mencuci sambil bermain gelembung?

Ah sedap. Beri penjelasan bahwa alat permainan mereka harus dicuci. Jika sudah tidak punya mainan (merasa sudah besar), bisa memindah object dengan mengepel lantai, membersihkan salah satu jendela, atau silakan mencari object yang disukai.

Isi ember dengan dengan campuran air, deterjen, dan gliserin. Gliserin bisa dibeli di apotik atau e-commerce. Cara membuatnya: Campur ½ bagian detergen, 1 bagian gliserin dan 5 bagian air.  Aduk hingga rata dan simpan semalaman tanpa ditutup.

Keesokan harinya gunakan campuran tersebut untuk mencuci mainan bersama anak-anak, atau peralatan rumah tangga, atau salah satu sudut rumah yang telah disepakati bersama. Jangan lupa siapkan kain lap dan kain pel agar anak-anak terhindar dari lantai yang berubah menjadi licin.

Baca juga: Andai Tinggal di Korea Selatan, Ini yang Akan Terjadi Pada Krisdayanti

source: freepik.com

Membuat mural

Mengotori dinding? Oh tidakkk ...., mungkin para ibu rumah tangga akan berteriak mengetahui ide ini. Padahal mengotori beda dengan melukis lho.

Tapi tentu saja, para muralis tidak akan sungguhan melukis dinding, mengingat ada banyak anggota keluarga lain seperti nenek dan kakek yang mungkin tidak setuju.

Jadi bentangkan saja kertas pada salah satu dinding, sambung-sambung agar tidak melenceng keluar dinding, kemudian pasang lakban dan beri pemberitahuan bahwa pelanggar area akan mendapat sanksi, misalnya menyapu kamar.

Sesudah itu silakan berkreasi dengan menggunakan krayon, krayon pensil, supidol atau apapun alat gambar yang dimiliki.

Selain membuat mural, membuat lukisan batu bisa jadi pilihan. Bisa dilakukan di luar ruangan jika memungkinkan, atau ambil batu, cuci dan bawa masuk.

Sebelum melukis batu, anggota keluarga juga bisa menempelkan berbagai macam asesoris pada batu, baru kemudian melukisnya.  

Baca juga: Maskeryang (Pernah) Jadi Polemik Saat Pandemi Covid-19

sumber: freepik.com

Eksperimen Memasak         

Dalgona coffee mendadak jadi trend, memenuhi YouTube dan media sosial lain. Kegiatan membuat Dalgona, yang ternyata banyak ragamnya, bertambah seru semenjak masyarakat diwajibkan work from home.

Selain membuat dalgona coffee, mengapa tidak mengajak anak-anak membuat camilan bareng? Banyak alternatif resep yang bisa dipilih. Bahkan satu jenis camilan, contohnya donat, memiliki banyak jenis, seperti donat madu, bomboloni, donat ubi, donat J-Co, donat labu, donat kentang dan masih banyak lagi.

Donat sengaja saya sebut karena sangat mudah dan anti gagal asalkan memeriksa dulu ragi sebelum menggunakannya. Dibawah ini saya tulis resep yang terdiri dari bahan dan cara membuatnya. Saya menguleni pakai tangan sehingga stepnya berbeda dengan Ibu Fatmah Bahalwan, pemilik resep.

Bahan Donat Kentang NCC

  • 500 gram tepung  terigu prourin tinggi
  • 50 gram susu bubuk
  • 11 gram (satu) bungkus ragi (saya biasanya menggunakan merk Fermipan)
  • 200 gram kentang kukus, haluskan dan dinginkan.
  • 100 gram gula pasir
  • 75 gram mentega/margarine
  • 4 kuning telur
  • 100 ml air hangat

Cara membuat:

  1. Siapkan gelas, masukkan 11 gram ragi dengan 50 gram tepung, 50 gram gula pasir dan air hangat, aduk rata. Tunggu sebentar. Jika campuran berbuih dan mengembang berarti ragi masih bagus, jika sebaliknya itu artinya ragi sudah rusak. Buang dan ganti yang baru.
  2. Dalam satu wadah, masukkan 450 gram, 50 gram susu bubuk, kentang kukus, 50 gram gula pasir, kuning telur, dan campuran ragi dalam gelas. Uleni setengah kalis.
  3. Masukkan margarine step by step sambil terus menguleni. Setelah semua margarine tercampur, teruskan uleni hingga adonan kalis.
  4. Rounding adonan/ buat bulatan, tutup plastik, istirahatkan 15 menit.
  5. Setelah 15 menit, buka plastik, buat adonan berbentuk bulatan dengan lubang di tengah. Berat donat tergantung selera, 30 -50 gram.
  6. Tutup lagi adonan donat dengan plastik, istirahatkan lagi 15 menit.
  7. Setelah 15 menit, buka plastik, goreng donat hingga kuning keemasan.

Baca juga: BananaBread ala Meghan Markle, Camilan Ampuh Hindari Covid-19

source: freepik.com

Bisa dilihat, aktivitas bareng yang dilakukan tidak hanya sekedar hiburan, juga membantu melatih kreativitas, salah satu cara healing yang dibutuhkan saat pandemi Covid-19.

Olah raga juga menjadi salah satu alternatif kegiatan bareng keluarga, untuk menggantikan kecanduan gadget pada anak-anak,  yang ditakutkan bertambah parah saat work from home.

Dan tentu saja silakan modifikasi sendiri aktivitas di atas, disesuaikan dengan kondisi rumah dan anggota keluarga. Yang pasti #stayhappy #stayhealthy dan #staycreative.

Baca juga: KalaZakat Berbuat Zakat, Allah pun Tersenyum



Apa yang terjadi jika terpaksa harus work from home (WFH) ?

Ternyata pada beberapa kasus,  berdampak negatif pada produktivitas dan kesehatan mental.

Dikutip dari Vox.com, Nicholas Bloom, seorang profesor ekonomi di Stanford University menjelaskan bahwa jika WFH merupakan pilihan, maka karyawan akan lebih produktif dan kecil kemungkinannya untuk berhenti.

(Karyawan yang berhenti, juga menyulitkan perusahaan lho. Stabilitas perusahaan akan terganggu apabila turn over karyawan sangat tinggi. Karyawan baru harus adaptasi dan membuat operasional perusahaan terganggu)

Nah, dalam kasus pandemi Covid-19, karyawan bukan memilih, melainkan dipaksa untuk bekerja jarak jauh/WFH. Membuat mereka merasa sangat kesepian dan terisolasi. Nicholas Bloom memberi analogi yang tepat untuk kondisi ini:

“Anda harus terjun payung pada waktu makan siang, Anda diberi parasut dan terlempar keluar dari pesawat. Tanpa pelatihan, tanpa persiapan”

Serem ya?

Sering dilupakan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi agar kesehatan mental terjaga. Sewaktu ngantor mereka bisa mengobrol, menggunakan baju bagus, bergosip, serta beragam interaksi sosial yang tidak bisa digantikan seluruhnya oleh media sosial.

Lebih lanjut Nicholas Bloom mengutarakan ketakutannya bahwa WFH dalam jangka panjang bisa mengakibatkan turunnya produktivitas serta karyawan yang kehilangan inovasi. Bahkan secara ekstrim Bloom mengatakan  “2020 akan menjadi tahun inovasi yang hilang”.

Harus menjaga kesehatan mental agar tidak mengalami depresi, serta selalu mampu berkreasi menjadi pekerjaan rumah yang berat. Perusahaan umumnya sibuk mengkalkulasi kemungkinan paska pandemi. Sehingga abai akan kebutuhan karyawannya.

Dan seperti kasus kesehatan mental lain, menyisihkan waktu untuk melakukan hobi  selalu menjadi jalan keluar yang manjur. Terlebih andai berharap hobi bisa menjadi ladang income sampingan, malah sangat mungkin menjadi ladang penghasilan baru.

Situasi perekonomian yang membuat banyak orang ketar-ketir, harus disikapi secara positif. Mereka yang ketakutan akan terkena PHK bisa membuat banyak persiapan.

Apa saja hobi yang dimaksud?

source: freepik.com

Urban Farming

“Jika sedang merasa tertekan, cobalah ke area kebun, melihat tumbuhan. Jika memungkinkan, pegang batang/daunnya. Maka rasakan perbedaannya: damai, nyaman,“ kata Ridwan Kamil, sekitar tahun 2010, jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Alasan itulah yang membuat Kang Emil, nama panggilan Ridwan Kamil, membuat gerakan urban farming sebagai penyembuh urban stres. Gerakan yang mampu menginfluence puluhan kota dan komunitas dibawah bendera “Indonesia Berkebun”, sehingga mendapat apresiasi Google.

Baca juga:

Urban Farming alaAtalia Praratya Ternyata Mudah, Yuk Ikutan ...

Tidak hanya sebagai healing, gardening juga merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Seorang tetangga di Cigadung berhasil membeli rumah, kendaraan, menyewa kantor dan menyekolahkan anak di sekolah internasional dari bisnis bunga potong.

Sang tetangga berkisah karena lahan pertaniannya tidak luas dia kerap membeli bunga potong dan daun tanaman hias dari petani disekelilingnya. Emang lebih keren ya, pelaminan yang dihias tanaman asli?

Pernah melihat tanaman hias dalam pot yang dijual di supermarket, hotel atau area mall? Mereka juga memulainya dari hobi. Semula hanya di pekarangan rumah, kemudian menyewa lahan dan seterusnya.

Walau tanpa itu semua, pelaku urban farming tetap mendapat keuntungan lho. Bisa memanen tomat, cabai, pakchoy dari pot di pekarangan rumah. Bisa memberi tetangga sayuran hasil panen. Dan yang terpenting memberi asupan semangat positif bagi kesehatan jiwanya.

source: freepik.com

Menggambar

Apa beda komikus, ilustrator, kartunis dan storibordis?

Pertanyaan  tersebut menjadi judul tulisan mbak Tanti Amelia, seorang blogger yang hobi menggambar. Mbak Tanti memulai aktivitas menggambar dari hobi, mengikuti kelas doodle, dan kini kerap membuat ilustrasi. Salah satu kumpulan karyanya bisa dilihat dilihat pada buku “Aku dan Alam Semesta”.

Baca juga: SecangkirKopi Bersama De laras, Penulis Buku “Aku dan Alam Semesta”

“Membuat  karya seni adalah cara yang bagus untuk mengalihkan perhatian dari pemicu stres (Laura Horne MPH)

Karena itu ketika mengalami tekanan, menggambarlah dan nikmati proses kreasinya. Mengekspresikan diri secara visual akan memudahkan berpikir bebas, jangan terlalu kritis dan judgemental.

Pajang hasil karyamu di tempat yang mudah terlihat, untuk membuat mood menjadi lebih baik.

Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, merupakan salah satu sosok yang senang menggambar. Selain hasil karyanya yang diunggah di Instagram, Kang Emil memiliki banyak karya lain di ruangannya. Paling tidak, itu yang saya lihat sewaktu Kang Emil masih berkantor di Pendopo Kota Bandung sebagai Walikota Bandung.

Sedangkan bidang pekerjaan yang bisa ditekuni selain 4 profesi di atas, kini terbuka lebar, seperti hand lettering, kaligrafi, melukis mural, melukis henna, serta masih banyak lagi.

source: pixabay.com

Menulis

Membuat tulisan dalam sebuah jurnal dianjurkan banyak terapis untuk mengusir stres dan membantu agar bisa tidur nyenyak.

Michael J. Breus, psikolog yang acap muncul dalam acara “Dr Oz Show” menganjurkan menulis jurnal 3 jam sebelum waktu tidur. Serta saat pikiran terasa jenuh dan tertekan.

“Tulislah hal-hal positif yang patut disyukuri”, katanya.

Untuk pemula, Michael menyarankan untuk membagi dalam 3 bahasan, yaitu: “Hal-hal yang perlu diperhatikan”, kemudian “Hal yang harus diingat”, serta”Hal-hal yang membuat khawatir”. Jangan lupa cantumkan solusi untuk setiap masalah.

Nah, jika sudah mampu menuangkan unek-unek,dan menemukan solusinya, beri aja tambahan 5 W +1 H yang diperlukan, tambahkan quote atau semacamnya, jadi deh tulisan di blog.

Baca juga: 

7 Kiat Menulis Mudah ala Carolina Ratri

Setelah blog memuat banyak tulisan, bisa banget mendaftarkan blog ke google adsense, untuk meraup income melalui iklan. Juga sponsor post, karena angin sedang berhembus ke dunia on line. Kini pencari berita membuka gadgetnya untuk mendapatkan data akurat dengan cepat dan mudah.

source: freepik.com

Handy Craft

Survey yang diprakarsai Hochanda (Home of Craft, Hobbies and Arts) mengungkapkan bahwa 52 % responden dengan usia  18 – 34 tahun menggunakan waktunya ketrampilan. 30 persen memilih mewarnai, 28 persen melukis dan 19 persen merajut.

Dikutip dari Female First, 39 persen orang memilih mengalihkan pikiran dari hal-hal yang membuat stres dengan crafting. Kerajinan tangan akan membuat mereka sibuk dan menyalurkan energi ke sesuatu yang baru dan bermanfaat.

Hasil crafting selain bisa digunakan sendiri, juga bisa dijual. Bahkan menjadi karya yang unik yang “nggak pasaran”.

Winda Krisnadefa, salah seorang blogger yang menggunakan ketrampilan menjahitnya untuk membuat masker gratis terbuat dari kain perca. Kini meneruskan aktivitasnya dengan membuat patchwork dan mulai berjualan masker.

Baca juga: Masker yang (Pernah) Jadi Polemik Saat Pandemi Covid-19  

Sementara itu para hobbies rajut memenuhi media sosial, khususnya Instagram dengan masker rajut. Lengkap dengan cara membuatnya. Jadi bebas, mau bikin sendiri atau beli jadi. Kemajuan teknologi memungkinkan keduanya.


source: freepik.com


Memasak

Di era pandemi Covid-19 ternyata banyak seleb yang caper. Selain Luna Maya yang saya tulis dalam “Luna Maya dan Blunder Covid-19”, baru-baru ini seleb  lainnya, sebut saja MG, mengimbau untuk jangan pamer makanan di media sosial.

Alasannya menggelikan:

“Diluar sana banyak yang kelaparan, nggak pantes pamer makanan”

Saya cuma mau titip jawaban:

“Hallo neng geulis, orang lapar mah mana bisa beli kuota internet untuk lihat medsos? Andaikan saya dalam keadaan lapar, cuma punya uang Rp 50,000. Ya mending beli mie instan atuh, dapat 20 bungkus.”

Dengan kata lain, empati harus ditempatkan secara semestinya. Karena seperti dikutip dari Smithsonian Mag, memasak (cooking dan baking) termasuk kegiatan yang dianjurkan untuk mengusir stres.

Memasak mengandung unsur kreativitas yang memberi dampak positif pada pelakunya. Dia merasa “berkembang”, istilah psikologis yang menggambarkan perasaan bahagia melihat hasil masakan sesuai harapan. Terlebih jika ada yang mencicipi dan memuji masakannya.

Nah, setelah berulang kali praktek dan berhasil mendapatkan rasa yang pas, maka bersiaplah untuk mendapat penghasilan.

Ada 2 tulisan dalam pengerjaan (draft) mengenai pengalaman saya membuat kue dan menjualnya. Sayang belum selesai, keburu ikut challenge 30 hari One Day One Post bersama Blogger Perempuan. Next month ya?

source: freepik.com

Penutup

Sewaktu menulis ini, sebuah artikel memuat kisah seorang perempuan yang terpaksa menjadi PSK setelah terkena PHK, dampak pandemi Covid-19. Sementara sang perempuan harus memberi makan 2 anaknya yang masih kecil-kecil.

Saya ingin membatah tulisan tersebut. Jangan serba menyalahkan covid-19, manusia merupakan satu-satunya mahluk Allah yang diberi akal. Sehingga harusnya bisa beradaptasi, mencari solusi dan bergerak maju.

Jika ada perempuan yang memilih menjadi PSK, bisa diartikan dia tak mempercayai kuasa Allah SWT. Atau mengambil istilahnya suami Pungki, salah seorang blogger kondang, si perempuan PSK  telah tergelincir, menjadi atheis.

 


 

 

“Dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)

(Al An’aam:59)

Mungkinkah alam sedang memurnikan diri?

Pandemi Covid-19 tidak saja membuat para pemimpin dunia sibuk menjaga kesehatan rakyat dan perekonomian negara. Juga menjadi ajang para ahli untuk menyumbangkan pemikirannya. Ada pendapat yang nyleneh, juga banyak pakar yang tetap on the track sewaktu berkomentar.

Termasuk pendapat bahwa pandemi Covid-19 merupakan cara bumi memurnikan diri. Semacam me time kali ya?

Apa saja yang dilakukan bumi kala me time?  Nonton drama Korea? :D

Ternyata jawabannya tidak sesederhana itu.

Dunia seakan berhenti. Untuk memperlambat penularan virus, penduduk dunia menghabiskan waktu di rumah.  Pabrik-pabrik tutup. Maskapai penerbangan berhenti beroperasi, juga sebagian besar penghasil emisi karbon lainnya.

Tak heran, gambar satelit menunjukkan adanya penurunan tingkat polusi di Tiongkok dan Italia. Penurunan emisi karbon hingga lima persen yang baru terjadi sejak akhir Perang Dunia II.

Namun, dikutip dari Science Media Center, Chris Hilson, direktur Reading Centre for Climate and Justice, University of Reading mengatakan:

"Penurunan emisi akibat penutupan industri dan transportasi telah terjadi di mana-mana. Namun, menurut saya, ini sifatnya hanya sementara, satu kali."

Pertimbangannya, emisi karbon mengalami pengurangan akibat keadaan luar biasa, bukan karena perubahan struktural. Sehingga perubahan ini tidak akan berlangsung lama, akan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19.

Penjelasan tersebut diperkuat Seaver Wang, seorang analis iklim dan energi dari Breakthrough Institute, dilansir dari situs resminya:

"Perlambatan ekonomi global di masa lalu menghasilkan pengurangan emisi yang hanya sementara. Setelah ekonomi membaik, tingkat emisi akan naik kembali.”

Lebih lanjut Breakthrough Institute memproyeksikan penurunan emisi CO2 global sekitar 0,5 hingga 2,2 persen sebagai respons terhadap pandemi Covid-19. Namun angka tersebut belum cukup untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laporan PBB November lalu menyatakan bahwa agar tujuan Perjanjian Paris terwujud, emisi harus turun 7,6 persen per tahun, hingga 10 tahun berikutnya.

Iya juga ya?

Revolusi industri yang menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil dimulai abad ke – 18, baru terasa dampaknya di abad ke-19, dan dunia baru berusaha mengurangi kenaikan emisi karbon pada abad ke-20. Terlalu berlebihan jika mengharapkan pandemi Covid-19 yang hanya terjadi beberapa bulan, mampu menyelesaikan kerusakan ratusan tahun.

Namun bukan berarti Allah SWT tak memiliki maksud sewaktu menurunkan pandemi Covid-19. Khususnya untuk Umat Islam. Semua kejadian tercantum dalam ayat-ayat Allah. Kitalah yang harus memaknai, mencari cara untuk beradaptasi, mendapat hikmahnya, kemudian keluar sebagai pemenang.

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (al-Hadiid: 22)

Apa saja hikmah pandemi Covid-19 yang bisa kita petik?


Manfaat #dirumahsaja 

Diam di rumah mungkin terasa aneh, karena budaya “ayah berangkat ke kantor, ibu memasak di dapur”, masih melekat erat. Padahal banyak pakar lingkungan, diantaranya David Sutasurya, Direktur YPBB Bandung memprediksi bahwa kelak manusia terpaksa bekerja di rumah.

Mengapa?

  • Jarak kantor dan rumah sangat jauh. Perkantoran di Kota Jakarta misalnya, banyak diisii pegawai yang berdomisili di Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi. Sekarang mereka menggunakan KRL, namun kelak bahan bakar fosil akan langka. Sehingga KAI harus menetapkan tarif tinggi yang tidak sepadan dengan income karyawan.
  • Terjadi stuck yang berulang kali pada lalu lintas jalan raya yang memaksa pemerintah meningkatkan pajak kendaraan. Akibatnya hanya orang yang kaya raya yang memiliki kendaraan. Persis seperti dulu ya? Saat pasar Indonesia belum digrojok produk otomotif.

Di lain pihak, banyak perusahaan yang mulai mengurangi jumlah karyawan dan menggantinya dengan beberapa fasilitas “self service”. BCA misalnya, memperbanyak mesin setor- tarik tunai, ditambah fasilitas print – out, fasilitas ganti kartu serta beberapa fasilitas lain yang membantu nasabah: mempersingkat waktu kunjungan, meniadakan antrian, namun tetap mendapat layanan prima.

Masa #dirumahsaja bisa dijadikan fase mempertimbangkan pekerjaan yang dapat dikerjakan dari rumah saja. Khususnya mereka yang mengerjakan jenis ‘pekerjaan berulang’ di kantornya.

Masa #dirumahsaja juga meningkatkan bonding time atau kelekatan antara orang tua dan anak. Walaupun paling lama 3 bulan, sesuai perkiraan kurva pandemi covid-19, syukurilah dan nikmati karunia Allah SWT ini.

Baca juga: Covid 19 Bikin Kangen Pake Lipstik


Perilaku Hidup Bersih        

Tiba-tiba dunia diributkan dengan aturan mencuci tangan yang harus dilakukan selama minimal 20 detik. Lha berbeda dengan agama lain, umat Islam malah diwajibkan selalu menjaga wudhu lho.

Tidak hanya tangan, juga wajah, siku, kaki sertasemua lubang harus bersih sebelum melaksanakan sholat 5 waktu, ditambah sholat sunnah, maka nggak ada alasan umat Islam untuk hidup jorok.

Sedangkan penggunaan masker bisa banget dibudayakan. Dalam tulisan saya: Masker  yang (Pernah) Jadi Polemik di Era Pandemi Covid-19, dulu bangsa Jepang terpaksa menggunakan masker. Seiring waktu, masker menjadi salah satu bagian dari trend mode, tak kurang perancang kelas dunia turut meramaikan dengan beragam design dan fungsi. Ada yang tidak mudah kena noda lisptik, hingga membuat wajah tirus.

Sehingga apa salahnya memakai masker agar terhindar debu, penyebab beragam penyakit jika auto imun tubuh tidak handal?

Dan saya sangat berharap, paska pandemi, mereka yang sedang batuk pilek pakai masker dong, karena berpotensi menulari orang lain. Imbauan ini juga ditujukan untuk saya. Semoga saya istiqomah memakai masker sewaktu sakit namun harus keluar rumah.

 

Pola Hidup Sehat

Sering makan mie instan dengan nasi?

Saya terkaget-kaget sewaktu membaca di WA grup bahwa masih banyak ibu rumah tangga melakukannya. Ya ampun saya pikir hanya mahasiswa/i makan nasi pakai mie instan :D

Karena merupakan pola makan yang tidak sehat. Cobalah searching untuk mengetahui jumlah kalori termasuk karbohidrat, protein dan lainnya yang dibutuhkan untuk tinggi dan berat yang dimiliki. Tentunya disesuaikan dengan jenis kegiatan. Walau saya yakin nggak ada diantara teman-teman yang menjadi kuli panggul.

Daripada kebablasan dan kesulitan mengubahnya, mulai deh mengganti dengan makan sayur, seperti sayur sop, sayur asem, serta sayur bening dengan macam isian.

Kentang, wortel, daun kol dalam sayur sop, serta kacang, jagung, labu siam dalam sayur asem, akan sangat mengenyangkan. Terlebih sayur demikian mengandung banyak air/kuah.

Mulailah mencoba dengan sedikit nasi, kemudian meniadakan nasi sama sekali. Awalnya akan terasa sakaw/ketagihan nasi, namun lambat laun terbiasa kok. Lebih baik menghabiskan sepanci sayur asem tanpa nasi, daripada nasi dengan lauk pauk sedikit sayur asem.

Baca juga: BacaJuga Langsing dan Sehat Dengan Sayur asem Kacang Merah

Pola makan sehat, yaitu mengonsumsi karbohidrat, protein, sayuran serta buah-buahan dengan takaran seimbang, tentunya harus diimbangi dengan olah raga dan menghindari begadang. Rumusan yang tidak bisa diganggu gugat.


Indonesia Ternyata Kaya Raya

Tahukah bahwa kemiri, pala dan rempah lainnya, banyak berjatuhan di tanah di kawasan Indonesia Timur? Tidak ada yang memanen, dibiarkan begitu saja karena biaya transportasi amat mahal.

Kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia mampu membuat negara Belanda betah menjajah hingga ratusan tahun, walau kemudian berkembang, Belanda menyasar hasil perkebunan seperti karet, teh dan kopi.

Di masa pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia seperti bangun dari tidur panjang. Tepatnya setelah banyak artikel menyebut empon-empon, rempah berbentuk rimpang, yang mampu menangkis Covid-19.

Sebetulnya kurang tepat jika kita mengonsumsi jus empon-empon demi terhindar virus corona. Walau empon-empon mengandung zat alami, namun jika dikonsumsi berlebihan akan merusak organ tubuh, minimal ginjal.

Dipihak lain, bangsa Eropa sudah mengetahui khasiat rempah-rempah dan cara mengonsumsinya. Mereka menggunakan untuk meracik kudapan, juga untuk membuat minuman dan bumbu masakan.

Maka muncullah ginger cookies/bangket jahe dan ontbijtkoek/bolu rempah/roti ganjel rel/roti gambang, camilan bangsa Belanda yang resepnya disesuaikan dengan lidah Indonesia.

Paska pandemi Covid-19, bisa banget menggalakkann kuliner dengan campuran rempah-rempah. Untuk bisnis kuliner maupun konsumsi keluarga. Mumpung masyarakat sudah teredukasi, sekaligus meningkatkan perekonomian para petani.


source: pixabay.com

Sebagai paragraf penutup, izinkan saya mengutip ayat suci lainnya, yaitu:

"Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (al-Qamar: 49)

Kalimat indah yang mengingatkan umat Islam untuk menghargai ciptaan Allah SWT, dan gunakan secukupnya. Jangan keblenger mentang-mentang banyak dan memiliki materi yang berlebih.

Termasuk saat pandemi Covid-19, manusia diingatkan untuk menggunakan semua yang dimiliki, yang selama ini diabaikan. Namun ambil secukupnya saja.  

 

 


Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...

Featured Post

Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang

  Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang Media sosial Indonesia geger. Seorang dokter kecantikan berseteru dengan sesoso...

Categories

  • lifestyle 198
  • review 131
  • drama korea 97
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 41
  • review kuliner 39
  • Environment 30
  • budaya 21
  • travelling 19
  • beauty 18
  • Zero Waste Lifestyle 17
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (52)
    • ►  April (9)
    • ►  March (14)
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ▼  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ▼  April (26)
      • 5 Aplikasi/Web Ini Bikin Yang Jauh Jadi Dekat
      • Camping Dalam Rumah? Mengapa Tidak? Yuk, Lakukan ...
      • Atasi Stres Dengan 5 Hobi Penghasil Uang, Yuk Coba!
      • Tiada Sehelai Daun Gugur Tanpa Seizin Allah
      • Kala Pohon Zakat Berbuah Zakat, Allah pun Tersenyum
      • Masker Yang (Pernah) Jadi Polemik Saat Pandemi Cov...
      • Andai Tinggal di Korea Selatan, Ini Yang Akan Terj...
      • Banana Bread ala Meghan Markle, Camilan Ampuh Terh...
      • Hari Bumi, Petugas Sampah dan Covid-19
      • Covid-19, Bikin Kangen Pake Lipstik!
      • Luna Maya dan Blunder Covid 19
      • Vampire Money Game, Menghisap Darah Korban Dengan ...
      • Ke Parahyangan? Temukan Sensasi 3 Minuman Penghang...
      • Cincau Hijau, Andai Bandung Oppa Tahu ...
      • About Time, Tentang Kematian, Pilih Dia Atau Kamu?
      • Fated To Love You, Akibat One Night Stand
      • Tell Me What You Saw, Takut Darah? jangan Nonton!
      • Chocolate, Tontonan Rekomendasi Saat Pandemi Covid-19
      • 3 Minuman Khas Pasar Gedhe Solo, Kamu Wajib Coba!
      • Romance is Bonus Book, Teman Tapi Menikah (2)
      • Katanya Handy Craft Daur Ulang, Kok Bahan Bakunya ...
      • Punya Limbah Bungkus kopi? Yuk, Sulap Aja Jadi Ha...
      • Flexi Life, Persembahan Cinta Bagi Keluarga Tersayang
      • Witch's Love, Drama Korea Rasa Warkop DKI
      • Curry Puff, dan Kisah Pengajar Kue Sejuta Umat
      • Shopping King Louie, Bukan Salah Nenek Mendidik
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
    Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu   Pernah dengar kisah “pakde” di zaman orba? Bernama asli Muhammad Siradjudin, pakde berprof...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
      The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri Yang Mencuri CD   Tahu arti mimpi digigit ular? Ternyata banyak artinya. Bisa berm...
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
      Sering ikut lomba  di perayaan Hari Kemerdekaan? Kebetulan saya belum pernah ikut. Penyebabnya, rumah kami di kota Sukabumi berjauhan de...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
    Akhirnya nonton drama China (lagi) Saya sebut (lagi) karena sebelum kerap menikmati drama Korea, saya biasa mengisi me time deng...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates