Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us

Prof. H..M. Hembing Wijayakusuma

Masifnya kampanye gerakan preventif yang dicanangkan Kementerian Kesehatan dengan tagline Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, mengingatkan saya pada Profesor  Hembing.Wijayakusuma. Generasi milenial mungkin tidak mengenalnya tapi acara televisi “Hidup Sehat Cara Hembing” sangat popular sejak tahun 1994 dan sukses meraup  ribuan penonton.

Penyebabnya mungkin karena  banyak anggota masyarakat yang merasa keberatan dengan harga obat pabrikan sehingga pengobatan alternatif menjadi pilihan. Mereka bahkan tak segan mendatangi pengobatan yang tidak masuk akal seperti pengobatan menggunakan media batu oleh Ponari

Lahir di Medan, pada  10 Maret 1940, sosok Hembing menawarkan alternatif pengobatan, yaitu herbal , solusi pengobatan murah yang telah lama dikenal tapi dilupakan. Promosi gencar yang dilakukan pabrikan memang membuat kedudukan pengobatan herbal tergeser. Padahal dulu ibu rumah tangga terbiasa menggunakan bawang merah dan minyak kelapa ketika buah hatinya demam. Jeruk nipis dan kecap untuk pengusir batuk.  Daun jambu jika anggota keluarga diare dan masih banyak lagi.
daun sambiloto (dok. Aryanto.id)


Hembing menyosialisasikan lagi pengobatan herbal dengan caranya yang karismatik sehingga masyarakat kembali menengok daun sambiloto. Tidak hanya sambiloto, Hembing juga mengembalikan ingatan masyarakat pada betapa bermanfaatnya tanaman disekitar kita.
Singkong misalnya, tidak hanya bermanfaat sebagai pangan tetapi juga bisa digunakan untuk pengobatan karena mengandung antioksidan, antikanker, antitumor dan menambah nafsu makan.

tanaman singkong


Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.

Contoh pemakaian luar pada penderita rematik:   5 lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. Pada pemakaian dalam, 100 gram batang singkong, 1 batang sereh, dan 15 gram jahe direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu, disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Mengatasi sakit kepala, daun singkong ditumbuk lalu digunakan untuk kompres. Sebagai obat demam, 60 gram batang pohon singkong, 30 gram jali yang telah direndam hingga lembut direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Mengatasi luka bernanah, batang singkong segar ditumbuk lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Untuk luka garukan, singkong diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban.

Obat luka karena terkena benda panas, singkong diparut lalu diperas. Airnya didiamkan beberapa saat hingga patinya mengendap, lalu patinya dioleskan pada bagian yang luka.

Mengatasi diare, 7 lembar daun singkong direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Obat cacingan, 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur. Mengatasi beri-beri, 200 gram daun singkong dimakan sebagai lalap.

Untuk meningkatkan stamina, 100 gram singkong, 25 gram kencur, dan 5 butir angco yang telah dibuang bijinya, diblender dengan menambahkan air secukupnya. Lalu tambahkan madu dan diminum.

Mudah bukan?  Semua bahan ada disekitar kita. Beberapa memang harus dibeli ditoko obat Cina. Dengan demikian setiap keluarga bisa mendapat berbagai alternative, sesuai koceknya. Tak heran atas jasanya itu Hembing mendapat 30 penghargaan dari dalam negeri dan internasional, diantaranya:

Bintang Jasa Utama dari pemerintah RI.
Pada 1987, penghargaan dari Academician of Merit Award dari Lembaga International Dag Hammerskjold dan Diplomatic Academy of Peace dari Malaga, Spanyol.
Penghargaan atas jasa pengembangan terapi sengatan lebah dari Menteri Kehutanan dan Perekebunan.
Penghargaan Keanekaragaman Hayati dari Menteri Lingkungan Hidup atas jasanya mengupayakan pengobatan tradisional dengan tanaman obat.

Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan amalnya. Senin 8 Agustus 2011, pukul 01.30 WIB, professor Hembing menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan lembaran-lembaran resep kiat “Hidup Sehat Cara Hembing”, dan “Ensiklopedia Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia”, sebagai pengingat abadi betapa kayanya tanah Indonesia sehingga seharusnya penduduknya bisa hidup sehat dengan mudah dan murah. 

Riwayat  Hidup  Prof. H.M. Hembing:

Nama :Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma
Lahir :Medan, 10 Maret 1940
Agama :Islam
Pendidikan :Chineses Acupuncture Institute, Hongkong (1970)
Karir :-
Penasehat pada Chinese Medical Institute-Chinese Pharmacology and Acupuncture, Hongkong (1975) –
Penasehat Konsultan pada The Journal of Tokyo Pain Control Institute, Jakarta (1975) –
Wakil Presiden pada World Academy Society of Acupuncture, Korea Selatan (1975) –
Staf Pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan (1976) - Guru Besar Wongkwang University, Korea Selatan (1976) –
Penasehat pada Acupuncture Association of Queebes, Kanada (1977) –
Penasehat pada Societe Italiana di Agopunctura, Italia(1977) –
Presiden CD Dag Hammarskjod (1987) –
Ketua Umum Himpunan Pengobat Tradisional dan Akupuntur Indonesia (HIPTRI), (1992) –
 Guru Besar di Dongshin University, Korea Selatan (1995) –
Ketua Majelis Pimpinan Pusat Asosiasi Dosen Indonesia (MPP-ADI), (1999) –
Dewan Kurator Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta (1999) –
Senat Guru Besar UBK, Jakarta - Pendiri Bagian Akupuntur Universitas Islam Sumatera Utara, Medan –
Ketua Umum Yayasan Cheng Ho, Semarang-Jakarta
Kegiatan Lain :
Hembing juga dikenal sebagai penulis buku yang produktif. Sudah sekitar 70 judul buku yang ditulisnya, yang sebagian besar menyangkut soal kesehatan
Keluarga :
Ayah : H.S. Chong
Ibu : L.T. Kwan
Istri : Lilan Kusumawati (Alm.)
Anak : 1. Valencia Wijayakusuma 2. Ipong Wijayakusuma 3. Mochtar Wijayakusuma 


Walaupun bukan termasuk golongan pemirsa televisi yang setia, tapi begitu membaca/mendengar merk pelembut dan pewangi pakaian ini, saya segera membayangkan iklan yang secara ekstrim mengklaim mampu membuat baju bayi tetap harum selama berhari-hari. Bayipun nyaman karena kain tetap halus dan lembut… dst …dst. Ah tentu saja pemilihan foto model bayi dan anak-anak sangat mempengaruhi citra produk tersebut. Sayangnya citra tersebut dalam webnya produsen produk pelembut pakaian bayi tersebut menayangkan artikel:
Menyusui Ternyata Juga Merugikan, Kenapa Ya?

Merupakan saduran dari nes.scot.uk yang kurang lebih berisi bahwa seorang ibu tidak usah memaksakan diri untuk memberi ASI eksklusif dengan pertimbangan:
  • Ibu tidak bisa mengatur takaran susu dikonsumsi bayi karena sulit mengetahui bayi kekenyangan atau kekurangan air susu.
  • Tidak ada orang yang bisa menggantikan ibu menyusui bayinya terlebih jika ibu tersebut wanita pekerja yang harus kembali bekerja setelah masa cuti habis.
  • Terkadang menyusui merupakan proses yang sangat menyakitkan, khususnya jika sang ibu mengalami luka pada bagian puting susu.
  • Sang ibu harus mengubah asupan makanan dengan memilih makanan yang berguna bayinya dan berpantang/mengurangi beberapa jenis makanan yang justru disukainya.


Hari berikutnya, web tersebut menayangkan tulisan yang berisi agar ibu tidak usah memaksakan diri menyusui, toh ada susu formula.
Kedua artikel tersebut jelas membuat berang para pendukung gerakan ASI eksklusif. Berbagai kecaman dilontarkan, mulai dari menyayangkan kontraproduktifnya artikel tersebut, ancaman tidak menggunakan produk, hingga tweet yang menyatakan bahwa artikel tentang ASI yang salah tersebut melanggar UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 201.

Saya sendiri ikut mengecam keteledoran tersebut. Sekitar tahun 1990-an, sebagai bagian masyarakat perkotaan yang ‘dibutakan’ oleh susu formula (sufor), saya mengalami pemaksaan tak langsung yang dilakukan produsen sufor. Usai proses persalinan, bayi dipisah dari ibunya dan  dicekoki sufor, jika saya mau menyusui dikatakan bahwa bayi saya sudah kenyang dan tidur. Hingga payudara terasa sakit dan colustrumpun berhamburan terbuang percuma.

Duh ingin menangis rasanya mengingat pengalaman pahit tersebut. Sekarang ketika peraturan ditegakkan dan gerakan ASI dicanangkan, masyarakat mendapat edukasi bahwa mengonsumsi sufor apalagi hingga berlebihan dapat mengakibatkan obesitas.
Dan obesitas bukan tolok ukur sehat, justru merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung dan diabetes. Bahkan Prof. Jose Rizal Batubara, Sp.A (K), ahli endokrin dari FKUI/RSCM Jakarta menambahkan bahwa obesitas dapat mempengaruhi fungsi otak dan perkembangan perilaku.

Bayi yang mendapat ASI ekslusif tentu saja terhindar dari obesitas karena berlangsung proses alami di mana bayi menyusu saat lapar dan berhenti ketika sudah kenyang dan tertidur. Bayi bukan produk pabrik yang harus mendapat asupan susu formula dengan komposisi sesuai standar pabrik.

Oke, sesudah pendapat pertama terpatahkan, bagaimana dengan kesulitan yang dialami para ibu yang ingin memberikan susu eksklusif? Mereka bisa bergabung dalam komunitas mama e-ping di theurbanmama.com. Mama e-ping (exclusively pumping) menjadi sebutan bagi para mama yang memberikan ASI dengan cara dipompa lalu diberikan melalui media buatan.
Sedangkan ASInya dinamakan ASIP (ASI peras).
Dalam situs tersebut para mama e-ping berbagi pengalaman sehingga bisa saling melengkapi. Bahkan tak jarang mereka saling berbagi ASIP jika salah seorang rekannya sakit hingga tak bisa menyusui.

Seperti  dialami seorang ibu, dia terpaksa minta bantuan ketika payudaranya lecet selama menyusui. Setelah ditelisik ternyata sang bayi mempunyai kelainan tongue tie (lidah terikat) yaitu kelainan bentuk frenulum (tali lidah) yang mengakibatkan ibu kesakitan karena sang bayi tidak bisa latch on. Akibatnya ibu mengalami peradangan payudara sedangkan sang bayi rewel masih lapar dan berat badan tidak bertambah akibat kesulitan menghisap ASI. Bisa dibayangkan apabila itu terjadi diluar lingkaran komunitas, pastilah pasokan ASI dihentikan dan bayi minum sufor.

Terakhir bagaimana tentang ketidak nyamanan ibu menyusui karena tidak bisa makan makanan kesukaannya. Ealah, kata siapa? Sejak jaman nenek moyang, ibu menyusui makan makanan yang sama dengan anggota keluarga lainnya. Bahwa dia harus menambah makanan tertentu agar produksi ASInya banyak, memang iya. Tapi masa iya sih seorang ibu merasa tersiksa ketika makan sayur katuk, sayur bayam dan bubur kacang hijau? Apalagi semua dilakukan untuk buah hatinya, agar bayi sehat (bukan sekedar gemuk) dan tercukupi nutrisinya.


Dan yang terpenting semua hanya bisa dilakukan selama 2 tahun pertama sang bayi. Jika waktu itu lewat, lewatlah masa emas pertumbuhan bayi yang tentunya didamba tumbuh menjadi generasi cerdas dan berkualitas. Sehingga tak berlebihan kiranya ketika salah satu tweet berisi : “Yuk ah, cari pelembut pakaian merk lain, …… Yang lebih sayang bayi…..Nah lho 👀👀


source : bibitbunga.com


“Jadi perempuan itu harus sehat, harus harum.” Kata eyang putri. Nasehat itu selalu beliau ulang dan ulangi, hingga cucu-cucunya hafal. Namun eyang putri tidak peduli. Beliau keturunan keraton Ngayogyakarta Hardiningrat yang teguh memegang  prinsip. Konsisten. Kebiasaan dan perilaku yang baik tidak hanya diterapkan pada dirinya tapi juga pada kami, cucu-cucunya.

Setiap liburan tiba, kami harus berkumpul di rumahnya yang luas. Kemudian, pada hari yang ditentukan, khusus cucu perempuan diinstruksikan  berjejer dalam balutan jarik (kain batik). Setiap anak akan dilulur tubuhnya, sedangkan rambutnya dipijat dengan semacam ramuan. Semua serba racikan sendiri, baik lulur maupun ramuan untuk merawat rambut.  Eyang putri dibantu beberapa asisten, bukan orang lain tetapi  saudara jauh juga  yang kebetulan ngenger dirumahnya.


chanelmuslim.com


Usai upacara luluran, secangkir jamu telah menanti. Macam-macam jenisnya, tetapi yang sering disediakan adalah temulawak. Khasiatnya bagus, kata eyang putri. “Agar kamu sehat dan harum. Perempuan itu yang penting sehat dan harum. Coba kalau sakit-sakitan, pasti ngga ada yang mau nemanin. Apalagi kalau badannya bau, mulutnya bau, wah tukang becak juga ngga ada yang mau nganterin”, lanjut beliau yang disambut derai tawa kami.


rumah4d.com


Lama sesudah eyang putri tiada, barulah kami memahami ajarannya. Perempuan harus sehat mengingat perempuanlah yang merawat keluarga, yang memelihara. Secara kodrati  dialah manajer rumah tangga. Jika sang manajer sakit, bagaimana keluarga mampu mengerjakan aktivitasnya dengan lancar? Bisa-bisa anak dan suami terlambat berangkat sekolah dan ke kantor. Tidak sempat sarapan. Bahkan terpaksa berangkat memakai baju yang kusut.

Dan penilaian cantik sangatlah relatif. Seperti kata eyang, bagaimana jika fisiknya cantik tapi ternyata bau badannya busuk, bau mulutnya membuat orang lain menjauh. Yang terpenting adalah perawatan tubuh secara kontinyu sehingga harum dan bugar. Maka kecantikan batiniah akan muncul dengan sendirinya.

Minum jamu temulawak merupakan salah satu cara perawatan tubuh yang dimaksud. Manfaatnya  menjaga organ tubuh dan menjamin kelancaran  sirkulasi darah serta  metabolisme membuat tubuh sehat dan harum. Tindakan preventif yang harus dilakukan mereka yang ingin melakukan tugas-tugas dengan lancar. Tidak hanya merawat keluarga tentu, karena seperti yang dilakukan eyang putri, beliau aktif di lingkungan masyarakat, melakukan tugas sosial mulai dari tingkat RT hingga melebar mengunjungi pasien rumah sakit dan tahanan di lapas.

Saya hanya salah satu cucu eyang yang mengikuti jejaknya. Seusai mengurus rumah tangga, sederet jadwal sudah menanti. Senin dan Jumat ke pengajian yang berbeda. Selasa serta Rabu harus mengunjungi komunitas dampingan. Begitu seterusnya.

Dari semua aktivitas di luar rumah, yang paling membutuhkan  fisik prima adalah mengunjungi komunitas dampingan. Mereka tinggal  di sekitar bantaran sungai  dengan keterjalan yang sangat curam. Di beberapa lokasi bahkan harus  menuruni/menaiki jalan dengan ketajaman yang nyaris 90 derajat.
Berkat  amanah janji yang harus dipenuhilah saya berhasil menyelesaikan tugas dan tentunya disiplin minum temulawak, bekal penunjang stamina yang tidak membutuhkan biaya mahal, tetapi mampu memberikan manfaat maksimal.


komunitas Engkang-engkang (dok.pri)

Tentu saja pengetahuan dan manfaat temulawak, tidak begitu saja saya dapatkan. Eyang putri hanya mengatakan kegunaannya bagi perempuan yang sering dianggap ringkih padahal tugas yang diembannya sungguh bukan main. Sehingga harus kuat, sehat dan bugar. Barulah sesudah kemajuan teknologi mengenalkan pada mesin pencari google, saya mengetahui kandungan temulawak, yaitu:

Zat kalagoga yaitu zat yang berfungsi mengurangi kerja enzim glutanate piruvat transaminase dan enzim glutamate sehingga bermanfaat menjaga kesehatan hati.

Flavonoid yang bermanfaat sebagai anti oksidan, mampu menetralisir radikal bebas dengan demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan jaringan tubuh.

Glikosida merupakan obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurun tegangan permukaan.

Xanthorrhizol. Kandungannya  hanya ditemukan di temulawak, tidak ada pada rimpang lainnya dan berkhasiat untuk liver, anti bacterial, anti inflamasi, anti kanker. Bahkan mampu memperlambat tumbuhnya tumor pada pasien kanker payudara. Sangat efektif  pada kanker payudara stadium dini dan mampu mengembalikan sel-sel yang rusak pada pasien kanker stadium lanjut yang harus menjalani kemoterapi.

Minyak Atsiri terkandung pada temulawak sebanyak 6 – 10 % yang bermanfaat meningkatkan fungsi ginjal.


Kurkumin dapat menurunkan gula darah dan menurunkan lemak darah dalam tubuh manusi. Juga berfungsi menyerap radikal bebas, 


Mengetahui begitu banyak manfaat temulawak, saya membiasakan diri meminumnya. Bukan dengan cara yang eyang putri lakukan yaitu menggunakan lumpang dan alu tapi  mengirisnya hingga menjadi potongan kecil kemudian diblender.  Hasilnya disaring, diberi tambahan gula palem atau madu,  sesuai persediaan yang ada, kemudian dikucuri perasan jeruk nipis. Hmmm……sedap !!

Ada adagium ala bisa karena biasa, tetapi berkaitan dengan temulawak,  tubuh terasa tidak nyaman jika sehari saja tidak meminumnya. Apalagi semakin berumur, tindakan  preventif harus dilakukan daripada terlanjur sakit. Karena pengobatan kuratif , huhuhu ......mahal banget. Semalam menginap di rumah sakit setara dengan semalam di hotel berbintang 😢😢😡😡
somestolenmoments.wordpress.com


Temulawak sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki kegiatan padat seperti ibu rumah tangga. Seingat saya, hampir tak pernah sakit. Setiap ada gejala batuk pilek, saya segera minum paracetamol, minum perasan jeruk nipis dan banyak-banyak mengonsumsi  air putih. Untuk beristirahat lebih lama, aduh tidak bisa, anak-anak membutuhkan saya. Sungguh khas ibu rumah tangga bukan?

Kini, ketika anak-anak sudah besar. Kesibukan merawat keluarga tidak seheboh dulu. Pagi-pagi usai sholat subuh, saya bisa dzikir sebentar kemudian sarapan secangkir temulawak dan semangkuk buah-buahan . Terkadang buah-buahan saya ganti dengan setangkup roti. Kemudian membenahi tanaman di pekarangan depan tempat saya bereksperimen berbagai tanaman sayuran dan tanaman hias. Semua kegiatan bisa dikerjakan dengan lancar tanpa merasakan sakit persendian yang sering dialami perempuan lanjut usia. Sama seperti eyang putri dulu yang masih berkegiatan hingga maut menjelang. 






sumber: sekedarinfo.com

Seiring  dengan kemajuan teknologi, selalu ada cara untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satunya dialami Rima, seorang anak muda, penggiat lingkungan yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sebagai ibu muda yang penuh idealisme tentu saja Rima ingin memberi yang terbaik, diantaranya menyusui selama dua tahun. Karena siapapun tahu bahwa  pemberian ASI (air susu ibu) merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sejak dini.

Sayangnya rencana Rima tidak berjalan mulus, ASI baru keluar di hari ketiga, dan selama beberapa hari tersebut sang bayi diberi susu formula (sufor) dalam botol. sehingga bayi mengalami ‘bingung puting’ (kondisi dimana bayi menolak payudara ibunya karena keasyikkan minum menggunakan dot). Untuk menyiasati, Rima memompa air susunya, memasukkannya  kebotol untuk  kemudian diberikan pada bayinya.

Ketika sedang browsing, Rima mendapati dia tidak sendirian. Banyak teman senasib yang bergabung dalam komunitas mama e-ping di theurbanmama.com, sehingga bisa saling sharing, berbagi pengalaman dan pengetahuan. Mama e-ping (exclusively pumping) menjadi sebutan bagi para  mama yang memberikan ASI dengan cara dipompa lalu diberikan melalui media buatan. Sedangkan ASInya dinamakan ASIP (ASI peras).

Mereka menerapkan pemahaman utama tentang teori demand and supply yaitu semakin sering ASI dikeluarkan maka semakin banyak pula yang diproduksi. Otak ibu akan memberi perintah berproduksi ketika mengetahui persediaan ASI dalam payudara menipis. Sehingga bisa menghindari involusi (berkurangnya kelenjar payudara) apabila bayi tidak menyusu dan ASI tidak dikeluarkan. Kondisi tersebut terjadi 40 hari kemudian ketika aktivitas sel-sel penghasil ASI  menurun.

Para mama e-ping yang bergabung dengan  theurbanmama.com memperoleh banyak tambahan pengetahuan diantaranya bagaimana menjaga kebersihan alat pemompa ASI, berbagai cara memompa ASI sebelum menyimpannya dalam botol-botol kaca dan dimasukkan ke chest freezer (freezer penyimpan es krim).

Botol kaca dipilih karena ASI dalam botol harus dihangatkan sebelum diberikan pada bayi. Sedangkan botol plastik  (kecuali  BPA free) sangat tidak disarankan mengingat unsur kimia yang terkandung didalamnya  rentan mengkontaminasi ASI. Untuk menghangatkan bisa menggunakan alat khusus yang diproduksi suatu produsen peralatan bayi  atau dengan cara konvensional yaitu dengan cara memasukkan ke dalam wadah berisi air hangat.

Sedangkan chest freezer dipilih karena mampu menyimpan ASI selama kurang lebih 6 – 12 bulan. Atau bisa juga freezer yang tersedia dalam lemari es dua pintu. ASI dalam freezer ini bisa tahan 3- 4 bulan tergantung suhu penyimpanan dan intensitas buka tutup pintu freezer.
Musuh utama mama e-ping adalah mati listrik, wuaduhhhhh……… mereka deg-degan apabila listrik mati sehari penuh. Karena berarti persediaan ASI bagi ananda tercinta terancam basi. Apabila mendapat kepastian listrik mati dalam jangka waktu lama, biasanya mereka memindahkan botol-botol ASI dalam cooler box dan dititipkan ke kerabat.

Melalui komunitas mama e-ping dalam theurbanmama.com  mereka juga bisa berbagi ketika ada mama e-ping yang membutuhkan donor ASI karena suatu musibah. Seperti yang dialami seorang ibu, dia terpaksa minta bantuan karena payudaranya lecet selama menyusui. 

Setelah ditelisik ternyata sang bayi mempunyai kelainan  tongue tie (lidah terikat) yaitu kelainan bentuk frenulum (tali lidah) yang mengakibatkan ibu kesakitan karena sang bayi tidak bisa latch on.  Akibatnya ibu mengalami peradangan payudara sedangkan sang bayi rewel masih lapar dan  berat badan tidak bertambah akibat kesulitan menghisap ASI. Bisa dibayangkan apabila itu terjadi diluar lingkaran komunitas, pastilah pasokan ASI dihentikan dan bayi minum sufor.

Selain itu mereka juga berbagi cara menyiasati memerah susu di kantor ketika masa cuti berakhir. Karena seperti kita ketahui, Undang-undang hanya memberi jatah 3 bulan cuti hamil dan melahirkan. Berarti pada usia satu setengah bulan bayi harus ditinggal dalam keadaan sangat membutuhkan ASI. Disinilah para superwoman  menunjukkan kebolehannya,  kecuali dia seorang manajer kantor yang memiliki ruang kantor dan lemari es sendiri, perempuan kantoran lainnya harus berstrategi mencari tempat memerah ASI dan menyimpan hasilnya untuk dibawa pulang.

Memberikan ASI ekslusif berarti memberikan zat-zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak bayi.  Juga memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit, serta murah. Seorang ibu harus menyiapkan anggaran kurang lebih Rp 1.000.000 hanya untuk susu formula bayinya. Biaya yang tidak seharusnya dikeluarkan apabila sang mama mau berusaha mencari jawaban  atas masalahnya.

Sebagai contoh chest freezer yang dimiliki Rima diatas, diketahuinya dari perbincangan para mama e-ping. Setiap tiga jam Rima konsisten memerah ASInya kurang lebih 180 ml, keculi di pagi hari bisa mencapai 200 ml karena hormone prolagtin bekerja ketika sang mama tidur.

lemari pendingin ASI


Menyusui langsung bayinya memang kondisi paling ideal karena menciptakan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. Tetapi bagaimana apabila kejadian nyata tidak sesuai scenario? Bayi enggan menyusui karena kadung asyik minum lewat dot daripada payudara ibunya. Karena itu sangat dibutuhkan dukungan keluarga, khususnya suami di garda depan dalam memberi dukungan. Bagaimanapun tidak ada ibu yang mau ribet memerah susu dan memberikan pada bayinya. Pastinya dia ingin menyusui langsung. Selain itu kondisi tersebut tak terelakkan apabila sang ibu bekerja, otomatis dia menjadi mama e-ping, kecuali di dekat kantornya ada tempat penitipan bayi.

Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan ketika banyak tetangga dan atau kerabat nyinyir menanggapi fenomena aneh ini. Minum ASI kok melalui botol susu. Lebih menyebalkan lagi apabila ada yang berkomentar bahwa bayinya kurus  sehingga harus mendapat susu formula. Pemahaman gemuk itu sehat memang sulit pudar dan bayi/anak yang mendapat susu formula umumnya memang gemuk.

Dukungan  keluarga lainnya adalah membantu menjaga suasana hati sang ibu agar selalu nyaman. Ke’galauan’ akan berakibat menurunnya produksi ASI. Alangkah baiknya apabila keluarga juga mendukung dalam memenuhi booster berupa berbagai sayuran yang harus dikonsumsi agar produksi ASI lancar. 


ASI adalah hak anak. Tercantum dalam UU Kesehatan Pasal 128 Ayat 1, tetapi tanpa regulasi itupun kita semua tahu bahwa tidak ada asupan gizi bagi bayi yang sesempurna ASI. Karena itu menggunakan jejaring sosial untuk mendapat manfaat agar saling melengkapi adalah langkah bijak dari para ibu muda cerdas abad ini.



Buku menarik yang ditulis oleh orang yang menarik pula. Dikatakan menarik karena banyak pejabat menggunakan buku sebagai alat kampanye dini, sehingga mereka memasang wajahnya di kaver depan. Tidak demikian dengan buku “Revolusi Dari Desa” , tidak ada wajah sang penulis, Dr. Yansen TP., M.Si.,  baik di kaver depan maupun belakang buku. Kaver depan menggambarkan ulat yang sedang berjalan meniti puncak tangkai tumbuhan untuk kemudian bertransformasi sebagai kupu-kupu. Sesuai semangat isi buku yang menggambarkan bagaimana seharusnya membangun desa, lengkap dengan implementasinya.

Siapa Dr. Yansen,  baru kita ketahui ketika membuka bukunya untuk melihat sisipan dan profil penulis yang berada di halaman 179. Tidak terpampang narsis agar konstituen mudah mengenali, dan memilih untuk kedua kali atau bahkan memilih sang penjabat untuk menduduki kursi lebih tinggi.

Bupati Malinau, Dr. Yansen TP., M.Si.,  juga merupakan penulis yang menarik untuk dibahas, karena umumnya alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) hanya berakhir sebagai manager wilayah. Sementara sekolah tersebut mempersiapkan lulusannya sebagai pemimpin di seluruh wilayah di Indonesia. Berjenjang mulai dari tingkat sekretaris camat (sekcam)  hingga setinggi mungkin yaitu kepala Negara. Sayangnya justru mereka yang tidak berlatar belakang pendidikan APDN nampak kinclong di mata pewarta, karena visioner dalam membangun daerahnya.

Berbeda dengan Dr. Yansen, dia memiliki visi misi setelah sebelumnya mengindetifikasi masalah, mendata sumber daya alam dan sumber daya manusia kemudian mencari solusi hingga terciptalah cetak biru bagaimana seharusnya membangun desa yang tertuang dalam buku “Revolusi Dari Desa.”

Walaupun seperti yang dikatakan Prof.DR. Sadu Wasistiono,M.Si dalam kata pengantarnya bahwa “Nil Novi Subsole” (dibawah matahari sebenarnya tidak ada yang baru). Maka gagasan Dr. Yansen bukanlah sesuatu yang baru, tetapi merupakan reaktualisasi konsep. Sebelumnya Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sudah memperkenalkan konsep pembangunan komunitas, dan Park Chung Hee, Presiden Korea Selatan menggagas Saemaul Undong. Demikian pula presiden Julius Nyerere dari Tanzania dengan Ujamaa Villages. Indonesia sudah sejak lama mengenal pembangunan desa yang kemudian diubah namanya menjadi pembangunan masyarakat desa dan terakhir dirumuskan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 mengenai pemberdayaan desa dengan kekuatan sendiri.

Namun “Revolusi Dari Desa” yang ditawarkan dan telah berhasil diimplementasikan dalam bentuk Gerakan Desa Membangun (Gerdema) lebih membumi dibanding  konsepsi Mbangun Deso ala Bibit Waluyo – Rustriningsih ketika melaju ke kursi Jateng 1 tahun 2008 yang memilih slogan  “Bali Ndeso Mbangun Deso”. Buah pemikiran Dr. Yansen lebih realistis. Tidak perlu bersusah payah mengajak mereka yang enggan pulang ke kampung halaman tapi mengacu pada pemilik ‘Ndeso” itu sendiri yaitu warga desa.

Bak koki yang menyoba resep masakan, Dr. Yansen meracik pembangunan daerahnya. Bagaimana menyinergikan kebutuhan dan harapan warga desa, pihak swasta dan kemampuan pemerintah daerah. Semua dimusyawarahkan setiap tahun melalui Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa) dengan tujuan mempersempit kesenjangan si miskin dan si kaya. Sehingga tidak ada lagi kisah penderita gizi buruk, warga desa harus menjadi TKI, kesenjangan pendidikan  dan lain-lain.
Tidak hanya perencanaan pembangunan, fungsi pengawasan, penilaian hasil akhir dan yang terutama adalah estafet  kepemimpinan juga dirumuskan dan diimplementasikan agar keberhasilan Gerakan Desa Membangun bisa berkelanjutan.

Untuk memperjelas hasil kerjanya Dr. Yansen  melampirkan foto-foto khas pejabat pemerintah seperti mengunjungi kelurahan, meresmikan kantor  serta bercanda dengan masyarakat. Yang menarik adalah terobosannya membagikan ponsel bagi aparat desa dan terwujudnya sarana komunikasi Vsat bagi seluruh kantor camat perbatasan, pedalaman dan terpencil se-Malinau. Sungguh patut diacungi jempol karena tidak hanya memudahkan komunikasi tapi setiap daerah bisa melaporkan hasil pembangunan dalam akun media sosial, lebih baik lagi jika dirangkum dalam blog/web dan di-update secara periodik. Hal yang seharusnya dikembangkan oleh setiap kepala daerah di Indonesia.

Buku “Revolusi Dari Desa” sukses membuat saya membuka peta untuk mengetahui letak kabupaten Malinau di Kalimantan Utara berbatasan dengan Negara lain yang konon sering membuat warga Indonesia  berimigrasi karena iming-iming fasilitas dan infrastruktur yang lebih menggiurkan. Halmana bisa diminimalisir jika pemerintah daerah mau mendengar aspirasi warga dan memenuhi kebutuhannya.

Buku ini juga sangat tepat dijadikan referensi bagi kebijakan publik serta mereka yang peduli pembangunan desa. Karena fokus pemerintahan daerah Malinau menjadikan Kabupaten Pariwisata dan menggarap sektor ekonomi kreatif. Sektor yang sangat diandalkan tatkala sumber daya alam menipis. Beberapa diantaranya adalah produk rotan dan seni budaya yang berhasil ditumbuh kembangkan kabupaten Malinau. Mungkin itu pula penyebab buku ini masuk kelompok bisnis di toko Gramedia.

Dan tentunya semoga menjadi inspirasi kepala daerah lain untuk membuat buku yg memuat keberhasilan mereka. No pic hoax berlaku bagi mereka yang ingin maju sebagai pemimpin di semua wilayah Indonesia. Semakin banyak calon pemimpin dan yang pernah memimpin yang memiliki jejak keberhasilan, maka warga akan semakin leluasa memilih calon kepala daerah,  calon legislatif maupun calon presiden yang kompeten.
Warga desa semakin pandai, mereka enggan hanya menjadi ladang suara yang dipanen setiap 5 tahun sekali, untuk kemudian ditinggalkan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buku : Revolusi Dari Desa (Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat)
Penulis : Dr. Yansen TP., M.Si
Editor : Dodi Marwandi
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014

Cetakan : Ke-1 ISBN : 978-602-02-5099-1

dok.AXA Mandiri


Jadi  insinyur….. guru…………  dokter………. pelaut ……presiden……………

 Mungkin itulah sebagian jawaban anak-anak ketika ditanya mengenai cita-cita. Lucunya cita-cita mereka  sering berubah-ubah. Hari ini berkata ingin menjadi guru, beberapa bulan yang lalu  sebagai dokter, esoknya mungkin berubah menjadi tulang las. Biasanya terinspirasi pekerjaan orang tua atau orang sekelilingnya. Dan sebagai orang tua tentunya kita berharap pendidikan mereka lebih tinggi dbanding ayah ibunya.

Tapi yakinkah kita akan mampu membiayai mereka? Karena sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan dan berbagai kendala penyebab cita-cita anak gugur di tengah jalan seperti meninggal,  sakit kronis, kecelakaan dan cacat tetap.
Atau bisa juga kita berumur panjang. Sayang ketika waktunya tiba, dana tidak tersedia, sehingga terpaksa  menjual semua harta benda. Kemudian? Ya , tunggu saja anak selesai kuliah dan berpenghasilan, karena merekalah yang “harus” gantian memberi nafkah pada orang tua.


Kisah anak yang diharapkan menjadi ATM orangtuanya merupakan salah satu ilustrasi dalam acara Kompasiana Nangkring bersama Axa Mandiri tanggal  29 September 2015 silam  dengan tema :”Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini”. Acara yang dipandu Nurulloh  (Editor Kompasiana)  menghadirkan  Tejasari Asad (Perencana Keuangan dan Direktur Tatadana Consulting) dan Tisye Diah Retnojati (Chief of In Branch Channel AXA Mandiri).


Dalam bedah tema rencana pendidikan anak sejak dini, Tejasari Asad memaparkan besaran inflasi yang harus diperhitungkan saat merencanakan pendidikan anak.  Ilustrasi yang mudah diingat yaitu jika pada tahun 1998 kita bisa berbelanja satu troli  penuh,  pada tahun 2013 dengan sejumlah uang yang sama kita hanya bisa membeli beberapa jenis barang. Troli hanya terisi sepersepuluhnya. Menunjukkan nilai tukar uang semakin lama semakin kecil. Tentu saja, tahun 1998 satu bungkus nasi rames cukup dibayar dengan Rp 1.000, sedangkan tahun 2015? Wow kita harus mengeluarkan uang Rp 15.000 – Rp 20.000.

Bagaimana dengan biaya pendidikan? Ternyata inflasi pendidikan cukup tinggi yaitu 10 – 20 %. Agar optimal dalam menyiapkan rencana pendidikan,  Axa Mandiri menyediakan ilustrasi yang sangat membantu. Pertama buka situs axa.mandiri.co.id  kemudian klik simulator pendidikan,  isi dengan lengkap. 
Kebetulan anak saya sudah kuliah semua tapi belum menikah. Jadi saya berandai-andai, jika anak saya berumur 30 tahun dan memiliki 2 anak.
Nama anak pertama bernama Firdha dan bercita-cita menjadi dokter, ini dia perincian biaya pendidikannya:



Ilustrasi yang kedua adalah anak kedua , Wicak yang bercita-cita menjadi pilot. Berikut rinciannya:





Wow, lumayan besar ya? Karena perhitungan sejak mulai lahir dan  mencakup inflasi dan semua biaya yang harus disiapkan orang tua agar buah hatinya bisa meraih sukses. Dengan adanya simulator pendidikan kita bisa menganggarkan dana pendidikan anak dengan cermat dan berusaha memenuhinya. Tanpa kalkulasi cermat, mungkin uang ‘kaget’ seperti bonus tahunan atau uang warisan akan habis untuk belanja konsumstif. Sayang bukan?  Menyesal kemudian tidak berguna.

Jika merunut penjelasan ibu Teja dan hasil simulator, jelaslah  menyiapkan rencana pendidikan,  tidak dianjurkan sekedar menabung,  tapi  harus  berinvestasi agar jumlah dana yang tersimpan dapat mengalahkan inflasi dan memperoleh keuntungan.
Kemana kita harus berinvestasi? Pemilihan  investasi, baik dalam bentuk saham, unit link, reksadana, obligasi, property, emas atau deposito harus sesuai dengan profil risiko. Termasuk profil risiko manakah kita,  konservatif, moderat atau agresif?   Setiap pilihan ada risikonya, semakin tinggi return maka risikonya akan semakin besar. Karena itu pilihlah produk keuangan yang sesuai dengan profil risiko dan mudah untuk dijalankan agar pelaksanaannya tidak mempersulit kita.

Ada 2 jenis bekal untuk buah hati agar sukses  meraih cita-cita yaitu Asuransi Mandiri  Sejahtera Cerdas,  dan  Asuransi  Mandiri Sejahtera Cerdas  Syariah. Pemilihannya  tergantung kita karena yang terpenting adalah memastikan agar dana pendidikan anak tercapai pada waktunya. Pemilihan asuransi yang tepat akan memproteksi dana pendidikan anak.

Ingin tahu  keunggulan asuransi pendidikan  yang dipersembahkan Axa Mandiri?   Ini dia:
  • Fleksibel menentukan premi dan uang pertanggungan, sesuai dengan kebutuhan.
  • Investasi maksimal dengan loyalty bonus yang akan diberikan pada akhir tahun ke-5 dan selanjutnya setiap tahun pada Ulang Tahun Polis, sehingga membantu mempercepat pengembangan dana.
  • Pilihan program. Asuransi tambahan (rider) sesuai dengan kebutuhan perlindungan anda.
  • Beragam pilihan jenis dana investasi yang sesuai dengan profil risiko.

Pernah mendengar bahwa banyak orang enggan ikut berasuransi karena takut uangnya “hilang”  ??  Nah,  Axa Mandiri merupakan Bancaassurance nomor 1 di Indonesia atau kemitraannya dengan bank terpercaya dalam mengelola dana untuk berbagai tujuan seperti menabung, proteksi , investasi dan  rencana keuangan.  Sehingga jangan kuatir , dana yang tersimpan tidak saja aman untuk  proteksi pendidikan, juga akan berkembang  sesuai investasi yang dipilih.

Manfaat-manfaat berikut ini akan diterima pemegang polis:

Jika tertanggung meninggal dunia, maka akan menerima:
Santunan 100 % uang pertanggungan
Nilai investasi sebesar nilai yang terbentuk dari premi yang diinvestasikan
Total Nilai Premi (Seluruh premi yang telah dibayarkan, ditambah dengan seluruh premi yang seharusnya dibayarkan sampai akhir masa asuransi).
** khusus Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas Syariah. Santunan 200 % uang pertanggungan (meninggal dunia pada saat melakukan Ibadah haji/Umrah)

Jika tertanggung mengalami cacat tetap total (manfaat pembebasan premi) :
Santunan 100 % uang pertanggungan
Polis asuransi tetap aktif karena pembebasan pembayarn premi berlaku. Premi yang dibebaskan adalah premi dasar ditambah top up investasi nasabah ( jika ada)

Jika tertanggung meninggal dunia setelah diagnose cacat tetap total.
Santunan 100 % uang pertanggungan
Nilai investasi sebesar nilai yang terbentuk dari premi yang diinvestasikan.

Jika tertanggung tetap hidup sampai akhir masa asuransi
Nilai investasi sebesar nilai yang terbentuk dari premi yang diinvestasikan.

Betapa banyak manfaat  diperoleh jika kita menyiapkan asuransi pendidikan sedini mungkin. Harus menunggu apalagi? Semakin menunda maka manfaat yang diperoleh semakin kecil. Jumlah dana yang harus dianggarkan untuk biaya pendidikan semakin besar. Jadi daripada uang habis untuk hangout dan membeli barang konsumtif, mengapa tidak kita investasikan untuk bekal pendidikan sang buah hati?  Agar bekal dana pendidikan menjamin sang buah meraih cita-cita  dan kita tidak usah hidup merana seperti oom Anton.

Keterangan:

Uang pertanggungan:
Sejumlah uang yang tercantum dalam polis yang merupakan nilai kontrak yang disepakati yang harus dibayar Penanggung  jika terjadi risiko terhadap Tertanggung.
Premi:
Sejumlah uang yang ditetapkan oleh Penanggung yang dipergunakan untuk mendapatkan manfaat pertanggungan.



Newer Posts Older Posts Home

Pageviews last month

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
  • Dating in the Kitchen, Saat Paman Jatuh Cinta Pada Keponakan
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!

Featured Post

Roti Susu Kental Manis, Gampang Bikinnya Legit Rasanya

    Saya sedang mengudap roti susu kental manis (SKM), lho. Sambil ngetik tulisan ini, ada secangkir kopi kental dan seloyang roti sisir...

Categories

  • lifestyle 193
  • review 111
  • drama korea 78
  • kuliner 74
  • healthy 53
  • blogging 49
  • review kuliner 37
  • finansial 35
  • budaya 26
  • travelling 19
  • Environment 17
  • beauty 14
  • fiksi 14
  • Zero Waste Lifestyle 13
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (8)
    • ►  January (8)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ▼  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ▼  May (9)
      • Hembing dan Germas
      • Kontroversi ASI
      • Rahasia Bugar dan cantik ala Perempuan Keraton
      • Mama E-Ping
      • Mbangun Ndeso ala DR Yansen
      • Yuk, Kita Hitung Kebutuhan Buah Hati dalam Meraih ...
      • Gerakan Nasional Non Tunai Untuk Wong Cilik
      • UANGKU, Dompet Virtual Untukmu
      • sssstttt......Perempuan, Jadikan Senam Kegel Rutin...
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Graceful Family, Mencari Pengakuan Ibu Kandung
    “Kau adalah kegagalan” “Aku bahkan tak bisa membuangmu” Pernah melihat atau mendengar seorang ibu berkata begitu kejam dengan ...
  • Nasi Tutug Oncom, Makanan Wong Cilik Anu Kacida Raosna!
    “Mbak, beli nasi tutug oncomnya ya?” Begitu sapaan Suzy setiap berpapasan di area Taruna Bakti Bandung, lokasi anak-anak saya dan...
  • Jangan Ngebakso Sultan ya, Ntar Ketagihan Lho!
    “Bakso Bandung enak semua”, kata Azizah Azizah, tetangga sebelah rumah saya di Cigadung.   Baru pulang dari tugasnya berbu...
  • 5 Rekomendasi Channel Food YouTuber Untuk Usaha Kuliner
      “Apa yang bisa membuatmu merasa happy?” Jika saya mendapat pertanyaan tersebut, jawabannya adalah ilmu/wawasan baru. Ilmu/wawasan baru...
  • Mau Usaha Kuliner di Masa Pandemi Covid 19? Simak 5 Langkah Awalnya!
      Rebecca (Becky) Bloomwood dalam novel Confessions of a Shopaholic yang ditulis Sophie Kinsella, mendapat nasehat dari ayahnya: “Berhemat...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates