Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us





"Mbak, Hudi di ruang gawat darurat rumah sakit. Pingsan di kamarnya. Kita bawa ke rumah sakit tapi udah beberapa jam ngga diapa-apain, nunggu jaminan”. Hudi yang dimaksud adalah adik bungsu saya.
Diketemukan pingsan di kamar kostnya di Jatinangor oleh teman-temannya yang segera membawanya ke rumah sakit terdekat yang jaraknya kurang lebih 10 km. Sayang, teman-teman Hudi terkendala uang jaminan, hingga salah seorang dari mereka teringat nomor telepon saya. Saya datang sangat terlambat. Walau bagian kepalanya sempat dioperasi untuk mengeluarkan sejumlah cairan, nyawa Hudi tidak tertolong.
Kejadian yang berlangsung pada tahun 1993 itu sering menghantui. Bagaimana jika terjadi lagi? Dan memang beberapa kali mengalami ketakutan ketika anak sakit panas selama berhari-hari, sementara uang ditangan hanya cukup untuk berobat ke klinik terdekat. Sering berpikir, ah andaikan ada jaminan kesehatan yang dimiliki setiap warganegara Indonesia. Tidak terbatas pada sekelompok orang secara eksklusif seperti waktu itu. Dananya bisa berasal dari penyisihan penghasilan per bulan. Jangan terlalu besar agar tidak memberatkan. Yang penting harus ada dan mudah menunjukkannya pada pihak rumah sakit.
Semua bisa sakit, tak mengenal usia, kelas sosial, jenis pekerjaan dan jenjang jabatan. Sayangnya ketika badan sehat, manusia sering terlena, menunda menyisihkan penghasilannya untuk anggaran kesehatan. Melupakan bahwa uang ibarat air yang mengalir dari telapak tangan. Sekuat apapun digenggam, ia akan mengalir dari sela-sela jari. Sangat apes ketika saldo tabungan kosong, tiba-tiba salah seorang anggota keluarga sakit parah. Sehingga apa boleh buat harta benda yang dimiliki terpaksa dijual, termasuk rumah yang sedang dihuni.
Ah andaikan ada lembaga pengelola biaya kesehatan bagi masyarakat. Yang menerima dan menyimpan hasil penyisihan penghasilan dari setiap keluarga, untuk kemudian menyalurkannya tatkala perlu. Karena faktanya setiap keluarga produktif mampu menganggarkan cadangan bagi kesehatan.
Seorang supir angkutan umum berceritera bahwa setiap hari dia harus mengeluarkan uang jajan untuk kedua buah hatinya sebesar Rp 15.000 per anak. Jika dia mampu mengeluarkan biaya jajan yang notabene bukan pengeluaran primer, tentunya dia bisa menyisihkan Rp 1.000 per hari atau Rp 30.000 per bulan untuk setiap anggota keluarga.
Harapan saya terkabul pada tahun 2014 dengan diluncurkannya jaminan kesehatan nasional melalui lembaga yang ditunjuk pemerintah yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Setiap warganegara di setiap lapisan masyarakat bisa menikmati layanan kesehatan, dengan “hanya” membayar iuran.
Mengapa “hanya”? Karena seperti kisah supir angkutan umum di atas, sebetulnya setiap warga masyarakat bisa menyisihkan penghasilannya untuk kebutuhan mereka yang teramat penting yaitu kesehatan. Dan jumlah iuran yang disetor sebetulnya sangat kecil dibanding pengeluaran lainnya, terlebih yang bersangkutan bisa menerima layanan kesehatan sangat besar.
Diluar ekspektasi peserta BPJS Kesehatan menerima semua layanan kesehatan meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Contohnya, selain pengobatan umum, peserta bisa menikmati layanan imunisasi dasar, pembersihan karang gigi dan pembuatan protesa gigi/gigi palsu. Layanan pembersihan karang gigi diberikan dengan pertimbangan karang gigi bisa menyebabkan radang gusi, gigi goyah bahkan gigi lepas. Sedangkan protesa gigi/gigi palsu dibutuhkan lansia yang kehilangan giginya agar bisa menjalankan aktivitas secara normal.
Konsul ke dokter spesialis juga merupakan layanan kesehatan yang diterima peserta BPJS Kesehatan. Layanan ini sangat membantu karena kondisi saya sekarang tak memungkinkan untuk berobat ke dokter spesialis, sementara tanpa obat, penyakit saya akan kambuh dan menghalangi rutinitas kerja.
Berbekal surat rujukan (yang ternyata telah diterbitkan secara online) yang diberikan oleh dokter umum di puskesmas yang ditunjuk, saya mendatangi rumah sakit swasta tempat dokter ahli berpraktek dan mendapat pelayanan yang sama seperti ketika harus membayar langsung dari kocek pribadi.
Bukan itu saja, seorang teman berkisah bahwa adik iparnya menderita kanker . harta benda yang dimiliki jelas tak mungkin menutup semua tagihan rumah sakit, tapi berkat kepesertaan BPJS Kesehatan pasien bisa pulang tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
Berbagai keberhasilan yang diraih BPJS Kesehatan membuat banyak perusahaan swasta mengalihkan anggaran kesehatan pegawainya ke BPJS Kesehatan. Rasa aman dana kesehatan dikelola lembaga nirlaba yang ditunjuk pemerintah, menjadi penyebabnya. Juga nyaman karena uang yang disetor murni digunakan untuk membiayai kesehatan masyarakat, tidak diputar dulu dalam sektor bisnis lain sehingga terbebas rasa was-was jika merugi/bangkrut.
Keberhasilan BPJS Kesehatan sangat berkaitan dengan penerapan Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia yaitu gotong royong. Kebiasaan bergotong royong tercermin dalam perilaku sehari-hari. Jika tempo dulu masyarakat Indonesia bersama-sama membangun rumah kerabatnya, kini semangat gotong royong spontan timbul ketika anggota masyarakat lain mengalami kemalangan. Koin Peduli Prita yang dikumpulkan untuk Prita Mulyasari contohnya. Juga untuk Darsem, TKI yang akhirnya lolos dari hukuman pancung. Dan yang terkini adalah aksi netizen mengumpulkan sumbangan untuk pemilik warung, ibu Saeni di Serang Banten. Kejadian tersebut merupakan gotong royong spontan, sedangkan BPJS Kesehatan mengelola dana masyarakat secara kontinyu untuk menjamin Indonesia sehat.
Bukankah setiap anggota masyarakat membutuhkan anggota masyarakat lainnya agar tetap sehat. Orang tua murid misalnya, membutuhkan seorang guru yang sehat agar kegiatan ajar- mengajar di sekolah berlangsung lancar. Seorang pemilik pabrik mengharap kesehatan bagi pegawainya agar proses produksi berjalan lancar. Begitu seterusnya.
Agar tercipta kondisi masyarakat yang sehat, iuran kesehatan yang mereka simpan setiap bulannya digunakan untuk menolong yang sakit, apakah itu si murid, orang tua murid, guru, pemilik pabrik atau pegawainya. Bahkan lintas masyarakat, tidak pandang status sosial, jabatan dan kelas ekonomi, semua membutuhkan kesehatan prima untuk menjalankan aktivitas keseharian.Dalam hal ini BPJS bertindak selaku operator yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola biaya kesehatan yang disetor masyarakat dan dari APBN untuk membiayai warga miskin yang tidak mampu menyisihkan dana bagi kesehatannya.
Banyak masyarakat tidak mampu tertolong dengan adanya program jaminan kesehatan. Pada tahun 2014 tercatat sebagian besar peserta dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah atau pekerja informal yang berjumlah lebih dari 9 juta jiwa yang sebelumnya kesulitan untuk mendapat akses kesehatan.
Dalam upaya mewujudkan Indonesia sehat, program jaminan kesehatan nasional (JKN) berkontribusi positif pada perekonomian nasional. Menurut Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), selama 2014 JKN menyumbang Rp 18,6 triliun bagi ekonomi Indonesia. Jumlah tersebut berasal dari peningkatan layanan kesehatan Rp 4,4 triliun, kenaikan pendapatan industri farmasi Rp 1,7 triliun, penambahan lapangan pekerjaan sektor kesehatan Rp 4,2 triliun dan pembangunan rumah sakit Rp 8,36 triliun. Sungguh tak terduga. Menjadi peserta BPJS Kesehatan yang disiplin membayar iuran ternyata tidak hanya menjamin kesehatan diri sendiri serta keluarga tetapi juga membantu sesama warga yang membutuhkan. Mewujudkan Indonesia Sehat berarti turut serta menghapus lelucon: “Orang Miskin Dilarang Sakit” di bumi Indonesia. Karena dibutuhkan warga masyarakat yang sehat dalam membangun Indonesia. Sehat fisik serta psikis. Esensi Indonesia sejahtera dan makmur yang sesungguhnya. Sumber data: www.beritasatu.com






Frozen 2 - Febre Congelante 01


Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri yang cantik molek di suatu negara bernama Kerajaan Pisang. Dinamakan Kerajaan Pisang karena negara ini penghasil pisang nomor satu di dunia. Setiap harinya ribuan kontainer pisang diekspor ke negara lain, menyebabkan Sang Raja sangat sibuk menghitung upeti. Satu kontainer berarti satu kotak upeti.
Berbeda dengan Raja, ibunda Putri Pisang, Sang Ratu asyik berbelanja. Kesukaannya pelesir keseluruh penjuru dunia, menghabiskan koin emas untuk membeli mantel bulu cerpelai dan intan permata. Putripun kesepian.
Tak tahan menanggung duka karena kesepian, sang putri sakit. Tiba-tiba dia merasa malas makan. Jus pisang kesukaannya sama sekali tak disentuh. Nugget pisang yang biasanya disantap dengan lahap, membuatnya mual kemudian dimuntahkan.
 Akibat tak ada sebutirpun makanan yang masuk keperutnya, raga Sang Putri melemah. Tubuh moleknya mulai menyusut. Wajah putih pualamnya berubah menjadi pucat bak tak berdarah. Warna merona dari bibir merahnya berganti bilur kebiruan pertanda cairan ditubuhnya mulai surut. Kondisi Sang Putri akhirnya terdengar ke telinga Sang Raja.
Bersama dengan Sang Ratu bergegas ia menengok Sang Putri dan keduanya tertunduk dalam sesal. Penyesalan yang selalu datang terlambat. Betapa lamanya mereka menelantarkan putri kesayangan hingga sakitnya sang cahaya hati baru diketahui begitu lambat.
Segera Sang Raja memanggil ahli pengobatan dari seluruh pelosok negara. Dan seperti diduga merekapun tak mampu. Karena tabib istana telah angkat tangan gagal mengobati sakit Sang Putri. Cairan beras kencur, brotowali dan ekstrak mengkudu hanya membuat perut Sang Putri bergejolak dan memuntahkan isinya. Sakit Sang Putri bertambah parah.
 Bingung melihat kondisi putrinya yang semakin menyedihkan, akhirnya Sang Raja mengeluarkan maklumat: “Siapa yang sanggup mengobati Sang Putri, jika dia adalah laki-laki dan masih bujang maka akan menjadi suami Sang Putri. Jika dia seorang bujang perempuan akan menjadi saudara perempuannya. Sedangkan jika yang menyembuhkan adalah laki-laki atau perempuan tua maka akan mendapat hadiah mas intan permata serta sebuah istana peristirahatan milik kerajaan.
******
Senja mulai tenggelam. Sang Putri terbangun dari tidur panjangnya. Akibat kelelahan memuntahkan isi perut, rupanya dia tertidur lama. Matanya sayu menatap kearah taman, mencari bayang-bayang hari. Sayang, yang dilihatnya hanya dedaunan yang mulai berganti warna menjadi hitam kelam.
 Tok ….. tok … tok … , suara ketukan lirih di pintu kamar membuatnya menoleh. Ah rupanya Bon-bon, anak pengurus istana bagian pengadaan makanan. Sejak kecil mereka berteman dan Bon-bon kerap membawakannya permen bon-bon sehingga Sang Putri memanggilnya Bon-bon. Lupa nama asli pemuda itu.
“Hai masuklah, ada apa?”
 “Tuan Putri mau ikut hamba? Ada pasar malam di luar istana. Disana ada banyak makanan. Cobalah, Tuan Putri mungkin bosan menyantap makanan istana sehingga selalu muntah.”
“Ada makanan apa di pasar malam?”
“Oh bermacam-macam. Ada combro, bulatan parutan singkong yang diisi tumisan oncom kemudian digoreng. Ada cilok, bulatan aci yang dicolok dengan sambal kacang. Ada putri noong, bulatan parutan singkong yang berisi pisang, dikukus dan dibalut parutan kelapa”.
 “Ah, nampaknya menggiurkan. Tapi bagaimana caranya? Badanku lemah sekali”. “Hamba siap menggendong Tuanku Putri. Ayolah. Jika nanti berhasil makan, tentunya badan Tuanku Putri akan kuat kembali untuk berlari-lari seperti sedia kala”.
Dengan berbalut mantel, Sang Putri keluar istana bersama Bon-bon. Rupanya dia cukup kuat untuk tidak digendong. Mungkin semangatnya yang begitu besar untuk sembuh menjadikan Sang Putri mampu berjalan walaupun terhuyung-huyung dan dipapah Bon-bon.
Dan haiiii …… indahnya dunia!!!
 Sang Putri takjub melihat keriuhan pasar malam. Ada berbagai makanan disini, tidak hanya kue-kue yang diceritakan Bon-bon tapi juga masakan dengan harumnya yang menggoda. Mulai dari sate, mi bakso, empal gentong hingga soto betawi.
Kesemuanya terlihat maknyus dan menggoda tapi Sang Putri hanya melihat, tak ingin menyantapnya. Dia malah tertarik pada sekumpulan perhiasan terbuat dari kerang dan perca kain. Diperhatikannya satu demi satu, dipatut-patut seputar jari dan lengan. Tiap penjual rupanya memiliki khas masing-masing.
Tak terasa,  Sang Putri dan Bon-bon terpisah oleh gelapnya malam dan riuhnya pengunjung pasar malam. Ketika tersadar, langkah putri ternyata mulai memasuki lorong-lorong perumahan yang tak dikenalnya. Rasa takut mulai menghinggapi. “Ah kemana Bon-bon, kenapa aku tadi tak memegang tangannya erat-erat?’ sesalnya dalam diam.
Secercah sinar nampak dikejauhan. Terdengar suara perempuan menyenandungkan kerinduan pada bulan purnama. “Akhirnya ……”, bergegas Sang Putri mendatangi sinar lampu yang ternyata berasal dari sebuah jendela.

Dari balik jendela yang kumuh, Sang Putri melihat seorang gadis melahap makanannya dengan nikmat. Rambut sang gadis diikat dua. Keringat nampak mengalir di pelipis dan lehernya. Pipi dan bibirnya memerah karena kepedasan.
dok. Diah didi.com

 Penasaran akan makanan yang sedang disantap sang gadis, diapun mengetuk pintu: Tok….tok …… “permisi” Tak berapa lama pintu terbuka, dan … ..
“Oh Tuan Putri bertandang kerumah hamba”, sang gadis membungkukkan badan dan bersujud takzim. “Kau kenal aku, kau siapa?”
“Hamba bekerja di istana, Tuan Putri. Tugas hamba menyeblaki kasur dan bantal-bantal”
 “Oh, aku tak pernah melihat dirimu”.
“Hamba dilarang mendekat karena tubuh hamba penuh debu. Selain itu, hamba hanya bekerja outsourcing”
Ah, Sang Putri paham. Telah lama dia mendengar bahwa pihak istana mengontrak pihak lain untuk mengerjakan pekerjaan kasar di istana. Lebih murah dan praktis. Tetapi kini Sang Putri lebih tertarik pada makanan yang tadi disantap sang gadis dengan asyiknya.
 “Ini apa?” tanya Sang Putri melihat makanan berwarna merah dan tulang belulang ayam. “Oh itu kerupuk Tuan Putri. Saya sangat lapar, tidak punya cukup uang untuk membeli minyak goreng, sehingga kerupuk aci saya seduh, saya beri bumbu cabe rawit, kencur dan bawang. Cekernya diberi koki istana”.
 Wajah sang gadis mendadak pucat pasi, teringat bahwa ceker ayam tersebut diberikan diam-diam oleh pembantu koki. Dia takut, jangan….jangan …..
Tetapi nampaknya Sang Putri tidak peduli, dia mengambil sesendok makanan sang gadis, mengamati, dan … “Bolehkah aku mencicipi?” “Oh tentu, tentu, …… tapi jangan itu, saya ambilkan yang baru dari penggorengan”

Sekejap kemudian semangkok kerupuk aci berwarna merah cabe dan 3 potong ceker tersaji di depan Sang Putri.
“Silakan Tuan Putri”.
Awalnya Sang Putri menyantap dengan was-was, tapi sesudah santapan kedua, wow…wow …… pastinya Sang Putri sangat menikmati karena tak lama kemudian dia makan dengan lahap dan sekejap kemudian sepiring kerupuk aci itu tandas tak bersisa, bahkan Sang Putri menjilati sisa sisa bumbu cabe.
“Aduh enak sekali. Aku belum pernah makan makanan seenak ini. apa namanya?” Sang gadis menggeleng. “Hamba hanya membuat begitu saja, tanpa nama”.
“Oh jika demikian kita namakan saja Seblak, pekerjaanmu kan menyeblaki kasur. Siapa namamu?”
“Hamba biasa dipanggil Seblak karena tugas hamba tersebut”
“Oh berarti namamu Putri Seblak. Apakah kamu tidak mendengar sayembara ayahku? Siapa yang bisa membuatku makan akan menjadi saudaraku. Nah kamu sekarang menjadi saudaraku. Namamu Putri Seblak. Yuk kita pulang dan buatkan aku seblak seenak tadi”
****
Kemana Bon-bon? Oh ternyata dia melihat Sang Putri makan seblak dengan lahap dan segera dia melapor ke istana, tentunya untuk meminta hadiah yang dijanjikan: “menjadi suami Sang Puteri”.
Sayang tidak semudah itu, pihak Mahkamah Agung menelusuri kebenaran laporan dan memutuskan bahwa Putri Seblaklah yang berhasil mengobati Sang Putri, bukan Bon-bon. Tapi pihak istana dengan adil memberinya intan berlian serta istana peristirahatan yang dijanjikan.

Mereka bertiga akhirnya berteman. Menghabiskan hari-hari yang menyenangkan dengan menelusuri lorong-lorong kerajaan untuk mencicipi berbagai kuliner dan menuliskannya di blog masing-masing. Tak lupa mereka juga sering bereksperimen membuat masakan dengan racikan yang sesuai selera mereka dan mengunggah hasilnya ke blog pribadi. Ya , mereka bertiga adalah The Three Musketeers dalam dunia Food Blogger.


noted:
kisah rekaan semata






“Secara antropologi kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.”

Ketika membaca paragraph tersebut, tak terpikir  bahwa urban farming merupakan bagian proses kebudayaan juga.

Hingga seorang kawan, mbak @Inge  mengingatkan bahwa berkebun di kawasan perkotaan juga merupakan proses kebudayaan. Ketika manusia harus hidup di wilayah sempit perkotaan tapi tetap ingin berinteraksi dengan alamnya. Mengenal kembali tumbuhan, tanah, air, hama hingga bisa memanen seperti layaknya petani.

Di Indonesia, urban farming diperkenalkan secara massif oleh Indonesia Berkebun. Diawal tahun 2011, Ridwan Kamil (kini walikota Bandung) melihat potensi lahan terlantar yang bisa digunakan untuk berkebun. Gagasan tersebut dilempar di media sosial dan mendapat sambutan hangat rekan-rekannya yang kemudian bersama-sama membentuk Indonesia Berkebun. Perkembangan berikutnya sungguh mencengangkan, tak kurang dari 30 kota besar di Indonesia mengikuti mendeklarasikan semangat berkebun dengan logonya masing-masing.

Manfaat urban farming tidak sekedar mengolah lahan terlantar tapi berguna langsung pada pegiatnya untuk mengobati urban stress, olah raga dan membantu pendidikan keluarga dalam pemahaman mengenai tumbuhan dan lingkungannya. Akibat budaya instan, jangan-jangan seorang anak lupa bagaimana bentuk tanaman padi, pohon durian dan pohon pisang. Karena sehari-hari mereka hanya melihat nasi dan buah-buahan yang  “tiba-tiba” hadir di meja makan.

Kegiatan urban farming tidak mudah, tanah kosong di pemukiman umumnya menjadi tempat brangkal (sisa/limbah bangunan). Sulit ditanami, sehingga warga yang hobby berkebun harus membeli tanah subur dalam karung. Jika perlu lebih banyak, mereka membeli dalam satu mobil barang (pick-up). Selanjutnya diperlukan siasat agar tanah subur yang dibeli dengan susah payah tidak larut dalam derasnya air hujan.

Beberapa petani urban mengunggah di you tube, bagaimana caranya menyiasati agar tanah tidak terbuang sia-sia. Keren memang, walau sebetulnya kitapun bisa melakukannya tanpa harus mengeluarkan banyak modal. Yaitu dengan menggunakan sisa-sisa kayu atau brangkal yang berserakan untuk mencegah tanah subur terbawa air hujan. 




Cara lainnya adalah dengan memasang rak-rak / paralon atau talang air di sepanjang gang sempit agar para urban farmer bisa menyalurkan hobbynya tanpa terganggu lalu lintas kendaraan, simpang siur tetangga yang lewat serta cukup mendapat asupan sinar matahari.




Yang menarik, kaum urban di Indonesia belum melupakan tanaman herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan seperti tanaman Pacar Air (impatiens walleriana) untuk mengobati memar, keputihan, dan rematik.





Juga babadotan (Ageratum Conyzoides, L). Tumbuhan ini dinamai berbeda di setiap daerah, seperti tombalo, siangiat, berokan, Tanaman ini berkhasiat sebagai obat luka, bengkak, rematik, sariawan, tumor, sakit tenggorokan, influenza, malaria, perut kembung hingga untuk perawatan rambut.




Berbeda dengan kedua tanaman diatas, binahong (Bassela rubra linn), tanaman merambat yang masuk Wikipedia dengan sederet manfaatnya, silakan lihat disini.








Beragam tanaman herbal dan sayuran tumbuh subur di bumi Indonesia. Demikian juga pemuliaan tanaman hias dan buah-buahan. Tanah sempit bukan halangan karena kini saatnya budaya berpikir kreatif. Bertindak kreatif dan menghasilkan karya kreatif. Tanpa kreativitas kita akan tertinggal jauh dibelakang. Bak penonton yang mengais remah-remah keberhasilan mereka yang melesat jauh menyongsong masa depan yang lebih baik.







Newer Posts Older Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...

Featured Post

Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang

  Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang Media sosial Indonesia geger. Seorang dokter kecantikan berseteru dengan sesoso...

Categories

  • lifestyle 198
  • review 131
  • drama korea 97
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 41
  • review kuliner 39
  • Environment 30
  • budaya 21
  • travelling 19
  • beauty 18
  • Zero Waste Lifestyle 17
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (52)
    • ►  April (9)
    • ►  March (14)
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2016 (5)
    • ▼  November (2)
      • Berkat BPJS, Orang Miskin (Tidak) Dilarang Sakit
      • Asal Mula Nama Seblak
    • ►  January (3)
      • Kreativitas Petani Urban
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ►  2014 (2)
    • ►  December (2)

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
    Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu   Pernah dengar kisah “pakde” di zaman orba? Bernama asli Muhammad Siradjudin, pakde berprof...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
      The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri Yang Mencuri CD   Tahu arti mimpi digigit ular? Ternyata banyak artinya. Bisa berm...
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
      Sering ikut lomba  di perayaan Hari Kemerdekaan? Kebetulan saya belum pernah ikut. Penyebabnya, rumah kami di kota Sukabumi berjauhan de...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
    Akhirnya nonton drama China (lagi) Saya sebut (lagi) karena sebelum kerap menikmati drama Korea, saya biasa mengisi me time deng...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates