Curhat Si Ambu
  • Home
  • Kuliner
  • Drama Korea
  • Lifestyle
    • Finance
    • Review
      • Beauty
      • Blogging
      • Fiksi
      • Zerowaste Lifestyle
      • Mualaf's Diary
    • Traveling
    • Healthy
  • Contact Us


Di blog ini saya ingin mengucapkan Selamat Natal untuk semua teman, kerabat dan saudara sekandung yang merayakan. Mengapa tidak di status facebook atau twitter? Hmm, bukan karena pingin beda dari teman lainnya,  tapi lebih disebabkan karena saya ingin berkisah.

Setiap tahun pakde, kakak kandung almarhum ibunda merayakan Natal di rumahnya yang sederhana di Kota Bandung. Setiap tahun pula sanak keluarga yang beragama Islam datang dan mengucapkan selamat seperti nampak di gambar:



Jika saya yang memotret ditambahkan maka ada 4 yang berjilbab, sebagai penanda kami adalah muslimah. Kadar iman dan pahala, biarlah Allah yang menilai karena bukankah itu hak prerogatifNya? Yang jelas kami mengobrol dan bersenda gurau. Makan bersama-sama. Baik kue-kue, buah-buahan dan makanan utama.

Uniknya hidangan utama Natal bukan dimasak oleh bude, istri pakde, tapi anak menantunya yang beragama Islam. Putera pakde ada lima dan anak sulungnya berpindah agama Islam sejak kuliah. Dia bertemu dengan calon istri yang kemudian dinikahi ketika bekerja di suatu perusahaan. Beruntung istri kakak sepupu saya ini pintar masak dan melarang mertuanya ‘capek’, sehingga setiap Hari Natal, dia memasak untuk semua tamu. Hebat bukan?

Padahal Vidi, istri kakak sepupu saya memiliki 3 anak yang masih kecil-kecil. Suatu alasan jitu jika dia enggan memasak seribet hidangan Natal. Selain itu dia juga harus ngantor sejak pagi hingga sore. Perusahaan tempatnya bekerja hanya memberikan hari libur  tepat di hari Natal. 
Sebagai muslimah, dia menunjukkan perilaku mulia dengan menganggarkan uang pribadinya untuk berbelanja dan memasak hidangan Natal yang komplit. Tahun ini lauk pauk nasi liwet berupa pecel, lalap sambal, sambel goreng kentang, oseng-oseng cumi, ayam goreng, bacem tempe dan bacem tahu, perkedel kentang, bakwan udang, oseng-oseng paria, sup bakso dan …………, sayur jengkol!! , hehehe saya ngga tahu persis dimasak apa sayur jengkolnya, mungkin oseng-oseng atau sambal goreng karena saya ngga berani makan, takut dampak bau di kamar mandi mengakibatkan geger orang serumah :D


Setiap tahun berbeda hidangannya. Tahun kemarin tumpeng nasi kuning lengkap dengan laukpauk seperti ayam goreng, urap, sambel goreng tempe, iga bakar  dan …, aduh lupa apa lagi karena terlupa memotret saking asyiknya makan ^-^

Eratnya silaturahim membawa dampak kehidupan yang  nyaman antar kerabat, tetangga dan anggota masyarakat lain. Terlebih jika yang berlainan agama tersebut adalah saudara kandung atau mertua. 
Bukankah menyenangkan orang lain lebih baik daripada melukai hatinya? Bukankah dengan menyajikan hidangan Natal, Vidi menyenangkan hati semua orang? Bukankah dengan datang di hari Natal, saya dan kerabat muslimah lainnya mampu membuat keluarga pakde tersenyum bahagia, seperti halnya ketika keluarga pakde datang ke kerabat yang beragama Islam di Hari Lebaran. 
Saling mengunjungi, saling mengucapkan turut bersuka cita, tak membuat kami (saya dan kakak sepupu) ingin berpindah agama lagi. Jadi mengapa ucapan Selamat Natal menjadi masalah?

Bahkan Menteri Agama yang telah kafah pemahaman agamanya mengucapkan Selamat Natal dalam tweetnya?
@lukmansaifuddin. "Buat umat kristiani yg bersukacita, Selamat Merayakan Natal... Damai di bumi, damai di hati... Semoga kita terus rukun dalam cinta kasih." 

Sayang, tidak semua kisah seindah itu. Salah seorang bulik, adik sepupu almarhum ayahanda memiliki anak perempuan yang berpindah agama juga. Dari agama Khatolik ke agama Islam. Karena menurut pada suaminya, anak perempuan ini jangankan memasak makanan bagi orang tuanya di Hari Natal, datangpun tidak. Tentu saja tidak datang berarti  tidak mengucapkan selamat Natal. Hingga ayah dan ibunya sering merasa sedih. Puncaknya ketika si anak perempuan meninggal dunia, sang suami tidak memberi tahu pada ayah ibunya. Apa penyebabnya? Entahlah.

Akhirnya sekitar sebulan kemudian barulah orang tua dan saudara-saudara kandung mengetahui bahwa anak/ saudara perempuan mereka mendadak meninggal dunia karena penyakit jantung. Apakah mereka marah? Alhamdulilah tidak, mereka berbesar hati dan berlapang dada. Kemudian tanpa banyak pertimbangan yang njlimet mereka mengadakan tahlilan dengan mengundang majelis taklim dari masjid dekat rumah tinggal mereka. Indah bukan? 

Ayah. Ibu dan saudara-saudara yang berbeda agama berbesar hati melupakan sakit hati ketika anak perempuan/saudara perempuan enggan mengucapkan Selamat Natal, dan justru membuatkan tahlilan di hari ke 40, juga pada peringatan setahun meninggalnya di bulan Desember ini.  Ah, jangan-jangan manfaat lain tahlilan adalah untuk mengeratkan silaturahim? Atau lebih tepatnya seperti tweet berikutnya dari menteri agama kita:


@lukmansaifuddin "Mari beragama untuk memuliakan sesama manusia, bukan meninggikan diri sendiri, apalagi saling merendahkan sesama..,"

Indahnyaaaaa.......







sumber foto: Erna Sofianti (Noey Java Jive)

“Mariam terkejut ketika menyadari burqa yang dikenakan membuatnya nyaman. Pakaian ini sama saja dengan jendela searah. Di dalamnya, dia menjadi pengamat, terhalang dari tatapan curiga orang-orang asing”
 
Kutipan diatas  hanya kisah rekaan Khaled Hosseini  dalam novelnya  A Thousand Splendid Suns. Tentang Mariam yang mendapat paksaan dari suaminya agar menggunakan burqa, tapi akhirnya justru merasakan nyaman. 

Walau tidak ada seorangpun yang memaksa saya memakai hijab, ada benang merah antara kisah Mariam dengan apa yang saya alami. Saya memakai hijab tanpa memahami esensinya dan menemukan  kebahagiaan sesudahnya. Ada rasa nyaman, berharga dan terlindung dari pandangan mata tak senonoh.

Dilahirkan dan besar dalam keluarga beragama Khatolik, membuat saya tidak mengerti mengapa seorang perempuan harus berhijab. Bahkan ketika memutuskan memeluk agama Islam, saya mempunyai keyakinan bahwa seorang berhijab haruslah penganut agama Islam yang kafah. Bukan seorang mualaf yang terbata-bata menghafal surat dan belajar mengaji. Tatkala itu tahun 1989, buku pelajaran sholat masih sulit ditemukan di toko-toko buku besar, sehingga saya membeli buku  “Tata Cara Sholat” seharga Rp 1.000,00 di pinggir jalan. Begitu juga buku cara membaca huruf Al Quran, saya menemukan dan membelinya di bursa buku murah  Palasari, Bandung.


Sekitar 15 tahun lamanya sendirian terbata-bata mengaji dan sholat, sebelum akhirnya  memutuskan mengikuti pengajian Az-Zahra. Sebuah pengajian yang semula merupakan kumpulan  ibu-ibu arisan. Mayoritas terdiri dari  orang tua siswa sekolah Taruna Bakti, tempat anak-anak saya bersekolah. Banyak kisah menggelikan terjadi disini, penyebabnya kenaifan saya tentang Islam termasuk keputusan mencoba berhijab. Berhijab untuk pertama kalinya.

Tidak mudah, karena tidak ada tempat bertanya di keluarga. Hubungan tetangga di kompleks perumahan yang cenderung nafsi-nafsi juga tidak banyak membantu. Karena itu pegawai toserbalah yang  membantu mencarikan baju muslim  dan kerudung lengkap dengan asesoriesnya. Saya ingat baju biru dan kerudung biru yang nyaman.

Ya sangat nyaman dipakai. Tidak panas seperti bayangan semula sehingga saya ketagihan dan membongkar lemari baju untuk menemukan baju lainnya yang memungkinkan. Semua baju lengan pendek yang tak pantas langsung masuk kardus untuk didonasikan.

Sesuatu sensasi yang tidak mudah dilukiskan. Bagaimana mungkin berpakaian tertutup di cuaca panas bisa menimbulkan rasa nyaman? Apakah itu yang dinamakan hidayah seperti halnya ketika saya memutuskan memeluk agama Islam? Entahlah. Perasaan nyaman itu bertambah sesudah saya mendapati bahwa saya merasa terlindungi. Seolah ada garis tipis yang melindungi saya ketika berada di dalam kerumunan orang banyak. Ada perlindungan tak terlihat ketika bertemu kaum pria yang bukan muhrim.


Tapi pemahaman bahwa seorang muslimah harus berhijab baru saya ketahui kemudian ketika pengajian mengadakan pagelaran baju muslim. Designernya, Eni Kosasih membagikan kertas fotocopy berisi  firman Allah SWT berikut ini:

“Hai nabi katakanlah kepada istri-istri mu, anak-anak perempuan mu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al Ahjab : 59).”

Dan :
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukmin agar menahan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya….”
(Q.S. an Nûr: 31)


Seperti halnya setiap perjalanan , selalu ada proses yang menyebabkan kita matang atau mencapai suatu tujuan dengan suatu kebanggaan.  Di tengah proses biasanya terjadi godaan atau cobaan yang membuat lengah .  Godaan ringan seperti komentar seorang bibi (adik ibu) yang beragama nonmuslim sehingga tentu saja tidak mengetahui kewajiban berhijab bagi muslimah:

“Maria kamu cantik, apalagi kalau tidak pakai kerudung. Pakai kerudung jadi kelihatan lebih  tua”. Nah, hampir tidak ada seorangpun perempuan di muka bumi ini yang ingin dikatakan lebih tua dibanding usia yang sebenarnya. Tetapi apakah itu berarti saya harus membuka hijab?  Tentu saja tidak, terlebih sesudah tahu bahwa keharusan berhijab tercantum dalam kitab suci umat Islam, Al Quran Nur Karim.

Cobaan lainnya datang dalam bentuk rambut yang rontok setiap hari. Rontok diluar jumlah normal. Sudah berpuluh tempat  dan cara ditempuh untuk mendapat  solusinya. Hasilnya masih nol besar. Hingga suatu  kali saya bertemu hairdresser salon muslimah. Dia juga berhijab dan memberi  nasehat : “Jaga rambut agar selalu bersih juga jangan terlalu panjang. Selebihnya kita harus ikhlas, karena rambut sayapun rontok. Berbagai cara sudah dicoba tapi hasilnya tetap.  Jadi tawakal saja, toh tidak akan botak”.

Seorang hairdresser berambut rontok? Padahal dia memiliki banyak akses untuk menjaga rambut agar tidak rontok. Selain itu dia juga mempunyai waktu dan pengetahuan untuk memilih shampoo, treatment rambut dan creambath , tapi toh rambutnya tetap rontok. Satu ujian yang harus dilewati muslimah :  “Takut berpenampilan jelek karena rambut rontok atau takut pada azab Allah SWT,  karena tidak berhijab? Bukankah perintah Allah SWT sudah  begitu jelas?”.

Beberapa rekan enggan menggunakan hijab  dengan  alasan “yang penting berhijab hatinya”. Wah, tentu saja saya tidak sependapat. Berhijab harus mulai dari penampilan , bentuk terluar seorang muslimah. Agar dia terjaga sekaligus menjaga dirinya. Mulut terjaga dari ucapan kotor dan sumpah serapah nama binatang yang tidak seharusnya disebut. Badannya terjaga, karena ketika bergerak, baik melangkah ,  duduk  atau jongkok tidak menampakan bagian tubuh yang mengakibatkan kaum Adam menggoda.

Banyak peristiwa yang menunjukkan betapa besar peranan berhijab, sebagai contoh ketika bertemu kerabat non muslim, sikapnya menghargai saya sebagai muslimah dan tidak cipika-cipiki (cium pipi kanan dan kiri) sebagaimana kebiasaan non muslim walau bukan muhrimnya. Hal  tersebut  tidak mungkin tercapai apabila saya tidak berhijab.

Beberapa orang mungkin menganggap sepele masalah perilaku dan kebiasaan salah seperti cipika cipiki tersebut tapi besar artinya bagi seorang muslimah karena ini masalah lifestyle, masalah gaya hidup yang kebablasan dan apabila tidak hati-hati akan mendorong kita kedalam fitnah.

Kini, sekitar enam tahun berlalu ketika saya mulai memutuskan berhijab. Saya merasakan keindahan itu dan meyakini hijab bukan bentuk  pengekangan. Hijab adalah pelindung yg bermanfaat bagi muslimah itu sendiri. Hijab memang tidak selalu berbentuk burqa seperti yang dikenakan Mariam. Tapi hijab melindungi muslimah agar berperilaku sesuai sesuai ajaran Islam yang utuh dan kafah. Tidak sekedar pengakuan bahwa dirinya beragama Islam.

Hijab membuat muslimah  merasa nyaman. Seolah ada dinding tak kasat mata yang melindungi. Dinding yang membantunya terhindar dari gangguan tak senonoh dan pandangan mata yang jelalatan. Sekaligus dinding yang akan mengetuk relung hati seorang muslimah agar selalu istiqomah. Itulah yang saya rasakan dan nikmati kini. Alhamdullilah Allah SWT melapangkan jalan saya karena saya berhijab.

**Maria G. Soemitro**

Newer Posts Home

Search This Blog

ABOUT ME



Assalamualaikum, hai saya Maria G Soemitro, mantan chief accounting yang menyukai sisik melik environment, cooking dan drama Korea,  saya bisa dihubungi di : ambu_langit@yahoo.com
Selengkapnya tentang saya bisa klik disini, penghargaan yang saya peroleh ada disini

Pertemanan

Follow by Email

Translate

POPULAR POSTS

  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...

Featured Post

Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang

  Cantik Lestari Tanpa Merusak Alam Dengan Minyak Tengkawang Media sosial Indonesia geger. Seorang dokter kecantikan berseteru dengan sesoso...

Categories

  • lifestyle 198
  • review 131
  • drama korea 97
  • kuliner 77
  • healthy 54
  • blogging 47
  • finansial 41
  • review kuliner 39
  • Environment 30
  • budaya 21
  • travelling 19
  • beauty 18
  • Zero Waste Lifestyle 17
  • fiksi 14
Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Blog Archive

  • ►  2021 (52)
    • ►  April (9)
    • ►  March (14)
    • ►  February (13)
    • ►  January (16)
  • ►  2020 (188)
    • ►  December (11)
    • ►  November (20)
    • ►  October (16)
    • ►  September (17)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (6)
    • ►  May (23)
    • ►  April (26)
    • ►  March (19)
    • ►  February (9)
    • ►  January (19)
  • ►  2019 (112)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (8)
    • ►  September (12)
    • ►  August (6)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (28)
    • ►  April (13)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (54)
    • ►  December (4)
    • ►  November (16)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
  • ►  2017 (53)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (8)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (9)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (25)
    • ►  October (1)
    • ►  September (14)
    • ►  March (2)
    • ►  February (8)
  • ▼  2014 (2)
    • ▼  December (2)
      • Kuucapkan Selamat Natal Disini
      • Misteri Berhijab

SUBSCRIBE & FOLLOW

SUBSCRIBE NEWLETTER

Popular Posts

  • Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu
    Princess Silver, Gara Gara Dendam Sang Ratu   Pernah dengar kisah “pakde” di zaman orba? Bernama asli Muhammad Siradjudin, pakde berprof...
  • The King: Eternal Monach, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah
      The King: Eternal Monarch, Sepotong Cinta Dalam Fiksi Ilmiah   Percaya bumi itu bulat? Atau bumi itu datar? Bagaimana dengan dunia...
  • The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri yang Mencuri CD
      The Blooms at Ruyi Pavilion (2020), Tentang Putri Yang Mencuri CD   Tahu arti mimpi digigit ular? Ternyata banyak artinya. Bisa berm...
  • Lomba Public Speaking di Hari Kemerdekaan, Usulkan ke Pak RT Yuk ...
      Sering ikut lomba  di perayaan Hari Kemerdekaan? Kebetulan saya belum pernah ikut. Penyebabnya, rumah kami di kota Sukabumi berjauhan de...
  • Legend of Yun Xi, Konflik Asmara Seorang Pakar Racun
    Akhirnya nonton drama China (lagi) Saya sebut (lagi) karena sebelum kerap menikmati drama Korea, saya biasa mengisi me time deng...

Lifestyle

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates