November 2017, publik digegerkan dengan berita seorang anak yang meregang nyawa setelah disemprot obat nyamuk dalam keadaan diikat tali rafia. Pelakunya? Ibu kandungnya sendiri! (sumber)
Diduga, NW mengalami depresi dan sakit psikis sehingga tega melakukan hal
tersebut. Tertekan serta ketidak mampuan ekonomi menyebabkan NW melampiaskan amarah dan rasa tak berdaya pada anak kandungnya.
Tidak hanya penyiksaan, penelantaran pada anak juga sering terjadi pada
seorang ibu yang terbiasa bergantung pada suaminya. Ketika kepala keluarga meninggal
dunia tanpa simpanan yang cukup, diapun panik. Terlebih tidak memiliki skill
yang mumpuni. Akhirnya jalan keluar yang dipilih adalah dengan menikah lagi, walau harus
meninggalkan/menelantarkan anaknya. (sumber)
Baca juga: Pingin punya mobil? Bisa! Koleksi Dulu Alfamart Medallion Star Wars
Baca juga: Pingin punya mobil? Bisa! Koleksi Dulu Alfamart Medallion Star Wars
Tak kalah banyaknya adalah kasus perempuan meninggalkan keluarganya
untuk bekerja menjadi buruh migran/TKI. Tentunya karena mereka berpikir hanya
itulah yang bisa dikerjakan. Walaupun harus rela meninggalkan buah hati, dan
entah kapan bisa bertemu lagi.
Problem besar inilah yang ditangkap PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (PT
SAT) untuk diselesaikan, yaitu dengan memberikan pendidikan informal pada kaum
perempuan. Karena seperti kata pepatah:
“Mendidik satu PEREMPUAN berarti mendidik satu generasi BANGSA”
Maka kaum perempuan harus mendapat pendidikan mumpuni agar bisa
berkontribusi dalam meningkatkan penghasilan keluarga. Tidak patah arang ketika
terjadi bencana pada pencari nafkah utama.
Jika seorang perempuan
berpenghasilan, dia mampu merawat keluarganya dengan tenang. Bisa mendidik
anak-anaknya dan memberikan anak-anaknya asupan gizi yang dibutuhkan. Hingga
akhirnya kesejahteraan keluarga meningkat
yang berujung bertambahnya kualitas suatu bangsa.
Pendidikan informal seperti pelatihan ketrampilan tangan menjadi salah
satu jalan agar perempuan berdaya. Indonesia turut serta menandatangani
Millennium Development Goals (MDGs) yang dideklarasikan Konferensi Tingkat
Tinggi Millenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di
New York pada September 2000. Tujuannya adalah:
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan
Bisa dilihat, bahwa jika kaum perempuan berdaya maka akan banyak poin di
atas yang terselesaikan.
Pada Rabu, 15 November 2017, saya dan teman-teman dari Blogger Bandung
berkesempatan untuk mengikuti salah satu pelatihan pemberdayaan perempuan yang
diselenggarakan PT SAT, atau familier dengan panggilan Alfamart.
Bertempat di aula Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah, jalan
Kebon Manggu nomor 6, Bandung. Sekitar 35 orang ibu rumah tangga bersiap untuk
menerima pelatihan paper flower. Paper
flower adalah kerajinan bunga kertas 3 dimensi yang kerap digunakan untuk mempercantik ruangan. Kini mulai marak digunakan
pada acara ulang tahun, pertunangan dan pernikahan.
Terbuat dari karton jenis manila yang digunting sesuai pola dan dilem
hingga membentuk bunga-bunga 3 dimensi nan cantik seperti ini.
Rupanya omzet penjualan hasil kerajinan paper flower cukup menjanjikan. Echa
(27 tahun), pelaku bisnis paper flower yang memberikan pelatihan kali ini,
mengatakan bahwa dirinya mampu meraup penghasilan 2-3 juta rupiah.
Berawal dari bisnis kuliner dan perias pengantin, Echa yang kreatif
tertarik membuat paper flower yang dibuat adiknya. Setelah mahir, hasil paper flower
diunggah Echa ke media sosial (instagram) dan mendapat sambutan positif. “Hanya
bermodal Rp 30.000, saya bisa menjual paper flower dengan harga Rp 100.000”,
katanya.
Tentu saja, modal kerajinan paper flower sesungguhnya bukan hanya kertas
dan gunting namun daya kreativitas tanpa henti. Serta keuletan yang umum
dimiliki kaum perempuan yang telah diakui kemampuan multitaskingnya.
“Saya biasanya mulai mengerjakan produksi saat urusan rumah tangga dan
anak-anak selesai. Jadi tidak mengganggu tugas utama sebagai ibu. Oleh
karenanya saya semangat berbagi ilmu paper flower agar semakin banyak kaum ibu
memiliki tambahan ketrampilan”, kata Echa.
Echa memberi pelatihan paper flower |
Sedangkan Branch Manager
Alfamart, Sulardi menjelaskan:
“Kegiatan pelatihan merupakan bagian dari program pemberdayaan perempuan
yang bertujuan memberikan tambahan ketrampilan. Jika ditekuni serius,
ketrampilan tersebut dapat dijadikan tambahan penghasilan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga”.
Menarik bukan? Bahwa sebetulnya banyak pintu mendatangkan uang bagi
keluarga jika perempuan mau membuka diri, berniat tulus untuk keluarga dan
kreatif.
Tertarik membuat paper flowers juga? Berikut videonya dan rekaman
kegiatan pemberdayaan perempuan yang diselenggarakan Alfamart.
Elisa, Branch Corporate Communication Alfamart (sumber: Efi Fitriyyah) |
pelatihan paper flower bersama Alfamart |
Iya, setuju dengan Alfamart yang ounya program kece memberdayakan perempuan.
ReplyDeletekeren ya...kreatif :)
ReplyDeletekita tunggu program kece Alfanart lainnya dalam pemberdayaan perempuan mbak @Didi
ReplyDeleteagar keluarga2 di Indonesia semakin berkualitas
sangat keren mbak Ida
ReplyDeletekok kemarin ngga ikut?
Setelah dari Cimahi ini langsung Teh Elisa ke Cianjur Bu. Saya juga antusias menunggu even selanjutnya biar ilmunya nambah terus...
ReplyDeleteBtw Ibu kapan busa jadi trainer saya atuh hehehe
Kami di Cianjur selatan membutuhkan banyak ilmu pemberdayaan perempuan, biar ga selalu lari ke arab saudi...
Ibu ilmu nya saya serap.
ReplyDeleteSaya mau belajar buat nih buat acara Maulid Nabi di kampung...
Pidoana hehehe
Wah keren2 karyanya, jadi pengen belajar ahhh
ReplyDeleteWaw bagus ya. Buat dekor ruang pesta atau event cocok bangett.
ReplyDeletePerempuan memang mesti berdaya. Sering sedih lihat perempuan yang nggak mau berdaya dengan berbagai alasan. Btw ini kegiatan pemberdayaan Alfanart ini keren2 ya. Bulan lalu saya ikut yang mengolah limbah rumah tangga.
ReplyDeleteWah kereeeen. Jadi bisa bikin sendiri di rumah ya, buat dekorasi foto atau malah bisa buat usaha. :)
ReplyDeleteWahh, keren yah paper flower iniii. :D
ReplyDeleteWow teh Okti ternyata sudah praktek
ReplyDeleteYuk berjuang bersama untuk empowering women
Paski kita bisa ^_^
hayuk atuh Dew,
ReplyDeletecrafting ngga hanya milik perempuan lho ^_^
yups Lusi, tertarik bikin?
ReplyDeleteMudah lho
wah saya ngga ikutan mbak Triani
ReplyDeletebentrok dengan kegiatan lain
Masalah perempuan terkadang emang rumit ^_^
Iya mbak Ayu, sebetulnya semua pekerjaan "perempuan" bisa jadi ladang usaha
ReplyDeletetinggal niat doang ^_^
iya banget, jari-jari perempuan gitu lho
ReplyDeletemakasih kunjungannya Lia ^_^